Anda di halaman 1dari 27

Mengingat-ingat ekosistem, bayangkan sekolah atau salah satu sekolah tempat Bapak dan

Ibu bertugas.
Apa bagian-bagian yang ada dari sekolah tersebut sebagai sebuah ekosistem?
1. Siswa: Siswa adalah komponen penting dari ekosistem sekolah. Mereka memainkan peran aktif
dalam proses pembelajaran dan membentuk hubungan dengan sesama siswa serta dengan guru.
2. Guru: Guru adalah komponen yang mengarahkan dan membimbing siswa dalam belajar. Mereka
juga memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan
menyenangkan.
3. Staf Administrasi: Staf administrasi membantu menjalankan operasi sehari-hari dari sekolah, seperti
keuangan, pengaturan jadwal, penerimaan siswa baru, dan lain-lain.
4. Fasilitas: Fasilitas termasuk bangunan, ruang kelas, ruang makan, lapangan olahraga, perpustakaan,
dan fasilitas lainnya yang mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah.
5. Kurikulum: Kurikulum adalah struktur dan rencana pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah. Ini
mencakup materi pelajaran, metode pengajaran, dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
6. Lingkungan: Lingkungan di sekitar sekolah juga merupakan bagian dari ekosistem. Hal ini mencakup
lingkungan fisik dan sosial yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
7. Orang Tua: Orang tua berperan penting dalam mendukung perkembangan dan prestasi siswa di
sekolah. Mereka juga berkontribusi pada kegiatan sekolah seperti acara olahraga atau kegiatan
penggalangan dana.
8. Komunitas: Komunitas lokal juga berperan penting dalam ekosistem sekolah, seperti para dermawan
atau sukarelawan yang membantu memfasilitasi kegiatan sekolah.

Keseluruhan, ekosistem sekolah adalah kompleks dan melibatkan banyak komponen yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan pendidikan yang sukses.

Apa saja yang bisa Anda sebut sebagai sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan
oleh sekolah?
Perhatikan untuk tidak terpaku pada hal-hal yang kelihatan.

Sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah meliputi:

1. Sumber Daya Manusia: Guru, staf administrasi, siswa, dan orang tua adalah
sumber daya manusia penting yang dimiliki oleh sekolah. Mereka memiliki
beragam keterampilan dan bakat yang dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan efektif.
2. Sumber Daya Komunitas: Komunitas lokal adalah sumber daya yang dapat
dimanfaatkan oleh sekolah untuk mendapatkan dukungan dalam kegiatan
seperti penggalangan dana atau pembentukan kemitraan dengan bisnis lokal.
Ini dapat membantu sekolah memperluas sumber daya finansial dan fasilitas.
3. Sumber Daya Teknologi: Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran dan memfasilitasi komunikasi antara guru, siswa, dan
orang tua. Ini dapat mencakup akses ke perangkat lunak, perangkat keras, dan
layanan online yang dapat membantu siswa belajar lebih efektif.
4. Sumber Daya Alam: Sekolah dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, seperti memanfaatkan
lingkungan sekitar untuk kegiatan belajar di luar ruangan atau mengadakan
kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan.
5. Sumber Daya Finansial: Sumber daya finansial mencakup dana yang diperoleh
dari biaya pendaftaran, bantuan pemerintah, atau sumbangan dari orang tua
atau komunitas lokal. Sumber daya finansial dapat digunakan untuk
memperbaiki fasilitas, menyediakan bantuan keuangan bagi siswa yang
membutuhkan, dan meningkatkan pengalaman belajar.
6. Sumber Daya Pengetahuan: Sekolah dapat memanfaatkan sumber daya
pengetahuan seperti jaringan profesional atau asosiasi industri untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru, serta memperbarui
kurikulum untuk mencakup perkembangan terbaru dalam bidang studi.

Kesemuanya, sumber daya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh sekolah
sangat beragam dan penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang
inovatif, efektif, dan inklusif.
Refleksikan sosok pemimpin atau kepala sekolah yang memimpin sekolah tersebut.
Apa hal-hal yang paling diingat dari sosok pemimpin tersebut, terkait dengan perannya di
ekosistem sekolah serta pelibatan/pemanfaatan sumber daya yang ada?

Seorang pemimpin atau kepala sekolah yang efektif di dalam ekosistem sekolah akan
memiliki beberapa hal yang diingat oleh guru, staf, siswa, dan orang tua di lingkungan
sekolah tersebut, termasuk:

1. Visi yang jelas: Seorang pemimpin sekolah yang efektif memiliki visi yang jelas untuk
sekolah dan mampu mengkomunikasikan visi tersebut dengan jelas kepada semua
anggota ekosistem sekolah. Visi ini harus terkait dengan misi dan tujuan sekolah serta
memiliki dampak positif pada semua siswa dan staf.
2. Keterlibatan Sumber Daya: Seorang kepala sekolah yang baik akan mampu mengelola
dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki sekolah, termasuk manusia, teknologi,
keuangan, dan lingkungan sekitar, untuk mencapai tujuan sekolah dan memenuhi
kebutuhan siswa dan staf.
3. Kolaborasi dan Kemitraan: Seorang pemimpin sekolah yang efektif akan mampu
membangun kemitraan dan kolaborasi dengan anggota ekosistem sekolah dan
komunitas lokal untuk memperkuat pendidikan dan keberhasilan siswa. Hal ini
mencakup kemitraan dengan orang tua, bisnis lokal, lembaga pendidikan lainnya, dan
organisasi non-profit.
4. Memotivasi dan Menginspirasi: Seorang pemimpin sekolah yang baik akan dapat
memotivasi dan menginspirasi siswa, staf, dan orang tua untuk mencapai tujuan sekolah
dan mencapai keberhasilan pribadi mereka. Hal ini termasuk memberikan penghargaan
dan pengakuan atas prestasi, membangun semangat kerja tim, dan memberikan
dukungan dan dorongan bagi mereka yang mengalami kesulitan.
5. Inovasi dan Pengembangan: Seorang kepala sekolah yang baik akan mendorong inovasi
dan pengembangan dalam ekosistem sekolah. Hal ini mencakup pengembangan
program pendidikan yang baru, penggunaan teknologi terbaru, dan menciptakan
lingkungan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

Hal-hal ini adalah beberapa hal yang diingat dari sosok pemimpin atau kepala sekolah
yang efektif di dalam ekosistem sekolah. Seorang pemimpin sekolah yang baik akan
mampu mengelola sumber daya yang dimiliki sekolah dengan bijaksana dan
memastikan bahwa siswa dan staf mendapatkan pengalaman pendidikan terbaik yang
memungkinkan mereka untuk mencapai potensi mereka secara pribadi dan akademik.

Jadi, seperti apa peran pemimpin yang ideal itu, khususnya dalam hal memanfaatkan semua
bagian dari ekosistem dan mengelola sumberdaya yang ada di dalam dan sekitar sekolah?

Seorang pemimpin atau kepala sekolah yang ideal harus memiliki beberapa
peran penting dalam memanfaatkan semua bagian dari ekosistem sekolah
dan mengelola sumber daya yang ada. Beberapa peran tersebut antara lain:

1. Mengidentifikasi potensi sumber daya: Seorang pemimpin sekolah yang


efektif harus dapat mengidentifikasi potensi sumber daya yang ada dalam dan
sekitar ekosistem sekolah. Ini mencakup sumber daya manusia, seperti guru
dan staf sekolah, serta sumber daya materi, seperti teknologi, buku-buku, dan
perlengkapan sekolah. Pemimpin harus mampu mengevaluasi sumber daya ini
dan mengalokasikan sumber daya yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
sekolah.
2. Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif: Seorang pemimpin sekolah
yang baik harus menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung
di dalam ekosistem sekolah. Pemimpin harus mampu menempatkan
kebutuhan siswa dan staf di atas kepentingan individu dan memastikan bahwa
semua orang merasa aman, didengar, dan dihargai.
3. Mengembangkan rencana strategis: Seorang pemimpin sekolah yang efektif
harus dapat mengembangkan rencana strategis untuk sekolah. Ini mencakup
rencana untuk memanfaatkan sumber daya dan memaksimalkan pengalaman
siswa dan staf, serta rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan sekolah.
4. Membangun hubungan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat:
Seorang pemimpin sekolah yang ideal harus mampu membangun hubungan
kerja sama dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Hal ini dapat
mencakup berkolaborasi dengan bisnis lokal, lembaga pendidikan, dan
organisasi non-profit untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan
memberikan kesempatan yang lebih baik bagi siswa.
5. Mempromosikan keberlanjutan lingkungan: Seorang pemimpin sekolah yang
efektif harus mempromosikan keberlanjutan lingkungan dan memastikan
bahwa sekolah menggunakan sumber daya secara bijaksana. Hal ini mencakup
memanfaatkan sumber daya alam, mengurangi limbah, dan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan.

Dalam kesimpulannya, seorang pemimpin sekolah yang ideal harus memiliki


kemampuan untuk mengelola sumber daya dengan bijaksana dan
memanfaatkan semua bagian dari ekosistem sekolah. Pemimpin harus dapat
memastikan bahwa siswa dan staf memiliki pengalaman belajar yang optimal
dan mendukung lingkungan yang inklusif, serta membangun hubungan kerja
sama dengan orang tua dan masyarakat. Pemimpin sekolah juga harus
mempromosikan keberlanjutan lingkungan untuk memastikan bahwa sekolah
beroperasi secara efisien dan berkelanjutan.

Silakan refleksikan, posisi diri Bapak dan Ibu dalam ekosistem sekolah.
Sejauh mana Bapak Ibu sebagai guru atau peran lainnya telah memanfaatkan sumber daya
sekolah?

Sebagai guru atau staf di sekolah, kita memiliki peran penting dalam ekosistem sekolah. Kita
berperan sebagai pengajar dan pembimbing bagi siswa, serta berkontribusi dalam
mengembangkan kurikulum dan program pendidikan yang efektif. Selain itu, mereka juga
berperan dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekolah.
Sejauh yang dapat saya lihat, kita telah memanfaatkan sumber daya sekolah dengan baik.
KIta telah menggunakan buku-buku dan peralatan sekolah yang tersedia untuk mendukung
proses belajar mengajar. Selain itu, kita juga telah memanfaatkan sumber daya manusia
yang ada, seperti guru dan staf sekolah, untuk berkolaborasi dalam mengembangkan ide-
ide baru dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Namun, untuk memanfaatkan sumber daya sekolah secara lebih efektif, kita juga dapat
mengembangkan ide-ide kreatif untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dan
mendukung tujuan sekolah. Misalnya, mereka dapat menciptakan program mentoring atau
kelas tambahan untuk siswa yang membutuhkan dukungan tambahan, atau menggunakan
teknologi yang lebih maju untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Dalam kesimpulannya, sebagai guru atau staf di sekolah, kita memiliki peran penting dalam
memanfaatkan sumber daya sekolah dan mendukung ekosistem sekolah yang sehat.
Melalui kerja sama yang baik dengan rekan kerja dan memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan lebih efektif, mereka dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pengalaman
belajar siswa di sekolah.

Apa saja harapan pada diri Bapak dan Ibu sebagai seorang pendidik, pemimpin, dan pada
murid setelah mempelajari modul ini?

 Diri sendiri
 Murid
 Sekolah

Harapan pada diri sendiri sebagai seorang pendidik dan pemimpin setelah mempelajari
modul ini adalah:

1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ekosistem sekolah dan sumber daya


yang ada di dalamnya.
2. Memahami peran yang dapat dimainkan dalam ekosistem sekolah dan bagaimana
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Meningkatkan kemampuan untuk berkolaborasi dengan rekan kerja dan
memanfaatkan sumber daya manusia yang tersedia di sekolah.
4. Mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk meningkatkan pengalaman
belajar siswa di sekolah.
5. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam
ekosistem sekolah.

Harapan pada murid setelah mempelajari modul ini adalah:

1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ekosistem sekolah dan sumber daya


yang ada di dalamnya.
2. Meningkatkan kesadaran tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya yang
tersedia di sekolah untuk mendukung pembelajaran.
3. Meningkatkan kemampuan untuk berkolaborasi dengan sesama siswa dan guru
dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
4. Mengembangkan keterampilan kritis dan kreatif untuk mengatasi tantangan dalam
pembelajaran.
5. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya tanggung jawab sosial dan
keberlanjutan dalam ekosistem sekolah.

Harapan pada sekolah setelah mempelajari modul ini adalah:

1. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam


ekosistem sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
2. Meningkatkan kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia di
sekolah dengan lebih efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengalaman belajar siswa di sekolah melalui
inovasi dan kolaborasi.
4. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam
memimpin dan mengelola ekosistem sekolah.
5. Meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial dan keberlanjutan dalam
ekosistem sekolah.

Apa saja kegiatan, materi, manfaat, yang Bapak dan Ibu harapkan ada dalam modul ini?

Sebagai sebuah modul tentang ekosistem sekolah, beberapa kegiatan, materi, dan manfaat
yang saya harapkan ada dalam modul ini antara lain:

1. Kegiatan:

 Diskusi kelompok tentang pengalaman dalam memanfaatkan sumber daya di


sekolah
 Pengamatan langsung di lingkungan sekolah untuk memahami ekosistem dan
sumber daya yang ada
 Pembuatan rencana pengembangan ekosistem sekolah
 Pelatihan kepemimpinan dan manajemen sumber daya di sekolah

2. Materi:

 Konsep dasar tentang ekosistem dan bagaimana menerapkannya dalam konteks


sekolah
 Jenis-jenis sumber daya yang ada di sekolah, termasuk sumber daya manusia, fisik,
dan finansial
 Cara mengelola sumber daya secara efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan
 Strategi untuk memperkuat kolaborasi dan komunikasi antara guru, siswa, dan
stakeholder lain di sekolah

3. Manfaat:

 Peningkatan pemahaman tentang pentingnya ekosistem sekolah dan sumber daya


yang ada di dalamnya
 Kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekolah dengan
lebih efektif dan efisien
 Peningkatan kualitas pendidikan dan pengalaman belajar siswa di sekolah melalui
inovasi dan kolaborasi
 Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam
memimpin dan mengelola ekosistem sekolah
 Meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial dan keberlanjutan dalam
ekosistem sekolah.

Apabila kita menganggap sebuah sekolah adalah sebuah ekosistem dengan faktor
biotik dan abiotik yang ada di dalamnya, maka  faktor-faktor apa saja yang termasuk
dalam kelompok biotik dan abiotik?

Secara umum, faktor biotik dalam ekosistem sekolah meliputi semua makhluk hidup yang ada di
dalamnya, seperti manusia (siswa, guru, staf), hewan (misalnya burung, kucing, ikan), dan tanaman
(pohon, rumput, tanaman hias). Sedangkan faktor abiotik meliputi semua faktor non-hidup atau
faktor fisik, kimia, dan geologis yang memengaruhi keberadaan makhluk hidup di dalamnya.
Beberapa faktor abiotik yang penting dalam ekosistem sekolah meliputi:

1. Iklim (suhu, kelembaban, curah hujan)


2. Topografi (relief, bentuk tanah)
3. Bahan organik dan mineral dalam tanah
4. Sumber air (sumur, saluran irigasi, dan sebagainya)
5. Kondisi udara (kualitas udara, polusi, kebisingan)
6. Cahaya (pencahayaan alami dan buatan)
7. Bahan bangunan dan perabotan sekolah (gedung, kursi, meja, proyektor, dan sebagainya)
8. Teknologi dan perangkat elektronik (komputer, printer, perangkat lunak)
9. Barang dan perlengkapan sekolah (buku, alat tulis, laboratorium, dan sebagainya)
10. Infrastruktur dan fasilitas sekolah (lapangan olahraga, ruang kelas, perpustakaan, dan sebagainya)

Perlu dicatat bahwa faktor biotik dan abiotik ini saling mempengaruhi satu sama lain, dan
keberadaan dan interaksi keduanya akan memengaruhi keberhasilan pengelolaan sumber daya di
sekolah secara keseluruhan.
Bagaimanakah seharusnya seorang kepala sekolah berperan dalam mengelola
ekosistem sekolahnya?

Seorang kepala sekolah seharusnya berperan sebagai pemimpin dan manajer yang
efektif dalam mengelola ekosistem sekolahnya. Beberapa hal yang seharusnya dilakukan
oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola ekosistem sekolahnya antara lain:

1. Menentukan visi dan misi sekolah yang jelas dan terarah. Visi dan misi ini sebaiknya
meliputi komitmen untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan
belajar di sekolah.
2. Membangun budaya yang peduli lingkungan. Seorang kepala sekolah dapat memulai
dengan membangun kebiasaan dan tindakan yang berkelanjutan di sekolah, seperti
program pengurangan sampah dan program penghematan energi, yang dapat
membantu meningkatkan kesadaran siswa, guru, dan staf tentang pentingnya menjaga
lingkungan.
3. Mengintegrasikan pengelolaan sumber daya ke dalam program pembelajaran. Seorang
kepala sekolah dapat memastikan bahwa program pembelajaran di sekolah mencakup
topik-topik seperti lingkungan dan pengelolaan sumber daya, sehingga siswa dapat
memahami pentingnya menjaga lingkungan dan menjadi pelopor perubahan yang
positif di sekolah dan masyarakat.
4. Membuat rencana tindakan dan memantau kemajuan. Seorang kepala sekolah
seharusnya membuat rencana tindakan yang jelas dan terukur untuk mengelola sumber
daya di sekolah, dan memantau kemajuan dan efektivitas tindakan tersebut secara rutin.
5. Berkolaborasi dengan komunitas lokal dan mitra strategis. Seorang kepala sekolah
dapat bekerja sama dengan organisasi lingkungan lokal, lembaga pemerintah, dan mitra
strategis lainnya untuk meningkatkan pengelolaan sumber daya dan membangun
ekosistem sekolah yang lebih berkelanjutan.

Melalui peran yang aktif dan efektif dalam mengelola ekosistem sekolahnya, seorang
kepala sekolah dapat memastikan bahwa lingkungan belajar di sekolah menjadi tempat
yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan bagi siswa, guru, dan staf.

Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah sebagai
pemimpin ekosistem sekolah? 

Sebagai pemimpin ekosistem sekolah, seorang kepala sekolah seharusnya memiliki


kemampuan-kemampuan berikut:
1. Kemampuan manajemen sumber daya: Seorang kepala sekolah seharusnya memiliki
kemampuan untuk mengelola sumber daya yang tersedia di sekolah, seperti anggaran,
energi, air, limbah, dan lain-lain. Kepala sekolah harus dapat mengatur penggunaan
sumber daya dengan efektif dan efisien agar dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa
serta menjaga keberlanjutan lingkungan di sekolah.
2. Kemampuan berkomunikasi: Seorang kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan berbagai pihak, seperti guru, staf, siswa, orang tua, serta
pihak eksternal lainnya seperti mitra strategis dan lembaga pemerintah. Kepala sekolah
harus mampu mengomunikasikan tujuan dan visi sekolah yang jelas, serta memberikan
arahan yang tepat terkait program-program pengelolaan sumber daya yang dijalankan
di sekolah.
3. Kemampuan kepemimpinan: Seorang kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan
kepemimpinan yang kuat untuk memotivasi, menginspirasi dan memimpin guru, staf,
serta siswa dalam menjalankan program-program pengelolaan sumber daya di sekolah.
Kepala sekolah harus mampu membangun lingkungan belajar yang inklusif dan
berkelanjutan, serta memberikan contoh tindakan yang konsisten dan tepat waktu.
4. Kemampuan strategi: Seorang kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan untuk
mengembangkan rencana tindakan yang jelas dan terarah dalam mengelola ekosistem
sekolah, serta melakukan evaluasi yang tepat untuk mengukur kemajuan dan efektivitas
program-program pengelolaan sumber daya di sekolah.
5. Kemampuan adaptasi: Seorang kepala sekolah seharusnya memiliki kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, peraturan, serta tren dan teknologi terkini
terkait pengelolaan sumber daya. Kepala sekolah harus dapat mengidentifikasi dan
menerapkan solusi inovatif dan berkelanjutan yang sesuai dengan kondisi sekolah dan
lingkungan sekitarnya.

Melalui kemampuan-kemampuan tersebut, seorang kepala sekolah dapat memimpin


dan mengelola ekosistem sekolah dengan baik, sehingga dapat menciptakan
lingkungan belajar yang sehat, produktif, dan berkelanjutan bagi siswa, guru, dan staf.

Apa yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola sumber daya
sekolah secara efektif dan efisien?
Berikut adalah beberapa hal yang seorang kepala sekolah dapat lakukan dalam
mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan efisien:

1. Membuat rencana pengelolaan sumber daya sekolah yang terperinci, meliputi anggaran,
inventarisasi aset, dan strategi penggunaan sumber daya.
2. Menetapkan prioritas penggunaan sumber daya, terutama yang terbatas, untuk
kepentingan yang paling penting dan mendesak.
3. Menerapkan sistem pengawasan dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya,
termasuk pemberian sanksi dan penghargaan bagi penggunaan sumber daya yang tidak
sesuai dengan aturan.
4. Memastikan bahwa semua sumber daya sekolah digunakan dengan optimal, seperti
memperbaiki peralatan yang rusak, memanfaatkan ruang kelas yang tidak terpakai, dan
memaksimalkan penggunaan sumber daya manusia.
5. Melakukan analisis dan evaluasi rutin atas penggunaan sumber daya sekolah, guna
memastikan efektivitas dan efisiensi pengelolaannya.
6. Mengembangkan kerjasama dengan pihak luar, seperti masyarakat sekitar dan instansi
pemerintah terkait, untuk memanfaatkan sumber daya tambahan yang tersedia.
7. Membuat program pelatihan dan pengembangan untuk staf sekolah, agar mampu
mengelola sumber daya dengan baik dan meningkatkan efektivitas penggunaannya.
8. Mendorong partisipasi dan tanggung jawab dari semua anggota sekolah, termasuk
siswa, dalam mengelola sumber daya sekolah.

Seberapa besar dampak sumber daya (fasilitas) yang sekolah miliki untuk memfasilitasi
proses pembelajaran murid saat ini? Jelaskan!

Sumber daya (fasilitas) yang dimiliki oleh sebuah sekolah sangat berdampak pada proses
pembelajaran murid saat ini. Fasilitas yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan dapat
memfasilitasi proses pembelajaran murid dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa dampak
positif dari fasilitas yang memadai di sekolah:

1. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Fasilitas yang baik seperti perpustakaan,
laboratorium, komputer, dan fasilitas olahraga dapat membantu siswa untuk belajar dengan lebih
efektif dan memotivasi mereka untuk belajar lebih banyak.
2. Meningkatkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Fasilitas yang menarik dan memadai akan
memperbesar kemungkinan siswa terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Misalnya, ruang
kelas yang nyaman dan peralatan belajar yang lengkap.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran. Fasilitas seperti laboratorium dan perpustakaan yang lengkap
akan meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Dengan fasilitas tersebut, siswa dapat melakukan
eksperimen atau penelitian secara langsung dan memperoleh informasi tambahan yang dibutuhkan.
4. Menunjang kemampuan guru dalam mengajar. Fasilitas yang memadai akan memberikan
kemudahan bagi guru dalam mengajar dan memberikan penjelasan. Hal ini dapat meningkatkan
kualitas pengajaran dan membantu siswa memahami konsep yang diajarkan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi sekolah untuk memiliki fasilitas yang memadai untuk
memfasilitasi proses pembelajaran siswa dengan lebih efektif. Sekolah perlu berinvestasi dalam
fasilitas pendidikan yang memadai dan menjamin agar fasilitas tersebut dirawat dan dipelihara
secara teratur untuk dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.

Sejauh mana sumber daya sekolah yang kita miliki sudah kita gunakan secara efektif
untuk mendukung kualitas pembelajaran di sekolah? Jelaskan!

Pemanfaatan sumber daya yang efektif adalah sangat penting untuk mendukung
kualitas pembelajaran di sekolah. Secara umum, sumber daya sekolah mencakup fasilitas
fisik seperti gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan sarana olahraga.
Selain itu, sumber daya non-fisik seperti waktu, tenaga pendidik, dan kemampuan
manajemen juga sangat penting untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk memastikan bahwa sumber daya sekolah digunakan secara efektif, seorang
kepala sekolah harus mempertimbangkan beberapa hal seperti:

1. Merencanakan penggunaan sumber daya: Kepala sekolah harus memiliki rencana


penggunaan sumber daya yang jelas dan terstruktur. Dalam rencana ini, kepala sekolah
harus mempertimbangkan aspek-aspek seperti waktu, tenaga, dan dana yang tersedia.
2. Memastikan ketersediaan sumber daya: Kepala sekolah harus memastikan bahwa semua
sumber daya yang dibutuhkan tersedia dan dapat digunakan. Misalnya, jika sekolah
membutuhkan buku-buku teks pelajaran untuk siswa, maka kepala sekolah harus
memastikan bahwa buku-buku tersebut tersedia di perpustakaan.
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya: Kepala sekolah harus mengoptimalkan
penggunaan sumber daya untuk memaksimalkan kualitas pembelajaran. Misalnya, jika
sebuah laboratorium terbatas, maka kepala sekolah harus memastikan bahwa
penggunaannya dijadwalkan dengan baik sehingga semua siswa dapat
menggunakannya secara efektif.
4. Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya: Kepala sekolah harus mengidentifikasi
kebutuhan sumber daya yang baru untuk memastikan bahwa siswa dan tenaga pendidik
memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang berkualitas.

Dengan melakukan hal-hal di atas, kepala sekolah dapat memastikan bahwa sumber
daya sekolah digunakan secara efektif untuk mendukung kualitas pembelajaran yang
optimal bagi siswa dan tenaga pendidik.
Adakah cara alternatif yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang
sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid?

Ya, ada beberapa cara alternatif yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang
sudah ada demi meningkatkan kualitas pembelajaran murid di sekolah, antara lain:

1. Kolaborasi dengan stakeholder: Kepala sekolah dapat bekerja sama dengan berbagai stakeholder,
seperti orang tua, masyarakat sekitar, dan pihak swasta, untuk memanfaatkan sumber daya yang
sudah ada. Misalnya, dengan mengajak perusahaan di sekitar sekolah untuk menyediakan beasiswa
atau program magang untuk siswa.
2. Pemanfaatan teknologi: Pemanfaatan teknologi dapat membantu memaksimalkan sumber daya yang
sudah ada. Kepala sekolah dapat menggunakan perangkat lunak gratis atau berbayar untuk
mengelola jadwal pelajaran, tugas, dan catatan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan waktu dan
tenaga guru.
3. Pendekatan pembelajaran inovatif: Kepala sekolah dapat mendorong guru untuk menerapkan
pendekatan pembelajaran inovatif yang memanfaatkan sumber daya yang sudah ada di lingkungan
sekitar. Misalnya, mengajak siswa untuk mengadakan proyek lingkungan hidup yang melibatkan
pemanfaatan lahan kosong di sekitar sekolah atau mengadakan kegiatan pembelajaran di luar kelas
seperti pengamatan langsung ke benda-benda alam sekitar.
4. Manajemen sumber daya yang efektif: Kepala sekolah harus melakukan manajemen sumber daya
yang efektif, yaitu memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada dengan pengelolaan yang
baik dan menghindari pemborosan. Misalnya, dengan melakukan perawatan dan perbaikan teratur
pada fasilitas sekolah untuk memperpanjang umur pakainya.

Dengan menerapkan cara-cara alternatif tersebut, diharapkan dapat memaksimalkan sumber daya
yang sudah ada di sekolah dan meningkatkan kualitas pembelajaran murid.
Sebagai AI, saya tidak dapat mengetahui secara pasti apakah sekolah sudah
memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekitar atau tidak. Namun, berdasarkan
pengalaman dan praktik yang baik, memanfaatkan sumber daya lokal dapat menjadi
cara yang baik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Sekolah dapat memanfaatkan sumber daya lokal seperti perpustakaan umum, pusat
sumber daya lokal, komunitas lokal, organisasi nirlaba, atau lembaga pemerintah daerah
lainnya untuk mendapatkan sumber daya tambahan seperti buku, jurnal, alat
laboratorium, dan kegiatan pembelajaran yang lebih luas. Sekolah juga dapat
berkolaborasi dengan lembaga di lingkungan sekitar untuk mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler atau program pengembangan keterampilan yang berfokus pada
kepentingan dan kebutuhan komunitas lokal.

Dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara efektif, sekolah dapat menciptakan
lingkungan belajar yang lebih dinamis dan bermanfaat bagi murid, serta memperkuat
hubungan antara sekolah dan masyarakat di sekitarnya.
 Sekolah Sebagai Ekosistem
Sebelum  mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak
tayangan Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut. 

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang
tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola
hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi
antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua
unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan
hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik
akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya.
Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

 Murid
 Kepala Sekolah
 Guru
 Staf/Tenaga Kependidikan
 Pengawas Sekolah
 Orang Tua
 Masyarakat sekitar sekolah
 Dinas terkait
 Pemerintah Daerah

Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya
adalah:

 Keuangan
 Sarana dan prasarana
 Lingkungan alam
Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Approach) dan Pendekatan
Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based
Approach)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan menggambarkan seorang  pendidik sebagai seorang yang harus  memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Menurut Bpk/Ibu, bagaimana kualifikasi akademik dan kompetensi yang dimiliki oleh Bpk/Ibu dapat

dikelola sebagai aset yang didayagunakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional?  

Pendekatan dapat dikatakan sebagai cara pandang atau cara berpikir kita melihat sesuatu.
Dalam konteks modul ini, pendekatan berbasis aset atau berbasis defisit  berarti bagaimana
kita memandang  sumber daya sekolah, apakah dianggap sebagai aset/kekuatan atau
kekurangan/masalah.

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan


perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi
dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar
yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium.   Kekurangan yang
dimiliki  mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi
semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. 
Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang  tidak nyaman dan curiga yang
dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep yang dikembangkan


oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk
pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang
positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita
diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi
inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Green & Haines (2010) menjelaskan kecenderungan cara pandang yang menggunakan
pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset seperti yang dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
Pendekatan berbasis aset ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri
Apresiatif (IA) yang sudah dibahas sebelumnya pada modul 1.3, dimana paradigma IA
ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi
pada keberhasilan.  Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi.  Dalam
implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah
dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada
tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Menurut Cooperrider & Whitney (2005), Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi,
landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam
diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun
masa depan.  Merekapun mengatakan bahwa saat ini kita hidup pada zaman yang
membutuhkan mata yang dapat melihat dan mengungkap hal yang baik dan benar.  
Mata yang mampu membukakan kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi
atas hal yang sudah berjalan baik.  Bila sebuah organisasi lebih banyak membangun
sisi positif yang dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan berkembang secara
berkelanjutan.
Pendekatan berbasis aset adalah pendekatan yang berfokus pada
pemanfaatan sumber daya atau aset yang ada dalam sebuah sistem atau
lingkungan sebagai titik awal dalam merancang strategi atau kebijakan. Dalam
pendekatan ini, sumber daya yang ada dipandang sebagai kekuatan atau
potensi yang bisa dimaksimalkan untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai
contoh, dalam konteks sekolah, pendekatan berbasis aset akan memfokuskan
pada identifikasi dan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah,
seperti fasilitas, sumber daya manusia, dan jaringan yang ada untuk mencapai
tujuan tertentu, seperti meningkatkan kualitas pendidikan atau mencapai
target tertentu.

Sementara itu, pendekatan berbasis masalah adalah pendekatan yang


berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah yang ada dalam sebuah
sistem atau lingkungan. Dalam pendekatan ini, masalah dipandang sebagai
tantangan yang harus diatasi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh,
dalam konteks sekolah, pendekatan berbasis masalah akan memfokuskan
pada identifikasi dan pemecahan masalah yang ada dalam proses
pembelajaran atau dalam manajemen sekolah yang menghambat pencapaian
tujuan tertentu. Pendekatan ini mendorong para pemangku kepentingan
untuk merancang strategi atau kebijakan yang sesuai dengan kondisi yang
ada dan memecahkan masalah yang dihadapi.

Pendekatan ABCD (Asset-Based Community


Development)
Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai

seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah. apa yang

dapat dikelola dari sekolah Bpk/Ibu melalui pendekatan komunitas berbasis aset agar efisien dan efektif?

Asset-Based Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut dengan


Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka kerja yang
dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya adalah pendiri
dari ABCD Institute di Northwestern University, Amerika Serikat ABCD dibangun dari
kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota komunitas,
kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal untuk menciptakan
kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman, 2010). 

Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap
pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah, kebutuhan, dan
kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional tersebut menempatkan
komunitas sebagai penerima bantuan, dan dengan demikian dapat menyebabkan anggota
komunitas menjadi merasa tidak berdaya, pasif, dan selalu bergantung dengan pihak lain.

Pendekatan PKBA menekankan pada nilai, prinsip dan cara berpikir mengenai dunia.
Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan,
dan potensi yang dimiliki oleh komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas
sebagai pencipta dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan.
Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset
yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih
berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman (2010) adalah jalan untuk
menciptakan warga yang produktif.

Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat
menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang
ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih
berkelanjutan.

Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah
komunitas, dimana selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada
masalah yang sedang dihadapi.  PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh
pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven
development. Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven
Development’, Cunningham (2012) menuliskan bahwa Community-driven Development adalah
proses dimana sekelompok orang (dalam suatu kegiatan, organisasi, atau lingkungan) yang
dimotivasi oleh peluang yang ada akan melakukan suatu usaha hanya dengan menggunakan
sumber daya mereka sendiri (minimal pada awalnya). Seorang pemimpin akan berperan
sebagai fasilitator dalam menggerakkan dan memimpin komunitasnya. 
Karakteristik komunitas yang sehat dan
resilien
Sekolah bisa kita pandang sebagai sebuah komunitas. Karena itu, sekolah dapat
belajar tentang bagaimana menjadi komunitas yang sehat dan tangguh. Bank of
I.D.E.A.S (2014) menyebut bahwa karakteristik komunitas yang sehat dan resilien
adalah sebagai berikut:

1. Mempraktikkan dialog berkelanjutan dan partisipasi anggota masyarakat, yaitu


perilaku yang menghargai keragaman dan mendorong dialog penduduk yang
aktif, partisipasi dan kepemilikan masyarakat atas masa depan.  Apabila kita
aplikasikan ke sekolah bagaimana dialog berkelanjutan terjadi yang sekaligus
mendorong perilaku yang menghargai keragaman antar warga sekolah demi
masa depan murid-murid.
2. Menumbuhkan komitmen terhadap tempat, yaitu perilaku akan memperkuat
koneksi warga baik komunitas, lingkungan, dan ekonomi lokal mereka.  Apabila
diaplikasikan ke sekolah, bagaimana memperkuat komitmen warga sekolah
untuk saling bergotong royong demi kemajuan murid-murid.
3. Membangun koneksi dan kolaborasi, yaitu perilaku yang mendorong
perencanaan dan tindakan kolaboratif, jaringan dan hubungan yang kuat antara
penduduk, organisasi, bisnis, dan komunitas.  Jika diaplikasikan ke sekolah,
maka sekolah harus mendorong perencanaan dan tindakan dilakukan secara
kolaboratif. Hubungan dan jejaring antara warga sekolah, masyarakat sekitar,
organisasi yang ada, dan aset lainnya juga harus terjalin. Membangun dan
membina hubungan antara warga sekolah, seperti hubungan guru-guru, guru –
kepala sekolah, guru – murid – guru, guru – staf sekolah – guru, staf sekolah –
murid – staf sekolah, ataupun kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi
sangat penting untuk membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
4. Mengenal dirinya sendiri dan membangun aset yang ada, yaitu perilaku yang
menemukan, memetakan, menghubungkan, dan memanfaatkan sumber daya
seluruh komunitas yang ada.  Sekolah harus dibangun dengan melihat pada
kekuatan, potensi, dan tantangan. Kita harus bisa fokus pada pembangunan
sumber daya yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan
aspirasi yang sudah ada.
5. Membentuk masa depannya, yaitu perilaku yang memungkinkan visi komunitas
bersama tentang masa depan, sebagaimana tercermin dalam tujuan praktis
komunitas, rencana aksi, dan peringkat prioritas, ditambah dengan keinginan
untuk tidak membahayakan kesejahteraan generasi mendatang.  Sekolah
menciptakan visi sebagai perwakilan dari cita-cita yang ingin diwujudkan pada
murid-muridnya.
6. Bertindak dengan obsesi ide dan peluang, yaitu perilaku yang mendorong
pencarian tanpa akhir untuk ide-ide baru dan tepat, kemungkinan
pengembangan dan sumber daya internal dan eksternal.  Dalam setiap unsur
sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “Ada masalah
apa?” dan “Bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “Apa yang telah
berhasil dilakukan?” dan “Bagaimana mengupayakannya sehingga lebih baik
lagi?”
7. Merangkul perubahan dan bertanggung jawab, yaitu perilaku yang memperkuat
kemampuan masyarakat untuk mengatasi perubahan dan pulih dari krisis, pola
pikir yang berfokus pada optimisme, harapan,  dan yakin bahwa 'kita bisa
melakukannya'.  Titik awal perubahan pada sekolah selalu pada perubahan pola
pikir (mindset) dan sikap yang positif.
8. Menghasilkan kepemimpinan, yaitu perilaku yang terus-menerus memperluas
dan memperbaharui kapasitas kepemimpinan masyarakat.  Faktor utama dalam
perubahan yang berkelanjutan di sekolah adalah kepemimpinan lokal dan
pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.

Apa saja karakteristik utama dari komunitas yang sehat dan resilien, serta mengapa karakteristik
tersebut sangat penting dalam membangun komunitas yang berkelanjutan?

Beberapa karakteristik utama dari komunitas yang sehat dan resilien adalah:

1. Keterlibatan aktif: Komunitas yang sehat dan resilien melibatkan semua anggotanya dalam berbagai
aspek kehidupan komunitas, termasuk pembangunan, keputusan, dan perencanaan.
2. Keberagaman yang dihargai: Komunitas yang sehat dan resilien menghargai keberagaman dan
mempromosikan inklusi sosial. Hal ini memperkuat rasa saling percaya dan kekuatan bersama.
3. Kolaborasi: Komunitas yang sehat dan resilien mengembangkan kolaborasi yang efektif antara
organisasi dan individu. Hal ini memungkinkan mereka untuk berbagi sumber daya dan memperkuat
keterlibatan masyarakat.
4. Komunikasi yang efektif: Komunitas yang sehat dan resilien memiliki saluran komunikasi yang
terbuka dan efektif. Hal ini memungkinkan mereka untuk berbagi informasi dan membahas masalah
secara efektif.
5. Pemimpin yang terampil dan responsif: Komunitas yang sehat dan resilien memiliki pemimpin yang
terampil dan responsif yang mampu memperkuat keterlibatan masyarakat, mempromosikan
keberagaman, dan membangun kolaborasi yang efektif.

Karakteristik-karakteristik ini sangat penting dalam membangun komunitas yang berkelanjutan


karena memungkinkan masyarakat untuk beradaptasi dan bertahan dalam menghadapi tantangan
dan perubahan. Komunitas yang sehat dan resilien dapat memanfaatkan kekuatan kolektif mereka
untuk membangun lingkungan yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup anggotanya.

Aset –aset dalam sebuah komunitas


Standar sarana dan prasarana merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh sekolah berkaitan dengan tempat belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah, laboratorium, perpustakaan,

bengkel kerja, tempat bermain, dan  lainnya.  Apabila sekolah Bpk/Ibu hanya memiliki kriteria minimal dari standar sarana dan prasarana,   apa yang dapat dilakukan oleh Ibu/Bapak  untuk tetap

menghasilkan kualitas pendidikan yang optimal?

Sebagai sebuah komunitas, sekolah dapat memanfaatkan sumber daya yang


dimilikinya sama seperti komunitas pada umumnya. Pemanfaatan sumber daya yang
dimiliki sekolah dapat memanfaatkan konsep yang digunakan pada pendekatan
pengembangan komunitas berbasis aset.
Kita dapat meminjam kerangka dari Green dan Haines (2016), yang memetakan 7 aset
utama, atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama. Tujuh modal utama ini
merupakan salah satu alat yang dapat membantu menemukenali sumber daya yang
menjadi aset sekolah. Dalam pemanfaatannya, ketujuh aset ini dapat saling beririsan
satu sama lain.  Misalnya modal budaya dapat beririsan dengan modal agama.
Selengkapnya kita bisa pelajari berikut ini.

1. Modal Manusia

o Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya


manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
o Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris
pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap
warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi
perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang
berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
o Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat
kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan,
contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan
seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang
berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam
mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang
berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan,
menari, bermain teater, dan bermain musik.

2. Modal Sosial

o Modal sosial dimaknasi sebagai norma dan aturan yang mengikat warga
masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga,
juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur
yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
o Ini juga dapat dimaknai sebagai investasi yang berdampak pada
bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas hidup
berdampingan, contohnya adanya kepemimpinan, kerjasama, saling
percaya, dan rasa memiliki masa depan yang sama.
o Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah
asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas
masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama
dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan
yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun
nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan,
kesamaan profesi, atau kesamaan hobi. Terdapat beberapa macam
bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi.
Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang
jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses
pengembangan komunitas masyarakat.

3. Modal Politik

o Modal politik tidak hanya dimaknai sebagai sebuah  aktivitas demokratis


dalam tataran politik praktis tapi merupakan kemampuan kelompok
untuk memengaruhi distribusi sumber daya di dalam unit sosial.
o Sebagai kendaraan dalam mencapai tujuan, modal politik berkaitan
dengan kekuasaan dan kebijakan.  Modal politik juga menjadi sebuah
instrumen melalui sumber daya manusia yang dapat memengaruhi
kebijakan untuk mencapai kepentingan. Selain itu, modal politik dapat
bersifat struktural apabila merujuk pada atribut-atribut dalam sistem
politik yang menajamkan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
o Modal politik sebagai sebagai salah satu aset sekolah dapat digunakan
untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada
peningkatan kualitas pembelajaran. Misalkan seorang kepala sekolah
dengan kewenangan yang dimilikinya, menggunakan kewenangannya
untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mengakomodir kepentingan
warga sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak
pada murid. 

4. Modal agama dan budaya

o Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan


berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah
komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut
terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga
perilaku atau amalan.
o Kebudayaan merujuk pada hasil cipta dan karya manusia yang unik  yang
lahir  dari serangkaian ide, gagasan, norma, perilaku, serta benda. Modal
budaya dijelaskan dari tiga hal, yaitu keadaan yang melekat dan
mewujud, seperti nilai dan tradisi yang dianut dan berkembang dalam
masyarakat; keadaan konkret hasil cipta dan karya, seperti lukisan, buku,
mesin, kerajinan tangan, dan semua benda yang dihasilkan oleh manusia
sebagai bentuk kreativitas; dan sebuah bentuk yang dapat dipelajari
melalui kualifikasi akademik, yaitu sekolah. 
o Identifikasi dan pemetaan modal budaya dan agama merupakan langkah
yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual
kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk
kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau
tidak langsung di dalamnya.
o Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual
keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi
yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai
peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan
bersama.

5. Modal Fisik
Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:
o Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses
pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
o Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan,
sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung
pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

6. Modal lingkungan/alam

o Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. 
Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman,
danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
o Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil
dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa
digunakan kembali.

7. Modal finansial
o Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat
digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah
komunitas.
o Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan
pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan
eksternal.
o Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana
menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang
dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan
usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik,
dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
8. Dalam suasana rapat yang berbasis kekurangan, cenderung fokus pada masalah-
masalah yang ada dan kekurangan-kekurangan yang perlu diatasi. Sementara itu,
dalam suasana rapat yang berbasis aset/kekuatan, fokusnya adalah pada sumber
daya, potensi, dan kekuatan yang ada dalam komunitas yang dapat dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan bersama.
9. Contoh pendekatan berbasis kekurangan dalam suasana rapat mungkin termasuk
membahas masalah-masalah seperti kurangnya anggaran, kurangnya dukungan
dari pemerintah, atau kurangnya fasilitas. Sedangkan contoh pendekatan
berbasis aset/kekuatan mungkin termasuk membahas potensi sumber daya
manusia yang ada dalam komunitas, keahlian khusus yang dimiliki oleh anggota
komunitas, atau hubungan baik dengan pihak lain yang dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh dukungan.

Isi rapat antar guru atau dengan kepala sekolah dapat berbeda-beda tergantung pada
agenda dan tujuan rapat. Namun, dalam beberapa kasus, rapat dapat membahas
keduanya, yaitu kekurangan dan kekuatan sekolah. Beberapa topik yang mungkin
dibahas dalam rapat antar guru atau dengan kepala sekolah meliputi:

1. Evaluasi program pembelajaran yang sudah berjalan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihannya serta melakukan perbaikan.
2. Membahas ketersediaan sumber daya, seperti fasilitas, anggaran, dan tenaga pendidik,
serta mencari cara untuk mengoptimalkannya.
3. Membahas kebijakan dan regulasi baru yang akan diterapkan dan implikasinya terhadap
sekolah.
4. Membahas program pengembangan profesional untuk guru dan tenaga pendidik
lainnya.
5. Membahas rencana kegiatan sekolah atau acara yang akan diadakan.
6. Membahas program pengajaran khusus untuk murid yang mengalami kesulitan belajar
atau memiliki kebutuhan khusus.

Dalam pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa rapat antar guru atau dengan kepala
sekolah mencakup banyak aspek yang dapat mencakup kekurangan dan kekuatan
sekolah. Oleh karena itu, rapat dapat menjadi ajang untuk membahas bagaimana
memanfaatkan kekuatan yang ada dan mengatasi kekurangan yang terjadi di sekolah.

Sebagai seorang guru, ketika mendiskusikan seorang murid dengan sesama rekan guru,
sebaiknya kita membahas kebaikan dan kekuatan yang dimiliki oleh murid tersebut. Dalam
pendekatan berbasis aset, kita mencari dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh murid
untuk membantu mereka mencapai potensi terbaik mereka. Hal ini juga dapat membantu untuk
membangun kepercayaan diri dan motivasi murid untuk terus berkembang. Namun, jika ada
masalah atau kekurangan yang perlu dibahas, sebaiknya kita mendiskusikan cara untuk
mengatasinya dengan menggunakan pendekatan yang positif dan berbasis solusi.

Apakah kita bisa menggunakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset untuk
mengelola sumber daya sekolah kita? Bisakah kita mengganti kata komunitas menjadi
sekolah,  Pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset? Mengapa?

Secara prinsip, Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset dapat diadaptasi


dan diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk di dalam konteks pengelolaan
sumber daya sekolah. Namun, penggunaan istilah "Pendekatan Pengembangan Sekolah
Berbasis Aset" dapat membingungkan dan mengabaikan aspek-aspek penting yang
terkait dengan pengelolaan sumber daya sekolah.

Sebagai gantinya, lebih tepat jika kita menggunakan istilah "Pendekatan Pengelolaan
Sumber Daya Sekolah Berbasis Aset". Dalam pendekatan ini, kita akan fokus pada
peningkatan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah, dengan mengidentifikasi
dan memanfaatkan aset atau kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih baik.

Pendekatan ini dapat membantu kepala sekolah dan staf dalam mengelola sumber daya
yang ada di sekolah secara lebih efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif.
Dengan memanfaatkan aset yang dimiliki oleh sekolah, seperti sumber daya manusia,
infrastruktur, atau jaringan yang ada di sekitar sekolah, kita dapat menciptakan solusi
yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi sekolah.

Dalam pengelolaan sumber daya sekolah yang berbasis aset, kita akan fokus pada
mencari solusi yang didasarkan pada kekuatan dan keunggulan yang dimiliki oleh
sekolah. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan yang hanya berfokus pada
kekurangan atau masalah yang ada di sekolah, yang cenderung menimbulkan sikap
defensif dan tidak produktif. Oleh karena itu, Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya
Sekolah Berbasis Aset merupakan alternatif yang lebih positif dan produktif untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Apa contoh pengelolaan sumber daya sekolah kita dengan pendekatan PKBA?

Contoh pengelolaan sumber daya sekolah dengan pendekatan PKBA dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan aset-aset yang ada di lingkungan sekolah
untuk mendukung proses pembelajaran dan pengembangan komunitas sekolah. Berikut
adalah beberapa contoh:

1. Mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di sekolah, seperti
tenaga pendidik, staf administrasi, dan karyawan lainnya, untuk berpartisipasi dalam
pengembangan program-program pembelajaran dan kegiatan sekolah.
2. Memanfaatkan ruang kelas dan fasilitas sekolah lainnya secara optimal untuk
mendukung pembelajaran dan pengembangan keterampilan siswa.
3. Mengidentifikasi dan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di lingkungan
sekolah, seperti taman sekolah, lahan kosong, atau kebun sekolah, untuk
mengembangkan program-program pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
belajar langsung di lingkungan alam.
4. Melibatkan orang tua dan warga sekitar dalam proses pengambilan keputusan tentang
pengelolaan sumber daya sekolah dan memanfaatkan partisipasi mereka untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
5. Mengembangkan program-program yang memanfaatkan potensi teknologi informasi
dan komunikasi yang ada di lingkungan sekolah, seperti penggunaan internet, media
sosial, atau aplikasi pembelajaran online untuk memfasilitasi proses pembelajaran dan
pengembangan keterampilan siswa.

Dengan memanfaatkan aset-aset yang ada di lingkungan sekolah secara optimal,


pendekatan PKBA dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan
sumber daya sekolah serta meningkatkan kualitas pembelajaran dan pengembangan
komunitas sekolah secara keseluruhan.
Bagaimanakah selama ini kita mengelola sumber daya? Apakah sudah menggunakan
pendekatan PKBA?

Maaf, sebagai AI Language model, saya tidak memiliki informasi terkait bagaimana pengelolaan
sumber daya sekolah yang telah dilakukan dan apakah sudah menggunakan pendekatan PKBA
atau belum. Namun, sebagai rekomendasi, penting bagi sekolah untuk mulai
mempertimbangkan dan menerapkan pendekatan PKBA dalam pengelolaan sumber daya
sekolah. Hal ini dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan sumber
daya serta mendorong partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah dalam membangun kekuatan
dan potensi yang ada di dalamnya.

bagaimana caranya kita mengelola dengan pendekatan pengembangan sekolah berbasis


aset?
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola sumber daya sekolah
dengan pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset:

1. Identifikasi Aset: Identifikasi semua sumber daya yang tersedia di sekolah, baik itu aset fisik maupun
non-fisik. Aset-aset tersebut dapat berupa fasilitas, peralatan, keahlian dan keterampilan, serta
koneksi dengan pihak eksternal seperti alumni atau masyarakat sekitar.
2. Menganalisis Aset: Setelah identifikasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah menganalisis aset-aset
tersebut. Identifikasi kekuatan dan potensi dari setiap aset, dan bagaimana aset-aset tersebut dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.
3. Membangun Rencana Aksi: Berdasarkan analisis aset, buatlah rencana aksi yang dapat dilakukan
untuk memaksimalkan pemanfaatan aset tersebut dalam mendukung kegiatan pendidikan di
sekolah.
4. Kolaborasi dengan Pihak Eksternal: Selain memanfaatkan aset yang ada di sekolah, kolaborasi
dengan pihak eksternal seperti masyarakat sekitar, dunia usaha, atau alumni dapat membantu
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan kegiatan sosial, pelatihan, atau pemberian bantuan.
5. Evaluasi: Lakukan evaluasi secara berkala terhadap rencana aksi yang telah dibuat, serta dampak
yang terjadi dari pemanfaatan aset-aset tersebut dalam mendukung kualitas pendidikan di sekolah.
Hal ini dapat membantu dalam perbaikan atau pengembangan rencana aksi yang sudah ada.

Dengan menggunakan pendekatan Pengembangan Sekolah Berbasis Aset, sekolah dapat


memaksimalkan pemanfaatan aset yang ada di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai