Artikel Kesantunan Berbahasa Nanda Dan Ida
Artikel Kesantunan Berbahasa Nanda Dan Ida
nramadhayani@gmail.com
idasafirabangun03@gmail.com
poejiono11@gmail.com
Abstrak
1
melalui penerapan kesantunan berbahasa dalam komunikasi sehari-hari.
PENDAHULUAN
Media sosial seperti Twitter dan Facebook, yang saat ini sangat populer di
kalangan masyarakat di seluruh dunia, terutama generasi muda, juga menampilkan
fenomena yang tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di televisi. Bahkan,
masalah bahasa kasar di media sosial dapat dikatakan lebih buruk daripada di
televisi. Pengguna media sosial ini seringkali menuliskan pernyataan yang
menghina orang yang dituju, baik secara terang-terangan maupun tersirat tanpa
menyebutkan namanya. Komentar-komentar dari orang-orang yang berbeda
pendapat dalam artikel berita online seringkali menggunakan bahasa yang jauh
dari kata-kata sopan, terutama jika topik beritanya melibatkan masalah ras, agama,
etnis, atau nasionalitas (SARA). Ironisnya, sebagian masyarakat semakin toleran
terhadap ketidaksantunan berbahasa ini dengan menyalahkan perkembangan
zaman akibat modernitas dan globalisasi. Toleransi ini mengakibatkan
pelanggaran kesopanan berbahasa diterima. Untuk itu, temuan penelitian ini perlu
membantu meningkatkan kesadaran tentang masalah bahasa yang tidak sopan,
terutama di kalangan generasi muda yang cenderung mengabaikan masalah ini.
3
Masalah kesopanan berbahasa perlu diangkat dan didiskusikan. Bahasa dan
budaya memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan
Untuk mempelajari sebuah bahasa, tidak dapat dihindari bahwa kita juga
harus mempelajari budaya para penuturnya karena bahasa hanya memiliki makna
dalam konteks budaya yang melingkupinya (Sibarani, 2004: 65). Oleh karena itu,
penting untuk melakukan penelitian atau memahami norma-norma budaya
sebelum atau sejalan dengan pembelajaran bahasa. Kesopanan berbahasa berasal
dari patuh terhadap aturan bahasa yang sesuai dengan budaya. Bersama dengan
budaya, karakteristik sosial seperti status sosial, usia, gender, dan tingkat
pendidikan juga mempengaruhi bagaimana kesopanan berkembang dalam bahasa.
Karena bahasa dan budaya saling terkait erat, kesopanan berbahasa berbeda-beda
di antara masyarakat-masyarakat. Di kepulauan Indonesia, kesopanan berbahasa
dalam bahasa rakyat adalah ungkapan dari tradisi lisan yang harus dijaga dan
dikembangkan untuk menemukan aturan-aturan nenek moyang yang masih ada
dalam budaya penutur bahasa tersebut.
4
perkotaan maupun di pedesaan, terutama pada masa modernisasi yang diakibatkan
oleh globalisasi
1. Ibu : Saget mas ndandani ghendeng kita? ‘Bisa mas memperbaiki atap
(rumah) kita? (ms adalah panggilan untuk anak laki-laki tertua dalam
keluarga)
Anak : Yoo. enggel yo bu. “Ya. Sebentar lagi bu’.
2. A: Dadi sesok lungo neng Medan? ‘jadi pergi ke Medan besok?’ Eneng
piranti meja koyok wis Wati. Neng Medan ngandika tuku e . ‘Ada
peralatan makan seperti punya bu Wati. Katanya dia beli di Medan.
5
B: Yen aku duwe wektu aku bakal nggoleki. ‘Kalau sempat saya nanti
saya cari.’
METODE PENELITIAN
Teknik lanjutan dari teknik sadap yang dilakukan pada penelitian ini
berupa teknik simak bebas libat cakap (Mahsun, 2005: 92-95). Peneliti hanya
sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informan dan hanya menyimak
dialog yang terjadi antarinforman. Penerapan metode simak dengan teknik sadap
pada penelitian ini dilakukan dengan perekaman percakapan yang terjadi dalam
interaksi sehari-hari dalam ranah keluarga penutur bahasa Jawa dan juga dalam
interaksi dengan tetangga melalui alat perekam digital. Pada saat proses
pengumpulan data dengan perekaman dilakukan, peneliti berusaha agar para
informan tidak menyadari bahwa percakapan yang mereka lakukan sedang
disadap. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data tuturan yang alami dan tidak
dibuat-buat.
7
membuat ikhtiar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum
Tabel 1.1. Strategi Kesantunan dengan Memberi Alasan Pada Tindak Tutur
Menolak
2 A: yen kuwe nek lungo, antarno iki neng omah e Emi yo seseorang menolak
(Kalau kalian mau pergi (nanti) antarkan ini ke (rumah) Emi permintaan kakaknya
ya.) untuk mengantarkan
B: Aku ora gowo kereta, ndra uang kepada adiknya
yang tinggal di tempat
(Aku tdak bawa kereta ndra) lain.
Contoh tuturan yang bercetak tebal pada pada tabel 1.1 di atas merupakan
tuturan menolak dengan strategi memberi alasan. Tuturan (1B) Arel lungo pula
aku engko, sesok ae la yo riko teko (Saya akan/hendak pergi nanti) merupakan
pemarkah kesantunan yang digunakan penutur untuk menolak permintaan mitra
tuturnya yang ingin datang bertamu dengan alasan bahwa ia tidak berada di rumah
pada saat yang dimaksudkan mitra tuturnya tersebut. Demikian juga halnya
dengan pertuturan (3). Situasi pada pertuturan (3) penutur (A) bermaksud
meminjam sepeda motor (B). Permintaan tersebut ditolak oleh (B) dengan alasan
bahwa ia juga akan pergi memakai sepeda motor tersebut. Pemarkah kesantunan
pada tuturan menolak penutur (B) Aku arep lungo, da, Arep adalah alasan akan
pergi.
Pemarkah kesantunan pada pertuturan (2), (4), (5) juga ditunjukkan oleh
kalimat bercetak tebal. Pada pertuturan (2) penutur (A) meminta tolong kepada
(B) untuk mengantarkan uang kepada adiknya. Permintaan tersebut ditolak oleh
(B) dengan memberikan alasan bahwa ia tidak membawa sepeda motor sehingga
akan merepotkan bagi dia jika masih harus menuruti permintaan (A). Tuturan
yang bercetak tebal pada pertuturan-pertuturan tersebut merupakan pemarkah
kesantunan dalam tindak tutur menolak dengan strategi memberi alasan
Tabel 1.2. .Strategi Kesantunan dengan Meminta Maaf Pada Tindak Tutur
Menolak
Tabel 1.3. Strategi Kesantunan dengan Berterima Kasih pada Tindak Tutur
Menolak
N
o Contoh Tuturan Konteks
1 A : Mangan ndesek kita yo
(Makan dulu kita ya) Seseorang yang
B: suwon bik, kami arek lungo iki dino menolak tawaran
(Terimakasih bulek, tapi kami mau pergi sekarang ini) makan.
2 A: mlebu dhisik
(Masuk dulu.) Seseorang yang
B: Suwon, sawetara wektu wae kami mampir yo menolak tawaran untuk
(Terimakasih, kapan-kapan saja kami singgah ya) singgah.
10
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
11
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik: Suatu Pengantar. Edisi Revisi.
Bandung :Angkasa.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
12