Anda di halaman 1dari 10

Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai Teladan Sikap dan

Karakter bagi Generasi Muda

Ditulis oleh: Erlin Sandri

Email: erinsandri071@gmail.com

Biografi Penulis:

Penulis bernama lengkap Erlin Sandri, lahir pada tanggal 12 Januari 2005 di Dabo
Singkep, provinsi Kepulauan Riau. Ia adalah anak kedua dari satu bersaudara. Ibunya
adalah seorang bidan yang sekarang bekerja di Dinas Kesehatan, dan ayahnya adalah
seorang pekerja swasta.

Dari kecil, penulis memiliki banyak sekali cita-cita dan selalu berubah-ubah hingga
saat ini. Ia sekarang sedang menduduki bangku SMA tahun kedua dan sebentar lagi
akan naik ke kelas 12.

Selama 17 tahun hidupnya, ia baru terhitung dua kali mengikuti kompetisi menulis,
dan ia memang sedikit tertarik dalam dunia kepenulisan. Ia baru mulai mengunggah
tulisannya di Internet saat ia kelas 10, dan sampai sekarang sedang menekuninya.
Selain menulis, Penulis juga sangat suka membaca novel bertema fantasi
sampaisampai rela menabung uang jajan sekolahnya demi untuk membeli novel dari
penulis favoritnya.

Sewaktu SMP, penulis pernah tergabung ke dalam ekskul OSIS selama kurang lebih
satu tahun setengah, namun memutuskan untuk undur diri karena suatu hal. Penulis
sendiri adalah orang yang cenderung pendiam, namun memiliki ketekunan dan
kegigihan yang kuat untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkannya. Di sekolah, ia
sangat menyukai pelajaran Sastra Inggris walaupun ia tahu jika kemampuan
berbahasa Inggrisnya masih kurang fasih.
Penulis berpendapat, bahwa tidak semua hal mesti lahir dari bakat. Menurutnya,
terkadang bakat dapat terbentuk lewat pembiasaan, baik secara sadar maupun tidak.
Menurutnya, lebih baik belajar mati-matian dan dapat nilai rendah, daripada pasrah
begitu saja dengan nasib akhir, karena untuk berada di atas roda kehidupan, kita harus
senantiasa mengayuhnya.
Bersumber dari WIKIPEDIA, Provinsi Kepulauan Riau (disingkat: Kepri) adalah
salah-satu provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini berbatasan dengan Vietnam
dan dan Kamboja di sebelah Utara, Malaysia dan Provinsi Kalimantan Timur di
sebelah Timur, provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di Selatan, serta
negara Singapura, Malaysia dan Provinsi Riau di sebelah Barat. Provinsi ini memiliki
tujuh Kabupaten, di antaranya Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Kepulauan Anambas, Kabupaten Lingga, Kabupaten Natuna, Kota Batam, dan Kota
Tanjung Pinang.

1.

Sumber gambar: https://www.daerahkita.com/artikel/304/daftar-nama-kabupaten-


dan-kota-di-provinsi-kepulauan-riau

Dahulunya, provinsi ini bergabung dengan Provinsi Riau setelah kemudian


memisahkan diri membentuk provinsi baru dengan nama Kepulauan Riau. Saat ini,
kota-kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau sudah terbilang lebih maju dari
sebelumnya. Karena kondisi wilayahnya yang dapat dikatakan hampir mencakup
banyak perairan, membuatnya lebih memanfaatkan aktivitas perdagangan dan
kebaharian. Hal ini juga di dukung oleh kondisi geografis startegisnya yang
berbatasan dengan negara-negara luar seperti Singapura dan Malaysia sehingga lebih
memudahkan aktivitas perdagangan antar pulau seperti ekspor dan impor. Itulah
salah-satu faktor penyebab mengapa kota-kota di sekitar Provinsi Kepri ini cepat
berkembang.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki beberapa tokoh sejarah yang cukup memberikan
pengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan di daerah-daerah kepri ini pada
zaman dahulu. Salah-satu contoh dari tokoh sejarah tersebut yakni adalah
SultanMahmud Riayat Syah III.

Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS) III adalah pemimpin Kesultanan Riau Lingga-
Johor-Pahang, dan Sultan pertama dari kerajaan Riau-Lingga. Beliau lahir di Hulu
Lingga pada 24 Maret 1756, serta diberi gelar Marhum Masjid Lingga. Beliau adalah
anak bungsu dari Sultan Johor ke-13, Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri
keduanya, Tengku Puteh binti Daeng Chelak. Sultan Mahmud III diangkat menjadi
sultan ke-15 saat ia masih belia. Saat itu terjadi perpecahan anatar suku Melayu dan
Bugis, sehingga diputuskanlah bahwa suku Melayu akan menjadi Yang Dipertuan
Besar dan suku Bugis menjadi Yang Dipertuan Muda. Oleh karena saat itu Sultan
Mahmud Riayat Syah masih berusia sangat belia, urusan pemerintahannya sementara
waktu diserahkan kepada Yang Dipertuan Muda, yaitu Daeng Kemboja. Sepanjang
hidupnya, beliau selalu aktif melawan Belanda menjadikan sosok ini jadi lawan yang
ulet bagi Belanda hingga beliau wafat. Beliau melawan Belanda dengan strategi
perang gerilya laut, sehingga kedaulatan Sultan Mahmud Riayat Syah diakui oleh
Belanda sebagai penguasa terbesar Kesultanan Lingga Johor-Pahang.

Wilayah taklukannya dibagi menjadi tiga negara yakni Indonesia, Singapura, dan
Malaysia. Nama Sultan Mahmud Riayat Syah III diabadikan menjadi nama lapangan
sepakbola di Daik Lingga dan beberapa waktu kemudian dipakai untuk nama masjid
baru besar di Sagulung, Kota Batam.
Sultan Mahmud Riayat Syah diberi gelar sebagai salah-satu Pahlawan Nasional yang
berasal dari Kepulauan Riau setelah pendahulunya yaitu Raja Haji Fisabilillah dan
Raja Ali Haji. Pemberian gelar tersebut berdasarkan Keputusan Presiden nomor
115/TK/TAHUN 2017 sekaligus dalam rangka memperingati Hari Pahlawan
Nasional yang diperingati setiap tanggal 10 November.

Pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Riayat Syah, bahasa Melayu dijadikan
sebagai bahasa pengantar dan rakyat digesa untuk dapat berbahasa Melayu yang baik
dan benar. Model bahasa Melayu Kerajaan-Lingga ini (bahasa Melayu tinggi)
ditetapkan menjadi bahasa Melayu baku di seluruh nusantara. Sekolah-sekolah yang
didirikan oleh Belanda juga menggunakan bahasa ini sebagai bahasa pengantar dalam
pembelajarannya. Nantinya, bahasa Melayu yang berkembang inilah yang bakal
menjadi akar dari Bahasa Nasional kita saat ini, bahasa Indonesia.

Sultan Mahmud Riayat Syah menikah dengan seorang wanita yang bernama Engku
Putri Raja Hamidah, dan menjadikan pulau penyengat sebagai emas kawinnya, lalu
kemudian, di bawah pemerintahannya jugalah, pulau penyengat ini dibuka dan pusat
pemerintahan Yang Dipertuan Muda dipindahkan ke pulau Penyengat Indrasakti dari
Kota piring, pulau Biram Dewa., serta di pulau penyengat ini juga didirikan taman
para penulis sebagai wadah pelestarian warisan budaya hingga saat ini. Pekerjaan
mengarang pada masa itu termasuk pekerjaan yang mulia, mereka merasa betapa pun
tingginya jabatan mereka di kerajaan tersebut, belum puas rasanya jika mereka belum
menciptakan karya tulis. Dari sinilah kesastraan di wilayah Kepri mulai berkembang
pesat hingga memberikan banyak inspirasi kepada Raja-raja selanjutnya dalam
berkarya sastra. Sebagai contoh Raja Ali Haji ,melahirkan karya-karya besar di
antaranya seperti Gurindam 12, Tuhfat Al Nafis, Bustanul Katibin, Kitab
Pengetahuan Bahasa. Selain itu, Raja Ali Haji juga menulis buku dalam bidang
hukum dan pemerintahan, filsafat, serta keagamaan. Selain itu, kegiatan intelektual
lainnya juga berkembang pesat juga pada saat itu. Selain Raja Ali, sebenarnya ada
banyak lagi raja-raja yang pada masa itu membuat karya tulis kesastraan.
Sultan Mahmud Riayat Syah terkenal pandai bersiasat perang dan berdiplomat. Ini
terbukti dari Belanda yang sangat terganggu oleh Kerajaan Riau terlebih pada abad
ke-17. Walau sempat mengalami kekalahan melawan Belanda, dan terpaksa untuk
menandatangani perjanjian dengan Belanda, namun berkat akal pikirannya yang
cerdik. Beliau dapat membalikkan keadaan tersebut. Beliau secara diam-diam
mengirimkan utusan untuk membuat perjanjian dengan Raja Tempasuk Kalimantan
untuk meminta lanun-lanun Tempasuk agar menyerang Belanda dan menghancurkan
benteng Belanda di Pulau Bayan, di muara Sungai Riau (Carang). Serangan dadakan
tersebut singkat cerita berhasil mengalahkan Belanda, hingga mereka berhasil diusir
keluar dari wilayah Kerajaan Riau. Dan hal tersebut sangat membuat malu Residen
Belanda David Ruhde yang berkantor di pulau itu, kembali ke Melaka.

Mengutip dari buku ‘MAHMUD SANG PEMBANGKANG’, pada saat itu, Gubernur
Belanda di Malaka marah dan mengirim armada perangnya di bawah pimpinan
Admirat Jacob van Bram, ke Riau untuk menghukum Mahmud Riayat Syah tetapi,
beliau sangatlah cerdik. Dengan cerdiknya Sultan Mahmud Riayat Syah menyingkir
ke Lingga dan membangun pusat pemerintahan baru di sana dan memindahkan
ibukota pemerintahannya ke Daik, di Pulau Lingga sehingga kerajaan itu berubah
nama menjadi Kerajaan Lingga.

Sultan Mahmud Riayat Syah juga mengatur siasat perdamaian dengan pihak Belanda
melalui mediasi guna menjaga kelancaran dan kestabilan negaranya waspada kalau-
kalau Belanda kembali menyerang.

Juga, pada tahun 1795, Inggris yang mengambil wilayah Malaka dari Belanda
menyerahkan kedaulatan wilayah Riau kepada Sultan Mahmud Riayat Syah tanpa
syarat. Dari sini, dapat dilihat kepiawaian Sultan Mahmud Syah dalam bersiasat dan
berdilomasi, ia pandai menarik sekutu untuk membantunya melawan Belanda kala
itu.
Dari Sultan Mahmud Syah kita sudah dapat melihat banyak keteladanan tersendiri
dalam dirinya. Hal demikian tidak lepas dari didikan yang hebat dari keluarganya,
seperti pamannya, Raja Haji, dan oleh bibi-bibinya yang lain. Beliau juga diberikan
pendidikan agama Islam. Beliau diajarkan ilmu agama yang dilaksanakan di istana
maupun di masjid-masjid dan surau-surau bersama pembesar-pembesar istana
lainnya. Beliau di ajarkan oleh Raja Haji yang merupakan seorang pejuang dan
diberikan motivasi mengenai semangat-semangat juang syahid. Beliau mengajarkan
Sultan Mahmud untuk memperdalam ilmu agama. Hingga pada akhirnya nanti beliau
akan berjuang habis-habisan dalam melawan Belanda dan menjadi syuhada
fisabilillah dalam membela agama dan tanah airnya.

Sultan Mahmud Riayat Syah walaupun masih muda, namun beliau sudah cukup
bijaksana. Tak dilihat dari umur, beliau menjalankan ketatanegaraan dengan
kecerdasan dan kecerdikannya. Pada saat beliau berusia 17 tahun, beliau bersama
Yang Dipertuan Muda yang keempat bersama memajukan negerinya. Pada saat itu,
banyak sekali kapal-kapal dan pedagang-pedagang dari luar masuk ke Tanjung
Pinang, sebagai contoh dari Benggala, Jawa, Cina maupun India hingga Eropa.
Melihat kondisi yang membukakan peluang ekonomi untuk kerajaannya, hal
demikian lalu memunculkan niat dan ide bagi Sultan Mahmud Riayat Syah untuk
memajukan sektor perdagangan tersebut.

Ada banyak sekali keteladanan yang dapat dipetik dari sikap beliau, hingga membuat
orang terinspirasi dengannya. Olehkarenanya, banyak sekali nama tempat ataupun
bangunan yang diberi nama serupa dengan nama beliau. Sebenarnya, ada banyak lagi
sultan-sultan bernama Mahmud di atasnya, kakeknya, ayahnya, buyutnya, namun,
Sultan Mahmud Riayat Syah ini dapat dikatakan sosok yang lebih cemerlang dari
Sultan Mahmud-Mahmud lainnya. Pemberani, cerdas, dan cerdik, serta tegas. Di
sinilah dapat dilihat bahwa keturunan dapat berpengaruh terhadap generasi
selanjutnya. Sedikit banyak sifat dan karakter pendahulu dapat menurun terhadap
anak cucunya melalui cerminan dan contoh teladan dari generasi sebelumnya.
Kakek dari Sultan Mahmud Riayat Syah juga terkenal sebagai orang yang sangat
pembangkang dan keras kepala. Beliau juga adalah orang yang pemberani. Sifat
inilah yang menurun ke generasi selanjutnya seperti Sultan Mahmud Riayat Syah.

Dari Uraian ini, kita dapat mengerti bahwa cerminan dan teladan yang baik itu
sangatlah penting untuk membentuk generasi berikutnya yang lebih berkarakter dan
berjiwa hebat. Tanpa contoh yang baik, akan sangat sulit untuk membentuk pribadi
yang berperilaku baik.

Itulah yang diperlukan generasi muda di era saat ini. Kesuksesan dan keberhasilan
sesuatu hal tercipta dari unsur-unsur yang baik. Tak peduli bagaimanapun zaman kita
saat ini. Era society 5.0, era revolusi industri 1.0, 2.0, 3.0, ataupun 4.0, jika tidak
dibarengi oleh karakter yang baik, tidak akan pernah menjadi manusia maju yang
akan membawa / menciptakan perubahan yang baik dalam kehidupan.

Berbicara mengenai era society 5.0, berdasarkan laman


https://www.komunikasipraktis.com/2021/09/pengertian-era-society-50-pasca.html?
m=0 ,era society 5.0 dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang berpusat pada
manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah
sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya (virtual space) dan
ruang fisik (nyata).

Tujuan Society 5.0 adalah untuk menciptakan masyarakat di mana tantangan sosial
diselesaikan dengan memasukkan inovasi revolusi industri keempat (misalnya
internet of things/ loT,Big Data,Artificial Intelligence (Al) atau kecerdesan Artifisial,
dan ekonomi berbagi) ke dalam industri dan kehidupan sosial. Sebenarnya, istilah ini
berasal dari Jepang. Saat ini negara Jepang sedang kekurangan penduduk usia
produktif. Dan era society 5.0 ini sebenarnya bermaksud untuk memajukan
kehidupan manusia dengan memanfaat teknologi-teknologi canggih yang telah
terwujud saat ini.
Sehubungan dengan hal tersebut,dibalik itu semua, tentu berkaitan erat lagi dengan
faktor-faktor pendukung kemajuan. Seperti yang telah diuraikan dalam uraian di atas,
sikap ketegasan, kegigihan, keberanian semangat dan kebijaksanaan sangat di
perlukan dalam kehidupan ini. Tanpa adanya ketegasan, hidup akan menjadi plin plan
dan tidak teguh pada pendirian. Akan sulit untuk megambil keputusan. Juga, dalam
menjalani hidup diperlukan semangat yang kuat. Tanpa semangat yang kuat, hidup
akan terasa berat dan mudah patah arang. Terlebih di era seperti zaman sekarang ini,
semangat sangat diperlukan bagi generasi sekarang, baik tua maupun muda.

Di zaman sekarang, persaingan sangatlah ketat, entah dibidang apapun itu. Generasi
sekarang dituntut harus memiliki sikap gigih dalam menghadapi segala persoalan, dan
berapapun usia kita saat ini, walaupun masih muda, kebijaksanaan itu sangat
diperlukan. Kebijaksaan menuntun kita untuk berada di jalan keputusan yang benar.
Menimbang-nimbang kembali keputusan yang mesti diambil kedepannya.

Pembentukan mental yang kuat memegang peranan penting saat ini. Hal ini dapat
dilatih sejak usia dini. Lingkungan keluarga memegang peranan penting dalam
pembentukan karakter tersebut. Kaitan sikap patriotisme itu dengan sikap-sikap
teladan tersebut adalah sebagai akar penguat dari terbentuknya sikap patriotisme, juga
pada zaman ini, patriotisme tidak sama seperti pada zaman dahulu. Namun
Patriotisme sekarang dapat melalui cara yang lebih modern mengikuti modernisasi
saat ini.
Daftar Pustaka

Liamsi, Rida. (2017). Mahmud Sang Pembangkang .Pekanbaru : PT Sagang

Intermedia Pers

https://youtu.be/ZpblHptYUrI

https://linggakab.go.id/2017/11/09/sultan-mahmud-riayat-syah-resmi-jadi-pahlawan-
nasional/

https://jantungmelayu.com/2017/11/peran-sultan-mahmud-riayat-syah-sebagai-
pejuang-bangsa-dan-membangun-puncak-tamadun-melayu/

https://www.komunikasipraktis.com/2021/09/pengertian-era-society-50-pasca.html?
m=0

https://www.daerahkita.com/artikel/304/daftar-nama-kabupaten-dan-kota-di-provinsi-
kepulauan-riau

Anda mungkin juga menyukai