Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM EENTOMOLOGI MEDIK

PEMERIKSAAN KELAS ARACHINIDA (TUNGAU)

MENGGUNAKAN SAMPEL KEROKAN KULIT

OLEH:

TK 2A

NAMA : ASTIN NURFADILAH

KELAS : TK 2A TLM

NIM : P00341021007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN TEKNOLOGI LABOATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

2023
I. JUDUL : Pemeriksaan Kelas Arachinida (Tungau)
II. HARI/TANGGAL : Rabu 30 Mei 2023
III. TUJUAN
Untuk mengetahui adanya tungau pada kullit
IV. METODE
Kerokan kulit
V. CARA PEMERIKSAAN
Makroskopis
VI. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
 Scapel steril
 Mikroskop
 Pipet tetes
 Cawan petri
 Objek glass
 Cover glass
 Tempat sampel/wadah
 Ose lurus/jarum steril
b) Bahan
 KOH 10%
 Baby oil
 Kapas
 Oil imersi
 Cotton bath/tusuk tellinga
 tissue

VII. PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Sebelum dikerok kulit (sampel) ditetesi terlebih dahulu dengan baby
oil/minyak agar kerokan kuli tidk berhamburan dan tungau yang ada
gerakannya terhhambat
3. Pegerokan kulit (sampel) dilakukan tepat pada perbatasan antara kulit yan
norml dengan yang mengalami perubahan perubahan (lesi)
4. Kemudiaan kerokan kulit tersebut di taruh kedalam wadah tempat sampel
atau tabung .tambahkansedikit demi sedikit KOH 10%
5. Setelah itu pindahkan kedalamcawan petri,tambahkan 1 tetes KOH 10%
dan dinkubasi selama 1 menit atau beberapa saat
6. Setelah itu pinndahkan diatas objek glas menggunakan ose
/jarum ,kemudian tetesi dengan oil imersi dan tutup menggunakan deck
glass/cover glass
7. Periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 X dan 100X
8. Catat hasil yang didapatkan
VIII. HASIL PENGAMATAN
a) Gambar Hasil Pengamatan
Pada hasil yang didapatkan tidak ditemukan yaitu Negatif (-)

Pada table di bawah ini merupakan gambar tungau yang positif

Nama Kelas Morfologi Gambar


Sarcopte Arachinida
Tungau S.scabiei
s
scabieies berwarna putih krem dan
berbentuk oval yang
cembung pada bagian
dorsal dan pipih pada
bagian ventral.Permukaan
tubuh bersisik dan
dilengkapi dengan
kutikula serta banyak
dijumpai garis paralel
transversal(MPHM,2014).
Spesies betina berukuran
300 x 350 µm, sedangkan
jantan berukuran 150 x
200 µm. Stadium dewasa
mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki depan
dan 2 pasang kaki
belakang.

b) Interpretasi Hasil

N Nama Pasien Hasil pemeriksaan


O umur Jk Positif Negative
1 Tn.Ahmad 20 Thn Laki-laki (-)
Ferdyman B
IX. PEMBAHASAN

Scabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklikm tropis dan
subtropis,merupakan penyakit kulit yang menular.Scabies dalam bahasa indonesia
sering disebut „‟kudis‟‟,orang jawa menyebutnya „‟gudig‟‟,sedangkan orang sunda
menyebutnya „‟budug‟‟.Penyakit ini juga sering disebut dengan penyakit kutu
badan,budukan,gatas agogo,yang disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabier varian
hominis (sejenis kutu,atau tungau),ditandai dengan keluhan gatal,terutama pada malam
hari dan ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat
tidur dan pakainan (Indriaty,2015).
Nama Sarcoptes scabiei adalah turunan dari kata yunani yaitu sarx yang berarti
kulit dan koptein yang berarti potongan dan kata latin scabere yang berarti
menganggaruk.Secara harfiah skabies berarti gatal pada kulit sehingga muncul aktivitas
mengganruk kulit yang gatal tersebut (Ariawati 2016).
Tungau Skabies dapat ditemukan di seluruhdunia dan dapat mengenai semua ras
dan sosial ekonomi di berbagai iklim.Skabies menurutWHO merupakan suatu penyakit
signifikan bagi kesehatan publik karena merupakankontributor yang substansial bagi
morbiditas dan mortalitas global.Angka kejadian skabiesdi seluruh dunia dilaporkan
sekitar 300 juta kasus pertahun.Skabies merupakan salah satukondisi dermatologis yang
paling umum dan sebagian besar terjadi di negara berkembang.Menurut Departemen
Kesehatan RI prevalensi skabies di seluruh Indonesia adalah 5.6% -12.95%. Penyakit ini
dapat diobati, namun seringkali terlambat didiagnosa sehinggapengobatan terlambat dan
mudah menyebar secara berkelompok.(Intan,2016)
Tungau menyerang dengan cara menginfestasi kulit inangnya dan bergerak
membuat terowongan dibawah lapisan kulit (stratum korneum dan lusidium) sehingga
menyebabkan gatal,kerontokan rambut,dan kerusakan kulit.Masalah scabies masih
banyak ditemukan diseluruh dunua,terutama pada negara-negara berkembang dan
industri.Rendahnya higenitas dan sanitasi serta ekonomi mejadi pemicu terjankitnya
penyakitini.
Pada praktikum yng dilakukan didapatkan hasil bahwa sampe kerokan yang
diperiksa tidak ditemukan adanya tungau yang artinya negatif .
X. DAFTAR PUSTAKA
http://repo.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5028/1/Awaliya
%20Rahmayani%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai