Anda di halaman 1dari 7

Angkatan 70 dalam sastra Indonesia adalah angkatan pembawa sastra baru dengan corak yang

berbeda dari angkatan sebelumnya. Angkatan 70-an diberi nama oleh Abdul Hadi W.M, dan Dami N.
Toda. Dalam angkatan ini ada beberapa sastrawan yang membawa corak baru terhadap sastra
Indonesia seperti Sutardji Calzoum Bachri yang mengenalkan puisi bercorak baru terhadap sastra
Indonesia yaitu puisi mantra.

Lahirnya angkatan ini di karenakan oleh anggapan sastrawan angkatan 70 terhadap karya-
karya angkatan 66 yang tidak maju atau hanya berbasis untuk melawan pemerintahan. Pada
angkatan 66, ciri khas sastra adalah protes sosial yang sejalan dengan marak-maraknya perlawanan
publik terhadap kekuasaan yang mengalami krisis kepercayaan setelah terjadi September 1965, pada
masa ini pula disebut sebagai masa pemapanan menurut versi Yudiono KS (Pengantar Sejarah Sastra
Indonesia).

Ciri-ciri Karya Sastra Angkatan ‘70

1. Puisi

* Struktur Fisik

a. Puisi begaya bahasa mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa ulangan kata, frasa, atau
kalimat. Gaya bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gayahiperbola untuk memperoleh efek
yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan tipografi.

b. Puisi konkret sebagai eksperimen.

c. Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberikan kesan ekspresif.

d. Banyak menggunakan permainan bunyi.

e. Gaya penulian yang prosaik.

f. Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.

* Struktur Tematik

a. Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi;

b. Besadaran bahwa aspek manusia merupakan subjek dan bukan objek pembangunan;

c. Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistis.

d. Cerita dan pelukisnya bersifat alegoris atau parable;

e. Perjuangan hak-hak azasi manusia; kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari
pencemaran teknologi modern;
f. Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah,
dan kritik tentang penyelewengan.

2. Prosa dan Drama

* Struktur Fisik

a. Melepaskan ciri konvensional, menggunakan pola sastra “asurd” dalam tema, alur, tokoh,
maupun latar;

b. Menampakkan ciri latar kedaerahan“warna lokal”.

* Struktur Tematik

a. Sosial: politik, kemiskinan, dan lain-lain;

b. Kejiwaan;

c. Metafisik.

1.Putu Wijaya

Ü Orang-orang Mandiri (drama);

Ü Lautan Bernyanyi (drama);

Ü Telegram (novel);

Ü Aduh (drama);

Ü Pabrik (novel);

Ü Stasiun (novel);

Ü Hah (novel);

Ü Keok (novel);

Ü Anu (drama);

Ü MS (novel);

Ü Sobat (novel);

Ü Tak Cukup Sedih (novel);

Ü Dadaku adalah perisaiku (kumupulan sajak);

Ü Ratu (novel);

Ü Edan (novel);

Ü Bom (kumpulan cerpen).


2.Iwan Simatupang

Ü Merahnya Merah (roman);

Ü Kering (roman);

Ü Ziarah (roman);

Ü Kooong (roman);

3.Danarto

Ü Godolb (kumpulan cerpen);

Ü Obrok owok-owok, Ebrek ewek-ewek (drama);

Ü Adam ma’rifat (kumpulan cerpen);

Ü Berhala;

Ü Orang Jawa Naik Haji (1984);

Ü Bel Geduwel Beh (1976).

4.Budi Darma

ü Solilokui (kumpulan essai);

ü Olenka (novel);

ü Orang-orang Bloomington (kumpulan cerpen);

5.Sutardji Calzoum Bachri

Ü Amuk ( kumpulan sajak);

Ü Kapak (kumpulan sajak).

6. Arifin C. Noer

Ü Kapai-kapai (drama);

Ü Kasir Kita (drama satu babak);

Ü Orkes Madun (drama);

Ü Selamat Pagi, Jajang (kumpulan sajak);

Ü Sumur tanpa dasar (drama);

Ü Tengul (drama).
7. Darmanto Jatman

Ü Sajak-sajak Putih (kumpulan sajak);

Ü Dalam Kejaran Waktu (novel);

Ü Bangsat (kumpulan sajak);

Ü Sang Darmanto (kumpulan sajak);

Ü Ki Balaka Suta (kumpulan sajak)

8.Linus Suryadi

Ü Langit Kelabu (kumpulan sajak);

Ü Pengakuan Pariyem (novel);

Ü Syair-syair dari Jogja (kumpulan sajak);

Ü Perang Troya (cerita anak);

Ü Dari Desa ke Kota (kumpulan essai);

Ü Perkutut Manggung (kumpulan sajak);

Ü Gerhana Bulan (kumpulan sajak).

9. Taufik Ismail

Ü Puisi-puisi Sepi (kumpulan sajak);

Ü Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (kumpulan sajak);

Ü Sajak Ladang Jagung (kumpulan sajak).

10.Arsendo Atmowiloto

Ü Lawan Jadi Kawan (cerita anak);

Ü Bayang-bayang Baur (novel);

Ü Teu Cireus (novel);

Ü Surat dengan Sampul Putih (kumpulan cerpen);

Ü Saat Kau Berbaring di dadaku (novel);

Ü 2 x cinta.

11.Y.B Mangunwijaya
Ü Teknologi dan Dampak Kebudayaannya (essai);

Ü Sastra dan Religiusitas (kumpulan essai);

Ü Roro Mendut (roman);

Ü Puntung Roro Mendut (roman);

Ü Ragawirdya (novel);

Ü Fisika Bangunan (buku teks);

Ü Ikan-ikan Hiu, Ido, Homa (novel).

12.Abdul Hadi WM

Ü Laut Belum Pasang (kumpulan sajak);

Ü Cermin (kumpulan sajak);

Ü Potret Seorang Pengunjung Pantai Sanur (kumpulan sajak);

Ü Meditasi (kumpulan sajak);

Ü Tergantung pada Angin (kumpulan sajak);

Ü Manusia dalam Sastra Indonesia Muttakhir (kumpulan essai);

Ü Zaman Edan dan Sastra Frustasi (kumpulan essai).

13.Emha Ainun Najib

Ü Frustasi (kumpulan sajak);

Ü Sajak-sajak Sepanjang Jalan (kumpulan sajak);

Ü Mabang;

Ü Tangis;

Ü Lingkaran Dinding;

Ü Kepala Kampung;

Ü Seorang Gelandangan;

Ü Mimpi Setiap Orang;

Ü Mimpi Istriku;

Ü 99 untuk Tuhanku (sajak);

Ü Di Belakangku.

14.Korrie Layun Rampan


Ü Matahari pinsan di ubun-ubun (kumpulan sajak);

Ü Cermin Sang Waktu (kumpulan sajak bersama Gunoto Saparie);

Ü Saan (kumpulan sajak);

Ü Malam Putih (kumpulan sajak);

Ü Upacara (novel);

Ü Kekasih (kumpulan cerpen);

Ü Suara Kesunyian (kumpulan sajak).

15.Umar Kayam

Ü Seribu Kunang-kunang di Matahari (kumpulan cerpen);

Ü Sri Sumarah dan Bawuk (kumpulan cerpen);

Ü Totok dan Toni (cerita anak-anak);

Ü Seni, Tradisi, Masyarakat (kumpulan essai);

Ü Para Priyayi (novel);

Ü Lebaran di Karet, di Karet – (kumpulan cerita pendek);

Ü Pada Suatu Saat di Bandar Sangging;

Ü Kelir Tanpa Batas;

Ü Jalan Menikung.

16.Remy Sylado

Ü Gali Lobang Gila Lobang (roman);

Ü Kita Hidup Hanya Sekali (roman);

Ü Belajar Menghargai Hak asasi Kawan (sajak).

17.WS. Rendra

Ü SLA (drama terjemahan);

Ü Informan ( drama terjemahan);

Ü Blues untuk Bonnie (kumpulan sajak);

Ü Sajak-sajak Sepatu Tua (kumpulan sajak);

Ü Oidipus Sang Budha (drama terjemahan);

Ü Antigone (drama);
Ü Potret Pembangunan dalam Puisi (kumpulan sajak).

Anda mungkin juga menyukai