SKRIPSI
Diajukan Oleh:
BADRIYATUTHAIBA
Nim : 190103027
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
Prodi Perbandingan Madzhab dan Hukum
SKRIPSI
Oleh :
BADRIYATUTHAIBA
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum
Prodi Perbandingan Mazhab dan Hukum
NIM : 190103027
2
OUTLINE
LEMBARAN JUDUL................................................................................
PENGESAHAN PEMBIMBING..............................................................
PENGESAHAN SIDANG.........................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH....................................
ABSTRAK..................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................
PEDOMAN TRANSLITERASI...............................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. LatarBelakang Masalah...........................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................
C. Tujuandan Kegunaan Penelitian..............................................
D. Kajian Pustaka.........................................................................
E. Penejelasan Istilah....................................................................
F. Metode Penelitian....................................................................
1. Pendekatan Penelitian .......................................................
2. Jenis Penelitian...................................................................
3. Sumber Data.......................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data.................................................
5. Objektivitas dan Validitas Data.........................................
6. Teknik Analisis Data..........................................................
7. Pedoman Penulisan............................................................
G. Sistematika Pembahasan..........................................................
iii
C. Analisis Putusan Hakim Dalam Pertimbangan Kasus Perceraian
Di Mahkamah Syar’iyah Jantho dan Mahkamah Syar’iyah Blang
Pidie......................................................................................
BAB IV : PENUTUP..................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran....................................................................................
DAFTAR KEPUSTAKAAN.....................................................................
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................
iv
BAB SATU
PENDAHULUAN
س ُكنُ ْٓوا اِلَ ْي َه==ا َو َج َع= َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َر ْح َم= ةً ۗاِنَّ فِ ْي ٰذلِ= َك
ْ َاجا لِّت َ ََو ِمنْ ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَنْ َخل
ِ ُق لَ ُك ْم ِّمنْ اَ ْنف
ً س ُك ْم اَ ْز َو
ٍ اَل ٰ ٰي
َت لِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّك ُر ْون
1
Aisyah Ayu Musyafah , Perkawinan dalam perspektif filosofis hukum islam, Jurnal Mengenai
Dasar-Dasar Pemikiran Hukum: Filsafat dan Ilmu Hukum, Volume 02, Nomor 02, November
2020. hlm. 112-113.
1
2
perselisihan atau pertengkaran suatu hal yang dianggap wajar dalam rumah
tangga. Namun, banyak diantara suami istri tidak dapat mempertahankan rumah
tangganya dikarenakan keegoisan serta ketidakcocokan yang dirasakan oleh
pasangan tersebut, sehingga perceraian lah yang menjadi solusi akhir dalam
rumah tangganya. Perceraian adalah putusnya hubungan atau ikatan perkawinan
antara seorang laki-laki atau perempuan (suami-isteri). Perceraian yang teradi
dalam rumah tangga ditandai dengan ketidak cocokan antara suami dan istri.
Permasalahan-permasalahan kecil yang menjadi terakumulasi karena tidak
adanya penyelesaian yang baik akhirnya dapat menjadi masalah dan hambatan
besar.
Perceraian menurut ahli fikih disebut Talaq atau Firqoh. Talak di ambil
dari kata itlaq, artinya melepaskan atau meninggalkan. Sedangkan dalam istilah
syara’, talak adalah melepaskan ikatan perkawinan, atau rusaknya hubungan
perkawinan.2
Beberapa rumusan yang diberikan ahli fikih tentang definisi talak di
antaranya adalah:
1. Sayyid Sabiq, memberikan pengertian sebagai berikut:3
Talak di ambil dari kata itlaqartinyamelepaskan ikatan perkawinan
atau mengakhiri hubungan perkawinan. Sedangkan dalam istilah syara’,
2
Wjs. Poerwadarminta , Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 200
3
Slamet Abidin, Aminuddin, Fikih Munakahat, hal 9
3
Perceraian menjadi salah satu perbuatan halal yang paling dibenci oleh
Allah SWT, sebagaimana dalam Hadist Rasulullah SAW :
4
https://www.studocu.com/iddocument/universitas-sriwijaya/hukum-islam/perceraian-dan-
penyebab-percera008888ian.
5
Ibnu H9ajar al-Asqani, Bulughul Maram dan Dalil-Dalil Hukum, Penerjemah :
Khalifaturrahman dan Haer Haeruddin, Darul Kutub Islamiyah, Ce. 1, (Jakarta : Gema Insani
2013), hlm. 470.
4
6
Linda Azizah, Analisis Perceraian Dalam Kompilasi Hukum Islam.
7
Dr. Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (jakarta,2016) hlm.147-148
5
8
Beni Ahmad Saebani, Op. Cit., hlm 97.
6
cerai gugat, dan menyelesaikan 168 perkara untuk cerai talak. 9 Sedangkan di
mahkamah syar’iyah jantho berdasarkan laporan akhir tahunan mencatat
sebanyak 479 perkara yang diselesaikan termasuk didalamnya cerai gugat dan
cerai talak, pada tahun 2021 mahkamah syar’iyah jantho menyelesaikan
sebanyak 397 perkara termasuk didalamnya cerai gugat dan cerai talak, dan di
tahun 2021 mahkamah syar’iyah jantho menyelesaikan 316 perkara yang
diselesaikan untuk cerai gugat dan 101 perkara yang diselesaikan.10
Berdasarkan latar belakang di atas dan dengan banyaknya gugatan cerai
yang diajukan, maka peneliti tertarik ingin meneliti sebab-sebab perceraian itu
terjadi dengan judul “Sebab-Sebab Terjadinya Perceraian Di Aceh (Analisis
Perbandingan Putusan Mahkamah Syar’iyah Jantho Dan Mahkamah
Syar’iyah Blang Pidie 2019-2021).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, berikut ada beberapa poin
yang menjadi permasalahan dalam pembahasan yang diangkat yaitu:
1. Kasus apa saja yang mendominasi terjadinya perceraian di mahkamah
syar’iyah jantho dan mahkamah syar’iyah blang pidie?
2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan putusan kasus
perceraian di mahkamah syar’iyah jantho dan mahkamah syar’iyah blang
pidie?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap penulisan karya ilmiah tentu tidak terlepas dari tujuan yang
ingin dicapai, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis itu sendiri maupun bagi
pembaca. Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini yaitu:
9
https://ms-blangpidie.go.id/informasi-umum/laporan-tahunan diakses pada tanggal 20 mei
2023
10
https://ms-jantho.go.id diakses pada tanggal 12 maret 2023
8
D. Penjelasan Istilah
Di dalam penjelasan istilah penulis akan memaparkan beberapa istilah
yang digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan menjadi acuan dalam
memahami maksud dari hal yang diterangakan yaitu:
1. Sebab-sebab
Merupakan asal mula dari timbulnya suatu permasalahan atau segala
akibat yang menjadi titik awal permasalahan itu terjadi. Dengan adanya
sebab tersebut maka suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan cara baik-
baik atau menempuh jalur pengadilan.
2. Perceraian
Suatu perkawinan dapat putus dan berakhir karena berbagai hal,
antara lain karena terjadinya talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap
istrinya, atau karena perceraian yang terjadi antara keduanya, atau karena
sebab-sebab lain. Perceraian adalah bagian dari dinamika rumah tangga.
Adanya perceraian karena adanya perkawinan, meskipun tujuan perkawinan
bukan perceraian, tetapi perceraian merupakan sunnatullah, meskipun
penyebabnya berbeda-beda.11
3. Putusan
Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan
putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat
negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan
11
Tihami, M.A., M.M. Fikih Munakahat, Jakarta, Rajawali, 2014. Hlm. 4936
9
E. Kajian Kepustakaan
Setelah menelusuri berbagai penelitian yang relevan dengan fokus utama
yang dituju dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian yang terdahulu yang
bisa dijadikan bahan tambahan dan penguat bagi skripsi saya yaitu:
1. Skripsi yang di tulis oleh M. Mustalqiran. T, judul ‘’Faktor ekonomi
sebagai penyebab perceraian’’. Prodi Al-Ahwal Al-Syakhshisyyah
Fakultas Syari’ah IAIN Bengkulu, 2006. Penelitian terdahulu membahas
perceraian yang terjadi akibat Faktor Ekonomi di pengadilan Agama
Kelas IIA Manna. Perbedaannya dengan penelitian saya adalah
sayafokus tentang factor penyebab perceraian pada mahkamah
syar’iyyah aceh selatan dan mahkamah syar’iyyah jantho.14
2. Skripsi yang di tulis oleh Nurhasana judul ‘’ Nuhyuz sebagai sebab
perceraian di pengadilan Agama kelas 1A kota Bengkulu prodi’’.
Ahwalulsyakhiyyah Jurusan Syari’ah STAIN Bengkulu. Penelitian
tersebut hanya berfokus pada bentuk-bentuk Nusyuz dan factor yang
12
https://www.dilmil-yogyakarta.go.id
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung, Alfabeta, 2015) Hlmn. 45
14
M Mustalqiran T , Faktor Ekonomi Penyebab Perceraian studi kasus di pengadilan
agama kelas II A manna. (2006).
10
F. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif
yang sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan dan menganalisis berbagai data
yang akan menjadi tujuan dalam sebuah penelitian. Maka dari itu di jelaskan
poin-poin penting sebagai berikut:
1. Pendekatan
Peneliti dalam hal ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan dan perilaku yang nyata.17 Peneliti menggambarkan, menguraikan
factor penyebab perceraian pada perkawinan dan mendeskripsikan
bagaimana putusan hakim pengadilan agama terhadap factor penyebab
perceraian itu.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian yuridis empiris atau
sering disebut juga dengan penelitian lapangan (field research). Dalam
15
Badruddin Nasir, ‘’Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perceraian di Kecamatan
Sungai Kunjang Kota Samarinda’’ , Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman 1,no. 1 (2012)
16
Ismi Abdullah, Penyebab Perceraian pada Pengadilan Agama Makassar, Maros,
dan Sungguminasa (Studi Perbandingan Tahun 2011-2013), Skripsi, (Makassar: UIN Alauddin,
2014).
17
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986), 32
11
G. Sistematis Pembahasan
Secara keseluruhan dan untuk memudahkan, peneitian ini tersusun atas
empat bab. Yaitu terdiri dari pendahuluan, landasan teori, pembahasan, hasil
penelitian, dan penutup. Pada masing-masing bab diuraikan beberapa sub
20
FSH UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Revisi 2*019
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SEBAB TERJADINYA PERCERAIAN
14
talak orang yang sumpah ila’ (tidak mencampuri isteri) setelah menunggu masa
iddah empat bulan sebagai firman Allah:
َ َوا ٱلطَّ ٰل
ق فَِإ َّن ٱهَّلل َ َس ِمي ٌع ْ َوِإ ۡن َع َز ُم.سٓاِئ ِه ْم تَ َربُّصُ َأرْ بَ َع ِة َأ ْشه ۢ ٍُر ۖ فَِإن فَٓا ُءو فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحي ۭ ٌم
ۭ َ ِّلِّلَّ ِذينَ يُْؤ لُونَ ِمن ن
يمٞ َِعل
Artinya: “kepada orang-orang yang meng-ila’ isterinya diberi Tangguh empat
bulan (lamanya). Kemudian jika mereka Kembali (kepada isterinya), maka
sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Dan jika mereka
berazam (bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah maha mendengar
lagi maha mengetahui. “(QS Al-Baqarah(2): 226-227)21
ُِإ ْر َسالَه ٍ و َر َّج َح َأبُو َحامِت, ص َّح َحهُ اَحْلَاكِم َ َوابْ ُن َم, اَلطَّاَل ُق ) َر َواهُ َأبُو َد ُاو َد
َ َو, اج ْه
َ ُ
21
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Karya Insan
Indonesia,2002), h. 36
17
Dalam Pasal 114 KHI juga menyatakan perceraian sebagaimana yang dimaksud
adalah putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi
akibat talaq atau berdasarkan gugatan cerai. Dari pasal-pasal tersebut Adapun
penjelasan dari maksud yang tertera diatas yaitu:
a. Kematian
22
Pasal 39 Perundang-Undangan
23
Undang-Undang Republik Indonesia dan Komplikasi Hukum Islam tentang perkawinan
18
Dengan terjadinya kematian ikatan suami isteri maka akan putus secara
dengan sendirinya. Sehingga pihak yang masih hidup maka bisa
melakukan pernikahan Kembali jika segala persyaratan dan ketentuan yang
dianjurkan sudah terpenuhi semua. Pernikahan yang putus karena kematian
maka berlaku masa iddah 130 hari bagi wanitanya, meskipun belum pernah
berhubungan.
b. Atas keputusan pengadilan
Pada dasarnya pembatalan perkawinan terjadi karena telah melanggar
larangan perkawinan yang telah dilakukan oleh kedua suami atau isteri.
Perceraian ini hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah
/pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
c. Talak
Aturan talak dapat dilihat dalam pasal 114 KHI yang berbunyi: “putusnya
perkawinan yang disebabkan karena perceraian dapat terjadi karena talak
atau berdasarkan gugatan perceraian yang dimaksud tentang talak itu
sendiri menurut pasal 117 KHI adalah ikrar suami dihadapan pengadilan
agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. Hal ini diatur
dalam pasal 129 KHI yang berbunyi :” Seorang suami yang akan
menjatuhkan talak kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan
maupun tertulis kepada pengadilan agama yang mewilayahi tempat tinggal
isteri disertai dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk
keperluan itu.
b. Salah satu pihak, meninggalkan yang lain dalam waktu dua tahun
berturut-turut tanpa izin dari salah satu pihak lain dan tanpa alasan
yang jelas, atau karena hal lain diluar kemampuannya.
c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara selama lim/a tahun
atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan tersebut
berlansung.
d. Salah satu pihak melakukan penganiayaan dan kekejaman yang berat
setelah perkawinan itu berlansung.
e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit sehingga
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami-isteri.
f. Antara suami dan isteri secara terus menerus terjadinya perselisihan
dan pertengkaran dan tidak ada lagi harapan untuk melanjutkan
kerukunan dalam berumah tangga.
g. Suami melanggar talik talak.
h. Salah satu pihak murtad atau peralihan agama sehingga
menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.
B. Macam-Macam Perceraian
Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak itu, maka talak dibagi menjadi
tiga macam, sebagai berikut:
a. Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntunan sunnah.
Dikatakan talak sunni jika terpenuhi empat syarat:
20
Setelah terjadi talak raj’i maka isteri wajib beriddah, hanya bila
kemudian suami hendak Kembali kepada bekas isteri sebelum berakhir masa
iddah, maka hal itu dapat dilakukan dengan menyatakan rujuk, tetapi jika dalam
masa iddah tersebut bekas suami tidak menyatakan rujuk terhadap berkas
isterinya, maka dengan berakhirnya masa iddah itu kedudukan talak menjadi
talak ba’in, kemudian jika sesudah berakhirnya masa iddah itu suami ingin
23
Kembali kepada bekas isterinya maka wajib dilakukan dengan akad nikah baru
dan dengan mahar yang baru pula.
Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan kedua saja, berdasarkan
firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 229:
ان ٍ اك مِبَعر
ٍ وف َأو تَس ِريح بِِإحس ِ ِإ َّ
َْ ٌ ْ ْ ُ ْ ٌ الطاَل ُق َمَّرتَان ۖ فَ ْم َس
Artinya: Talak (yang dapat dirujuk) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
ayat ini memberi makna bahwa talak yang disyaratkan Allah ialah talak yang
dijatuhkan oleh suami satu demi satu, tidak sekaligus, dan bahwa suami boleh
memelihara Kembali bekas isterinya setelah talak pertama dengan cara yang
baik, demikian pula setelah talak kedua. Arti memelihara Kembali ialah dengan
merujuknya dan mengembalikannya kedalam ikatan perkawinan dan berhak
mengumpuli dan mempergaulinya dengan cara yang baik. Hak merujuk hanya
terdapat dalam talak raj’i saja.
Talak ba’in, yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas
suami terhadap bekas isterinya. Untuk mengembalikan bekas isteri kedalam
ikatan perkawinan dengan bekas suami harus melalui akad nikah baru, lengkap
dengan rukun dan syarat-syaratnya.
Talak ba’in, ada dua macam, yaitu talak bain shugro dan talak ba’in kubro.
ِ ِ ِ
ُۗفَِإن طَلَّ َق َها فَاَل حَت ُّل لَهۥُ م ۢن بَ ۡع ُد َحىَّت ٰ تَنك َح َز ۡو ًجا َغ ۡيَرهۥ
Artinya : Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami
yang lain.
bahwa untuk sahnya talak dengan isyarat bagi orang yang tuna
wicara itu ia adalah buta huruf. Jika yang bersangkutan mengenal
tulisan dan menulis, maka talak baginya tidak cukup dengan isyarat,
karena tulisan itu lebih dapat menunjuk maksud ketimbang isyarat,
dan tidak beralih dari tulisan ke isyarat, kecuali karena darurat,
yakni tidak dapat menulis.
d. Talak dengan utusan, yaitu talak yang disampaikan oleh suami
kepada isterinya melalui perantaraan orang lain sebagai utusan untuk
menyampaikannya maksud suami itu kepada isterinya yang tidak
berada dihadapan suami bahwa suami mentalak isterinya. Dalam hal
ini utusan berkedudukan sebagai wakil suami untuk menjatuhkan
talak suami dan melaksanakan talak itu.24
24
Abdur Rahman Ghozali, op.cit., 193-201.
DAFTAR PUSTAKA
26
27