Anda di halaman 1dari 16

1

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :

Nama : HUMAIRA RAHMAN


Nim : P07120420067
Tingkat/Semester : III/VI
Kelas :B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MATARAM
TAHUN 2023
2

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA Ny. N DENGAN HIPERTENSI


DESA SEGANTENG KECAMATAN SANDUBAYA

I. PENGKAJIAN
1. Identitas/Data Biografis Pasien
a. Nama : NY N
b. Umur : 65 tahun
c. Jenis Kelamin : perempuan
d. Agama : islam
e. Status perkawinan : janda (mati suami)
f. Alamat : seganteng
g Orang yang paling dekat dihubungi : anak
h Hubungan dengan usila :-
I Alamat : seganteng
:
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1). Nama : alm tn I
2). Umur :
3). Pekerjaan :
4). Alamat : seganteng
5). Hidup/mati : mati
6). Kesehatan :

b. Jumlah Anak :7
:
3. Status Kesehatan Saat Ini
a. . Penyakit yang diderita : hipertensi
b. Obat-obatan yg Dikonsumsi : obat penurun tensi
c. Alergi : tidak ada
d. Nutrisis : : Frekuensi makan pasien 3x sehari dengan porsi yang
di habiskan dan minum sebanyak 6-7 gelas perhari
3

4. PEMERIKSAAN FISIK /TINJAUAN PERSISTEM

a. Keadaan umum : Baik

c. TTV : TD : 150 / 80 Nadi : 87x/m


Suhu : 36,5 RR : 20x/m

NO KEPALA YA TIDAK KETERANGAN


1. Sakit kepala Ya Jika tensi naik
Tidak
2. Riwayat trauma
3. Pusing Ya Saat tensi naik
4. Gatal kulit kepala
Tidak

b.
NO MATA YA TIDAK KETERANGAN
1. Perubahan penglihatan Ya Karna sudah tua
Ya Karna penglihatan sudah
2. Kacamata
burem
3. Air mata berlebihan Tidak
Tidak
4. Pruiritus
5. Bengkak Tidak
Tidak
6. Diplopia
7. Pandangan kabur Ya
8. Fotophobia
Tidak
9. Riwayat infeksi

c.
NO TELINGA YA TIDAK KETERANGAN
1. Perubahan pendengaran Ya Faktor usia
2. Keluaran
3. Tinitus Tidak
Tidak
4. Vertigo
5. Sensitifitas pendengaran Tidak
Tidak
6. Riwayat infeksi
7. Alat protesa Tidak
4

d.
NO MULUT YA TIDAK KETERANGAN
TENGGOROKAN
1. Sakit tenggorokan Tidak
Tidak
2. Lesi /ulkus
Tidak
3. Serak /perubahan suara Tidak
Tidak
4. Kesulitan menelan
5. Pendengaran gusi Tidak
6. Caries gigi
Ya
e.
NO LEHER YA TIDAK KETERANGAN
1. Kekakuan Ya Saat berlebihan saat
Ya aktifitas
2. Nyeri
Pinggang
3. Benjolan /massa Tidak
4. Keterbatan gerak
Ya Tidak selincah dulu
f.
NO SITEM SARAF YA TIDAK KETERANGAN
PUSAT
1. Sakit kepala Ya
Tidak
2. Kejang
3. Sinkope /serangan jatuh Tidak
Tidak
4. Paralisis
5. Paresis Tidak
6. Masalah koordinasi
Tidak
7. Tremor /spasme Ya
8. Parestesia
Tidak
9. Cedera kepala Tidak
10. Masalah memori
Tidak

g.
NO SISTEM ENDOKRIN YA TIDAK KETERANGAN
1. Intoleransi panas Tidak
Tidak
2. Intoleransi dingin
Tidak
3. Goiter
4. Pigmentasi kulit
5. Perubahan rambut Ya
Tidak
6. Poliphagia
5

7. Polidipsi Tidak
Tidak
8. Poliuri

h.

NO SISTEM YA TIDAK KETERANGAN


CARDIOVASKULER
1. Nyeri dada Y Saat telat makan
Tidak
2. Palpitasi
3. Sesak nafas Tidak
4. Dispnoe d’effort
Tidak
5. Dispnoe noktural Tidak
6. Orthopnoe
Tidak
7. Murmur Tidak
Tidak
8. Edema
9. Varises Ya
Ya
10. Perestesia
11. Perubahan warna kulit Tidak
i.
NO SISTEM YA TIDAK KETERANGAN
GASTROINTESTINAL
1. Disphagia Tidak
2. Nyeri ulu hati
Ya Pada saat telat
3. Mual /muntah Ya makan
4. Hematemesis
Tidak
5. Perubahan nafsu makan
Ya Napsu makan
6. Intoleran makanan
berkurang
7. Ikterus Ya Lebih memilah
Tidak milih makanan
8. Diare
9. Konsultipasi Tidak
Tidak
10. Perdarahan rektum
Tidak
11. Haemoroid
Tidak
j.
NO SISTEM INTEGUMEN YA TIDAK KETERANGAN
1. Lesi /luka Tidak
Tidak
2. Pruitus
3. Perubahan pigmentasi Ya Pada daerah
Ya wajah
4. Perubahan tekstur
Kriput
6

5. Perubahan nevi Tidak


Tidak
6. Sering memar
7. Perubahan rambut Ya Memutih
8. Perubahan kuku
Ya Lebih rapuh
9. Penonjolan tulang kalus Tidak
k.
NO SISTEM YA TIDAK KETERANGAN
HEMOPOETIK
1. Perdarahan /memar Tidak
Tidak
2. abnormal
3. Pembengkakan kelenjar Tidak
Tidak
4. limfe
Tidak
Anemia
Tidak
Riwayat transfusi darah
l.
NO SISTEM YA TIDAK KETERANGAN
PERKEMIHAN
1. Disuria Tidak
Tidak
2. Frekwensi
3. Menetes Tidak
4. Ragu – ragu
Tidak
5. Dorongan Tidak
6. Hematoria
Tidak
7. Poliuria Tidak
Tidak
8. Oliguria
9. Nokturia Tidak
Tidak
10. Inkotinensia
11. Batu Tidak
Tidak
12. Infeksi

NO SISTEM YA TIDAK KETERANGAN


MUSKULOKELETAL
1. Nyeri persendian Ya
2. Kekakuan
Ya
3. Pembengkakan sendi Tidak
4. Deformitas
Tidak
5. Spasme Tidak
6. Kelemahan otot
Ya
7. Masalah cara berjalan Tidak
7

8. Nyeri pinggang Ya
Ya
9. Proteksi

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, berpindah,
dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,
D, E, F dan G

Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial Pada Lansia

1. Pengkajian Status Fungsional


Termasuk /kategori manakah klien
Keterangan :
- Mandiri : Berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain
- Ketergantungan artinya : Apabila klien menolak melakukan fungsi tersebut /tidak
mampu melakukan fungsi tersebut

Hasil Analisis ……………………………………………………………………………….

2. Pengkajian Status Mental Lansia


SPMSQ (Short Portable Mental Status Questioner)
Identifikasi tingkat kerusakan intelektual
NO PERTANYAAN BENAR SALAH KETERANGAN
1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ini ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
8

6 Kapan anda lahir (Min tahun lahir) ?


7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda
10 Kurani 3 dari 20 dan tetap lakukan
pengurangan 3 dari setiap angka baru (20
– 3,17 – 3, 14 – 3,11 – 3)
Total score

Interprestasi hasil :
a. Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
b. Salah 4 – 5 Kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6 – 8 Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9 – 10 Kerusakan intelektual berat

. Pengkajian Status Psikologis


Skala Depresi Yessavage
Skala Depresi geriatrik Yesavage, bentuk singkat
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda?(tidak)(ya)
2. Sudahkah Anda mengeluarkan aktifitas dan minat Anda? (ya) (tidak)
3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong?(ya)(tidak)
4. Apakah Anda sering bosan?(ya)(tidak)
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu?(tidak)(ya)
6. Apakah Anda takut sesuatu akan terjadi pada Anda?(ya)(tidak)
7. Apakah Anda merasa bahagia di setiap waktu?(tidak)(ya)
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, daripada pergi dan
melakukan sesuatu yang baru? (ya)
9. Apakah Anda merasa bahwa Anda mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
Anda daripada yang lainnya?(ya) (tidak)
10. Apakah Anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini?(tidak)(ya)
11. Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang? (tidak)
12. Apakah Anda merasa penuh berenergi? (tidak)(ya)
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan?(ya)(tidak)
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)

Analisa hasil :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap respons yang
cocok dengan jawaban ya atau tidak setelah pertanyaan)
Nilai 5 atau lebih dapat menandakan depresi.
9

Konsep Hipertensi
Definisi Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas,
tekanan darah fase sistolik 140 mmHg 8 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal
dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price,
2015). Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini merupakan
suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan
tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan
tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal.

Etiologi Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu

:.1 Hipertensi Esensial atau Primer Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu
kondisi hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong
hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi
primer tidak ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma, gagal
ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras 9 merupakan bagian yang menjadi penyebab
timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress,
intake alkohol moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
.2 Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
10

Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap 14 norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

Tanda dan gejala


1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
11

5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun

Komplikasi
1) Stroke Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit
kepala secara tiba-tiba, seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut,
atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
2) Infark miokard Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang arteroklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi 18 kronik dan
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi
ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan
(Corwin, 2000).
3) Gagal ginjal Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya membrane glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Gagal jantung Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat
untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran otot jantung kiri sehingga jantung
mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung
untuk memompa darah
12

Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara memodifikasi faktor resiko
yaitu : 1) Mempertahankan berat badan ideal Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai
Body Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus
membagi berat badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter.
Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan
serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik
sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2008).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan
melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau
2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara
dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan
garam menjadi ½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2008).
3) Batasi konsumsi alkohol Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau
lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan
darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup.
Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari) adalah dengan
konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau,
didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan
darah(Dalimartha, 2008).
6) Penurunan stress Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara
relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat 21 mengontrol sistem saraf
sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
7) Terapi relaksasi progresif Di Indonesia Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah
cukup banyak dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam menurunkan tekanan
13

darah pada penderita hipertensi (Erviana, 2009). Teknik relaksasi menghasilkan respon
fisiologis yang terintegrasi dan juga menganggu bagian dari kesadaran yang dikenal sebagai
“respon relaksasi Benson”. Respon relaksasi diperkirakan menghambat sistem saraf otonom
dan sistem saraf pusat serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang dikarekteristikan
dengan menurunnya otot rangka, tonus otot jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin.
Agar memperoleh manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan teknik ini diperlukan
lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman

Diagnosa Keperawatan
1) (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis : peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2) (D.0055) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur 27
3) (D.0056) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4) (D.0011) Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
14

INTERVENSI

No Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1.1 Kaji nyeri secara
agen pencidera fisiologis : keperawatan …x 24 jam klien komprehensif
peningkatan tekanan dapat mengontrol nyeri dengan meliputi lokasi,
vaskuler serebral (D.0077) kriteria : 1. Mengenal faktor karakteristik, durasi,
nyeri 2. Tindakan pertolongan frekuensi, kualitas,
nonfarmakologi 3. Mengenal intensitas 1.2
tanda pencetus nyeri untuk Observasi reaki
mencari pertolongan 4. nonverbal dan
Melaporkan nyeri berkurang ketidaknyamanan 1.3
dengan menggunakan Gunakan komunikasi
manajemen nyeri 5. terapeutik agar klien
Menyatakan rasa nyaman dapat
setelah nyeri berkurang mengekspresikan
nyeri 1.4 Ajarkan
penggunaan teknik
non farmakologi :
teknik relaksasi
progresif 1.5 Berikan
analgetik sesuai
anjuran 1.6 Tentukan
lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat.
1.2 1.7 Cek instruksi
dokter tentang jenis,
obat, dosis dan
frekuensi
15

Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan 2.1 Ciptakan suasana


berhubungan dengan keperawatan …x 24 jam tidak lingkungan yang
kurangnya kontrol tidur terjadi gangguan pola tidur tenang dan nyaman
(D.0055) dengan kriteria : 1. Jumlah jam 2.2 Beri kesempatan
tidur dalam batas normal 6-8 klien untuk
jam/hari 2. Tidak istirahat/tidur 2.3
menunjukkan perilaku gelisah Evaluasi tingkat
3. Wajah tidak pucat dan stress 2.4 Monitor
konjungtiva tidak anemis keluhan nyeri kepala
2.5 Lengkapi jadwal
tidur secara teratur

Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan 3.1Tentukan


ketidakseimbanga n antara keperawatan …x 24 jam tidak keterbatasan klien
suplai dan kebutuhan terjadi intoleransi aktifitas terhadap aktifitas
oksigen (D.0056) dengan kriteria : 1. 3.2Tentukan
Meningkatkan energy untuk penyebab lain
melakukan aktifitas sehari-hari kelelahan
2. Menunjukkan penurunan 3.3 Observasi asupan
gejala-gejala intoleransi nutrisi sebagai
aktifitas. sumber energy yang
adekuat
3.4 Observasi
respons jantung
terhadap aktivitas
(mis. Takikardia,
disritmia, dyspnea,
diaphoresis, pucat,
tekanan
hemodinamik dan
frekuensi pernafasan)
16

3.5 Dorong klien


melakukan aktifitas
sebagai sumber
energy

Resiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Kaji TTV 4.2 Berikan
jantung d.d perubahan keperawatan…x 24 jam tidak lingkungan tenang,
afterload (D.0011 terjadi penurunan curah nyaman, kurangi
jantung dengan kriteria : 1. aktivitas, batasi
TTV dalam batas normal TD jumlah pengunjung
:130 / 70 S :36 : mmHg N : 80 4.3 Pertahankan
RR : 20 x/mnt pembatasan aktivitas
seperti istirahat
ditempat tidur/kursi
4.4 Bantu melakukan
aktivitas perawatan
diri sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai