Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU UKUR TAMBANG


“SHAFT PLUMBING (ONE SHAFT METHODE & TWO SHAFT METHODE)”

Disusun oleh :

SYARIF FAYED FAHLEVI AL-QADRIE


D1101151027

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL / PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah matakuliah “Ilmu
Ukur Tambang” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya
berterima kasih pada Bapak Budhi Purwoko.,ST.MT. selaku dosen Ilmu Ukur Tambang
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Ilmu Ukur Tambang khususnya materi yang terkait dalam
makalah ini yaitu Shaft Plumbing beserta metode - metodenya. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata - kata yang kurang berkenan
dan saya memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini
di waktu yang akan datang.

Pontianak, 10 Januari 2018


Penyusun,

Syarif Fayed Fahlevi Al-Qadrie

NIM. D1101151027

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Tujuan Makalah.....................................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Pengertian Shaft Plumbing....................................................................................................2
2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing..............................................................................2
1. Reels (glondong/gulungan)....................................................................................................2
2. Wire centering device (peralatan kawat centering)................................................................2
3. Screw shifter..........................................................................................................................2
4. Plum bobs..............................................................................................................................2
5. Wire (kawat)..........................................................................................................................3
6. Chain link (rangkain mata rantai)..........................................................................................3
7. Type transit............................................................................................................................3
2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing....................................................................................3
1. One Shaft Methode................................................................................................................3
2. Two Shaft Methode...............................................................................................................6
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penambangan dibawah tanah (deep mining). Pekerjaan penggalian dilakukan
melalui sebuah shaft. Untuk itu memindahkan suatu azimut melalui sebuah bukaan (opening)
adalah merupakan tugas yang penting bagi seorang pengukur (engineer). Teknik atau cara
pengukuran akan disesuaikan dengan masing masing kasus atau keadaan, tetapi ketelitiannya
perlu diperhatikan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk menggunakan meridian atau
koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan dipermukaan atau
menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena adanya beda tinggi
atau altitude. Walaupun tidak ada shaft, tetapi untuk mengukur daerah-daerah opening adalah
dengan menggunakan titik triangulasi dan dari titik ini dibuat beberapa titik tetap sebagai
base station atau titik tolak dan opening-opening ini diikat pada base station tersebut.
1.2 Tujuan Makalah
Cabang dari ilmu pertambangan dan rekayasa geologi permukaan daerah tambang yang
berhubungan dengan masalah pengukuran, pemecahan masalah dari data input dengan
menggunakan suatu algoritma, dan rancangan desain tambang. Tujuan dari shaft plumbing
adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan
disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan
bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam ruang lingkup pembahasan Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang ini, maka
akan dipertanyakan suatu masalah, yaitu :
1. Apa Shaft Plumbing itu pada Ilmu Ukur Tambang ?
2. Apa saja peralatan-peralatan Shaft Plumbing serta bagaimana cara kerjanya ?
3. Metode apa saja yang digunakan pada Shaft Plumbing pada Ilmu Ukur Tambang serta
contoh pengukurannya ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shaft Plumbing


Shaft Plumbing Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di
permukaan dan di kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft plumbing
adalah untuk menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan
disesuaikan keadaan dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan
bedanya hanya karena adanya beda tinggi atau altitude. Walaupun tidak ada shaft, tetapi
untuk mengukur daerah-daerah opening adalah dengan menggunakan titik triangulasi dan
dari titik ini dibuat beberapa titik tetap sebagai base station atau titik tolak dan opening-
opening ini diikat pada base station tersebut.
2.2 Peralatan-peralatan untuk shaft plumbing
Alat-alat yang diperlukan untuk sharf plumbing diantaranya adalah :
1. Reels (glondong/gulungan)
Glondongan atau gulungan ini sangat penting untuk mengangkat dan menurunkan
kawat. Tanpa gulungan ini sangat sukar untuk mengangkat beban yang berat.
2. Wire centering device (peralatan kawat centering)
Alat ini digunakan untuk menjepit kawat dalam suatu posisi setelah pusat dari
ayunan ditentukan. Beberapa teknik (enginer) memilih untuk menentukan pusat ayunan
di slamp pada posisi yang tetap sebelum pembidikan.
3. Screw shifter
Digunakan untuk mengeser satu kawat kebidang transit dan kawat lainnya pada
station permulaan atau kedua-duanya digeser kemuka dan ke belakang. Dapat juga
digunakan untuk menggerakkan kawat guna menentukan arah terlebih dahulu untuk
memastikan apakah kawat tersebut tergantung pada suatu sekatan di dalam sharf.
4. Plum bobs
Bobs yang terbuat dari baja dapat terpengaruh oleh daerah tambang yang
mengandung magnetik maupun oleh aliran listrik, pipa dari bobs dibubut sehingga
mempunyai ukuran yang uniform dan permukaan halus, sedang bagian tepi dari pipa
berbentuk seperti pisau pemotong. Ukuran dan berat dari bobs yang dibutuhkan
tergantung dari kecepatanudara dan jumlah air yang jatuh pada shaft, biasanya bobs
seberat 50 lb sudah dianggap cukup.

2
5. Wire (kawat)
Wire yang biasa digunakan adalah kawat baja dengan ukuran kawat piano nomor
12 dengan diameter 0,03 Inchi, kawat ini dapat menahan bobs seberat 60 lb.
6. Chain link (rangkain mata rantai)
Chain link Biasanya diletakkan pada kawat kira-kira level dengan transit agar
memungkinkan pengukur melihat kedua kawat tanpa harus menggerakkan yang lebih
dekat. Mereka diperlukan selama kawat yang lebih dekat dapat dengan tanpa stelan
yang tepat difokuskan membawa kawat yang lebih jauh ke dalam relief yang kurang
terang.
7. Type transit
Type transit tidak ada type khusus dari pada transit untuk pengukuran karena ada
yang mempunyai pembacaan 30 secon, tetapi ada juga yang satu menit. Dan biasanya
mempunyai sekrup penggerak halus atau micrometer di atas sekrup penyetel horizontal
atau untuk menggerakkan transit ke dalam bidang dari kawat plumb bobs dan
diafragma benang silang untuk membidik kawat.
2.3 Metode-metode pada Shaft Plumbing
Metode-metode pada Shaft Plumbing serta contoh pengukurannya. Metode Umum
untuk Shaft Plumbing adalah One Shaft Methode dan Two Shaft Methode, sebagai berikut : 
1. One Shaft Methode 
One Shaft Methode Prosedur untuk menggantung kawat dan menetapkannya
adalah seragam untuk semuanya,yang berarti juga diterapkan pada two shaft methode.
Penggunaan kedua cara (coplaining dan triangulation) tersebut kira-kira sama
pembagiannya, tetapi banyak engineer yang menyatakan bahwa coplaining dapat
diterapkan pada kondisi dimana triangulation tidak dapat digunakan. Perbedaan atara
coplaining dan triangulation kurang jelas, boleh dikatakan hampir sama. Untuk
ketelitian dengan menggunakan transit 1 menit. Kesalahan tidak boleh melebihi dari 1 x
100% :10000 =0,01%. Agar supaya mendapat ketepatan,jarak plumb bobs 200 -300
feet (dibawah pengecualian yaitu dalam kondisi yang mengijinkan dapat dikembangkan
dalam beberapa feet). Jarak antara kedua kawat diukur dipermukaan dan di check lagi
dengan dibawah,sebaiknya harus mempunyai jarak yang sama. Bila jarak antara kawat
kurang dari 4 feet terdapat kesalahan dalam peratusan feet akan menyebabkan terlalu
besar kesalahan dalam azimuth. Sebagai contoh jarak antara kawat-kawat 4 feet, satu
kawat berada 0,02 ft diluar dari pada bidang,maka perpindahan angularnya: tangen-1
atau sin -1 = 0,02/400 = 17’ approx.hanya 20’ bisa diperkenankan bila 1:10000 harus

3
ditetapkan atau dihitung. Ini menyatakan pentingnya mengetahui alasan suatu
perbedaan antara kedua pengukuran dan pengoreksian kesalahan. Jarak diantara kawat-
kawat biasanya diukur mendekati per seribuan feet.
a. Coplaining
Coplaining Ini juga dikenal dengan wiggling atau jiggling tujuannya ialah
menempatkan alat transit/theodolith tepat satu bidang dengan dua unting-unting
yang digantungkan pada shaft.
Caranya:
 Membuat satu bidang (coplaining)adalah dengan menggerakkan atau
memindahkan transit sehingga benang silang vertikal dari transit sebidang
dengan unting-unting yang digantungkan pada shaft.
 Pasang blok timah hitam dengan ukuran 4 x 4 x 3 inchi bawah untingunting
yang dipasang pada transit atau theodolith, beri tanda pada blok
tersebut,kemudian ukur beberapa kali sudut busur antara dua unting-unting
dengan titik D (Titik station permanen pertama).
 Teropong dibalikkandan arahkan kembali kedua unting-unting, usahakan
dengan menggeser teropong sehingga garis vertikal teropong (benang silang
vertikal) sebidang dengan dua unting- unting tersebut.
 Bila sudut horizontal yang benar adalah rata-ratanya, dan titik station yang
benar adalah juga rata-ratanya (dibagi dua atau arah titik pada station). 

b. Triangul Aston
Triangul Aston biasanya untuk menempatkan azimuth dari bidang yang
dibuat oleh unting-unting disebut weisbach method dengan persyaratan yang buat
harus antara secon dan lebih kecil dari 10. Bila sudutnya menjadi sangat besar atau
biasanya 600 maksimum method weisbach tidak dapat digunakan. Dalam bagian
ini aplikasinya hanya pada sudut yang sangat datar (weisbach) akan dibahas
kemudian penggunaan dari sudut yang besar akan diselidiki, penggantungan dan
penetapan kawat adalah sama dengan prosedure pada coplaning.
Berikut ini menunjukkan kondisi yang dijumpai, perhatian dicurahkan
terhadap jarak BC yang hanya bersenrangan dengan jarak fokus dari transit. Pada
shaft yang besar atau dalam keadaan tertentu dimana AB jauh lebih besar dari 3,5
sampai 4,5 feet, perbandingan BC dan AB = 1. Bila sudut W pada C hanya

4
beberapa menit, maka AB + BC = AC. Jarak diukur dalam perseribu (tiga angka di
belakang koma dengan satuan feet, dengan maksud lebih teliti dari perseratusan.

Perhitungan Triangul Aston Metode Triangulasi Sebetulnya kesalahan


beberapa per ratusan dalam pengukuran hanya, menyebabkan perbedaan beberapa
secon pada hasilnya ini akan betul bila sudut Weisbach kecil dan BC = AB
nilainya. Sebagai contoh AB dianggap S 3,214 ft, BC = 5, 122 ft, AC = 0,332 ft
dan pengukuran sudut = 00 15’ 10”. Carilah sudut x pada A.

Jika kesalahan dibuat dalam pengukuran AB (3,19) dan BC adalah (5,10)


maka x = 00 24’ 15 “; dan jika AB = 3,21 dan BC 5,10 maka x = 00 24’ 06”; dan
jika AB = 3,23 dan BC = 5,10 x = 00 23’ 57”. Prosedur yang paling aman untuk
memutar sudut weisbach sebagai berikut : 
 Plat disetel pada 0,85 (Back Sight) pada kawat yang benar dan putar sudut
kecil ke kanan, dengan 1 menit. 6 x repetisi, 3 secara langsung dan 3 dibalik.
 Balikkan telescop gunakan kawat FS sebagai BS putar sudut luar yang lebih
besar ke kanan sejumlah putaran yang pertama.
 Jumlah dari sudut-sudut yang harus = 3600 ± 10’ (jika digunakan 6 x
repetisi) jika tidak, dan kawat cukup stabil maka pengukuran harus diulang. Pada

5
pengecekan dalam batas yang diperkenankan kedua sudut di atur dengan membagi
perbedaan sama, dengan demikian jumlah akan menjadi 3600 .
2. Two Shaft Methode
Two Shaft Method adalah cara menggantungkan kabel pada setiap shaft dari dua
shaft atau raise dan terus menyusuri antara dua shaft atau raise tersebut, memberikan
hasil yang paling dapat dipercaya dan akan digunakan pada setiap kesempatan yang
baik.

Cara pengukuran :
Pengukuran dengan dua shaft memberikan hasil yang lebih teliti darainpada cara
satu shaft. Biasanya pada satu level mempunyai dua opening yang vertikal, maka
pengukurannya dilakukan dengan cara dua shaft.
 Prosedur yang digunakan dengan cara dua shaft adalah, mula-mula dari permukaan
tanah diikat titik x dan y yang digantungkan uting-unting dengan cara polygon
(traverse) mulai dari titik x sampai dengan y : titik satu diikat dengan base station
cara pengukuran tertutup (lihat titik 1 yang diikat). Setelah dikoreksi dari
pengukuran, kemudian dihitung :
 Jarak x – y ) untuk pengecekan hasil pengukuran.
 Bearing x – y ) bawah tanah.
 Pada bawah tanah, dibuat polygon dari titik x, atau sampai dengan y dengan
bearing x – a sebagi titik tolak pengukuran, kemudian diasumsikan (dilakukan
dengan kompas) besarnya bearing x –a. pengukuran dilakukan dengan cara tertutup
lagi. Hasil pengukuran dari bawah tanah tersebut dapat dihitung :
 Jarak x – y
 Bearing x – y 

6
 Koordinat x untuk bawah tanah, diambil dari hasil pengukuran daripermukaan
tanah.
 Jarak x – y bawah tanah harus sama atau beda sedikit dari jarak permukaan,
perbedaan harus didistribusikan pada sisi-sisi (jarak-jarak dari titik polygon).
 Beraing x – y dari hasil pengukuran dipermukaan merupakan standart
pengukuran dari beraing x – y pada pengukuran bawah tanah.
 Perbedaan bearing harus dikoreksi, besarnya joreksi ditambahkan atau
dikurangkan pada bearing x – a yang diasumsikan, kemudian setelah x – a
dikoreksi bearingnya, perhitungan polygon dilakukan lagi mulai dari x – a
sampai y.

Dua persolalan yang penting dalam Ukur Tambang ialah : mulai dari arah
pengeboran dan penemuan jarak tertentu sehingga pekerjaan penambangan dapat
terlaksana dengan hasil yang objektif. Cara permulaan utuk membuat suatu berskala
dalam arah yang tertentu dan harus mengetahui berapa jarak lubang tersebut hareus
digali (dibuat). Persoalan ini akan kita temui dalam bidang (daerah) horizontal dan
vertikal. Pemecahan soal ini dapat dilakukan dengan sistem koordinat, dengan
membuat suatu skala, kalau keterangan kasar persoalan ini dapat dilakukan dengan
suatu protektor atau skla. Bila skala dari suatu peta tersebut 1 : 600 hasilnya akan kasar
sekali.
Apabila didapat titik yang bertempat disegi panjang tersebut, jarak utara selatan
diantaranya diperoleh koordinat yang besar dikurangi yang kecil. Bila hubungan
underground termasuk elevasi juga arah dan jarak maka perbedaan dalam elevasi antara
dua titik tersebut harus diketahui.

7
Setelah data-datatersebut dihitung dan sudut-sudut sudah ditentukan, kemudian
diaplotkan pada penggambaran dengan skala sehingga dapat diketahui salah atau tidak.
a. Mengikat Titik Konsesi Ke Seksi Lain 
Gambar berikut menunjukkan problem yang sering terjadi pada ilmu ukur tanah.

Menghubungkan titik konsesi K ke titik triagulasi M. latar belakang Z. titik adalah


salah satu titik konsesi atau patok dalam survey konsesi, setiap set dari koordinat di
ikat ketitik X perbedaan antara koordinat-koordinat Utara pada titik K dan M
adalah latitude (ΔY). perbedaan antara koordinat Timur membentuk garis departure
(ΔX).
Jarak titik 2 ke M adalah :

Bearing dari titik 2 ke M adalah :

Contoh : 
b. Menghubungkan Dua Drift

8
Jika hubungan itu pendek dan digunakan untuk ventilasi, maka koordinat cukup
diperoleh dari sistem pengukuran undergraund yang teratur. Tapi bila panjang dari
drift tersebut digunakan untuk pengangkutan atau tamming, maka perlu diuji
patok-patok 427 dan 420 dengan pengukuran yang bebas. Problem Ini lazim dalam
ukur lubang akan dibicarakan lebih lanjut.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan :
 Diketahui koordinat 427 dan 428
 Cari bearing 427 dan 428
 Cari sudut lurus 425, 427, dan 428
 Hitung beda tinggi titik 250 – 261

 Hitung jarak sebenarnya ---- slope distance/true distance


 Perlu diingat kembali :
azimut awal + sudut lurus – 1800 = azimuth akhir

c. Menghubungkan Dua Shaft

Bila pengukuran undergraund kurang tepat. Maka rintisan dilakukan dari 1 sampai
9 (triagulasi). Setelah 1 dan 9 itu ditentukan, kawat digantungkan. Tentukan
bearing dan koordinat, kemudian kawat dikelurkan dari pengukuran undergraund.
Elevasi two shaft terbentuk, dan ditrasperkan undergraund nya. Bila patok shaft
9
belum terbuka, maka bearing kompas perlu dikerjakan. Satelah runna kosong itu
cukup, mulai pengukuran yang tepat.

d. Menghubungkan Dua Level Dengan Raise

Hal ini sering terjadi. Raise digunakan untuk ventilasi, orepass, waste pass, man
way atau simply prospecting. Dalam pemecahan ini jarak horizontal (hipotenusa
dari koordinat triagle) telah didapat. Adanya perbedaan elevasi akan menimbulkan
garis singgung pada sudut vertikal. Jarak yang benar diperoleh dengan rumus-
rumus trigonometri atau dengan rumus .

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Shaft Plumbing adalah Operasi berorientasi dua plumb bobs, baik di permukaan dan di
kedalaman untuk mentransfer tanah bantalan. Tujuan dari shaft plumbing adalah untuk
menggunakan meridian atau koordinat agar opening yang digambarkan disesuaikan keadaan
dipermukaan atau menentukan posisi dari pada opening, sedangkan bedanya hanya karena
adanya beda tinggi atau altitude.
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran Shaft Plumbing adalah : Reels
(glondong/gulungan), Wire centering device (peralatan kawat centering), Screw shifter, Plum
bobs, Wire (kawat), Chain link (rangkain mata rantai), dan Type transit.
Metode Umum untuk Shaft Plumbing adalah :
1. One Shaft Methode
a. Coplaining (wiggling atau jiggling)
b. Triangulation
c. Gabungan antara a dan b (special cases and b)
2. Two Shaft Methode

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2012. Kuliah Ilmu Ukur Tambang.


http://rafiedbungsu.blogspot.com/2012/06/materi-kuliah-ilmu-ukur-tambang.html
Anonim., 2013. Ilmu Ukur Tambang. http://www.michanarchy.com/2013/04/ilmu-
ukurtambang.html Anonim., http://kiradminner.blogspot.com/ Muchlis, Ermanto.,
2013. Ilmu Ukur Tambang. http://ermantomuchlis.blogspot.com/2013/05/ilmu-
ukur-tambang.html

12

Anda mungkin juga menyukai