Anda di halaman 1dari 32

Pemerintah Kabupaten Ende

BAB 5
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.1
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki
hubungan fungsional. Struktur ruang juga dapat diterjemahkan sebagai susunan pusat-pusat
pelayanan kegiatan serta sistem jaringan prasarana dan sarana di dalam suatu ruang atau
wilayah/kawasan. Sebagai wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang layak untuk
dikembangkan, Rencana Struktur Ruang Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu ditetapkan dalam
rangka mewujudkan pengembangan pariwisata yang dapat meningkatkan kegiatan sosial
ekonomi masyarakat sekaligus masih melindungi kelestarian wilayah baik itu alam maupun
budaya yang saat ini masih terjaga.

4.1. Tujuan dan Lingkup Rencana Struktur Ruang


Rencana struktur ruang wilayah kota adalah rencana susunan pusat-pusat pelayanan
(sistem pusat pelayanan) dan sistem jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk
melayani kegiatan skala kota dan mengintegrasikan wilayah kota. Rencana Struktur Ruang
Kawasan Pariwisata Ende - Kelimutu ditetapkan dengan tujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan fungsi pusat pelayanan kegiatan, serta meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana di Kawasan Kelimutu - Wolowaru dengan tetap mengedepankan
pelestarian lingkungan hidup. Rencana Struktur Ruang Kawasan Pariwisata Ende - Kelimutu
berfungsi sebagai penggerak kegiatan perkotaan pendukung pariwisata, pengembangan eko agro
wisata, konservasi sumber daya alam, pengurangan risiko bencana, pelestarian warisan budaya
lokal, dan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin peningkatan sosial ekonomi Masyarakat
secara bertahap.
Lingkup Rencana Struktur Ruang Kawasan Pariwisata Ende - Kelimutu terdiri atas sistem pusat
pelayanan dan Sistem jaringan prasarana dengan penjelasan sebagai berikut:
(a) Sistem pusat pelayanan yang terdiri atas pusat pelayanan kota, sub pusat pelayanan
kota, dan pusat lingkungan desa berfungsi untuk mengarahkan perkembangan kawasan
yang dapat berupa pelayanan sosial-ekonomi-budaya untuk masyarakat dan untuk
kegiatan pemanfaatan kawasan; dan
(b) Sistem jaringan prasarana yang terdiri dari jaringan transportasi, jaringan energi,
jaringan telekomunikasi, jaringan air minum, jaringan drainase, jaringan air limbah,
jaringan persampahan, dan sistem kebencanaan.
4.2
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.2. Sistem Pusat Pelayanan Ruang


Suatu wilayah pada dasarnya terbagi menjadi kawasan yang melayani dan kawasan yang dilayani.
Kawasan yang melayani menjadi pusat pelayanan kegiatan dan dapat dicirikan dengan adanya
pengelompokkan beberapa fasilitas tertentu atau intensitas suatu kegiatan tertentu. Secara
diagramatis konsep sistem pelayanan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Konsep Sistem Pusat Pelayanan

Penetapan sistem pusat pelayanan tidak terlepas dari tujuan penataan ruang di Kawasan
Kelimutu - Wolowaru sekaligus untuk menciptakan rantai pasok untuk pemerataan pembangunan
antara kawasan pariwisata dengan kawasan pertanian dan perkotaan serta mengembangkan
kegiatan ekonomi yang dapat mendukung pelestarian kawasan.
Pengembangan kegiatan ekonomi yang selaras dengan kegiatan pelestarian lingkungan didorong
melalui pusat - pusat kegiatan yang memiliki potensi dan daya saing kawasan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di
kawasan perencanaan yaitu sektor pariwisata terutama ekowisata dan agrowisata serta tetap
berwawasan lingkungan.
Sistem Pusat Pelayanan di wilayah perencanaan, meliputi:
a. Pusat pelayanan kota;
merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh
wilayah perencanaan dan/atau regional. Pusat pelayanan kota diarahkan di Kelurahan
Bokasape.
4.3
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

b. Sub pusat pelayanan kota;


merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani sub
wilayah perencanaan. Sub Pusat Pelayanan Kota diarahkan pada Desa Nakambara dan Desa
Koanara.
c. Pusat lingkungan desa;
merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan permukiman
yang melayani wilayah lingkungan desa/kelurahan. Pusat lingkungan desa diarahkan pada
pusat-pusat desa di wilayah perencanaan.

Gambar 4.2. Peta Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan

4.3. Rencana Jaringan Transportasi dan Pergerakanya


Jaringan trasportasi darat dikembangkan melalui sistem jaringan jalan; sistem jaringan
pedestrian; jalur kendaraan tidak bermotor dan parkir; sistem terminal dan sistem angkutan
umum. Jaringan transportasi direncanakan bertujuan untuk mengatur jaringan pergerakan pada
masa yang akan datang serta untuk mendukung kegiatan fungsi utama yang akan dikembangkan

4.4
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu yaitu fungsi perumahan, perdagangan dan jasa, industri,
sarana pelayanan umum, wisata dan lain-lain.
Rencana jaringan Transportasi di terdiri dari:
a) Rencana Sistem Jaringan Jalan.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
 Rencana jaringan jalan berdasarkan statusnya adalah rencana pengembangan jarimgan
jalan Nasional, jaringan jalan Provinsi, jaringan jalan Kabupaten, jaringan jalan Desa;
 Rencana jaringan jalan berdasarkan fungsinya adalah rencana pengembangan jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan;
 Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang Pengawasan Jalan
(Ruwasja) pada setiap fungsi jalan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
 Secara umum sistem Jaringan Jalan di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu yang
dikembangkan terdiri dari:
 Rencana Jalan Kolektor Primer, yang meliputi ruas jalur perkotaan di Kelurahan
Bokasape;
 Rencana Jalan Lokal, yang meliputi ruas jalan yang menghubungkan sub Kawasan
satu dengan sub Kawasan lainya;
 Rencana Jalan Lingkungan, meliputi ruas jalan yang menghubungkan antar persil
atau rumah; dan
 Rencana Jalan Khusus, jalan usaha tani di persawahan, jalan akses menuju sarana
dan prasarana dan jalan akses di tempat wisata.
 Peningkatan kontruksi dan dimensi jaringan jalan
 Adapun penjelasan lebih detail terhadap pengembangan jaringan jalan pada WP yang
akan dikembangkan mencakup jaringan jalan kolektor, lokal dan lingkungan baik primer
maupun sekunder adalah sebagai berikut:
1. Jalan kolektor primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau
antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Pada prinsipnya, Jalan

4.5
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
kilometer perjam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter, Jalan
kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jumlah jalan masuk dibatasi dan persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer
dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan
2. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
Nasional dengan Pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan Pusat
kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta pusat kegiatan lingkungan. Perlu dipahami bahwa jalan lokal
primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer
per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
3. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan didalam
Kawasan perdesaan. Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
6,5 (enam koma lima) meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer tersebut
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Adapun Jalan lingkungan
primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
 Peningkatan Kontruksi dan Dimensi Jaringan Jalan
Dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa bagian-
bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan (Rumaja), ruang milik jalan (Rumija), dan ruang
pengawasan jalan (Ruwasja). Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
danambang pengamannya., Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang
tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.

b) Rencana Sistem Terminal Penumpang.


Untuk menunjang kelancaran transportasi darat di dalam kawasan, makan keberadaan terminal
cukup penting. Lokasi terminal penumpang di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu direncanakan di
Desa Moni dengan Tipe C. Terminal ini di dalam Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu berfungsi
untuk melayani kendaraan penumpang umum untuk angkutan pedesaan dan pariwisata.

4.6
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

sedangkan terminal existing di Bokasape Kecamatan Wolowaru Tipe C naik status menjadi
terminal Tipe B.

Ende Terminal Pariwisata


Nuamuri

Linkage Utama/Arteri Primer

Linkage Primer/Kolektor Primer

Linkage Sekunder/Kolektor Sekunder

TNK

Terminal Tipe B
Wolowaru
Zona Inti (pusat jasa wisata)

Zona pendukung (pusat


perdagangan dan jasa
wilayah perkotaan)
Sikka Zona pendukung (wisata
budaya dan alam)
Kecamatan Zona Pendukung

Wolojito (pengembangan kawasan


perkotaan)
Zona Luar (Atraksi wisata
pendukung)

Gambar 4.3. Konsep jaringan Transportasi

4.7
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.4. Peta Jaringan Transportasi


Sumber: Hasil Analisis, 2021

4.8
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.4. Rencana Pejalan Kaki dan Pesepeda


Rencana jaringan prasarana lainnya pada Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu meliputi
rencana jalur pejalan kaki dan rencana jalur pesepeda.
a. Jalur Pejalan Kaki
Jalur pejalan kaki berupa perkerasan dengan material paving (beton) selebar 1,5 cm
dan tinggi 20 cm dari badan jalan. Jalur pejalan kaki direncanakan di kanan dan kiri
jalan pada sebagian ruas jalan arteri primer dan kolektor primer SWP A, SWP E, dan
SWP F 4.938 meter.

0,2

1,5

Sumber: Hasil Analisis, 2021

Gambar 4.5. Ilustrasi 3D Jalur Pejalan Kaki


Sumber: Hasil Analisis, 2021
b. Jalur Pesepeda
Jalur pesepeda pada kawasan direncanakan menjadi dua rute, yaitu rute jalur pesepeda menuju
Danau Kelimutu dan rute menuju Pantai Mbuli. Rute jalur pesepeda menuju danau Kelimutu
berada di SWP B. Jalur pesepeda berupa jalur sepeda tipe C (jalur sepeda yang berada di badan
jalan dengan pemisah marka) selebar 1,24 meter direncanakan sepanjang 7.910 meter.
4.9
BUKU RENCANA
KONSEP RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) WILAYAH PERENCANAAN
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rute jalur pesepeda menuju Pantai Mbuli berada di SWP E dan SWP F. Rute jalur sepeda berupa
jalur sepeda tipe C dan jalur sepeda berupa perkerasan. Jalur sepeda tipe C dengan lebar 1,24
meter direncanakan sepanjang 4.871 meter. Sedangkan jalur sepeda berupa perkerasan dengan
lebar 2,5 meter direncanakan sepanjang 928 meter.

1,24

c.

Gambar 4.6. Ilustrasi 3D Jalur Pesepeda di Badan Jalan


Sumber: Hasil Analisis, 2021

Rencana jaringan prasarana lainnya pada Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu meliputi rencana
dapat dilihat pada peta berikut.

4.10
BUKU RENCANA
KONSEP RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) WILAYAH PERENCANAAN
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.7. Peta Rencana Jalur Pejalan Kaki dan Pesepeda


Sumber: Hasil Analisis, 2021

4.11
BUKU RENCANA
KONSEP RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) WILAYAH PERENCANAAN
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.5. Konsep dan Rencana Jaringan Infrastruktur/Prasarana

4.5.1. Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

Jaringan energi listrik di WP sudah cukup baik hampir 90% terlayani, pelayanan energi
listri pada wilayah WP di dapat dari GI wolowaru. Energi listrik di WP direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan, seperti:
 Rumah Tangga
 Pendukung Industri
 Kegiatan Sosial dan ekonomi
 Penerangan jalan
 Cadangan
Rencana Pengembangan Sistem jaringan kelistrikan di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu
meliputi:
 Jaringan Energi Kelistrikan, dikembangkan di seluruh bagian pada pengembangan
kawasan SWP meliputi.Jaringan ditempatkan mengikuti jaringan jalan.
 Gardu Distribusi, Gardu distribusi dikembangkan mengikuti jaringan listrik yang ada
diseluruh bagian kawasan SWP.

4.5.2. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Sistem jaringan telekomunikasi bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat


dan dunia layanan telekomunikasi. Rencana sistem jaringan telekomunikasi di Kawasan
Pariwisata Ende Kelimutu terdiri atas:
 Rencana Pengembangan Jaringan Serat Optik, dikembangkan di seluruh bagian
Kawasan WP.
 Rencana jaringan nirkabel, dikembangkan di beberapa titik bagian SWP dengan
menggunakan jaringan tower BTS (Base Transceiver Station) yang digunakan secara
bersama menjangkau ke pelosok perdesaan.

BUKU RENCANA 4.12


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.8. Peta Jaringan Energi dan Telekomunikasi

BUKU RENCANA 4.13


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.5.3. Sistem Jaringan Air Minum

Sistem jaringan air bersih direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kawasan
Pariwisata Ende Kelimutu. Sistem Jarinan air minum di WP terdiri dari:
 Jaringan Perpipaan, dikembangkan di seluruh bagian Kawasan berupa jaringan pipa
distribusi dan peningkatan sambungan rumah;
 Jaringan Non Perpipaan, dikembangkan berupa bangunan penangkap air di mata air
dan juga bak penampung air yang berada di WP.

4.5.4. Sistem Jaringan Drainase

Sistem jaringan drainase direncanakan untuk melindungan genangan air permukaan di


Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu. Sistem Jaringan Drainase di Kawasan Pariwisata Ende
Kelimutu terdiri dari:
 Saluran Primer
 Saluran Sekunder
 Saluran Tersier

4.5.5. Sistem Jaringan Air Limbah

Sistem jaringan pengelolaan air limbah di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu


direncanakan untuk memenuhi kebutuhan prasarana sanitasi di kawasan. Sistem jaringan
pengeolaan air limbah di terdiri dari:
 Jaringan pipa, dikembangkan diseluruh bagian Kawasan (khususnya sekitar
permukiman) berupa pipa induk dan pipa tinja untuk sistem komunal, dan
peningkatan sistem air limbah setempat.
 Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), IPAL di WP dikembangkang secara komunal
dengan melihat kebutuhan dan kesiapan lahan dan juga untuk memenuhi kebutuhan
air limbah industri (industri tahu dan tenun ikat) serta IPAL B3 untuk Puskesmas di
Bokasape Kecamatan Wolowaru.

4.5.6. Sistem Jaringan Persampahan

Sistem jaringan persampahan pada lokasi WP disiapkan dengan konsep pada wilayah
pedesaan atau jumlah penduduk yang kepadatan sangat rendah dibuatkan bak bak
pengumpul dan penguraian sampah untuk di jadikan kompos atau pupuk tanaman.
Sedangkan pada wilayah berpenduduk dengan kepadatan sedang dan tinggi serta

BUKU RENCANA 4.14


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

perkotaan perdagangan dan jasa disediakan transfer depo atau contener untuk
pengumpulan sampah dan kemudian diambil oleh truk sampah untuk dibuang ke TPS
atau TPA.

4.5.7. Konsep dan Skenario Mitigasi Kebencanaan

Paradigma penanggulangan bencana telah berubah dari fatalistic responsive yang


berorientasi pada penanggulangan bencana kedaruratan sebagai respons akibat
terjadinya bencana, menuju kepada proactive preparedness, yaitu penanggulangan
bencana dilakukan sejak dini melalui kesiapsiagaan sampai dengan tahap pemulihan
sosial.
Hal ini menuntut pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama melaksanakan upaya
pengurangan risiko bencana. Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik
mengurangi risiko bencana melalui upaya sistimatis untuk menganalisis dan mengelola
faktor-faktor penyebab bencana. Hal ini juga termasuk pengurangan keterpaparan
terhadap ancaman bahaya, pengurangan kerentaan penduduk dan harta benda,
pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak dan meningkatkan kesiapsiagaan terhadap
peristiwa yang merugikan.
Dimensi kunci kegiatan kesiapsiagaan, antara lain: (1) pengetahuan bahaya; (2)
manajemen, arah dan koordinasi operasi darurat; (3) perjanjian respons formal dan
informal; (4) akuisisi sumber daya yang bertujuan untuk memastikan bahwa fungsi
darurat dapat dilakukan dengan lancar; (5) perlindungan keselamatan hidup; (6)
perlindungan hak milik; (7) koping darurat dan pemulihan fungsi utama; dan (8) rencana
kegiatan pemulihan.
Pemetaan mitigasi bencana alam geologi yang meliputi zonasi rawan dan aman bencana
alam di wilayah deliniasi yang telah dilakukan diharapkan sebagai referensi
pengembangan wilayah dan perlu disebarluaskan kepada masyarakat luas.
Kejadian-kejadian bencana alam yang selama ini terjadi, telah banyak menimbulkan
kerugian dan penderitaan yang cukup berat sebagai akibat dari perpaduan bahaya alam
dan kompleksitas permasalahan lainnya. Bahaya-bahaya bencana geologi tersebut
menjadi ancaman serius tidak hanya bagi kehidupan setempat, juga mengancam
keberlangsungan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Korban jiwa manusia yang meninggal maupun cedera, runtuhnya bangunan-bangunan
pemerintah dan swasta, rusaknya sarana prasarana, jaringan utilitas dan infrastruktur

BUKU RENCANA 4.15


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

serta kerugian moril yang tak terhitung jumlahnya merupakan akibat yang timbul dari
berbagai kejadian bencana tersebut.
Undang-Undang No 24 Tahun 2007, menyatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Pemahaman bencana
dimaksudkan apabila sudah mempengaruhi dan mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Sedangkan bencana geologi dapat dipahami secara umum sebagai bencana yang
disebabkan oleh proses-proses geologi yang terdapat di alam. Beberapa bencana geologi
yang mungkin ada di wilayah deliniasi adalah bencana letusan gunungapi, bencana gempa
bumi, bencana gerakan tanah dan bencana akibat cuaca ekstrem (kekeringan, banjir dan
angin puting beliung).
Mitigasi bencana pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi bencana juga dimaksudkan untuk
mengurangi konsekuensi-konsekuensi dampak lainnya akibat bencana, seperti kerusakan
infrastruktur, terganggunya kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang bersifat rutin dan
berkelanjutan (sustainable), yang pada akhirnya diharapkan setiap masyarakat dapat
beradaptasi dengan risiko potensi bencana yang ada. Selain itu, kegiatan mitigasi bencana
hendaknya dilakukan melalui pengembangan langkah tindak mitigasi dengan sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat setempat, sehingga diharapkan mereka mampu
mengorganisir diri mereka sendiri (swakelola) dan mampu mandiri dengan sumber daya
yang ada (swadaya) secara lebih optimal.
Selain untuk keperluan mitigasi, kajian risiko untuk bahaya dari berbagai jenis potensi
bahaya alam lebih lanjut dapat juga dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengembangkan rencana tanggap darurat atau Emergency Operation Plan (EOP) yang
terjangkau (achievable/workable), sederhana dan tepat (appropriate).
Pada dasarnya EOP merupakan kerangka dasar dalam rencana tanggap darurat yang
terkoordinasi dan efektif, karena di dalamnya telah mendefinisikan peranan dan tanggung
jawab seluruh stake holder seperti pemerintah, organisasi swasta dan sukarelawan dan
badan-badan lain yang terdapat di dalam suatu wilayah negara.

BUKU RENCANA 4.16


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Analisis performa ruang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menetapkan
kinerja suatu ruang tidaknya sesuai dengan fungsinya tetapi juga memiliki ketahanan
terhadap ancaman bencana. Pada prinsipnya performa ruang dari pemulihan ruang yang
diharapkan akan tercapai pada kondisi pascabencana dapat dilihat pada Gambar 26.
Berdasarkan prinsip tersebut, performa ruang berdasarkan jenis kebencanaan dibuat
untuk menyelaraskan ketahanan terhadap setiap ancaman bencana yang dominan terjadi
di lokasi pekerjaan.

Gambar 4.9. Prinsip Performa Ruang

Tabel 4.1. Performa ruang berdasarkan jenis kebencanaan yang dominan.

Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
1 Gempabumi Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
tinggi (MMI > skala VII, percepatan tanah > 0,30g)
Berada di zona patahan aktif
Sempadan patahan aktif 0 -10 meter
Potensi likuefaksi sangat tinggi
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
menengah (MMI skala V - VII, percepatan tanah
0,20g 0,30g)

BUKU RENCANA 4.17


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang terbatas pemanfaatannya
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Memiliki intensitas pemanfaatan ruang rendah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gempa bumi
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
rendah (skala IV – V MMI) dan Sangat Rendah
(skala < IV MMI)
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gempa bumi
2 Gunungapi Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan rawan bencana gunung api III
(kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu pijar,
dan/atau gas beracun)
Berada pada radius KRB III 3-5 km
Berada pada jalur aliran lava dan lahar dingin
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan rawan bencana gunung api II
Berada pada radius KRB II: 4-8 km (sepanjang alur
sungai/lembah 12-15 km) dan kawasan rawan
bencana gunung api I dengan radius KRB I > 10 km
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gunung api
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan rawan gunung api I dengan
radius > 10 Km
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang

BUKU RENCANA 4.18


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gunung api
3 Banjir Bandang Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan dengan tinggi genangan > 3 m
Berada pada kawasan sempadan sungai atau alur
air
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan yang berpotensi terjadi
genangan 1 – 3 m
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Memiliki intensitas pemenfaatan ruang rendah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana banjir bandang
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan yang berpotensi terjadi
genangan < 1 m
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemenfaatan ruang menengah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana banjir bandang
4 Longsoran Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona
kerentanan gerakan tanah tinggi (Daerah yang
secara umum mempunyai kerentanan tinggi untuk
terjadi gerakan tanah dengan indikasi gerakan
tanah berukuran besar sampai kecil yang sering
terjadi dan akan cenderung meningkat)
Memiliki kemiringan lereng >40%
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona
kerentanan menengah
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana tanah
longsor/gerakan tanah

BUKU RENCANA 4.19


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona yang
secara umum jarang terjadi gerakan tanah, kecuali
jika terjadi gangguan
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana tanah
longsor/gerakan tanah

Salah satu strategi dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, yaitu dengan melakukan mitigasi secara rutin dan berkelanjutan (sustainable).
Mitigasi akan lebih tepat dan akurat melalui pendekatan kajian risiko. Keikutsertaan
masyarakat sebaiknya dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara
mitigasi yang berbasis pada komunitas, yang pada akhirnya diharapkan setiap masyarakat
dapat beradaptasi dengan risiko potensi bencana yang ada.
Dalam situasi keadaan darurat bencana, sering terjadi kegagapan penanganan dan
kesimpang- siuman informasi data-data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit pemerintah khususnya pejabat penanggulangan bencana dalam
pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Tahap tanggap darurat pasca
bencana melibatkan banyak koordinasi dengan berbagai instansi, dalam hal ini
dibutuhkan mekanisme kerja pos komando dan koordinasi tanggap darurat bencana yang
baik, terstruktur dan sistimatis untuk memberikan pertolongan terhadap korban bencana.
Hasil kajian ketahanan di lokasi pekerjaan menghasilkan tindakan-tindakan prioritas
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tindakan-tindakan prioritas diturunkan untuk
memperoleh arah atau sasaran yang harus dicapai terkait upaya penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Arahan dan sasaran tersebut dikelompokkan pada strategi
penanggulangan per masing – masing bencana dalam kebijakan yang bersifat struktural
maupun non struktural. Penjabaran masing-masing arahan setiap strategi
penanggulangan bencana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

BUKU RENCANA 4.20


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 4.2. rekomendasi kebijakan teknik bencana gempabumi.


Pengaturan Tata Ruang
Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
Gempabumi  Pembangunan titik  Edukasi  Ditetapkan sebagai  Dapat dikembangkan  Dapat dikembangkan
seismograf  Pelatihan evakuasi kawasan lindung kawasan budidaya kaw. budidaya
 Penggunaan Struktur  Sosialisasi  Pada kawasan  Kegiatan perumahan  Kegiatan perumahan
 bangunan tahan  Penetapan regulasi permukiman yang dengan kepadatan dengan kepadatan
gempa dan material  Pengkajian terhadap terdampak masif bangunan Sedang (30- bangunan sedang (30-
yang mendukungnya nilai lokal/budaya diarahkan untuk 60 unit/Ha) dan Rendah 60 unit/Ha) dan rendah
 Pembangunan jalur setempat yang dapat relokasi permukiman (<30 unit/ha) (<30 unit/ha)
evakuasi mendukung mitigasi yang terdapat di KRB  Pola permukiman dapat  Pola permukiman dapat
 Pengecekan dan bencana Tinggi mengelompok maupun mengelompok maupun
evaluasi berkala gempabumi,  Pembatasan menyebar menyebar
terhadap contohnya pembangunan kegiatan  Kegiatan perdagangan  Kegiatan perdagangan
performabangunan :perencanaan budidaya terbangun dan perkantoran dan perkantoran
struktur bangunan baru. diperbolehkan dengan diperbolehkan dengan
umpak yang tertulis intensitas sedang intensitas tinggi sampai
pada Kawruh kalang sampai rendah dengan rendah dengan
dan Kawruh Griya konstruksi tahan gempa konstruksi tahan gempa
dalam budaya Jawa  Kegiatan industri  Kegiatan industri
dengan persyaratan, dengan persyaratan,
pengawasan dan pengawasan dan
pengendalian yang pengendalian yang
ketat, berupa kegiatan ketat, berupa kegiatan
industri skala, sedang, industri skala besar,
maupun kecil dengan sedang, maupun kecil
bangunan tahan gempa dengan bangunan tahan
 Kegiatan lahan usaha gempa
pertanian lahan basah,  Kegiatan lahan usaha

BUKU RENCANA 4.21


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pengaturan Tata Ruang


Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
pertanian lahan kering, pertanian lahan basah,
perikanan, perkebunan perikanan, perkebunan
diizinkan diizinkan
 Kegiatan pariwisata  Kegiatan pariwisata
dengan jenis wisata dengan jenis wisata
sosio-kultural dan sosio-kultural dan
wisata agro-kultural wisata agro-kultural

Tabel 4.3. Rekomendasi kebijakan teknik bencana gunungapi


Pengaturan Tata Ruang
Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
Gunungapi  Membuat jalur Lava  Edukasi  Ditetapkan sebagai  perumahan dengan  Perumahan dengan
 Pembangunan titik  Pelatihan evakuasi kawasan lindung kepadatan bangunan kepadatan bangunan
seismograf  Sosialisasi  Masih dapat Sedang (30-60 unit/Ha) Tinggi (60 unit/Ha),
 Pembangunan jalur  Penetapan regulasi dimanfaatkan sebagai dan Rendah (<30 Sedang (30-60 unit/Ha),
evakuasi  Pengkajian terhadap kawasan budidaya unit/ha) dan Rendah (<30
 Pembangunan sarana nilai lokal/budaya terbatas antara lain:  Pola permukiman dapat unit/ha)
telekomunikasi setempat yang dapat kehutanan, pertanian, mengelompok maupun  Pola permukiman dapat
terpadu mendukung mitigasi dan pariwisata jenis menyebar mengelompok maupun
 Struktur bangunan bencana gunung wisata geofisika  Kegiatan perdagangan menyebar
tahan api berapi  Pada kawasan dan perkantoran  Kegiatan perdagangan
 Penyiapan ruang permukiman yang diperbolehkan dengan dan perkantoran
evakuasi dan shelter terdampak masif intensitas sedang diperbolehkan dengan
diarahkan untuk sampai rendah intensitas tinggi sampai

BUKU RENCANA 4.22


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pengaturan Tata Ruang


Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
relokasi permukiman  Kegiatan industri rendah
yang terdapat di KRB III dengan persyaratan,  Kegiatan industri
 Pembatasan pengawasan dan dengan persyaratan,
pembangunan kegiatan pengendalian yang pengawasan dan
budidaya terbangun ketat, berupa Konstruksi pengendalian yang
baru bangunan tahan gempa ketat, berupa kegiatan
dan skala industri industri skala besar,
sedang maupun kecil sedang, maupun kecil
 Kegiatan lahan usaha  Kegiatan lahan usaha
pertanian lahan basah, pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering, pertanian lahan kering,
perikanan, perkebunan perikanan, perkebunan
diizinkan diizinkan
 Kegiatan pariwisata  Kegiatan pariwisata
dengan jenis wisata dengan jenis wisata
biotik dan abiotik. sosio-kultural dan
 Penerapan Building wisata agro-kultural
Code dengan ketentuan  Penerapan Building
bangunan beton Code dengan ketentuan
bertulang dan bangunan beton
konstruksi bangunan bertulang maupun tidak
tahan gempa. bertulang dan
konstruksi bangunan
tahan gempa

BUKU RENCANA 4.23


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tabel 4.4. Rekomendasi kebijakan teknik bencana banjir bandang dan longsoran
Pengaturan Tata Ruang
Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
Banjir  Pembangunan Check  Konservasi tanah dan  Pelarangan kegiatan  Pemanfaatan untuk  Pemanfaatan untuk
Bandang Dam/ Sabo air di hulu sungai permukiman, industri kegiatan budidaya kegiatan budidaya
Dam/Bendungan  Pengelolaan dataran perdagangan permukiman, industri, permukiman, industri,
penahan sedimen banjir Pemetaan Pembangunan tanggul perdagangan, perdagangan,
 Revitalisasi Kondisi dataran banjir sungai pertanian, transportasi pertanian, transportasi
DAS bandang yang lebih  Memperhatikan  Intensitas kegiatan  Memperhatikan
 Pengecekan dan detail ketentuan garis budidaya sedang - ketentuan garis
evaluasi berkala  Penetapan regulasi, sempadan sungai rendah sempadan sungai
terhadap kondisi DAS tentang sempadan Kegiatan diperbolehkan  Memperhatikan  Penerapaan rekayasa
sungai terkait infrastruktur ketentuan garis teknis mitigasi banjir
 Edukasi sumber daya air dan sempadan sungai
 Sosialisasi transportasi sungai  Penerpaan rekayasa
 Pengkajian terhadap  Permukiman yang telah teknis mitigasi banjir
nilai lokal/budaya ada diarahkan untuk bandang
setempat yang dapat bangunan struktur
mendukung mitigasi panggung dan
bencana banjir pengembangan terbatas
bandang
Longsoran  Perbaikan tata air  Edukasi  Tidak untuk kegiatan  Diprioritaskan sebagai  Diprioritaskan sebagai
dan tataguna lahan di  Pelatihan evakuasi pembangunan fisik fungsi lindung fungsi lindung. Bila telah
daerah lereng  Sosialisasi  Fungsi sebagai kawasan  Tidak diizinkan untuk ada/terpaksa dibangun,
 Pembangunan  Penetapan regulasi lindung/resapan kegiatan permukiman, diarahkan pada
terasiring dan sistem  Pengkajian terhadap air/hutan lindung industri, pertanian, kawasan budidaya
saluran air yang nilai lokal/budaya  Kegiatan budidaya yang pertambangan, dan terbatas, dengan
terstandar setempat yang dapat ada dantidak memenuhi hutan produksi ketentuan:
 Reboisasi mendukung mitigasi persyaratan diarahkan  Kegiatan pariwisata 1. Kegiatan pertanian,
 Penggunaan pondasi bencana tanah untuk relokasi dilakukan dengan perkebunan dan

BUKU RENCANA 4.24


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pengaturan Tata Ruang


Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
bangunan yang longsor  Kegiatan wisata alam rekayasa teknis dan peternakan dengan
menyatu/setempat,  Identifikasi daerah secara terbatas dengan jenis wisata alam rekayasa teknis
untuk menghindari dengan tanah aktif rekayasa teknis 2. Kegiatan
penurunan yang tidak bergerak secara  Pada kawasan permukiman dengan
seragam berkala permukiman yang rekayasa teknis,
 Penutupan retakan  Pemeriksaan pada terdampak masif intensitas rendah,
yang timbul diatas wilayah lereng dan diarahkan wajib untuk menjaga kelestarian
dinding dengan tebing yang rawan relokasi lingkungan
bahan kedap air longsor secara  Diizinkan untuk kegiatan
untuk mencegah air berkala pariwisata secara
hujan masuk melalui terbatas
retakan tersebut  Tidak diizinkan untuk
industri

BUKU RENCANA 4.25


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

4.5.8. Rencana Mitigasi Kebencanaan

Rencana mitigasi terhadap bencana yang mengancam di lokasi pekerjaan dilakukan


untuk menanggulangi ancaman bencana tersebut. Rencana mitigasi harus didukung oleh
sistem peringatan dini yang teratur. Potensi bencana yang membutuhkan sistem
peringatan dini dan evakuasi adalah banjir bandang dan gunungapi. Beberapa prinsip
dasar yang harus dipenuhi dalam sistem peringatan dini adalah:
 Prediksi: harus dilakukan dengan ketepatan dan diperlukan ahli berpengalaman
yang mengkaji;
 Interpretasi: menerjemahkan hasil pengamatan;
 Respon dan pengambilan keputusan: siapa yang akan bertanggungjawab
mengambil keputusan karena keputusan tersebut akan mempengaruhi dampak.
Sistem peringatan dini akan menyampaikan informasi-informasi penting dalam kondisi
siaga maupun darurat. Infromasi tersebut meliputi:
 Waktu pengumuman;
 Wilayah sasaran yang diprediksi berbahaya (dengan terperinci);
 Tingkat peringatan bahaya (status waspada, siaga/bahaya, ataupun awas yang
berarti evakuasi);
 Perkiraan waktu bencana;
 Banjir bandang: kondisi curah hujan maupun level air saat diumumkan dan
prediksinya untuk beberapa waktu berikutnya; Gunungapi: kondisi pengamatan
kaldera untuk prediksi beberapa waktu berikutnya
 Perkiraan arah sumber datangnya bencana;
 Arah evakuasi (bila terdapat instruksi evakuasi);
 Informasi lainnya yang diperlukan dan dianggap penting untuk disampaikan
kemasyarakat.
Laporkan setiap perkembangan kondisi yang ada secara terperinci agar masyarakat
dapat mengetahui tingkat perkembangannya. Setiap informasi yang disampaikan adalah
penting, oleh sebab itu hendaknya penyampaian informasi ini disertai dengan
tanggungjawab penuh dari segenap tim pencegahan/penanggulangan bencana karena
berkaitan langsung dengan tingkat kepercayaan masyarakat serta keselamatan mereka.

BUKU RENCANA 4.26


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Sebelum adanya instruksi evakuasi, perlu adanya simulasi evakuasi untuk


menginformasikan prosedur evakuasi kepada masyarakan yang berpotensi terdampak.
Tujuan simulasi adalah untuk:
 Mengetahui kemampuan peserta simulasi dalam memahami tata cara
penyelamatan dan pengungsian yang terkoordinir dengan baik;
 Mengetahui kemampuan peserta simulasi dalam mengerjakan hal-hal yang
prioritas di saat darurat;
 Menguji efektivitas alur informasi dan komunikasi yang terbentuk diantara para
petugas yang berwenang dengan masyarakat setempat saat terjadinya evakuasi
banjir bandang dan gunungapi;
 Menguji fungsi fasilitas tanda peringatan darurat dan sistem pemberitahuan
lainnya saat terjadi situasi tanggap darurat;
 Mengetahui fasilitas apa saja yang masih harus diperbaiki atau dilengkapi,
termasuk fasilitas SAR;
 Menegaskan kembali komitmen bersama untuk mengurangi resiko bencana banjir
bandang dan gunungapi;
Ketika proses simulasi evakuasi dilakukan, informasi barang-barang yang harus dibawa
juga harus diberikan, seperti:
 Pakaian: pakaian dalam, kaos, jaket, celana, sarung, dan lain-lain;
 Harta benda atau dokumen penting: uang, perhiasan, KTP, surat-surat berharga;
 Alat penerangan: senter dengan baterai, lilin, korek api;
 Makanan/minuman: roti, nasi, makanan ringan, mie instan, makanan kaleng, air
mineral;
 Perlengkapan kebersihan: odol, sikat gigi, sabun, sampo;
 Peralatan komunikasi: telepon seluler, radio;
 Perlengkapan bayi (bila diperlukan): susu, botol susu, popok;
 Perlengkapan untuk manula (bila diperlukan): tongkat, kacamata, obat-obatan;
 Perlengkapan tambahan: kantong plastik, kain lap.
Perintah evakuasi harus dilakukan sesuai dengan tingkat peringatan bencana banjir
bandang dan gunungapi untuk mendapatkan proses evakuasi yang efisien sehingga
tidak terjadi ketidaksesuaian informasi. Alur penentuan status evakuasi dapat dilakukan
dengan prakiraan konvensional untuk membantu pihak yang mengeluarkan perintah
evakuasi. Berdasarkan analisis bahaya, kerentanan, kapasitas, serta resiko bencana

BUKU RENCANA 4.27


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

banjir bandang dan gunungapi, rute evakuasi kedua bencana tersebut dibuat untuk
rencana mitigasi bencana. Rute evakuasi yang dibuat telah memperhatikan waktu
datangnya bencana, waktu evakuasi, dan daya tampung tempat evakuasi sementara
serta tempat evakuasi akhir. Tempat evakuasi sementara (TES) di kawasan rawan
bencana banjir bandang dan gunungapi merupakan tempat evakuasi dan berlindung
saat bencana banjir bandang dan/atau letusan gunungapi terjadi. TES yang digunakan
sebagai tempat perlindungan dapat berupa bangunan yang ada, bangunan baru yang
khusus dibuat untuk tujuan tempat evakuasi sementara, dan area lapang yang berada
pada zona aman dari bencana banjir bandang dan/atau gunungapi. Tempat evakuasi
akhir (TEA) merupakan lokasi akhir pengungsian yang memiliki fungsi sebagai tempat
berkumpul anggota keluarga pascabencana terjadi, dan tempat pengungsi mendapatkan
bantuan dan melakukan aktivitas harian rumah tangga hingga proses pemulihan
dimulai. Aktivitas yang berada pada TEA dilaksanakan kepada masyarakat yang
kehilangan harta benda pascabencana tsunami terjadi.

BUKU RENCANA 4.28


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.10. Alur penentuan status peringatan dari metode prakiraan konvensional

BUKU RENCANA 4.29


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.11. Peta Rute Evakuasi Bencana Banjir Bandang

BUKU RENCANA 4.30


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.12. Peta Rute evakuasi bencana Gunung Api

BUKU RENCANA 4.31


RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Gambar 4.13. Peta Rencana Struktur Ruang

BUKU RENCANA 4.32


RENCANA STRUKTUR RUANG

Anda mungkin juga menyukai