Buku Rencana - Bab 4 - Ende 2021 Rev
Buku Rencana - Bab 4 - Ende 2021 Rev
BAB 5
Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.1
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki
hubungan fungsional. Struktur ruang juga dapat diterjemahkan sebagai susunan pusat-pusat
pelayanan kegiatan serta sistem jaringan prasarana dan sarana di dalam suatu ruang atau
wilayah/kawasan. Sebagai wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang layak untuk
dikembangkan, Rencana Struktur Ruang Kawasan Pariwisata Ende-Kelimutu ditetapkan dalam
rangka mewujudkan pengembangan pariwisata yang dapat meningkatkan kegiatan sosial
ekonomi masyarakat sekaligus masih melindungi kelestarian wilayah baik itu alam maupun
budaya yang saat ini masih terjaga.
Penetapan sistem pusat pelayanan tidak terlepas dari tujuan penataan ruang di Kawasan
Kelimutu - Wolowaru sekaligus untuk menciptakan rantai pasok untuk pemerataan pembangunan
antara kawasan pariwisata dengan kawasan pertanian dan perkotaan serta mengembangkan
kegiatan ekonomi yang dapat mendukung pelestarian kawasan.
Pengembangan kegiatan ekonomi yang selaras dengan kegiatan pelestarian lingkungan didorong
melalui pusat - pusat kegiatan yang memiliki potensi dan daya saing kawasan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di
kawasan perencanaan yaitu sektor pariwisata terutama ekowisata dan agrowisata serta tetap
berwawasan lingkungan.
Sistem Pusat Pelayanan di wilayah perencanaan, meliputi:
a. Pusat pelayanan kota;
merupakan pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh
wilayah perencanaan dan/atau regional. Pusat pelayanan kota diarahkan di Kelurahan
Bokasape.
4.3
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.4
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu yaitu fungsi perumahan, perdagangan dan jasa, industri,
sarana pelayanan umum, wisata dan lain-lain.
Rencana jaringan Transportasi di terdiri dari:
a) Rencana Sistem Jaringan Jalan.
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Rencana jaringan jalan berdasarkan statusnya adalah rencana pengembangan jarimgan
jalan Nasional, jaringan jalan Provinsi, jaringan jalan Kabupaten, jaringan jalan Desa;
Rencana jaringan jalan berdasarkan fungsinya adalah rencana pengembangan jalan arteri,
jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan;
Ruang Manfaat Jalan (Rumaja), Ruang Milik Jalan (Rumija) dan Ruang Pengawasan Jalan
(Ruwasja) pada setiap fungsi jalan ditentukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
Secara umum sistem Jaringan Jalan di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu yang
dikembangkan terdiri dari:
Rencana Jalan Kolektor Primer, yang meliputi ruas jalur perkotaan di Kelurahan
Bokasape;
Rencana Jalan Lokal, yang meliputi ruas jalan yang menghubungkan sub Kawasan
satu dengan sub Kawasan lainya;
Rencana Jalan Lingkungan, meliputi ruas jalan yang menghubungkan antar persil
atau rumah; dan
Rencana Jalan Khusus, jalan usaha tani di persawahan, jalan akses menuju sarana
dan prasarana dan jalan akses di tempat wisata.
Peningkatan kontruksi dan dimensi jaringan jalan
Adapun penjelasan lebih detail terhadap pengembangan jaringan jalan pada WP yang
akan dikembangkan mencakup jaringan jalan kolektor, lokal dan lingkungan baik primer
maupun sekunder adalah sebagai berikut:
1. Jalan kolektor primer
Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan wilayah, atau
antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Pada prinsipnya, Jalan
4.5
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
kilometer perjam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter, Jalan
kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
Jumlah jalan masuk dibatasi dan persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer
dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan
2. Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan
Nasional dengan Pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan Pusat
kegiatan lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta pusat kegiatan lingkungan. Perlu dipahami bahwa jalan lokal
primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer
per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter.
3. Jalan Lingkungan Primer
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan didalam
Kawasan perdesaan. Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
6,5 (enam koma lima) meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer tersebut
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Adapun Jalan lingkungan
primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
Peningkatan Kontruksi dan Dimensi Jaringan Jalan
Dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa bagian-
bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan (Rumaja), ruang milik jalan (Rumija), dan ruang
pengawasan jalan (Ruwasja). Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
danambang pengamannya., Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang
tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
4.6
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
sedangkan terminal existing di Bokasape Kecamatan Wolowaru Tipe C naik status menjadi
terminal Tipe B.
TNK
Terminal Tipe B
Wolowaru
Zona Inti (pusat jasa wisata)
4.7
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.8
BUKU RENCANA
RENCANA STRUKTUR RUANG
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
0,2
1,5
Rute jalur pesepeda menuju Pantai Mbuli berada di SWP E dan SWP F. Rute jalur sepeda berupa
jalur sepeda tipe C dan jalur sepeda berupa perkerasan. Jalur sepeda tipe C dengan lebar 1,24
meter direncanakan sepanjang 4.871 meter. Sedangkan jalur sepeda berupa perkerasan dengan
lebar 2,5 meter direncanakan sepanjang 928 meter.
1,24
c.
Rencana jaringan prasarana lainnya pada Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu meliputi rencana
dapat dilihat pada peta berikut.
4.10
BUKU RENCANA
KONSEP RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) WILAYAH PERENCANAAN
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
4.11
BUKU RENCANA
KONSEP RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) WILAYAH PERENCANAAN
Pemerintah Kabupaten Ende
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Jaringan energi listrik di WP sudah cukup baik hampir 90% terlayani, pelayanan energi
listri pada wilayah WP di dapat dari GI wolowaru. Energi listrik di WP direncanakan untuk
memenuhi kebutuhan kegiatan, seperti:
Rumah Tangga
Pendukung Industri
Kegiatan Sosial dan ekonomi
Penerangan jalan
Cadangan
Rencana Pengembangan Sistem jaringan kelistrikan di Kawasan Pariwisata Ende Kelimutu
meliputi:
Jaringan Energi Kelistrikan, dikembangkan di seluruh bagian pada pengembangan
kawasan SWP meliputi.Jaringan ditempatkan mengikuti jaringan jalan.
Gardu Distribusi, Gardu distribusi dikembangkan mengikuti jaringan listrik yang ada
diseluruh bagian kawasan SWP.
Sistem jaringan air bersih direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kawasan
Pariwisata Ende Kelimutu. Sistem Jarinan air minum di WP terdiri dari:
Jaringan Perpipaan, dikembangkan di seluruh bagian Kawasan berupa jaringan pipa
distribusi dan peningkatan sambungan rumah;
Jaringan Non Perpipaan, dikembangkan berupa bangunan penangkap air di mata air
dan juga bak penampung air yang berada di WP.
Sistem jaringan persampahan pada lokasi WP disiapkan dengan konsep pada wilayah
pedesaan atau jumlah penduduk yang kepadatan sangat rendah dibuatkan bak bak
pengumpul dan penguraian sampah untuk di jadikan kompos atau pupuk tanaman.
Sedangkan pada wilayah berpenduduk dengan kepadatan sedang dan tinggi serta
perkotaan perdagangan dan jasa disediakan transfer depo atau contener untuk
pengumpulan sampah dan kemudian diambil oleh truk sampah untuk dibuang ke TPS
atau TPA.
serta kerugian moril yang tak terhitung jumlahnya merupakan akibat yang timbul dari
berbagai kejadian bencana tersebut.
Undang-Undang No 24 Tahun 2007, menyatakan bahwa bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Pemahaman bencana
dimaksudkan apabila sudah mempengaruhi dan mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Sedangkan bencana geologi dapat dipahami secara umum sebagai bencana yang
disebabkan oleh proses-proses geologi yang terdapat di alam. Beberapa bencana geologi
yang mungkin ada di wilayah deliniasi adalah bencana letusan gunungapi, bencana gempa
bumi, bencana gerakan tanah dan bencana akibat cuaca ekstrem (kekeringan, banjir dan
angin puting beliung).
Mitigasi bencana pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat
kemungkinan terjadinya bencana. Selain itu, mitigasi bencana juga dimaksudkan untuk
mengurangi konsekuensi-konsekuensi dampak lainnya akibat bencana, seperti kerusakan
infrastruktur, terganggunya kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat.
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang bersifat rutin dan
berkelanjutan (sustainable), yang pada akhirnya diharapkan setiap masyarakat dapat
beradaptasi dengan risiko potensi bencana yang ada. Selain itu, kegiatan mitigasi bencana
hendaknya dilakukan melalui pengembangan langkah tindak mitigasi dengan sebanyak
mungkin melibatkan masyarakat setempat, sehingga diharapkan mereka mampu
mengorganisir diri mereka sendiri (swakelola) dan mampu mandiri dengan sumber daya
yang ada (swadaya) secara lebih optimal.
Selain untuk keperluan mitigasi, kajian risiko untuk bahaya dari berbagai jenis potensi
bahaya alam lebih lanjut dapat juga dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengembangkan rencana tanggap darurat atau Emergency Operation Plan (EOP) yang
terjangkau (achievable/workable), sederhana dan tepat (appropriate).
Pada dasarnya EOP merupakan kerangka dasar dalam rencana tanggap darurat yang
terkoordinasi dan efektif, karena di dalamnya telah mendefinisikan peranan dan tanggung
jawab seluruh stake holder seperti pemerintah, organisasi swasta dan sukarelawan dan
badan-badan lain yang terdapat di dalam suatu wilayah negara.
Analisis performa ruang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menetapkan
kinerja suatu ruang tidaknya sesuai dengan fungsinya tetapi juga memiliki ketahanan
terhadap ancaman bencana. Pada prinsipnya performa ruang dari pemulihan ruang yang
diharapkan akan tercapai pada kondisi pascabencana dapat dilihat pada Gambar 26.
Berdasarkan prinsip tersebut, performa ruang berdasarkan jenis kebencanaan dibuat
untuk menyelaraskan ketahanan terhadap setiap ancaman bencana yang dominan terjadi
di lokasi pekerjaan.
Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
1 Gempabumi Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
tinggi (MMI > skala VII, percepatan tanah > 0,30g)
Berada di zona patahan aktif
Sempadan patahan aktif 0 -10 meter
Potensi likuefaksi sangat tinggi
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
menengah (MMI skala V - VII, percepatan tanah
0,20g 0,30g)
Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang terbatas pemanfaatannya
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Memiliki intensitas pemanfaatan ruang rendah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gempa bumi
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi
rendah (skala IV – V MMI) dan Sangat Rendah
(skala < IV MMI)
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gempa bumi
2 Gunungapi Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan rawan bencana gunung api III
(kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan
panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu pijar,
dan/atau gas beracun)
Berada pada radius KRB III 3-5 km
Berada pada jalur aliran lava dan lahar dingin
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan rawan bencana gunung api II
Berada pada radius KRB II: 4-8 km (sepanjang alur
sungai/lembah 12-15 km) dan kawasan rawan
bencana gunung api I dengan radius KRB I > 10 km
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gunung api
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan rawan gunung api I dengan
radius > 10 Km
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang
Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana gunung api
3 Banjir Bandang Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan dengan tinggi genangan > 3 m
Berada pada kawasan sempadan sungai atau alur
air
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan yang berpotensi terjadi
genangan 1 – 3 m
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Memiliki intensitas pemenfaatan ruang rendah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana banjir bandang
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan yang berpotensi terjadi
genangan < 1 m
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemenfaatan ruang menengah
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana banjir bandang
4 Longsoran Kerawanan Tinggi Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona
kerentanan gerakan tanah tinggi (Daerah yang
secara umum mempunyai kerentanan tinggi untuk
terjadi gerakan tanah dengan indikasi gerakan
tanah berukuran besar sampai kecil yang sering
terjadi dan akan cenderung meningkat)
Memiliki kemiringan lereng >40%
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
lindung
Kerawanan Sedang Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona
kerentanan menengah
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana tanah
longsor/gerakan tanah
Tipologi Kerawanan
No Jenis Bencana Performa Ruang
Bencana
Kerawanan Rendah Merupakan kawasan dengan klasifikasi zona yang
secara umum jarang terjadi gerakan tanah, kecuali
jika terjadi gangguan
Penetapan peruntukan ruang sebagai kawasan
budidaya yang pemanfaatannya terbatas
disesuaikan dengan karakteristik bencana
kerawanan bencana rendah
Memiliki intensitas pemanfaatan sedang
Dilengkapi dengan mitigasi struktural dan
nonstruktural untuk bencana tanah
longsor/gerakan tanah
Salah satu strategi dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya
bencana, yaitu dengan melakukan mitigasi secara rutin dan berkelanjutan (sustainable).
Mitigasi akan lebih tepat dan akurat melalui pendekatan kajian risiko. Keikutsertaan
masyarakat sebaiknya dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara
mitigasi yang berbasis pada komunitas, yang pada akhirnya diharapkan setiap masyarakat
dapat beradaptasi dengan risiko potensi bencana yang ada.
Dalam situasi keadaan darurat bencana, sering terjadi kegagapan penanganan dan
kesimpang- siuman informasi data-data korban maupun kondisi kerusakan, sehingga
mempersulit pemerintah khususnya pejabat penanggulangan bencana dalam
pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana. Tahap tanggap darurat pasca
bencana melibatkan banyak koordinasi dengan berbagai instansi, dalam hal ini
dibutuhkan mekanisme kerja pos komando dan koordinasi tanggap darurat bencana yang
baik, terstruktur dan sistimatis untuk memberikan pertolongan terhadap korban bencana.
Hasil kajian ketahanan di lokasi pekerjaan menghasilkan tindakan-tindakan prioritas
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Tindakan-tindakan prioritas diturunkan untuk
memperoleh arah atau sasaran yang harus dicapai terkait upaya penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Arahan dan sasaran tersebut dikelompokkan pada strategi
penanggulangan per masing – masing bencana dalam kebijakan yang bersifat struktural
maupun non struktural. Penjabaran masing-masing arahan setiap strategi
penanggulangan bencana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4. Rekomendasi kebijakan teknik bencana banjir bandang dan longsoran
Pengaturan Tata Ruang
Bencana Mitigasi Struktural Mitigasi Nonstruktural Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana Kawasan Rawan Bencana
Tinggi Sedang Rendah
Banjir Pembangunan Check Konservasi tanah dan Pelarangan kegiatan Pemanfaatan untuk Pemanfaatan untuk
Bandang Dam/ Sabo air di hulu sungai permukiman, industri kegiatan budidaya kegiatan budidaya
Dam/Bendungan Pengelolaan dataran perdagangan permukiman, industri, permukiman, industri,
penahan sedimen banjir Pemetaan Pembangunan tanggul perdagangan, perdagangan,
Revitalisasi Kondisi dataran banjir sungai pertanian, transportasi pertanian, transportasi
DAS bandang yang lebih Memperhatikan Intensitas kegiatan Memperhatikan
Pengecekan dan detail ketentuan garis budidaya sedang - ketentuan garis
evaluasi berkala Penetapan regulasi, sempadan sungai rendah sempadan sungai
terhadap kondisi DAS tentang sempadan Kegiatan diperbolehkan Memperhatikan Penerapaan rekayasa
sungai terkait infrastruktur ketentuan garis teknis mitigasi banjir
Edukasi sumber daya air dan sempadan sungai
Sosialisasi transportasi sungai Penerpaan rekayasa
Pengkajian terhadap Permukiman yang telah teknis mitigasi banjir
nilai lokal/budaya ada diarahkan untuk bandang
setempat yang dapat bangunan struktur
mendukung mitigasi panggung dan
bencana banjir pengembangan terbatas
bandang
Longsoran Perbaikan tata air Edukasi Tidak untuk kegiatan Diprioritaskan sebagai Diprioritaskan sebagai
dan tataguna lahan di Pelatihan evakuasi pembangunan fisik fungsi lindung fungsi lindung. Bila telah
daerah lereng Sosialisasi Fungsi sebagai kawasan Tidak diizinkan untuk ada/terpaksa dibangun,
Pembangunan Penetapan regulasi lindung/resapan kegiatan permukiman, diarahkan pada
terasiring dan sistem Pengkajian terhadap air/hutan lindung industri, pertanian, kawasan budidaya
saluran air yang nilai lokal/budaya Kegiatan budidaya yang pertambangan, dan terbatas, dengan
terstandar setempat yang dapat ada dantidak memenuhi hutan produksi ketentuan:
Reboisasi mendukung mitigasi persyaratan diarahkan Kegiatan pariwisata 1. Kegiatan pertanian,
Penggunaan pondasi bencana tanah untuk relokasi dilakukan dengan perkebunan dan
banjir bandang dan gunungapi, rute evakuasi kedua bencana tersebut dibuat untuk
rencana mitigasi bencana. Rute evakuasi yang dibuat telah memperhatikan waktu
datangnya bencana, waktu evakuasi, dan daya tampung tempat evakuasi sementara
serta tempat evakuasi akhir. Tempat evakuasi sementara (TES) di kawasan rawan
bencana banjir bandang dan gunungapi merupakan tempat evakuasi dan berlindung
saat bencana banjir bandang dan/atau letusan gunungapi terjadi. TES yang digunakan
sebagai tempat perlindungan dapat berupa bangunan yang ada, bangunan baru yang
khusus dibuat untuk tujuan tempat evakuasi sementara, dan area lapang yang berada
pada zona aman dari bencana banjir bandang dan/atau gunungapi. Tempat evakuasi
akhir (TEA) merupakan lokasi akhir pengungsian yang memiliki fungsi sebagai tempat
berkumpul anggota keluarga pascabencana terjadi, dan tempat pengungsi mendapatkan
bantuan dan melakukan aktivitas harian rumah tangga hingga proses pemulihan
dimulai. Aktivitas yang berada pada TEA dilaksanakan kepada masyarakat yang
kehilangan harta benda pascabencana tsunami terjadi.
Gambar 4.10. Alur penentuan status peringatan dari metode prakiraan konvensional