Anda di halaman 1dari 4

NILAI

CRITERIA UNTUK MEMILIH ISU-ISU (EKLAMPSIA)


T S R
Isu tersebut mempengaruhi banyak orang

Isu tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap



program kesehatan
Isu tersebut sesuai dengan misi/mandat organisasi anda

Isu tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan berwawasan



kesehatan
Isu tersebut dapat dipertanggungjawabkan dengan intervensi

advokasi
Isu tersebut dapat memobilisasi secara besar para mitra dan

pihak berwenang lainnya
Total nilai
5 1 -

A. Issu Strategis
Pada tahun 2015 kejadian preeklamsia di dunia masih tergolong
tinggi. Menurut WHO, UNFPA dan UNICEF preeklamsia mempengaruhi
5% -7% kehamilan di seluruh dunia dan setiap tahun diperkirakan 50.000
kematian ibu di seluruh dunia akibat preeklamsia.
Pada tahun 2016 kejadian preeklampsia di jawa tengah menjadi angka
penyumbang yang cukup besar yaitu masing-masing 14 kasus, sehingga
AKI di jawa tengah mencapai 118 kasus per 100.000 kelahiran hidup.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kejadian preeklampsia pada ibu menjadi 5
kasus per 100.000 kelahiran hidup di jawa tengah pada tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Dilakukannya kebijakan-kebijakan seperti penekanan pada
kunjungan ANC, kepada tenaga kesehatan untuk memantau dan
mendeteksi dini komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas di
tatanan kabupaten/kota dan puskesmas di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2017.

C. Bahan Advokasi
Di negara berkembang, angka kejadian eklampsia 0,1-0,7% (Bahari,
2009). WHO melaporkan, kejadian eklampsia di dunia masih tergolong
cukup tinggi. Angka eklampsia sebanyak 862 dari 96.497 ibu hamil.
Indonesia mempunyai angka kejadian eklamsia sekitar 7-10% dari seluruh
kehamilan. Kejadian eklampsia menempati peringkat kedua dari seluruh
kasus yang menimpa ibu hamil (Subakir Bekti, 2008). Menurut data World
Health Organisation (WHO), secara keseluruhan eklampsia terjadi kurang
lebih 14% kematian maternal per tahun yaitu sekitar 50.000-75.000
kematian (Lim, 2009).
Dinas kesehatan Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 mencatat
angka kematian ibu akibat eklampsia sebesar 31,57%. Menurut Dinas
Kesehatan Kota (DKK) Surakarta, berdasarkan persalinan dengan
komplikasi tahun 2015, insiden eklampsia sebesar 0,48%, sedangkan
preeklampsia sebesar 13,42% (Ryadi, 2016).
Angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah juga masih tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng yang
menyebutkan pada tahun 2015 AKI mencapai 114,42 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka tersebut masih berada di atas target nasional (MDGs) yakni
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Puskesmas,
jumlah kematian ibu di Kota Semarang pada tahun 2011 sebanyak 31 kasus
dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 25.160 atau sekitar 128,10 per
100.000 kelahiran hidup.
Solusi dari permasalahan yang terjadi kami mengajukan alternatif dengan
berbagai kebijakan-kebijakan yaitu:
1. Penekanan pada kunjungan ANC
Tenaga kesehatan berperan penting dalam hal ini karena tenaga
kesehatan disini selalu mengingatkan kepada ibu mengenai jadwal
kunjungan untuk memeriksakan kehamilannya secara dini baik ibu
yang sudah terdiagnosis maupun belum terdiagnosis.
2. Meningkatkan balai pemeriksaan antenatal
Menambah atau melengkapi fasilitas kesehatan yang ada di desa
terpencil dan menekankan pada bidan desa untuk melakukan home
visit.
3. Satu tenaga kesehatan (bidan desa) untuk memantau ibu hamil
Dalam hal ini tenaga kesehatan yaitu bidan memantau suatu desa

yang terdapat ibu hamil. Bidan akan melakukan pendataan door to door,

setelah data didapatkan maka bidan tersebut akan berkolaborasi dengan

bidan lainnya atau dengan dokter/spesialis untuk mengatasi masalah

dan komplikasi yang ditemukan.


DAFTAR PUSTAKA
www.unicef.or.id

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=16738.html

http://bappeda.jatengprov.go.id/jarlitbangnov/index.php?

ref=publication&mod=doc&id=15678.html

http://eprints.undip.ac.id/44202/3/

Winda_Anggraeni_G2A009162_Bab2KTI.pdf.

Anda mungkin juga menyukai