Gebrakan SuSi (Suami Siaga) Turunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Kamis, 19 Mei 2016 - 17:33 WIB Perencanaan pembangunan kesehatan yang terpadu dalam rangka Millenium Development Goals (MDG’s) berisi anjuran pemeriksaan kehamilan di puskesmas, menurunkan angka Drop Out K1 dan K4, menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), kerja lintas program dan lintas sektor, serta pemberdayaan masyarakat dan swasta. Tiga tahun terakhir di Kecamatan Gucialit Lumajang selalu ada kematian bayi, sedangkan pelayanan persalinan pada fasilitas kesehatan masih sangat rendah. Kondisi obyektif, tiap tahun ada kematian bayi dan ada 500 pasangan muda yang perlu penanganan intensif selama masa kehamilan dan persalinannya. Kondisi ini bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, tetapi menjadi peran penting suami dalam mendukung kesehatan istri pada masa kehamilan, persalinan, dan pengasuhan bayi saat usia awal 2 tahun masa pertumbuhannya. Perlu dilakukan pembinaan khusus tidak saja bagi seorang istri tetapi juga pada suaminya, guna mengurangi risiko kematian ibu pada masa persalinan dan kematian bayi pada awal kehidupannya. Dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya di puskesmas dan peran serta masyarakat termasuk lintas sektor dan lintas program, digagaslah sebuah ide yang terpadu dan dilakukan oleh semua program yang ada di puskesmas (KIA dan AKB, KB, Imunisasi, Program Gizi Kesehatan Lingkungan, dan Promosi Kesehatan) untuk menciptakan “Gebrakan SuSi, Turunkan AKI dan AKB!” Trend kematian ibu, bayi, dan balita di Kecamatan Gucialit sudah menurun, namun Gucialit masih saja menyumbangkan akumulasi kematian bayi dan balita di tingkat Kabupaten. Pada tiga tahun terakhir, masih terjadi kasus kematian bayi dan balita. Data AKB menunjukkan, 22 kematian bayi (tahun 2010), 17 kasus kematian bayi (2011), 12 kasus (2012), dan 8 kasus kematian bayi (2013). Kematian balita, 1 kasus (2011), sedangkan untuk kasus kematian ibu, pada empat tahun terakhir Gucialit sudah berhasil mencapai angka zero (nol). Akar masalah tidak hanya sekedar faktor ekonomi atau sulitnya transportasi, Fakta mendasar yang belum sepenuhnya digarap terkait permasalahan AKI, AKB maupun AKBAL di Gucialit adalah besarnya budaya “Patrilinial” untuk mengambil keputusan persalinan. Tidak bisa dipungkiri, wilayah Gucialit sulit ditempuh, sulit mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, dan tidak ada transportasi umum, merupakan alasan saat keluarga pasien sampai di Puskesmas Gucialit dengan kondisi ibu yang sudah dirujuk kasip. Keputusan keluarga terhadap pemeriksaan ibu hamil sering terlambat, karena masih besarnya kekuasaan suami dan keluarga besar. Kentalnya budaya “patrilinial” berdampak pada segala macam keputusan harus atas izin suami dan keluarga, termasuk memutuskan di mana, kapan, dan siapa yang membantu persalinan. Kondisi nyata banyak pasangan muda melangsungkan pernikahan di bawah umur, sehingga setiap tahun terdapat 500 pasangan muda yang perlu penanganan intensif selama masa kehamilan dan persalinannya. Suami usia muda sering lebih percaya kepada orang tua dan persalinan dukun, dan isteri sedang hamil atau yang akan melahirkan sering tidak berdaya saat suami atau keluarganya tidak memberikan keleluasaan mencari informasi seputar persiapan menghadapi persalinan. “SuSi” diawali kegiatan minilokakarya yang merekomendasikan Pelatihan SuSi secara berjenjang, pembuatan Modul, SK SuSi, dan protap SuSi, musyawarah dan gotong royong, bimbingan teknis ABG (Advokasi, Bina Suasana, Gerakan Pemberdayaan), pendanaan melalui dana BOK (Biaya Operasional Puskesmas), dan sosialisasi 5 Pilar STBM melalui Minlok Triwulanan melibatkan lintas sektor. Pelaksanaan masing-masing desa (target minimal 10 orang ibu hamil dan 10 orang suami), pembuatan formulir kesepakatan, lembar monitoring kegiatan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Tenaga kesehatan melakukan pendekatan personal (kepada ibu hamil, suami, dan keluarga) dan kelompok (Paguyuban Kader Posyandu, 28 keadaan ibu hamil yang ada di wilayah Posyandu, dan pembuatan Modul Partisipatif SuSi). Pelatihana SuSi, 1) Kepala Puskesmas memberikan arahan dan kebijakan; 2) Bidan memberikan materi tentang kehamilan (tanda-tanda dan pemeriksaan, cara mengatasi keluhan, risiko ibu hamil, tanda-tanda bahaya, sampai persiapan persalinan); persalinan (macam, tanda-tanda, dan kelainan pasca kelainan); dan segera menyusui bayinya setelah melahirkan; ASI eksklusif, cara menyimpan ASI bila ibu bekerja, sampai perawatan bayi atau neonatal; 3) Pemegang Program KB menjelaskan macam- macam KB, keuntungan, kerugian, dan efek samping masing-masing alat kontrasepsi; 4) Koordinator imunisasi, petugas gizi, dan petugas kesling (macam-macaam imunisasi, pengaruh gizi pada kehamilan, dan kesling dipadukan dengan PHBS). Terintegrasi dalam Pelatihan SuSi, juga ditanamkan 5 Pilar STBM yang meliputi BAB (Buang Air Besar) di Jamban Sehat, Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), pengolahan air minum, sampah, dan limbah rumah tangga. Promkes memberikan penjelasan mengenai PHBS bagi keluarga, merangkum semua materi, dan membuat lembar monitoring yang diamanahkan kepada suami, harapan persalinan berjalan lancar dan aman, dan bayinya menjadi amanah untuk keluarga. Selain itu, ada kesepakatan yang mendorong suami untuk memenuhi fasilitas istri selama masa kehamilan, kelahiran dan pengasuhan bayinya. Juga penjelasan untuk mendapatkan Akta Kelahiran yang pengurusannya dimulai dari Puskesmas, ke Kantor Pos, sampai ke Kantor Capil. Pengusul SuSi adalah Dinkes didukung Bupati dan jajaran Pemkab. Program SuSi unik, karena menyarankan suami agar mempunyai komitmen kuat terhadap persalinan isteri. Pendekatan kata “takdir” atau “kersane Gusti Allah”(bahasa Jawa: Kehendak Allah) yang biasanya terungkap saat ada kematian ibu, balita, dan saat bayi baru lahir dianggap sudah semestinya, menjadi lebih tercerahkan agar ada usaha dan ikhtiar untuk melakukan antisipasi/preventif sejak dini sehingga risiko kematian dapat diminimalisir. Pemangku kepentingan terdiri atas Pemkab, tenaga kesehatan persalinan Puskesmas, Dinkes Kabupaten Lumajang, Dinkes Provinsi, Kemenkes, Keluarga/PKK, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat luas. Mobilisasi sumber daya, meliputi pembiayaan (dana hibah Rp 3 juta tiap Posyandu), sarana dan prasarana (Puskesmas, Pustu, dan Ponkesdes), SDM (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lain), dan teknis (persalinan). Keluaran SuSi adalah AKI nol, AKB turun signifikan, peningkatan partisipasi suami, peningkatan Desa UCI dan Desa STBM, peningkatan kunjungan persalinan, kesepakatan suami/keluarga, kader, dan tenaga penolong persalinan; MoU Desa dengan PMI, Bank Darah, tiap desa punya 1 ambulan dan 1 ambulan warga, ibu hamil periksa kehamilan sekarang didampingi suami, dan lagu Mars SuSi. Pemantauan dan Evaluasi dilakukan oleh Kepala Puskesmas dan tenaga kesehatan sesuai tupoksi dan dilaporkan kepada Kepala Dinkes yang selanjutnya dilaporkan kepada Bupati. Kendala utama SuSi, peserta baru malu-malu, pertemuan petugas kesehatan dengan suami ibu hamil kurang serius, keterbatasan dana BOK, suami diwakili keluarga dalam pertemuan, dan masih ada dukun persalinan di kecamatan lain. Kendala tersebut diatasi dengan mini lokakarya pendanaan, peningkatan pemahaman tenaga kesehatan tentang SuSi, dan koordinasi antar puskesmas. Manfaat utama SuSi, khususnya menurunkan AKB secara signifikan, karena AKI sudah zero sebelumnya. SuSi perlu dikembangkan, antara lain dengan “Gerakan Sayang Ibu dan Anak” didukung tenaga kesehatan yang kompeten dan pelatihan “Dasa Wisma Siaga”. SuSi berkelanjutan akibat komitmen kuat, gebrakan SuSi merupakan solusi ampuh AKI dan AKB, kemandirian masyarakat terbangun, pelibatan masyarakat, dan “bayi sehat – ibu selamat”. Peluang replikasi besar, ditandai banyaknya kunjungan dari Kementerian/ Lembaga, Pemprov dan Pemkab/Pemkot. Pembelajaran dari SuSi adalah komitmen, penghematan dana, asal mau pasti bisa, diskusi dan sosialisasi, peran fasilitator dalam pertemuan, kepedulian masyarakat, semangat melalui mars suami siaga, dan penataan kesehatan lingkungan. Sumber: TOP 25 INOVASI PELAYANAN PUBLIK INDONESIA 2015 KemenPANRB http://sinovik.menpan.go.id
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis