Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok CGP

Angkatan 9
Ruang Kolaborasi 1.1.a.5 Modul 1.1
“Menemukenali Nilai-Nilai Luhur Kearifan Budaya Sesuai
Pemikiran Ki Hajar Dewantara”

Kelas 09.02_A
PGP Angkatan 9 Kota Samarinda
Kelas 09.02_A

Nurlaila, S.Pd Dwi Nasta Setyowati


(Fasilitator) (Pengajar Praktik)
CGP Angkatan 9 Kota Samarinda
Kelas 09.02_A

Yudi Arianto

Sri Wahyuni
Rini
Handayani Eka Widya
Astuti
CGP Angkatan 9 Kota Samarinda
Kelas 09.02_A

PROSES PEMBUATAN AMPLANG


SAMARINDA
SEBAGAI SALAH SATU WARISAN BUDAYA
DITINJAU DARI PEMIKIRAN
KI HAJAR DEWANTARA
PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

1 2 3
Menuntun segala kodrat yang
Pendidikan sebagai tempat
persemaian benih – benih
ada pada anak – anak Pendidik diibaratkan
kebudayaan dalam Masyarakat. sehingga anak – anak dapat petani yang menanam
Untuk menciptakan manusia mencapai titik keselamatan padi
Indonesia yang beradab, salah dan kebahagian yang setinggi
satu kuncinya melalui pendidikan – tingginya

4 5
Budi pekerti, atau watak atau
Pendidikan yang berupaya karakter merupakan perpaduan
memenuhi kodrat kebutuhan antara gerak pikiran, perasaan
tumbuh kembang anak dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga
SEPUTAR TENTANG AMPALANG

Makanan ringan ini telah menjadi


makanan ikonik khas Kalimantan Timur,
dan toko yang
menjual amplang sebagai oleh-
oleh pun sudah menjamur di kota-kota
besar di Kaltim,
termasuk Kota Samarinda.
Amplang merupakan sejenis kerupuk
berbahan dasar ikan yang dicampur
dengan tepung tapioka serta rempah-
rempah.
Bahan dasar ikan yang digunakan
biasanya adalah ikan belida (ikan
pipih), ikan gabus atau ikan tenggiri
khas sungai Mahakam atau sungai
Karang Mumus.
Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda
yang sejalan dengan pemikiran KHD?

➢ Kekuatan konteks sosio kultural di daerah Samarinda yang sejalan dengan


pemikiran KHD adalah dari proses pembuatan Amplang. Di mana peserta
didik mengetahui bagaimana proses pembuatan amplang dari perencanaan,
pemilihan alat dan bahan, cara pengolahan bahan serta komposisi dan nilai
gizi yang terkandung pada pembuatan amplang.

➢ Dalam melaksanakan pembelajaran tidak dapat terlepas dari konteks sosio-


kultural di lingkungan tempat kita mengajar, hal ini sejalan dengan
pemikiran KHD bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih benih
kebudayaan dalam masyarakat. KHD Memiliki keyakinan bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi
salah satu kunci utama untuk mencapainya.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan
sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah
asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?
Di Kalimantan Timur, nilai luhur budaya yang telah menjadi kearifan lokal
masyarakat dapat kita integrasikan dalam pembelajaran sebagai proses
"menebalkan" kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar, di daerah
Kalimantan Timur khususnya Kota Samarinda yang berasal dari kata
Samarendah yang memiliki makna adanya kesetaraan dan Berkebhinekaan
yang mana tidak membedakan baik suku maupun agama hal ini sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara.
▪ Kreatifitas, Jujur
Nilai- Nilai Luhur Kearifan ▪ Kemandirian, saling menghargai
budaya daerah asal : ▪ Saling Percaya, bernalar kritis
▪ Kerjasama, kepedulian
▪ Tanggung Jawab, gotomg royong
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan
laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan
konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
Kekuatan pemikiran KHD yang sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya daerah Samarinda Adalah Kodrat zaman, yaitu proses
pembuatan amplang.peserta didik di giring untuk mendapatkan
penguatan karakter profil pelajar pancasila
Keterkaitan proses pembuatan amplang
dengan pemikiran ki hajar dewantara
Pada proses pembuatan amplang, dari memilih bahan, mengelola,
mengemas dan mendistribusikan produk amplang, siswa bisa belajar banyak
nilai – nilai luhur budaya kearifan lokal samarinda didalamnya serta
penanaman karakter pada diri siswa.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar dewantara yang menyatakan


bahwa Pendidikan sebagai tempat persemaian benih – benih kebudayaan
dalam Masyarakat. Untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab,
salah satu kuncinya melalui Pendidikan. Pendidikan dan kebudayaan tidak
bisa lepas, dan saling keterkaitan, oleh karena itu pembelajaran selalu
melibatkan budaya di lingkungan sekitar.
Bagaimana proses pembuatan amplang yang menghasilkan
nilai nilai luhur kearifan lokal sehingga mempunyai korelasi
antara kemandirian dan saling menghargai?
Korelasi sebagai pendidik dalam melatih kemandirian dapat dilihat dari
minat belajar peserta didik dengan korelasi yang signifikan dari
pembelajaran yang terarah dan terbimbing sehingga mereka dapat berfikir
kritis dengan kemandiriannya, dalam proses pembuatan amplang tidak
semua peserta didik berhasil dalam proses tersebut, disinilah korelasi saling
menghargai antar sesama peserta didik , bagaimana mereka
memperlakukan temannya. lalu korelasi kemandirian juga dapat dilihat dari
proses pengemasan amplang secara mandiri yang terarah dan terbimbing
sampai mereka berhasil memasarkan nya
REFLEKSI

Penanaman karakter yang tersirat pada proses pembuatan


amplang mengandung nilai – nilai moral, kreatif dan inspiratif
untuk menemukan ide, serta mampu berkolaborasi.
Diharapkan nilai – nilai karakter yang diajarkan, pelan – pelan
dapat membantu siswa berlatih dan menjadikan nilai itu
pedoman mereka untuk menjadi manusia yang berbudaya baik
sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat.
Anak- anak tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya.
Pendidik hanya dapat menuntun kodrat itu.

“Ki Hajar Dewantara”


TERIMA KASIH
-----------------------

Anda mungkin juga menyukai