JURNAL
JURNAL
Abstract: The provisions of Article 32 paragraph (2) can be interpreted that the
certificate of ownership of land applies a negative system with a positive tendency, which
applies negatively when the certificate of ownership of land is less than 5 (five) years old and
applies positively when the certificate of ownership of land is old. a minimum of 5 (five) years.
However, in the reality of law enforcement, it is often found that certificates of land ownership
that have been issued for more than 5 (five) years can be sued in court for cancellation. This
can be proven from an example of a case that occurred in Bengkulu City, a case based on the
decision of the Medan State Administrative High Court Number: 22/B/2019/PPTUN-MDN.
The purpose of this study was to determine the judge's considerations in determining the
certificate of title to land after it was issued after more than 5 (five) years in accordance with
the Government Regulation on Land Registration (PP No. 24 of 1997) and to find out the legal
review of the lawsuit for a certificate of title to land. after being published after more than 5
(five) years in the Medan State Administrative High Court Decision Number:
22/B/2019/PPTUN-MDN. The type of research used in this research is a descriptive or
qualitative normative legal research. The results of the study show that normatively Article 32
paragraph (2) PP No. 24 of 1997 aims to provide legal certainty over issued certificates of
land ownership, which are more than five years old. However, the PTTUN judge's
consideration of this provision was not taken into account. This can be seen in the decision of
the Medan State Administrative High Court Number: 22/B/2019/PPTUN-MDN which contains
legal considerations that this decision has been fair and has created legal certainty for the
Plaintiff, which in essence the Defendant continues to implement the decision of the Supreme
Court of the Republic of Indonesia. which declares the certificate of ownership void or invalid
and revokes the certificate of ownership. With less guarantee of legal certainty, Article 32
paragraph (2) PP No. 24 of 1997 is not sufficient to provide justice, legitimacy and legal
validity for holders of certificates of title to land whose certificates have been issued for five
years or more. Because the implementation of their rights as the holder of the certificate of
ownership can still be contested by other parties who feel they are the actual owners of the
land.
Keywords: legal review, lawsuit, certificate of ownership (SHM), SHM after 5 years have
passed
Abstrak: Ketentuan Pasal 32 ayat (2) dapat dimaknai bahwa sertipikat hak milik atas
tanah berlaku sistem negatif bertendensi positif, di mana berlaku negatif ketika sertipikat hak
milik atas tanah berumur kurang dari 5 (lima) tahun dan berlaku positif ketika sertipikat hak
milik atas tanah telah berumur minimal 5 (lima) tahun. Namun demikian dalam realitas
penegakan hukum seringkali ditemukan sertipikat hak milik atas tanah yang sudah terbit
selama 5 (lima) tahun lebih dapat digugat ke pengadilan untuk dibatalkan. Hal ini dapat
dibuktikan dari contoh kasus yang terjadi di Kota Bengkulu, perkara berdasarkan putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan Nomor: 22/B/2019/PPTUN-MDN. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan sertipikat hak milik
atas tanah setelah terbit lewat dari 5 (lima) tahun sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang
Pendaftaran Tanah (PP No. 24 Tahun 1997) dan untuk mengetahui tinjauan hukum terhadap
gugatan sertipikat hak milik atas tanah setelah terbit lewat dari 5 (lima) tahun pada Putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan Nomor: 22/B/2019/PPTUN-MDN. Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif bersifat
deskriptif atau kualitatif. Hasil penelitian menunjakkan bahwa secara normatif Pasal 32 ayat
(2) PP No. 24 Tahun 1997 bertujuan memberikan kepastian hukum atas sertipikat hak milik
atas tanah yang diterbitkan, yang usia penerbitannya lebih dari lima tahun. Namun,
pertimbangan hakkim PTTUN atas ketentuan tersebut tidak diperhatikan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan Nomor:
22/B/2019/PPTUN-MDN yang memuat pertimbangan hukum terhadap Putusan ini telah adil
dan telah terwujudnya kepastian hukum bagi si Penggugat yang pada intinya Tergugat tetap
melaksanakan Putusan Mahkamah Agung RI yang menyatakan batal atau tidak sah sertipikat
hak milik dan mencabut sertipikat hak milik tersebut. Dengan kurang terjaminnya kepastian
hukum, Pasal 32 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997 tidak cukup memberi keadilan, legitimasi dan
validitas hukum bagi pemegang sertipikat hak milik atas tanah yang usia penerbitannya
sertipikatnya lima tahun atau lebih. Sebab pelaksanaan haknya sebagai pemegang sertipikat
hak milik masih dapat diganggu gugat oleh pihak lain yang merasa sebagai pemilik yang
sebenarnya dari tanah tersebut.
Kata kunci: tinjauan hukum, gugatan, sertipikat hak milik (SHM), SHM setelah terbit lewat 5
tahun
1
1 3
Irawan Soerodjo, Kepastian Hukum Hak Atas Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata
Tanah di Indonesia, Arkola, Surabaya, 2003, hlm.187. Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2017, hlm. 175.
2
Putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Medan Nomor 22/B/2019/PTTUN-MDN.
2
4 5
Philipus Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, Ibid.
6
Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University Press, Ibid.
Yogyarkarta, 2014, hlm. 3.
3
7
Ibid.
4
8
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undangdi Pengadilan Tata Usaha Negara, Pustaka Sinar
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara Buku II BeracaraHarapan, Jakarta, 2003, hlm. 55.
9
Ibid.
5
10 11
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, op. Ibid, hlm. 32.
12
cit., hlm. 31. Ibid.
6
Buku-Buku:
Abdullah, Rozalli. 2007. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Ali, Achmad. 2012. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence) Vol. 1
Pemahaman Awal Edisi Pertama. Jakarta: Kencana
Assiddiqie, Jimly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT Bhuana
Populer.
Asshiddiqie, Jimly & Ali Safa’at. 2018. Hans Kelsen Tentang Hukum. Jakarta: Konstitusi Pres.
Badan Pertanahan Nasional. 1993. Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah. Jakarta: Bumi
Bhakti Adhi Guna.
Djamali, R. Abdoel. 1984. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hadjon, Philipus dan Tatiek Sri Djatmiati. 2014. Argumentasi Hukum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Hajar, M. 2015. Model-Model Pendekatan Dalam Penelitian Hukum dan Fiqh. Pekanbaru:
UIN Suska Riau Press.
Hamzah, Andi. 1996. Hukum Acara Pidana di Indonesia, Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.
Harahap, Zairin. 2014. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Revisi. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Harsono, Boedi. 2007. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan
Pelaksanaannya. Jakarta: Djambatan.
Indroharto. 2003. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Buku II Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Khairo, Fatria, 2016. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Cintya Press.
Laluyan, Willy. 1982. Pertanahan Dalam Era Pembangunan Indonesia. Jakarta: Departemen
Penerangan RI.
Marzuki, Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Muhammad, Abdulkadir. 2017. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja. 2004. Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Prenada Media.
Mustafa, Bachsan. 1984. Hukum Agraria dalam Perspektif. Bandung: CV Remadja Karya.
Prodjohamidjojo, Martiman. 2005. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara UU PTUN
2004. Bogor: Ghalia Indonesia.
Rasjidi, Lili dan Liza Sonia Rasjidi. 2012. Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Safitri, Myrna A. dan Tristam Moeliono. 2010. Hukum Agraria dan Masyarakat di Indonesia.
Jakarta: KITLV.
Santoso, Urip. 2010. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana.
Sembiring, Jimmy Joses. 2010. Paduan Mengurus Sertifikat Tanah. Jakarta: Visi Media.
Simanjuntak, Enrico. 2018. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Transformasi &
Refleksi. Jakarta: Sinar Grafika.
Soemaryono dan Anna Erliyana. 1999. Tuntutan Praktik Beracara di Peradilan Tata Usaha
Negara. Jakarta: PT Primamedia Pustaka.
Sudiarta, I Ketut dkk. 2017. Diktat Hukum Agraria. Denpasar: FH Universitas Udayana.
Sutedi, Adrian. 2014. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar Grafika.
____________. 2012. Sertipikat Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Normatif. Jakarta: UI Press.
Soerodjo, Irawan. 2003. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah di Indonesia. Surabaya: Arkola.
Soimin, Soedharyo. 2004. Status Hak dan Pembebasan Tanah. Jakarta: Sinar Grafika.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode Penelitian Hukum. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sunggono, Bambang. 2015. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Triwulan, Titi dan Ismu Gunadi Widodo. 2011. Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Acara
Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Kencana Praneda Media Group.
Jurnal:
Darusman, Mulyana. 2016. “Kedudukan Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Otentik dan
sebagai Pejabat Pembuatan Akta Tanah”. ADIL: Jurnal Hukum.
Fitriyani, Dwi Nurhayati. 2014. Perlindungan Hukum Bagi Sertifikat Ganda (Studi Kasus
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 286/Pdt.G/2012/Jkt-sel). Tesis
Program Studi Magister Kenoktariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Mulyadi, M. “Riset Desain Dalam Metodologi Penelitian,” Jurnal Studi Komunikasi & Media,
Vol. 16, Nomor 1, Januari 2012, hlm. 28.
Sullam, Munyati dan Jarot, “Proses Pembuatan Sertipikat Atas Tanah Negara Menjadi Hak
Milik Akibat Peralihan Jual Beli di Kantor Pertanahan Kota Jakarta Barat”, Lex
Jurnalica Volume 8, Nomor 2 April 2011, hlm. 101.
Website:
Peraturan Perundang-Undangan:
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelesaaian Sengketa Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya
Administrasif