Anda di halaman 1dari 23

TOOLS MFK

NO STANDAR KEGIATAN Keterangan


DAN
ELEMEN
1 MFK 3 TUGAS K3RS
- Bagaimana Petugas diharapkan mampu mengidentikasi
identifikasi bahaya K3 di ruangan masing-masing
bahaya K3 di menggunakan form HIRADC
ruangan? Yang meliputi
- Kegiatan yang menjadi sumber bahaya
- Bahaya yang ditimbulkan
- Potensi akibat yang diterima
- Penilaian risiko (basic risk)
- Pengendalian
- Evaluasi risiko (existing risk)

- Bagaimana Kepala ruangan diharapkan dapat melaporkan


menangani staf secara aktif jika terjadi kecelakaan kerja di
yang terpapar ruangannya masing-masing kepada K3RS dengan
infeksius? (PPI) mengisi formulir laporan kecelakaan kerja

2 MFK 4 - Bagaimana prosedur - SPO Identifikasi pengunjung (petugas security)


identifikasi 1. Security menerima pengunjung yang
pengunjung? datang ke Rumah Sakit Daerah Kota
Tidore Kepulauan
2. Security memperkenalkan diri dan
menanyakan apa keperluannya
Apabila pengunjung diidentifikasi sebagai:
a. Tamu Rumah Sakit
- Menulis data diri dan keperluan di buku
tamu
- Security menghubungi pimpinan atau yang
ingin ditemui
- Security meminta identitas tamu yang
masih berlaku dan menukarnya dengan
name tag ‘tamu’
- Security memberikan penjelasan agar
seteleh keperluan selesai, tamu dapat
mengembalikan name tag ke security dan
mengambil identitasnya
b. Penjenguk pasien
- Bila sesuai jam besuk:
Siang : pukul 12.00-14.00 WIT
Malam: pukul 16.00-17.00 WIT
Maka, penjenguk dipersilahkan ke ruangan
rawat inap
- Bila diluar jam kunjung, penjengul
menulis data diri dan keperluan di buku
tamu
- Security meminta identitas penjenguk yang
masih berlaku dan menukarnya dengan
mane tag ‘penjenguk’
- Security memberikan penjelasan agar
seteleh keperluan selesai, penjenguk dapat
mengembalikan name tag ke security dan
mengambil identitasnya
- Security menanyakan nama pasien dan
ruang perawatan yang dituju
- Security menghubungi dan menyampaikan
ke perawat di ruang perawatan yang dituju
- Jika pasien bisa dikunjungi, maka
pembesuk diarahkan ke ruangan
- Jika pasien tidak bisa dikunjungi, maka
pembesuk mengembalikan name tage ke
security dan mengambil identitasnya
c. Penunggu pasien
- security memastikan penunggu pasien
sudah memakai name tag ‘penunggu
pasien’
- jika penunggu tidak bisa menunjukkan
name tag, maka lakukan konfirmasi
dengan perawat ruangan
- jika benar penunggu pasien, security
mengingatkan perawat agar memberi name
tag
- jika bukan penunggu pasien, maka
pengunjung tersebut diidentifikasi sebagai
pembesuk diluar jam kunjung
- lakukan prosedur penjenguk pasien di luar
jam kunjung

- SPO Identifikasi pengunjung (petugas ruangan)


a. Penjenguk pasien
- Bila sesuai jam besuk:
Siang : pukul 12.00-14.00 WIT
Malam: pukul 16.00-17.00 WIT
Maka, penjenguk dipersilahkan ke masuk
ke ruangan menemui pasien
- Bila diluar jam kunjung, perawat
menerima konfirmasi dari security terkait
identitas pengunjung
- Perawat menanyakan kepada
pasien/keluarga apakah berkenan
menerima penjenguk yang dimaksud dan
menginformasikan ke security
- Perawat menerima penjenguk jika pasien
bersedia dikunjungi dan diarahkan ke
ruang pasien
b. Penunggu pasien
- perawat memastikan penunggu pasien
sudah mendapatkan name tag ‘penunggu
pasien’
- jika penunggu tidak bisa menunjukkan
name tag, maka penunggu pasien
diarahkan ke security

- Bagaimana prosedur - Kehilangan Barang


penanganan gangguan 1. Kehilangan Barang
keamanan (kehilangan a. Korban melaporkan kehilangan barang
barang)? di area rumah sakit kepada security
b. Security menyerahkan form kehilangan
barang untuk diisi oleh korban dengan
lengkap
c. Security melaporkan kehilangan
tersebut ke wakil danru/danru (kepala
shift), bagian umum dan unit terkait
d. Tim Security melakukan pencarian di
area terkait
e. Tim CCTV melakukan pencarian via
CCTV di area
f. Bila barang sudah ditemukan, maka
barang akang disimpan sementara di
Loker Barang Hilang di Pos Security
sampai pemiliknya datang
g. Bila barang tidak ditemukan, maka
pencarian akan terus dilanjutkan
hingga 2x24 jam

3 MFK 5 - Bagaimana cara - Penyimpanan Umum B3


penyimpanan B3 1) Memiliki sirkulasi udara dan ventilasi baik
umum? 2) Suhu ruangan terjaga konstan dan aman
3) Aman dari gangguan biologis (tikus, rayap
dil)
4) Penyimpanan B3 dilengkapi dengan Simbol
dan label B3 (Label isi, safety, resiko bahaya)
serta cara pencegahan dan pertolongan
pertama

- Bagaimana cara - Petugas mampu mensimulasikan penggunaan


penanganan tumpahan spill kit apabila terdapat tumpahan B3/limbah
B3 secara umum? infeksius (darah) :
a. Menyiapkan spill kit dan memasang tanda
peringatan
b. Petugas melakukan kebersihan tangan dan
memakai APD (masker, kaca mata,
celemek/apron dan sarung tangan)
c. Letakkan tissu di atas tumpahan dan
biarkan terserap, bersihkan dengan arah
melingkar
d. Buang tissu pada plastik berwarna kuning
yang telah disiapkan
e. Bekas tumpahan disemprot menggunakan
larutan klorin 0,5 persen dan diamkan
selama 10 menit
f. Masukkan lap ke dalam larutan air dan
desinfektan (klorin 0,5%) dengan
perbandingan air : clorin = 1 : 9 (dipakai
selama 24 jam), kemudian bersihkan
g. Semua alat dan bahan yang telah dipakai
(sarung tangan, masker, tissue)
dimasukkan ke tempat sampah infeksius
h. Lepaskan APD (kaca mata dan apron)
bersihkan dan masukkan kembali ke spill
kit
i. Alat yang masih dipakai, cuci bersih
kemudian keringkan dan kembalikan ke
dalam box spill kit

- Bagaimana - Petugas mampu memilah dan membuang


pembuangan limbah limbah sesuai dengan jenisnya
B3?

- Bagaimana - Prosedur penanganan terpapar B3 pada kulit


penanganan terpapar a. Membawa segera pekerja yang
B3 pada kulit? terkontaminasi menuju sumber air terdekat
dan lepaskan seluruh pakaian yang
menutup bagian yang terkontaminasi
b. Membasahi atau menyiram pekerja yang
terkontaminasi dengan air (bila mungkin
air mengalir atau air pancuran atau
shower)
c. Membersihkan kontaminasi dengan sabun
jika ada
d. Mempergunakan sarung tangan/baju
pelindung untuk melindungi diri dari
kontaminan bahan kimia yang dibersihkan
(beberapa bahan kimia yang melepas uap
berbahaya bagi pernafasan, pastikan tidak
menghirupnya)
e. Membawa pekerja yang terkontaminasi ke
IGD bila memerlukan pertolongan medis
lebih jauh
f. Melaporkan kejadian kecelakaan kerja ke
Komite K3 Rumah Sakit

4 MFK 6 - Bagaimana cara - Petugas mampu melakukan pemantauan APAR


pemeriksaan APAR yang ada di unit dengan mengisi kartu kontrol
APAR
- Prosedur pemantauan APAR
1. Cek tekanan APAR dengan melihat
indikator tabung dan pastikan sesuai
standar (13-20 bar) dengan melihat pada
jarum penunjuk tekanan untuk APAR
berada di posisi hijau
2. Periksa keadaan fisik APAR, tabung tidak
boleh cacat termasuk handel, pin, segel
dan selang penyemprot harus selalu dalam
keadaan baik dan terpasangan pada
tempatnya serta tidak boleh tersumbat.
3. Hasil pemantauan dituliskan dalam kartu
kontrol dan dilakukan sebulan sekali serta
menyertakan nama tugas dan tanggal
- Praktekkan cara
penggunaan APAR?

5 MFK 7 - Bagaimana prosedur Bagian sarana prasarana, pengadaan barang dan


recall alat medis? IPRS mampu melakukan recall alat medis dengan
prosedur:
1. Pemberitahuan diterima dari distributor
atau Kemenkes tentang adanya potensi
bahaya dari suatu alat medis. Atau Sarana
Prasarana mendapat informasi tersebut dari
situs Food and Drug Administration (FDA)
atau EmergencyCare Research Institute
(ECRI).
2. Pengecekan oleh Sarana Prasarana untuk
melihat databaseperalatan medis apakah
peralatan medis yang dimaksud ada di
RSD Tikep
3. Pencatatan pada database alat oleh Sarana
Prasarana jika tidak ada alat yang termasuk
dalam recalls.Sedangkan bila ada alat yang
masuk dalam recalls, Sarana prasarana
melakukan koordinasi dengan user untuk
memindahkan alat medis dari pelayanan
dan melakukan tindakan lain sesuai
rekomendasi dari lembaga yang
mengeluarkan recalls.
4. Pengkoordinasian dengan Distributor alat
oleh Sarana Prasarana untuk mendapatkan
alat cadangan bila tidak terdapat alat
pengganti di RS.
5. Pembuatan laporan ke Direksi dan Komite
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) oleh
Sarana Prasarana mengenai temuan
tersebut.
6. Rapat pembahasan tindak lanjut Recall
bersama K3 dan KMKK.

6 MFK 8 - Bagaimana cara -SOP pemeliharaan genset


melakukan
pemeriksaan genset?
- Bagaimana cara -SOP pemeriksaan dan pembersihan panel
melakukan ruangan
pemeriksaan panel?
- Bagaimana cara -SOP Inspeksi Instalasi Pengolahan Air Limbah
melakukan (IPAL)
pemeriksaan IPAL?
- Bagaimana cara -SOP Pemeriksaan Instalasi Air Bersih
melakukan
pemeriksaan instalasi
air bersih?

7 MFK 9 - Bagaimana prosedur Petugas mampu melakukan pengaktifan kode


penanganan kegawat daruratan dan tatalaksananya
kegawatdaruratan? - Code red (kebakaran/api/asap)
- Code blue (henti napas/jantung)
- Code pink (penculikan bayi/anak)
- Code purple (perintah evakuasi darurat)
- Code yellow (penerimaan pasien dalam jumlah
banyak/ >10 pasien)
- Code black (kejadian yang mengancam
keselamatan jiwa staf/pasien/pengunjug)
- Code orange (ancaman bom)
- Code grey (gangguan keamanan seperti huru-
hara, tindakan kriminal, kerusuhan, demontrasi)

- Bagaimana prosedur Prosedur code red :


evakuasi jika terjadi - Bila terjadi kebakaran segera teriak code red
bencana kebakaran?
- Hubungi security untuk melaporkan code red
- Security mengaktifkan code red melalui
speaker yang didengar seluruh area rumah
sakit dengan menyebutkan ‘code red’ (3 kali)
dan nama tempat terjadi kebakaran.
- Evakuasi pasien disekitar
- Padamkan api dengan APAR
- Cegah api meluas
- Tim K3. Tim Code Red, Tim Tanggap Darurat
RS datang membantu
- Petugas helm merah bertugas mencari sumber
api dan memadamkannya
- Ptugas helm biru bertugas melakukan evakuasi
asset
- Petugas helm putih bertugas menyelamatkan
dokumen
- Petugas helm kuning bertugas menyelamatkan
pasien
- Bila code red sudah dinyatakan selesai maka
operator akan kembali membunyikan speaker
dengan kalimat ‘code red selesai’ diulangi 3
kali

PERTANYAAN TKRS
A. KELENGKAPAN UMAN :
1. APAKAH DI UNIT RUTIN MELAKUKAN RAPAT DENGAN BIDANG?
2. APA SAJA YANG DI BICARAKAN ?
3. APAKAH HASIL RAPAT DI TINDAKLANJUTI OLEH MANAGEMEN ?
4. DOKUMEN APA SAJA YANG PERLU DILENGKAPI SAAT RAPAT ?

B. ETIK RS :
1. FUNGSI KOMITE ETIK :
a. Menentukan, menjaga, serta mengembangkan etika di rumah sakit.
b. Memberikan saran – saran tentang penyelesaian masalah etik.
c. Sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi dilema etik.
d. Inventarisasi masalah etik.
(Keputusan Komite Etik bersifat rahasia)
2. ALUR PENGADUAN PELANGGARAN ETIK :
a. External : perorangan/pasien langsung ke Direktur
b. Internal : Unit kerja Fungsional/Struktural >>Komite Etik RS >> Direktur
3. ALUR PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIK :
a. Pengaduan ke Direktur RS
b. Komite Etik
c. ( Melakukan penyelidikan dan pengumpulan bukti dan informasi )
d. Konsultasi dgn Organisasi Profesi YBS ( apabila murni etik profesi )
e. Sidang Komite Etik ( hasilnya sebagai bahan pertimbangan utk Direktur RS )
f. Putusan

C. BUDAYA KESELAMATAN
1. Apa yang anda ketahui tentang budaya keselamatan ?
Budaya keselamatan adalah hal yang mendasar di dalam pelaksanaan keselamatan di RS. Budaya
keselamatan pasien adalah nilai-nilai, sikap, persepsi kompetensi dan pola perilaku dari individu
yang menentukan komitmen dan dan gaya kemampuan manajemen RS dalam meminilakan
pajanan yang membahayakan atau mencelakanan karyawan, manajemen, pasien atau anggota
masyarakat lainnya.
2. Apa yang ada ketahui tentang komponen Budaya keselamatan ?
a. Budaya keterbukaan (Open Culture)
Budaya ini merupakan proses pertukaran informasi antar perawat dan staf. Dimensi ini
memiliki karakteristik bahwa pearwat akan merasa nyaman membahas insiden yang terkait
dengan keselamatan pasien serta isu-isu terkait kwselamatan pasien bersama dengan rekan
kerja, supervisior dan pimpinan. Perawat memiliki motivasi untuk memberikan setiap informasi
yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
b. Budaya pelaporan (Reporting Culture)
Perawat akan membuat pelaporan jika mearasa aman. Aman yg dimaksud apabila membuat
laporan maka tidak akan mendapat hukuman. Perawat yang terlibat akan menceritakan atau
terbuka terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil terhadap perawat tidak
menyalahkan secara individu tetapi organisasilebih focus terhadap system yg berjalan, maka
akan meningkatkan budaya pelaporan.
c. Buadaya keadilan (Just Culture)
Perawat saling memperlakukan secara adil antar perawat ketika terjadi insiden, tidak berfokus
mencari kesalahn individu (blaming), tetapi lebih mempelajari system yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
d. Budaya pembelajaran (Learning Culture)
Budaya ini memiliki penegrtian bahwa sebuah organisasi memiliki system umpan balik
terhadap kejadian kesalahan atau insiden dan pelaporannya serta pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kualitas perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Faktor – faktor yang memberi kontribusi (Contributory factors) terjadinya insiden adalah
a. Pasien

Pasien bias menjadi factor yang memberi kontribusi terjadinya insiden seperti
umur atau perbedaan bahasa.
b. Individual

Faktor individual termasuk factor psikologis, faktor kenyamanan, dan hubungan


kerja.
c. Komunikasi (Communication)

Komunikasi termasuk komunikasi tertulis, verbal dan non verbal. Komuikasi bias
mengkontribusi terjadinya insiden jika komunikasi tidak efektif, tidak adekuat,
membingungkan atau komunikasi terlambat. Faktor – factor ini berkaitan antar
individual, dalamatau antar organisasi.
d. Tim dan factor social

yang termasuk dalam factor – factor ini adalah komunikasi dalam satu tim, gaya
kepemimpinan, struktur hierarki tradisional; kurang menghargai anggota senior
dalam tim dan persepsi staf terhadap tugas / tanggung jawab.
e. Pendidikan dan pelatihan

Ketersediaan dan kualitas pelatihan untukstaff sangat berpengaruh pada


kemampuan staff melakuka pekerjaannya atau untuk merespon pada situasi
darurat/emergency.
f. Peralatan dan sumber daya (Equipment and resources)

yang termasuk pada factor peralatan adalah apakah peralatan tersebut sesuai
dengan kebutuhannya, apakah staf mengetahui cara menggunakan alat tersebut,
dimana menyimpannya dan seberapa sering peralatan diperiksa.
4. Alur pelaporan Insiden ke Tim SKP di RS:
a. Apabila terjadi suatu insiden ( KNC / KTD ) dirumah sakit, wajib segera ditindak

lanjuti ( dicegah / ditangani ) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak


diharapkan.
b. Setelah ditindak lanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir

Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung ( palinglambat 2
x 24 jam ); jangan menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor.
(atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen: Kepala Bagian / Bidang /
Instalasi / Unit Ketua Komite Medis).
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
1) Grade Biru

Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu  maksimal 1 minggu


2) Grade Hijau

Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu


3) Grade Kuning

Investigasi Komprehensif / Analisis Akar masalah / RCA oleh Tim KP di Rumah Sakit
Daerah Kota Tidore Kepulauan, waktu maksimal 45 hari
4) GradeMerah

Investigasi Komprehensif /Analisis Akar masalah / RCA oleh Tim KP di Rumah Sakit
Daerah Kota Tidore Kepulauan, waktu maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan
laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore
Kepulauan.
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
h. Untuk Grade Kuning / Merah, Tim KP di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore
Kepulauan akan melakukan Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA).
i. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat Laporan dan Rekomendasi
untuk perbaikan serta “ Pembelajaran ” berupa: Petunjuk/ ”Safety Alert” untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik
kepada unit kerjaterkait.
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya masing -
masing.
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim SKP di Rumah Sakit Daerah Kota

Tidore Kepulauan.

D. MANAJEMEN RESIKO
1. Apa yang anda ketahui tentang Risiko dan manajemen risiko?
Risiko adalah kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Manajemen risiko adalah aktifitas klinis dan administrative yang dilakukan oleh RS untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cidera atau kerugian pada
pasien, pengunjung dan RS. Manajemen risiko dilakukan secara proaktif untuk mencegah masalah
dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana tidak saling menyalahkan.
2. Tujuan manajemen risiko
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien
b. Meningkatkan akuntabilitas
c. Menurunnya KTD
d. Terlaksanaya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan
e. Meminimalisirkan risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang
f. Melindunginpasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya
3. Jelaskan tahapan penilaian risiko
a. Identifikasi risiko
Dilakukan oleh masing-masing unit kerja sebagai unit pelayanan dan unit kerja
didokumentasikan dalam bentuk data elektronik secara online melalui google form.
b. Analisa risiko
Dilakukan oleh sub komite manajemen risiko pada sub komite PMKP dengan system skoring
tingkat dampak dan kemungkinan terjadinya risiko berdasarkan risiko-risiko yang telah
diidentifikasi oleh unit pemilik risiko. Ketentuan tingkat risiko adalah sbb:
 Risiko rendah : kode warna Biru
 Risiko sedang : kode warna hijau
 Risiko tinggi : kode warna kuning
 Risiko sangat tinggi : kode warna merah
c. Evaluasi risiko
Dilakukan oleh direksi dan para kepala bidang untuk pengambilan keputusan mengenai perlun
tidaknya dilakukan penanganan risiko lebig lanjut serta prioritas penanganannya.

MRMIK
KPS
PPI
5. Ada berapa ruang isolasi di RSU?
HCU, ruang isolasi anak, ruang isolasi dewasa
PROGNAS

Anda mungkin juga menyukai