Soal Jawaban Akreditasi Manajemen
Soal Jawaban Akreditasi Manajemen
PERTANYAAN TKRS
A. KELENGKAPAN UMAN :
1. APAKAH DI UNIT RUTIN MELAKUKAN RAPAT DENGAN BIDANG?
2. APA SAJA YANG DI BICARAKAN ?
3. APAKAH HASIL RAPAT DI TINDAKLANJUTI OLEH MANAGEMEN ?
4. DOKUMEN APA SAJA YANG PERLU DILENGKAPI SAAT RAPAT ?
B. ETIK RS :
1. FUNGSI KOMITE ETIK :
a. Menentukan, menjaga, serta mengembangkan etika di rumah sakit.
b. Memberikan saran – saran tentang penyelesaian masalah etik.
c. Sumber informasi bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi dilema etik.
d. Inventarisasi masalah etik.
(Keputusan Komite Etik bersifat rahasia)
2. ALUR PENGADUAN PELANGGARAN ETIK :
a. External : perorangan/pasien langsung ke Direktur
b. Internal : Unit kerja Fungsional/Struktural >>Komite Etik RS >> Direktur
3. ALUR PENYELESAIAN PELANGGARAN ETIK :
a. Pengaduan ke Direktur RS
b. Komite Etik
c. ( Melakukan penyelidikan dan pengumpulan bukti dan informasi )
d. Konsultasi dgn Organisasi Profesi YBS ( apabila murni etik profesi )
e. Sidang Komite Etik ( hasilnya sebagai bahan pertimbangan utk Direktur RS )
f. Putusan
C. BUDAYA KESELAMATAN
1. Apa yang anda ketahui tentang budaya keselamatan ?
Budaya keselamatan adalah hal yang mendasar di dalam pelaksanaan keselamatan di RS. Budaya
keselamatan pasien adalah nilai-nilai, sikap, persepsi kompetensi dan pola perilaku dari individu
yang menentukan komitmen dan dan gaya kemampuan manajemen RS dalam meminilakan
pajanan yang membahayakan atau mencelakanan karyawan, manajemen, pasien atau anggota
masyarakat lainnya.
2. Apa yang ada ketahui tentang komponen Budaya keselamatan ?
a. Budaya keterbukaan (Open Culture)
Budaya ini merupakan proses pertukaran informasi antar perawat dan staf. Dimensi ini
memiliki karakteristik bahwa pearwat akan merasa nyaman membahas insiden yang terkait
dengan keselamatan pasien serta isu-isu terkait kwselamatan pasien bersama dengan rekan
kerja, supervisior dan pimpinan. Perawat memiliki motivasi untuk memberikan setiap informasi
yang berhubungan dengan keselamatan pasien.
b. Budaya pelaporan (Reporting Culture)
Perawat akan membuat pelaporan jika mearasa aman. Aman yg dimaksud apabila membuat
laporan maka tidak akan mendapat hukuman. Perawat yang terlibat akan menceritakan atau
terbuka terhadap kejadian yang terjadi. Perlakuan yang adil terhadap perawat tidak
menyalahkan secara individu tetapi organisasilebih focus terhadap system yg berjalan, maka
akan meningkatkan budaya pelaporan.
c. Buadaya keadilan (Just Culture)
Perawat saling memperlakukan secara adil antar perawat ketika terjadi insiden, tidak berfokus
mencari kesalahn individu (blaming), tetapi lebih mempelajari system yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
d. Budaya pembelajaran (Learning Culture)
Budaya ini memiliki penegrtian bahwa sebuah organisasi memiliki system umpan balik
terhadap kejadian kesalahan atau insiden dan pelaporannya serta pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan kualitas perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
3. Faktor – faktor yang memberi kontribusi (Contributory factors) terjadinya insiden adalah
a. Pasien
Pasien bias menjadi factor yang memberi kontribusi terjadinya insiden seperti
umur atau perbedaan bahasa.
b. Individual
Komunikasi termasuk komunikasi tertulis, verbal dan non verbal. Komuikasi bias
mengkontribusi terjadinya insiden jika komunikasi tidak efektif, tidak adekuat,
membingungkan atau komunikasi terlambat. Faktor – factor ini berkaitan antar
individual, dalamatau antar organisasi.
d. Tim dan factor social
yang termasuk dalam factor – factor ini adalah komunikasi dalam satu tim, gaya
kepemimpinan, struktur hierarki tradisional; kurang menghargai anggota senior
dalam tim dan persepsi staf terhadap tugas / tanggung jawab.
e. Pendidikan dan pelatihan
yang termasuk pada factor peralatan adalah apakah peralatan tersebut sesuai
dengan kebutuhannya, apakah staf mengetahui cara menggunakan alat tersebut,
dimana menyimpannya dan seberapa sering peralatan diperiksa.
4. Alur pelaporan Insiden ke Tim SKP di RS:
a. Apabila terjadi suatu insiden ( KNC / KTD ) dirumah sakit, wajib segera ditindak
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan langsung ( palinglambat 2
x 24 jam ); jangan menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan langsung pelapor.
(atasan langsung disepakati sesuai keputusan manajemen: Kepala Bagian / Bidang /
Instalasi / Unit Ketua Komite Medis).
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap
insiden yang dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan
dilakukan sebagai berikut :
1) Grade Biru
Investigasi Komprehensif / Analisis Akar masalah / RCA oleh Tim KP di Rumah Sakit
Daerah Kota Tidore Kepulauan, waktu maksimal 45 hari
4) GradeMerah
Investigasi Komprehensif /Analisis Akar masalah / RCA oleh Tim KP di Rumah Sakit
Daerah Kota Tidore Kepulauan, waktu maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan
laporan insiden dilaporkan ke Tim KP di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore
Kepulauan.
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi dan Laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
h. Untuk Grade Kuning / Merah, Tim KP di Rumah Sakit Daerah Kota Tidore
Kepulauan akan melakukan Analisis Akar Masalah / Root Cause Analysis (RCA).
i. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat Laporan dan Rekomendasi
untuk perbaikan serta “ Pembelajaran ” berupa: Petunjuk/ ”Safety Alert” untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik
kepada unit kerjaterkait.
l. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya masing -
masing.
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim SKP di Rumah Sakit Daerah Kota
Tidore Kepulauan.
D. MANAJEMEN RESIKO
1. Apa yang anda ketahui tentang Risiko dan manajemen risiko?
Risiko adalah kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Manajemen risiko adalah aktifitas klinis dan administrative yang dilakukan oleh RS untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cidera atau kerugian pada
pasien, pengunjung dan RS. Manajemen risiko dilakukan secara proaktif untuk mencegah masalah
dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana tidak saling menyalahkan.
2. Tujuan manajemen risiko
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien
b. Meningkatkan akuntabilitas
c. Menurunnya KTD
d. Terlaksanaya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan
e. Meminimalisirkan risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang
f. Melindunginpasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya
3. Jelaskan tahapan penilaian risiko
a. Identifikasi risiko
Dilakukan oleh masing-masing unit kerja sebagai unit pelayanan dan unit kerja
didokumentasikan dalam bentuk data elektronik secara online melalui google form.
b. Analisa risiko
Dilakukan oleh sub komite manajemen risiko pada sub komite PMKP dengan system skoring
tingkat dampak dan kemungkinan terjadinya risiko berdasarkan risiko-risiko yang telah
diidentifikasi oleh unit pemilik risiko. Ketentuan tingkat risiko adalah sbb:
Risiko rendah : kode warna Biru
Risiko sedang : kode warna hijau
Risiko tinggi : kode warna kuning
Risiko sangat tinggi : kode warna merah
c. Evaluasi risiko
Dilakukan oleh direksi dan para kepala bidang untuk pengambilan keputusan mengenai perlun
tidaknya dilakukan penanganan risiko lebig lanjut serta prioritas penanganannya.
MRMIK
KPS
PPI
5. Ada berapa ruang isolasi di RSU?
HCU, ruang isolasi anak, ruang isolasi dewasa
PROGNAS