Anda di halaman 1dari 2

TUGAS MATA KULIAH RISET KUANTITATIF

TUGAS : IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN


NAMA MAHASISWA : GUNAWAN
NIM : I2B023010

MONITORING PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA PADA PASIEN GAGAL


JANTUNG KONGESTIF DI BANGSAL RAWAT INAP RUMAH SAKIT

Gagal jantung atau CHF (Congestive Heart Failure) merupakan


keadaan yang sangat serius karena angka kematian yang di sebabkan oleh
gagal jantung setiap tahun terus meningkat (Fajriah., 2020). Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun
2018 menyatakan bahwa di Indonesia penyakit gagal jantung semakin
bertambah tiap tahunnya, dengan perkiraan sekitar 2.784.064 orang. Hal
ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar (0,13%)
(Riskesdas, 2018). Jumlah kasus terbanyak pasien gagal jantung di
Indonesia ditemukan di Provinsi Jawa Barat yaitu 186.809 orang,
sedangkan jumlah kasus yang paling sedikit penderitanya adalah pada
Provinsi Kalimantan Utara Utara yaitu sebanyak 2.733 orang. Kasus
penyakit jantung lebih banyak ditemukan pada wanita (1,6%) daripada pria
(1,3%). Sementara itu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menempati
urutan ke dua puluh sembilan penderita CHF di seluruh Indonesia dengan
jumlah kasus sebanyak 5.592 pasien. (Riskesdas, 2018). Dengan melihat
jumlah kasus yang semakin meningkat, maka diperlukan penatalaksanaan
dalam pemberian terapi kepada pasien yang di rawat di rumah sakit.

Kelebihan cairan atau kongesti paru/vaskular adalah gambaran


klinis umum yang terjadi pada pasien dengan gagal jantung yang di rawat
di Bangsal Rawat Inap Rumah sakit dan berhubungan dengan hasil yang
merugikan. Monitoring pencatatan intake dan output cairan merupakan
aspek yang sangat penting dalam asuhan keperawatan untuk menilai
asupan hidrasi pasien (Yang, Shu-Hua, ett all, 2019).
Tanda dan gejala dari kelebihan cairan adalah sesak nafas/
dispnea. Sesak napas adalah gejala khas Gagal Jantung Kongestif (CHF).
Sesak napas mengganggu kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Dispnea
yang disebabkan oleh disfungsi ventrikel menyebabkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tekanan vena paru yang mengakibatkan
kongesti paru. Hal ini pada akhirnya menyebabkan ekstravasasi cairan
ke dalam ruang interstisial dan alveoli paru, yang mengurangi kepatuhan
paru dan mengganggu kemudahan bernapas. Pasien yang memiliki kelas
fungsional NYHA III-IV akan mengalami keluhan dispnea tingkat tinggi
(Kupper, Bonhof, Westerhuis, Widdershoven & Denollet, 2016).
Berdasarkan data di atas maka diperlukan monitoring dalam
pemberian cairan Intravena di rawat Inap supaya jumlah cairan yang
diberikan terpantau dengan ketat oleh perawat. Pemantauan cairannya
dengan menggunakan alat hardware dalam bentuk sensor yang dipasang
pada plabote infus untuk mendeteksi volume infus pada saat diberikan
cairan intravena.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kupper, N., Bonhof, C., Westerhuis, B., Widdershoven, J., & Denollet,
J. (2016). Faktor penentu dispnea pada gagal jantung kronis. Jurnal
Gagal Jantung, 22(3), 201-209.

2. Riset Kesehatan Dasar (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/f
iles/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf. Diakses 21 Agustus 2023.

3. Yang, Shu-Hua; Mu, Pei-Fan ; Wu, Hsiu-Ling ; Curia, Marianne (2019)


Fluid balance monitoring in congestive heart failure patients in
hospital: a best practice implementation project. JBI Evidence

Synthesis.
https://journals.lww.com/jbisrir/abstract/2019/10000/fluid_balanc
e_monitoring_in_congestive_heart.18.aspx. Diakses 21 Agustus 2023.
https://doi: 10.11124/jbisrir-2017-004021

Anda mungkin juga menyukai