Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Tren dalam Infeksidan


Kesehatan Global
Artikel asli
Pandemi COVID-19 menurunkan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi di RS Dr. Zainoel Abidin

Ghina Salsabila Rahman1, Muhammad Ridwan2*, Hilwah Nora3,4, Maimun Syukri5, dan Fitri Dewi Ismida6

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia;2Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala;3Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, Indonesia;4Departemen Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia;5Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia;6Departemen Patologi Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia.

*Korespondensi: Abstrak
Muhammad Ridwan Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di dunia. Kepatuhan pengobatan merupakan faktor penting dalam mengendalikan

Departemen tekanan darah di antara pasien hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) terhadap
Kardiologi dan Kedokteran kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di RSUP Dr. Zainoel Abidin, Aceh, Indonesia, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan. Studi potong
Vaskular, Fakultas
lintang dilakukan di Pusat Jantung dengan memanfaatkan rekam medis pasien hipertensi yang berkunjung selama periode April-Juli 2019 dan Desember 2020-
Kedokteran, Universitas
Syiah Kuala, Banda Maret 2021. Analisis bivariat menggunakan uji Kruskal-Wallis digunakan untuk menguji pengaruh Pandemi COVID-19 terhadap kepatuhan pasien. Hasil

Aceh, Indonesia. penelitian menunjukkan bahwa jumlah pasien yang berobat menurun secara signifikan (p<0,001) sebesar 22,7%, dari 179 pasien pada 2019 menjadi 64 pasien

pada 2020. Data juga menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kepatuhan residensial dan pasien sebelum pandemi (p=0,006); namun, tidak ada
Alamat email:
perbedaan signifikan yang diamati antara kepatuhan residensial dan pasien setelah pandemi (p=0,282). Lebih lanjut, penelitian kami tidak menemukan
mridwan@unsyiah.ac.id
hubungan antara usia dan kepatuhan sebelum dan sesudah pandemi (p=0,690 pada 2019 dan p=0,125 pada 2020). Kesimpulannya, pandemi COVID-19 secara

signifikan mempengaruhi kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di RSUD Provinsi Aceh, dengan penurunan jumlah kunjungan pasien hingga 22,7%. tidak

ada perbedaan signifikan yang diamati antara kepatuhan residensial dan pasien setelah pandemi (p=0,282). Lebih lanjut, penelitian kami tidak menemukan

hubungan antara usia dan kepatuhan sebelum dan sesudah pandemi (p=0,690 pada 2019 dan p=0,125 pada 2020). Kesimpulannya, pandemi COVID-19 secara

signifikan mempengaruhi kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di RSUD Provinsi Aceh, dengan penurunan jumlah kunjungan pasien hingga 22,7%. tidak

ada perbedaan signifikan yang diamati antara kepatuhan residensial dan pasien setelah pandemi (p=0,282). Lebih lanjut, penelitian kami tidak menemukan

hubungan antara usia dan kepatuhan sebelum dan sesudah pandemi (p=0,690 pada 2019 dan p=0,125 pada 2020). Kesimpulannya, pandemi COVID-19 secara

signifikan mempengaruhi kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di RSUD Provinsi Aceh, dengan penurunan jumlah kunjungan pasien hingga 22,7%.

Kata kunci:Hipertensi, kepatuhan, pandemi COVID-19, usia, tempat tinggal

pengantar
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di seluruh dunia;
namun, orang sering tidak menyadari kondisi ini karena hipertensi sering datang tanpa
gejala, dan dengan demikian disebut sebagai “pembunuh diam-diam” (World Health
Organization, 2021). Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg
atau/dan tekanan darah diastolik 90 mmHg (Unger et al., 2020). World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa hipertensi mempengaruhi sekitar 22,1% dari
total penduduk dunia yang berusia di atas 18 tahun, dengan prevalensi tertinggi ke-3
(25,1%) tercatat di Asia Tenggara (World Health Organization, 2015). Menurut Riset
Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas, 2018), prevalensi hipertensi di Indonesia
masing-masing sebesar 8,3% dan 8,84% berdasarkan diagnosis dokter dan obat. Aceh
menempati 10thperingkat nasional dengan prevalensi lebih dari 9% (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Pada tahun 2019, jumlah penderita hipertensi di
Aceh yang mendapatkan pelayanan kesehatan standar sebanyak 283.910 atau 25% dari
total penderita hipertensi, dengan cakupan 100% di Simeulue, Aceh Jaya, Aceh Barat
Daya, dan Kota Banda (Dinas Kesehatan Aceh, 2019). .
Informasi Artikel
Diterima : 27 Agustus 2021
Diterima : 30 Nov 2021
Kepatuhan terhadap pengobatan sangat penting dalam mengendalikan tekanan darah di antara
Diterbitkan : 11 Des 2021
pasien hipertensi karena akan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien (Sinuraya et

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 59

al., 2018). Sebaliknya, kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan antihipertensi


merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah (Abegaz et al., 2017). Berdasarkan
Artikel asli

penelitian sebelumnya, kepatuhan berobat dan pemeriksaan tekanan darah pada penderita
hipertensi di Aceh sebesar 65% (Suardi, 2011).
Penyebab ketidakpatuhan pada pasien hipertensi adalah kurangnya pemahaman tentang
pengobatan, mahalnya obat antihipertensi, kepercayaan dan budaya setempat, munculnya
efek samping obat yang digunakan, terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan, dan
penggunaan komplementer. obat-obatan (Adedoyin et al., 2010). Dua penelitian yang
dilakukan di Aceh menunjukkan perbedaan prevalensi kepatuhan pengobatan pada pasien
usia produktif (20-60 tahun). Studi pertama menunjukkan bahwa tingkat prevalensi adalah
65% di antara pasien berusia 20-40 tahun dan 25% di antara mereka yang berusia 40-59
tahun. Sementara itu, penelitian lain menemukan prevalensi dua kali lebih tinggi (52,9%)
pada kepatuhan pengobatan pada pasien dengan usia yang sama (40-59 tahun) (Fithria dan
Isnaini, 2014; Suardi, 2011).
Pandemi didefinisikan sebagai epidemi yang terjadi di seluruh dunia dan
mempengaruhi sejumlah besar individu (World Health Organization, 2014). Di fasilitas
kesehatan primer di Indonesia, penurunan pengunjung tertinggi terjadi pada minggu
ke 14-21 2020 yang diakui sebagai periode awal pandemi COVID-19. Penurunan
pemanfaatan layanan kesehatan terutama terjadi pada anak di bawah 9 tahun (71%),
wanita (46%), pasien terdaftar (49%), dan pasien rawat jalan (48%). Sayangnya, jumlah
pasien hipertensi yang berkunjung ke puskesmas juga menurun selama pandemi
(Rhatomy dan Prasetyo, 2020).
Menurut penelitian terbaru, individu yang berusia di atas 65 tahun dengan penyakit jantung
koroner atau hipertensi lebih mungkin terinfeksi virus sindrom pernafasan akut parah
coronavirus 2 (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19, dan mengalami penyakit yang lebih parah.
gejala (Li et al., 2020). Dalam studi kohort retrospektif dari 72.314 kasus di Cina, pasien dengan
penyakit kardiovaskular memiliki risiko kematian lima kali lebih tinggi (10,5%), tanpa
memandang usia (Wang et al., 2020). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dari total 57 pasien
COVID-19 yang meninggal, 19,7% karena cedera jantung, 10,6% memiliki riwayat penyakit
jantung koroner, dan 4,1% mengalami gagal jantung (Shi et al., 2020).

Oleh karena itu, berdasarkan tingginya angka prevalensi hipertensi di Aceh dan
pengaruh pandemi terhadap kepatuhan pasien berobat dan kontrol, penulis
tertarik untuk mengkaji pengaruh pandemi COVID-19 terhadap kepatuhan pasien
hipertensi di RSUP Dr. Zainoel Abidin. , Indonesia.

Metode
Desain studi dan peserta
Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, Indonesia.
Pengumpulan data dilakukan dengan membandingkan rekam medis pasien hipertensi yang
berkunjung ke pusat jantung pada bulan Desember 2020 sampai dengan Maret 2021
dengan yang dirawat selama periode April dan Juli 2019. Dengan menggunakan teknik
simple random sampling, pasien yang: 1) terdiagnosis hipertensi, 2) berusia 17 tahun; 3)
pernah menjalani perawatan di rumah sakit paling sedikit empat bulan pada tahun 2019
dan/atau 2020; dan 4) memiliki rekam medis lengkap diikutsertakan dalam penelitian.
Ukuran sampel minimum dihitung menggunakan rumus Slovin.
Variabel studi
Kepatuhan terhadap pengobatan ditentukan dengan menghitung jumlah hari pasien tidak
mengunjungi rumah sakit setelah satu bulan. Pasien yang tidak datang ke rumah sakit 28 hari
setelah satu bulan diklasifikasikan sebagai sangat tidak patuh, 19-27 hari (tidak patuh), 10-18 hari
(kurang patuh), dan 9 hari (patuh). Perumahan dibedakan menjadi dua, yaitu:

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 60

Banda Aceh dan luar Banda Aceh. Usia peserta dikelompokkan menjadi enam
kelompok usia: 17–25, 26–35, 36–45, 46–55, 56–65, dan >65 tahun.
Artikel asli

Analisis statistik
Analisis univariat dan bivariat digunakan dalam penelitian ini. Analisis univariat digunakan
untuk menilai hubungan antara karakteristik demografis (tempat tinggal dan usia) dan
kepatuhan terhadap pengobatan. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji
Kruskal-Wallis. P-value <0,05 didefinisikan signifikan.
Izin etis
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala dan Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin (KEPK FK-RSUDZA)
(032 /EA/FK-RSUDZA/2021).

Hasil
Karakteristik peserta studi
Distribusi peserta penelitian berdasarkan tempat tinggal dan usia disajikan pada Tabel
1 dan Tabel 2. Jumlah sampel sebanyak 475 (301 dari 2019 dan 174 dari 2020). Sebagian
besar pasien berusia antara 56-65 tahun dan berdomisili di luar kota Banda Aceh.

Tabel 1. Distribusi peserta penelitian berdasarkan tempat tinggal (n=475)


Perumahan Frekuensi (%) Jumlah (%)
2019 Banda Aceh 140 (29,5) 301 (63.4)
Luar Banda Aceh 161 (33.9)
2020 Banda Aceh 88 (18,5) 174 (36,6)
Luar Banda Aceh 86 (18.1)
Total 475 (100,0)
Tabel 2. Distribusi usia subjek (n=475)
Usia (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
2019 17–25 7 1.5
26–35 8 1.7
36–45 26 5.5
46–55 53 11.2
56–65 109 22.9
> 65 98 20.6
2020 17–25 5 1.1
26–35 6 1.3
36–45 14 2.9
46–55 32 6.7
56–65 66 13.9
17–25 51 10.7
Total 475 100.0
Hubungan antara tempat tinggal dan kepatuhan pengobatan
Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dan
kepatuhan berobat pada tahun 2019 (p=0,006) (Tabel 3). Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan
kepatuhan pengobatan yang signifikan antara pasien yang berdomisili di Banda Aceh dengan
yang berdomisili di luar Banda Aceh pada tahun 2020 (p=0,282) (Tabel 4).

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 61

Meja 2.Hubungan antara tempat tinggal dan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi pada tahun 2019
Artikel asli

Perumahan Ketaatan Total nilai-p


Patuh Lebih sedikit- tidak patuh Sangat
patuh tidak patuh
n % n % N % N % N %
Banda Aceh 94 31.2 28 9.3 9 3.0 9 3.0 140 46,5
Di luar Banda 85 28.2 39 13.0 15 5.0 22 7.3 161 53.5
0,006
Aceh
Total 179 59,4 67 22.3 24 8.0 31 10.3 301 100.0
Tabel 3.Hubungan antara tempat tinggal dan kepatuhan berobat pada pasien
hipertensi pada tahun 2020
Perumahan Ketaatan Total p-
Patuh Lebih sedikit- tidak patuh Sangat nilai
patuh tidak patuh
n % N % N % N % n %
Banda Aceh 34 19,5 23 13.2 12 6.9 19 10.9 88 50.6
Luar Banda 30 17.3 18 10.3 12 6.9 26 15.0 86 49.4
0,282
Aceh
Total 64 36.8 41 23.6 24 13.8 45 25.9 174 100.0
Asosiasi usia dan kepatuhan pengobatan
Hasil uji Kruskal Wallis, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan 6, menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pasien baik pada tahun 2019 (p=0,690) dan 2020
(p=0,125).

Tabel 4.Hubungan usia dengan kepatuhan berobat pada penderita hipertensi


tahun 2019

Usia (tahun) Ketaatan Total nilai-p


Patuh Kurang patuh Tidak patuh Sangat
tidak patuh
N % n % N % n% n %
17–25 3 1.0 2 0,7 2 0,7 0 0.0 7 2.3
26–35 4 1.3 4 1.3 0 0,0 0 0.0 8 2.7
36–45 13 4.3 8 2.7 2 0,7 3 1.0 26 8.6
46–55 33 11.0 10 3.3 5 1.7 5 1.7 53 17.6 0.690
56–65 63 21.0 22 7.3 8 2.7 16 5.3 109 36.2
> 65 63 21.0 21 7.0 7 2.3 7 2.3 98 32.6
Total 179 59.4 67 22,3 24 8.0 31 10.3 301 100.0

Tabel 5. Pengaruh Usia Terhadap Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Tahun 2020.

Usia (tahun) Ketaatan Total nilai-p


Patuh Lebih sedikit- tidak patuh Sangat
patuh tidak patuh
N % n % N % n % n %
17–25 0 0,0 0 0,0 1 0.6 4 2.3 5 2.9
26–35 1 0.6 3 1.7 2 1.1 0 0,0 6 3.4
36–45 5 2.9 2 1.1 1 0.6 6 3.4 14 8.0
46–55 12 6.9 6 3.4 5 2.9 9 5.2 32 18.4 0.125
56–65 27 15.5 16 9.2 8 4.6 15 8.6 66 37.9
> 65 19 10.9 14 8.0 7 4.0 11 6.3 51 29.3
Total 64 36.8 41 23.6 24 13,8 45 25,9 174 100.0

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 62

Dampak pandemi COVID-19 terhadap kepatuhan berobat


Studi kami menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 secara signifikan mempengaruhi kepatuhan
Artikel asli

pada pasien hipertensi (p<0,001), ditunjukkan dengan penurunan yang signifikan pada jumlah
pasien yang patuh dan peningkatan yang signifikan pada jumlah pasien yang sangat tidak patuh
pada tahun 2020 (Tabel 7).

Tabel 6. Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap kepatuhan berobat

Bertahun-tahun Ketaatan Total nilai-p


Patuh Lebih sedikit- tidak patuh Sangat
Patuh tidak patuh
n % n % N % N % n %
2019 179 59,5 67 22.3 24 8.0 31 10.3 301 100.0
<0,001
2020 64 36.8 41 23.6 24 13.8 45 25,9 174 100.0

Diskusi
Karakteristik peserta
Dalam penelitian ini, ukuran sampel terbesar ditemukan pada kelompok usia 56-65 tahun,
dengan jumlah sampel 175 (36,8%). Temuan ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas), menunjukkan bahwa kejadian hipertensi meningkat seiring
bertambahnya usia (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018). Peningkatan
kejadian hipertensi pada lansia terjadi karena beberapa mekanisme, antara lain perubahan
hemodinamik, kekakuan arteri, disregulasi neurohormonal, dan retensi ginjal (Oliveros et
al., 2020). Infleksibilitas pembuluh darah merupakan penyebab terbesar peningkatan
tekanan darah sistolik dan denyut jantung (Benetos et al., 2019).

Untuk tempat tinggal peserta, kami menemukan bahwa sebagian besar pasien (48,0%)
berasal dari berbagai kota di Aceh. Data ini sesuai dengan jumlah penderita hipertensi
yang dilaporkan pada profil data kesehatan Aceh 2019, dimana Banda Aceh menduduki
peringkat ke-16 dari 23 kabupaten, dengan jumlah penderita hipertensi mencapai
11.836 (Dinas Kesehatan Aceh, 2019). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh fakta bahwa
Banda Aceh memiliki jumlah rumah sakit dan fasilitas kesehatan terbanyak
dibandingkan kabupaten lain (Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2013).
Hubungan antara tempat tinggal dan kepatuhan pengobatan
Data kami menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dan
kepatuhan terhadap pengobatan pada tahun 2019 (p=0,006). Dengan kata lain, terdapat
perbedaan kepatuhan pengobatan yang signifikan antara pasien yang berdomisili di Banda Aceh
dan di luar Banda Aceh. Temuan ini sejalan dengan yang dilaporkan dalam penelitian
sebelumnya, menunjukkan bahwa jarak ke rumah sakit secara signifikan terkait dengan
ketidakpatuhan di antara pasien hipertensi. Jarak yang jauh menjadi penghalang kepatuhan,
terutama di daerah dengan infrastruktur yang buruk dan tingkat kemiskinan yang tinggi (Ambaw
et al., 2012). Selanjutnya, sebuah penelitian yang dilakukan di Punjab, India, menunjukkan bahwa
jarak ke fasilitas medis adalah alasan paling umum kedua bagi pasien untuk tidak mematuhi
kunjungan tindak lanjut (Das et al., 2021) (Tabel 3).

Berbeda dengan hasil tahun 2019, analisis statistik menunjukkan tidak ada perbedaan
kepatuhan pengobatan yang signifikan antara pasien yang tinggal di Banda Aceh dan yang
berada di luar Banda Aceh pada tahun 2020 (p=0,282) (Tabel 4). Penjelasan potensial untuk
ini mungkin karena ketakutan akan komplikasi hipertensi, yang mendorong pasien untuk
lebih berkomitmen terhadap pengobatan. Menurut penelitian sebelumnya, persepsi yang
lebih tinggi dari kerentanan individu terhadap komplikasi hipertensi secara positif terkait
dengan kemungkinan yang lebih tinggi dari individu untuk terlibat dalam pengobatan
(Rosemann dan Brüning, 2014). Selanjutnya, kondisi ini mungkin juga dipengaruhi oleh

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 63

kepercayaan terhadap penyedia layanan kesehatan, sebagai faktor penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Burnier dan Egan, 2019). Temuan kami konsisten dengan
Artikel asli

penelitian sebelumnya yang dilakukan di Uganda, yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara jarak ke fasilitas kesehatan dengan kepatuhan pasien untuk kunjungan tindak lanjut.
Alasan ketidakpatuhan yang paling sering dikutip di antara pasien dengan penyakit kronis adalah
masalah keuangan, sistem perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan komunikasi yang buruk
antara pasien dan petugas kesehatan (Kalyngo et al., 2014).

Asosiasi usia dan kepatuhan pengobatan


Dalam hal usia, hasil penyelidikan kami menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pasien baik pada 2019 (p=0,690) dan 2020 (p=0,125). Di masa pandemi

COVID-19, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menggunakan beberapa strategi untuk membantu pasien hipertensi berobat tanpa harus ke rumah sakit, serta menggalakkan

program apotek online untuk membantu pasien membeli obat antihipertensi. , mendorong kepatuhan berobat di antara pasien berisiko tinggi (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, 2021). Hasil

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di antara pasien hipertensi Afrika-Amerika, yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dan ketidakpatuhan untuk kunjungan

tindak lanjut (Nwabuo et al., 2014). Sebaliknya, Sebuah penelitian di India menunjukkan bahwa pasien yang lebih muda tidak menganggap hipertensi sebagai penyakit serius dan tidak

mendapatkan bimbingan yang baik, sedangkan pasien yang lebih tua mengalami kesulitan untuk mematuhi pengobatan karena jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan (Das et al., 2021). Selain itu,

sebuah penelitian di Islamabad, Pakistan, juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pengobatan, di mana peserta berusia 60 tahun menunjukkan kepatuhan

pengobatan 1,5 kali lebih tinggi (Mahmood et al., 2020). Kepatuhan telah dilaporkan meningkat seiring bertambahnya usia. Penjelasan potensial untuk ini adalah karena pasien yang lebih tua

cenderung menderita penyakit yang lebih parah, kemudian meningkatkan kesadaran mereka akan penyakit tersebut dan menghasilkan kepatuhan yang lebih baik terhadap pengobatan dan

tindak lanjut (Kim et al., 2019). sedangkan pasien yang lebih tua mengalami kesulitan untuk mematuhi pengobatan karena jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan (Das et al., 2021). Selain itu,

sebuah penelitian di Islamabad, Pakistan, juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pengobatan, di mana peserta berusia 60 tahun menunjukkan kepatuhan

pengobatan 1,5 kali lebih tinggi (Mahmood et al., 2020). Kepatuhan telah dilaporkan meningkat seiring bertambahnya usia. Penjelasan potensial untuk ini adalah karena pasien yang lebih tua

cenderung menderita penyakit yang lebih parah, kemudian meningkatkan kesadaran mereka akan penyakit tersebut dan menghasilkan kepatuhan yang lebih baik terhadap pengobatan dan

tindak lanjut (Kim et al., 2019). sedangkan pasien yang lebih tua mengalami kesulitan untuk mematuhi pengobatan karena jarak yang jauh ke fasilitas kesehatan (Das et al., 2021). Selain itu,

sebuah penelitian di Islamabad, Pakistan, juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pengobatan, di mana peserta berusia 60 tahun menunjukkan kepatuhan

pengobatan 1,5 kali lebih tinggi (Mahmood et al., 2020). Kepatuhan telah dilaporkan meningkat seiring bertambahnya usia. Penjelasan potensial untuk ini adalah karena pasien yang lebih tua

cenderung menderita penyakit yang lebih parah, kemudian meningkatkan kesadaran mereka akan penyakit tersebut dan menghasilkan kepatuhan yang lebih baik terhadap pengobatan dan

tindak lanjut (Kim et al., 2019). juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara usia dan kepatuhan pengobatan, di mana peserta berusia 60 tahun menunjukkan kepatuhan pengobatan 1,5

kali lebih tinggi (Mahmood et al., 2020). Kepatuhan telah dilaporkan meningkat seiring bertambahnya usia. Penjelasan potensial untuk ini adalah karena pasien yang lebih tua cenderung

menderita penyakit yang lebih parah, kemudian meningkatkan kesadaran mereka akan penyakit tersebut dan menghasilkan kepatuhan yang lebih baik terhadap pengobatan dan tindak lanjut (Kim et al., 2019). ju

Dampak pandemi COVID-19 terhadap kepatuhan berobat


Studi kami mengungkapkan bahwa jumlah pasien yang patuh telah menurun secara
signifikan pada tahun 2020, sedangkan jumlah pasien yang sangat tidak patuh
meningkat secara signifikan pada tahun yang sama, menunjukkan bahwa pandemi
COVID-19 secara signifikan mempengaruhi kepatuhan pada pasien hipertensi di
Rumah Sakit Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, Indonesia (p<0,001) (Tabel 7). Terjadi
penurunan sekitar 27,7% jumlah pasien patuh pada tahun 2020 akibat pandemi
COVID-19 yang berdampak pada pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Pedoman CDC
saat ini merekomendasikan tinggal di rumah dan mengurangi kemungkinan paparan
untuk semua individu berisiko tinggi (Khera et al., 2020). Demikian pula, studi di Duke
University juga menunjukkan penurunan 33,1% dalam jumlah pasien rawat jalan
kardiovaskular selama 15 minggu pertama pandemi COVID-19. di mana 53% pasien
membatalkan janji mereka (Wosik et al., 2021). Penurunan kepatuhan berobat juga
telah dikaitkan dengan penurunan kunjungan rawat jalan, dibuktikan dengan
penurunan sekitar 60% kunjungan rawat jalan pada awal April (Mehrotra et al., 2020).
Selanjutnya, penyelidikan di rumah sakit universitas Brasil juga melaporkan penurunan
26,6% dalam jumlah pasien, dari 1.145 pasien dan 11.588 sesi konsultasi pada 2019
menjadi 1.025 pasien dan 8.506 sesi konsultasi pada 2020, menunjukkan dampak
COVID-19 pada kepatuhan pasien pengobatan (Carvalho et al., 2020).

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan hubungan terbalik yang signifikan antara pandemi COVID-19
dan kepatuhan berobat pada pasien hipertensi di rumah sakit provinsi Aceh. Studi ini
juga menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara perumahan dan

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 64

kepatuhan terhadap pengobatan; Namun, tidak ada hubungan yang diamati antara
usia dan kepatuhan pasien selama pandemi COVID-19.
Artikel asli

Kontribusi penulis
Konseptualisasi: GSR dan MR; Kurasi Data: GSR, MR, dan HN; Analisis Formal: GSR,
MR, dan HN; Sumber daya: GSR; Validasi: GSR, MR, HN, MS, dan FDI; Menulis
– Penyusunan Draf Asli: GSR, MR, HN, MS, dan FDI; Penulisan – Review & Editing:
GSR, MR, HN, MS, dan FDI.

ucapan terima kasih


Kami berterima kasih kepada perawat dan pekerja medis lainnya di departemen jantung atas
bantuan mereka.

Konflik kepentingan
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

Pendanaan
Penelitian ini tidak mendapat dukungan khusus dari pemerintah, komersial, atau sumber
pendanaan nirlaba.

Referensi
Abegaz T, dkk. Ketidakpatuhan terhadap obat antihipertensi. Kedokteran (Baltimore) 2017;
96(4):e5641.
Adedoyin R, dkk. Dampak Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pasien terhadap
Hipertensi pada Kepatuhan dengan Obat Antihipertensi di Pengaturan yang Miskin Sumber
Daya. TAF Sebelumnya Med Bull. 2010; 9(2):87–92.
Ambaw AD, dkk. Kepatuhan terhadap pengobatan antihipertensi dan faktor terkait
di antara pasien yang ditindaklanjuti di Rumah Sakit Universitas Gondar, Ethiopia Barat
Laut. BMC kesehatan masyarakat 2012; 12(1):1-6.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2018,
2018.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Inovasi Layanan Digital BPJS Kesehatan di
Masa Pandemi Covid-19 Sabet Penghargaan, 2021.
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. Klasifikasi dan Karakteristik Rumah Sakit
Menurut Kabupaten/Kota. Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2013. (Diakses:
2021, 2 Maret).
Benetos A, dkk. Manajemen hipertensi pada pasien yang lebih tua dan lemah.
Riset Sirkulasi 2019; 124(7):1045-1060.
Burnier M dan Egan BM. Kepatuhan pada hipertensi: tinjauan prevalensi, risiko
faktor, dampak, dan manajemen. Riset Sirkulasi 2019; 124(7):1124-1140. Carvalho
HdA, dkk. Dampak pandemi COVID-19 pada pasien rawat jalan berbasis harian
rutinitas pengobatan: pengalaman departemen radioterapi di rumah sakit
umum/universitas tersier di Brasil. Klinik 2020; 75.
Das B, dkk. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan terhadap janji medis di antara:
pasien dengan hipertensi di fasilitas kesehatan masyarakat di Punjab, India.
Jurnal Hipertensi Klinis 2021; 23(4):713-719.
Dinas Kesehatan Aceh. Profil Kesehatan Aceh tahun 2019. Dinas Kesehatan Aceh 2019;
53(9):1689–1699.
Fithria F dan Isnaini M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Berobat pada Penderita Hipertensi di Klinik Sumber Sehat Indrapuri Aceh Besar.
Jurnal Keperawatan Ide 2014; 5(2):56-66.

Jilid 1 Nomor 2 (2021)


halaman 65

Kalyango JN, dkk. Janji temu untuk tinjauan medis di antara pasien dengan
penyakit kronis yang dipilih di daerah perkotaan Uganda. Jurnal medis Pan
Artikel asli

Afrika 2014; 19.


Khera A, dkk. Kesinambungan perawatan dan manajemen rawat jalan untuk pasien dengan dan
berisiko tinggi untuk penyakit kardiovaskular selama pandemi COVID-19:
pernyataan ilmiah dari American Society for Preventive Cardiology. American
Journal of Preventive Cardiology 2020; 1:100009.
Kim SJ, dkk. Dampak jumlah obat dan usia pada kepatuhan terhadap
obat antihipertensi: studi berbasis populasi nasional. Kedokteran 2019; 98
(49).
Li G, dkk. Tampilan jarak dekat tentang COVID-19 dan penyakit kardiovaskular. Nutrisi,
Penyakit Metabolisme dan Kardiovaskular 2020; 30(7):1057-1060. Mahmood
S, dkk. Hubungan antara kehadiran di rawat jalan tindak lanjut
janji temu dan kontrol tekanan darah di antara pasien dengan hipertensi.
Gangguan Kardiovaskular BMC 2020; 20(1):1-11.
Mehrotra A, dkk. Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Rawat Jalan: Kunjungan
Kembali ke Tingkat Prapandemi, tetapi Tidak untuk Semua Penyedia dan
Pasien. Dana Persemakmuran. 2020. https://www.commonwealthfund.org/
publications/2020/oct/ (Diakses: 2021, 3 Maret).
Nwabuo CC, dkk. Faktor-faktor yang terkait dengan ketidakpatuhan janji temu antara
Afrika-Amerika dengan hipertensi parah yang tidak terkontrol. PLoS One
2014; 9(8):e103090.
Oliveros E, dkk. Hipertensi pada orang dewasa yang lebih tua: Penilaian, manajemen, dan
tantangan. Kardiologi klinis 2020; 43(2):99-107.
Rhatomy S dan Prasetyo TE. Dampak COVID-19 pada kunjungan perawatan primer: Pelajaran
belajar dari masa pandemi awal. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat untuk
Kesehatan 2020; 3(2):102-107.
Rosemann B dan Brüning R. Wertschöpfung anstelle Wertvernichtung:
daur ulanggerechtes Entwickeln mechatronischer Geräte. Mekatronika 2014;
122(1-2):40-41.
Shi S, dkk. Asosiasi cedera jantung dengan kematian pada pasien rawat inap dengan
COVID-19 di Wuhan, Tiongkok. Kardiologi JAMA 2020; 5(7):802-810. Sinuraya
R, dkk. Kepatuhan Obat pada Pasien Hipertensi di Pratama
Kesehatan di Kota Bandung. Indones J Clin Pharm 2018; 7(2):124–133. Suardi F.
Gambaran Tingkat Kepatuhan Berobat Pada Pasien Hipertensi di Poliklinik
Ginjal dan Hipertensi RSUDZA di Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala, 2011.
Unger T, dkk. Masyarakat Internasional Hipertensi 2020 hipertensi global
pedoman praktik. J Hipertensi 2020; 38(6): 982-1004 .
Wang D, dkk. Karakteristik klinis dari 138 pasien rawat inap dengan novel 2019
pneumonia yang terinfeksi virus corona di Wuhan, China. Jamaah 2020; 323(11)::1061-
1069.
Organisasi Kesehatan Dunia. Pencegahan dan pengendalian infeksi epidemi-dan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang rawan pandemik di pelayanan kesehatan. Organisasi
Kesehatan Dunia, 2014.
Organisasi Kesehatan Dunia. Peningkatan tekanan darah (SBP 140 ATAU DBP 90), usia-
standar (%) Perkiraan menurut wilayah WHO. 2015. https://apps.who.int/gho/
data/view.main.NCDBPAREGv?lang=en (Diakses: 2021, 8 Juni).

Organisasi Kesehatan Dunia. Hipertensi. 2021. https://www.who.int/news-


kamar/lembar fakta/detail/hipertensi (Diakses: 2021, 8 Juni).
Wosik J, dkk. Dampak pandemi COVID-19 terhadap pola rawat jalan
perawatan kardiovaskular. Jurnal Jantung Amerika 2021; 231:1-5.

Jilid 1 Nomor 2 (2021)

Anda mungkin juga menyukai