Anda di halaman 1dari 3

C.

Partisipasi Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah


Perencanaan pembangunan yang disusun oleh suatu daerah merupakan perwujudan asas
desentralisasi terhadap berbagai kewenangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
politik, dan pengelolaan pembangunan dari pusat kepada daerah.
Pendekatan partisipasi menjadi alternatif pilihan yang mengemukan untuk lebih
memberikan peran serta aktif masyarakat sebagai subjek pembangunan diberbagai tahap
pembangunan (perencanaan, perancangan, pelaksanaan sampai pada pemeliharaan) Mudel
pendekatan partisipasi untuk proses perencanaan pengembangan daerah meliputi:
1. Institusional dan proscilar proses pelibam masyarakat dalam perencanaan, perancangan,
pelaksanaan, dan peliharaan pembangunan.
2. Model pendekatan dalam proses atau tahapan pembangunan. Institusionalisasi model
pendekatan dengan melibatkan aktor pembangunan (swasta, masyarakat, dan pemerintah
daerah sebagai mediator).
Hakikat demokrasi sebagai sistem pemerintahan adalah berfokus pada rakyat sebagai
pemegang kedaulatan. Untuk mendukung pelaksanaan manajemen pembangunan daerah, upaya
mutlak yang harus dilakukan adalah peningkatan kapasitas aparat pemerintahan daerah serta
organisasi civil society dalam interaksi demokratis serta proses pembangunan secara
komprehensif.
Apabila dikategorisasikan berbagai masalah dalam input-proses output di berbagai
tingkat perencanaan dan pengangggaran, maka masalah yang dihadapi dalam proses perencanaan
dan penganggaran partisipasi adalah sebagai berikut:

Masalah dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran Partisipasi


1. Masalah yang berkaitan. dengan informasi
a. Tidak adanya informasi yang memadai mengenai prioritas dan perkiraan alokasi
anggaran untuk pembangunan pada tahun perencanaan menyebabkan
meningkatnya usulan kegiatan yang diajukan pada tingkat perencanaan partisipasi
(musrenbangdes, musrenbang kec dan musrenbang kab/kota)

2. Komitmen pejabat
a. Pejabat yang berwenang banyak yang tidak hadir dalam proses-proses penting
perencanaan dan penganggaran. Hal ini menyebabkan informasi penting tidak
sampai kepada masyarakat, selain itu, banyak keputusan yang diambil dalam
forum musyawarah tidak sampai kepada pejabat yang berwenang

3. Metode konversi
a. Kurang mendalamnya diskusi dan verifikasi antara masyarakat yang mengajukan
usulan dengan orang-orang yang mempunyai kompetensi dalam bidang yang
bersangkutan

4. Format yang digunakan


a. Kurangnya format dan sistem informasi yang baik mengenai konversi usulan dari
wilayah ke sektor yang telah menimbulkan kesulitan dalam menelusuri sejauh
mana usulan wilayah terakomodasi dalam usulan sektor. Hal ini menyebabkan
akuntabilitas perencanaan partisipasi menjadi rendah
b. Proses perencanaan dan penganggaran belum terdokumentasi dengan baik. Ini
terbukti dari kurangnya data mengenai produk perencanaan dan penganggaran.
Dalam beberapa hal data juga dapat diinter pretasikan secara berbeda, bahkan
oleh para pelaku sendiri.

5. Alur proses perencanaan


a. Masih terjadi dualisme antara proses perencanaan (yang melibatkan masyarakat)
dengan proses anggaran (yang sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah
Dinas dan penganggaran eksekutif). Hal ini menyebabkan usulan yang disepakati
dalam proses perencanaan banyak yang tereduksi dalam proses penganggaran
b. Alur/proses perencanaan ke penganggaran . terutama perencanaan partisipasi
sangat panjang. Dalam beberapa hal perencanaan seperti terpisah dengan
penganggaran karena dalam proses penganggaran masih terdapat kegiatan yang
harus diverifikasi

6. Waktu
a. Sekuen penyusunan dokumen perencanaan dan penganggaran terkadang masih
belum konsisten

7. Representasi dan kontrol masyarakat


a. Pendekatan struktural masih dominan untuk menentukan keterwakilan Unsur-
unsur fungsional seperti kelompok tani, nelayan, dan lain-lain tidak terakomodasi.
Begitu pula dengan LSM yang bergerak di lingkup kecamatan atau kabupaten
masih minim yang dilibatkan
b. Kontrol masyarakat dalam pembahasan di panitia anggaran eksektif belum ada
samar sekali Fasilitator dan partisipan tidak dapat .

8. Kapasitas
a. Membedakan program yang relevan untuk diajukan ke tingkat kabupaten/kota.
Banyak usulan yang dapat diselesaikan secara internal/swadaya

Anda mungkin juga menyukai