Anda di halaman 1dari 25

PROBLEMATIKA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PERMASALAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN

1. Masyarakat (bahkan Pemerintah Sendiri !)


RAGU/TIDAK YAKIN akan manfaat perencanaan
untuk penyelesaian masalah
2. Rendahnya tingkat KETERKAITAN dan
RELEVANSI antara berbagai proses dan substansi
perencanaan pembangunan dengan kegiatan sosial-
ekonomi yang berlangsung di masyarakat
3. Rendahnya KONSISTENSI antara perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaannya,
4. Rendahnya KETERKAITAN antara perencanaan
sektoral dengan perencanaan wilayah
5. Rendahnya SENSITIFITAS proses dan substansi
perencanaan dengan kebutuhan riil masyarakat
Lanjutan-1
5. Belum optimalnya implementasi asas TRANSPARANSI
dan PARTISIPASI publik dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah
6. Belum efektifnya proses INTERAKSI antara pemerintah
daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam proses kegiatan
perencanaan (good planing governance).
7. Masih rendahnya keterkaitan atau konsistensi antar dokumen
perencanaan baik antara perencanaan jangka menengah
(RPJMD) dengan perencanaan tahunan (RKPD, KUA-PPAS,
APBD) maupun antara perencanaan pada tingkat pemerintah
daerah (RPJMD, RKPD) dengan perencanaan pada tingkat
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Rencana Strategis-PD dan
Rencana Kinerja-PD)
Lanjutan-2

8. Rendahnya kapasitas organisasi perencanaan dan


kompetensi SDM, baik di BAPPEDA maupun di unit
perencanaan di tingkat Perangkat Daerah dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya baik dalam proses
perencanaan, pengelolaan data dan informasi bagi
keperluan analisis permasalahan dan kebijakan, serta
proses pengambilan keputusan.
9. Masih kentalnya pendekatan pembangunan
“akomodatif berbasis kelompok/komunitas/etnis” yang
tidak proporsional dan tidak profesional, yang
sebenarnya jika di re-desain secara tepat justru dapat
menjadi model perencanaan pembangunan yang efektif,
efisien dan akuntabel.
PROBLEMATIKA MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH
 KERANGKA REGULASI
 “Dualisme” peraturan yang ada selama ini menimbulkan kebingungan
dan ketidakpastian dalam pengelolaan keuangan daerah.
 UU No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, UU No 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan
Negara, dan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
 Di sisi lainnya, Pemda harus tunduk pada paket UU Pemerintahan
Daerah dan turunannya yaitu UU No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan Permendagri No. 13 tahun 2006 beserta
perubahannya
 Sangat mungkin terjadi pada implementasi UU No. 23 Th. 2014
Cont...
 PROSES PERENCANAAN SERINGKALI
TERPISAH DARI PENGANGGARAN
 Karena ketidakjelasan informasi besaran anggaran,
proses perencanaan kebanyakan masih bersifat
menyusun daftar belanja (shopping list) kegiatan.
 Banyak pihak seringkali membuat usulan
sebanyak-banyaknya agar probabilitas usulan yang
disetujui juga semakin banyak. Ibarat memasang
banyak perangkap, agar banyak sasaran yang
terjerat.
Cont ....
 KETERSEDIAAN DANA YANG TIDAK
TEPAT WAKTU
 Terpisahnya proses perencanaan dan anggaran ini
juga berlanjut pada saat penyediaan anggaran.
APBD disahkan pada bulan Desember tahun
sebelumnya, tapi dana seringkali lambat tersedia.
Bukan hal yang aneh, walau tahun anggaran mulai
per 1 Januari tapi sampai bulan Juli-pun anggaran
program di tingkat PD masih sulit didapatkan.
 Kegiatan akhirnya : TIDAK ON SCHEDULE
Cont...
 TERLALU BANYAK “ORDER” DALAM
PROSES PERENCANAAN ANGGARAN
 Masing-masing ingin menjadi “arus utama”
misalnya :
• Gender mainstreaming (Pro Gender)
• Poverty mainstreaming (Pro Kemiskinan)
• Disaster mainstreaming (Pro Bencana)
• Eco-mainstreaming (Pro Lingkungan)
• Pro Pertumbuhan vs Pro Pemerataan
• Pro Budaya Lokal
• MDG’s, SPM (Standar Pelayanan Minimal)
Cont....
 FENOMENA OVERLAP DAN
OVERLOAD
 Hal ini sering disebabkan oleh tugas
dan fungsi PD yang “berhimpit”
 Akibatnya ada “duplikasi” kegiatan
dan anggaran yang dapat
menimbulkan “Redundancy”
Cont....
 Masih adanya IN-EFEKTIVITAS
DAN IN-EFISIENSI penggunaan
keuangan pemerintah daerah akibat
adanya IRASIONALITAS dalam
alokasi anggaran.
 Masih perlunya peningkatan
AKUNTABILITAS para pengelola
keuangan daerah dalam mengelola
keuangan publik
Falsafah Perencanaan

Fail to Plan – Plan to Fail


Falsafah Perencanaan

Good Plan – Half Done


KONSEP DASAR PERENCANAAN

1. Perencanaan bukanlah sekedar


menyusun apa yang akan kita
kerjakan/lakukan besok, tetapi
2. Perencanaan adalah proses menentukan
apa yang akan kita capai besok, yang
kemudian baru diikuti dengan apa yang
akan kita kerjakan/lakukan untuk
mencapainya.
3. Setiap perencanaan harus mempunyai peta
perjalanan (Road Map), dimana harus jelas dari
mana kita berangkat, melalui berapa tahapan dan
sampai dimana tujuan akhirnya, artinya:

a. Perencanaan harus jelas tujuannya (100%-nya


nanti seperti apa) dan jelas pentahapannya (dari
0%, ke berapa%, sampai 100%, sehingga bisa
dievaluasi tercapai berapa% dan masih berapa
% lagi)
b. (Paling Tidak) Terdapat 4 sifat yang harus
dibedakan dalam perencanaan:

1) Yang sifatnya pembangunan


2) Yang sifatnya peningkatan/pengembangan
3) Yang sifatnya mempertahankan apa yang
telah dibangun - (pemeliharaan)
4) Yang sifatnya mengoperasionalkan yang telah
dibangun/rutinitas yang wajib dilakukan -
(operasional)
PERMASALAHAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN

1. Masyarakat (bahkan Pemerintah Sendiri !)


RAGU/TIDAK YAKIN akan manfaat perencanaan
untuk penyelesaian masalah
2. Rendahnya tingkat KETERKAITAN dan
RELEVANSI antara berbagai proses dan substansi
perencanaan pembangunan dengan kegiatan sosial-
ekonomi yang berlangsung di masyarakat
3. Rendahnya KONSISTENSI antara perencanaan,
pembiayaan dan pelaksanaannya,
4. Rendahnya KETERKAITAN antara perencanaan
sektoral dengan perencanaan wilayah
5. Rendahnya SENSITIFITAS proses dan substansi
perencanaan dengan kebutuhan riil masyarakat
Lanjutan-1
5. Belum optimalnya implementasi asas
TRANSPARANSI dan PARTISIPASI publik dalam
penyusunan perencanaan pembangunan daerah
6. Belum efektifnya proses INTERAKSI antara
pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam
proses kegiatan perencanaan (good planing governance).
7. Masih rendahnya keterkaitan atau konsistensi antar
dokumen perencanaan baik antara perencanaan jangka
menengah (RPJMD) dengan perencanaan tahunan
(RKPD, KUA-PPAS, APBD) maupun antara
perencanaan pada tingkat pemerintah daerah (RPJMD,
RKPD) dengan perencanaan pada tingkat Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (Rencana Strategis-PD dan Rencana
Kinerja-PD)
Lanjutan-2

8. Rendahnya kapasitas organisasi perencanaan dan


kompetensi SDM, baik di BAPPEDA maupun di unit
perencanaan di tingkat PD dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya baik dalam proses perencanaan,
pengelolaan data dan informasi bagi keperluan analisis
permasalahan dan kebijakan, serta proses pengambilan
keputusan.
9. Masih kentalnya pendekatan pembangunan
“akomodatif berbasis kelompok/komunitas/etnis” yang
tidak proporsional dan tidak profesional, yang
sebenarnya jika di re-desain secara tepat justru dapat
menjadi model perencanaan pembangunan yang efektif,
efisien dan akuntabel.
MUATAN PERENCANAAN
 Arah masa depan yang hendak dituju (where do we
want to be)? > visi, misi, tujuan & sasaran.
 Mempertimbangkan kondisi saat ini (where are we
now)? > SWOT analysis & isu-isu strategis.
 Cara-cara mencapai tujuan dan sasaran (how to get
there)? > Strategi, kebijakan, program & kegiatan.
 Ukuran keberhasilan (how do we measure our
progress)? > indikator kinerja.
A Good Plan

1. Spesifik: jelas tujuan, urutan,


objektif (hasil akhir), metoda
evaluasi.
2. Bermanfaat.
3. Sederhana/simple.
4. Realistis: menggunakan sumber
yang ada, faktual, rasional,
next… fleksibel
5. Sesuai standar, kebijakan, prosedur
dan aturan yang berlaku.
6. Sesuai skala prioritas: rasional.
7. Melibatkan seluruh komponen
organisasi.
8. Berkesinambungan.
9. Tertulis.
LONG JOURNEY…………
UU NO. 25 TH. 2004
TENTANG
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(5 Oktober 2004)

PP NO. 8 TH 2008
TENTANG
TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
(4 Februari 2008 )

PERMENDAGRI NO. 54 TH 2010


TENTANG
PELAKSANAAN PP NO. 8 TH 2008 TENTANG TAHAPAN, TATACARA PENYUSUNAN,
PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
DAERAH
(21 Oktober 2010 )

PERMENDAGRI NO.86 TH 2017


TENTANG
TATA CARA PERENCANAAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PEMBANGUNAN DAERAH,
TATA CARA EVALUASI RAPERDA TENTANG PJPJD DAN RPJMD, SERTA TATA CARA
PERUBAHAN RPJPD, RPJMD, DAN RKPD
Fail to PLAN
1. Informasi yang kurang lengkap
2. Metodologi belum dikuasai
3. Perencaannya tidak realistis sehingga tidak
mungkin bisa terlaksana
4. Pengaruh politis terlalu besar sehingga
pertimbangan-pertimbangan teknis perencanaan
diabaikan
5. Ketidaksiapan aparat pelaksana
6. Masyarakat tidak punya kesempatan
berpartisipasi sehingga tidak mendukung
PENDEKATAN PROSES PERENCANAAN

1. Politik
2. Teknokratik
3. Partisipatif
4. Atas-bawah (top-down)
5. Bawah-atas (bottom-up)

Penjelasan UU. No. 25 Th. 2004


Tambahan materi-1

 Urgensi Perencanaan
 Perencanaan dalam konteks
 Permasalahan - Solusi
 Politisasi Perencanaan
 “Meluruskan” pemahaman tentang pendekatan
politik dalam perencanaan

Anda mungkin juga menyukai