Anda di halaman 1dari 32

ANTI ANSIETAS

DRA YANI KUSUMANINGDJATI MSI APT


DEFINISI

Anxiety :
▪ Kecemasan adalah perasaan takut, takut, dan gelisah.
▪ Gejala :
– berkeringat, merasa gelisah dan tegang, dan memiliki detak jantung yang cepat
▪ Merupakan reaksi normal terhadap stress seperti :
– merasa cemas saat menghadapi masalah sulit di tempat kerja,
– sebelum mengikuti ujian, atau
– sebelum membuat keputusan penting.
▪ Kecemasan dapat memberi dorongan energi atau membantu lebih fokus.
▪ Namun bagi penderita gangguan kecemasan, rasa takut itu tidak bersifat sementara
dan bisa membuat kewalahan
Anxiety Disorder :
▪ Gangguan kecemasan adalah kondisi dimana kecemasan yang tidak kunjung hilang dan
dapat memburuk seiring berjalannya waktu.
▪ Gejalanya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti performa kerja, tugas
sekolah, dan hubungan antar manusia

Apa yang menyebabkan gangguan kecemasan?


▪ Penyebab kecemasan tidak diketahui.
▪ Faktor-faktor seperti genetika, biologi dan kimia otak (GABA, Serotonin, Nor Adrenalin),
stres, dan lingkungan mungkin berperan
Peran senyawa neurotransmiter

▪ Disfungsi berbagai neurotransmiter dan reseptor di otak berdampak pada terjadinya


ansietas.
▪ Tiga neurotransmiter utama yang terlibat adalah GABA, Serotonin (5-HT) dan (NA) Nor-
Adrenalin :
✓ Disregulasi dalam sistem noradrenergik terjadi pada ansietas. NorAdrenalin menunjukkan bahwa
sistem syaraf otonom pada penderita ansietas hipersensitif dan bereaksi berlebihan terhadap
berbagai rangsangan
✓ GABA (gamma-aminobutyric acid) adalah neurotransmiter inhibitor penting dalam SSP dan
mengatur banyak rangsangan di daerah otak. Terjadi penurunan kadar GABA dan pengikatan
reseptor GABA A-Benzodiazepin pada pasien dengan gangguan ansietas
✓ Serotonin 5-HT memiliki peran penting dalam mengatur berbagai jenis proses dan fungsi psikologis
termasuk suasana hati dan emosi, terutama kecemasan dan mengatur tingkah laku. Serotonin
terlibat dalam berbagai gangguan neuropsikiatri, seperti kecemasan gangguan dan depresi.
Mekanisme patologik pengembangan gangguan ansietas termasuk regulasi abnormal pelepasan
5-HT, reuptake atau respons abnormal terhadap signal 5-HT.
Perbedaan :
Jenis gangguan kecemasan :

Gangguan kecemasan umum (GAD).


▪ khawatir tentang masalah biasa seperti kesehatan, uang, pekerjaan, dan keluarga, kekhawatiran
secara berlebihan, dialami hampir setiap hari selama minimal 6 bulan.
Gangguan panik.
▪ mengalami serangan panik, ketakutan intens yang tiba-tiba dan berulang ketika tidak ada bahaya,
serangan panik datang dengan cepat dan dapat berlangsung beberapa menit atau lebih.
Fobia.
▪ memiliki ketakutan yang kuat terhadap sesuatu yang menimbulkan sedikit atau tidak ada bahaya
yang sebenarnya. Ketakutan mereka mungkin tentang laba-laba, terbang, pergi ke tempat ramai,
atau berada dalam situasi sosial (dikenal sebagai kecemasan sosial)
Gejala gangguan kecemasan :

Berbagai jenis gangguan kecemasan dapat memiliki gejala yang berbeda tetapi dapat
merupakan kombinasi dari:
▪ Pikiran atau keyakinan cemas yang sulit dikendalikan → merasa gelisah dan tegang
yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. Gejalanya menetap dan dapat
menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
▪ Gejala fisik, seperti detak jantung yang berdebar atau cepat, sakit dan nyeri yang
tidak dapat dijelaskan, pusing, dan sesak napas
▪ Perubahan perilaku, seperti menghindari aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan
ANTIANSIETAS

▪ Antiansietas berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit psikoneurosis dan


sebagai obat tambahan pada terapi penyakit somatik yang didasari ansietas (perasaan
cemas) dan ketegangan mental.
▪ Termasuk golongan psikofarmaka atau psikotropika :
– adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yg berkhasiat
psikoatif, melalui pangaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
▪ Tidak semua psikofarmaka atau obat-obatan psikotropik masuk kedalam golongan
obat psikotropika seperti yang diatur dalam Undang-Undang Psikotropika
▪ Obat-obatan yang masuk dalam Undang-Undang maupun Peraturan Menteri terkait
Psikotropika adalah yang memiliki efek ketergantungan atau dependensi baik secara
fisik maupun psikis.
▪ Pengobatan dengan psikotropik bersifat simptomatik dan lebih didasarkan atas
pengetahuan empirik.
▪ Hal ini dikarenakan patofisiologi penyakit jiwa belum jelas.
▪ Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan
dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik.
▪ Karena efeknya terhadap perubahan pada status mental dan perilaku, obat-obatan
psikofarmaka yang seharusnya digunakan sesuai dengan kondisi gangguan kejiwaan
menjadi rawan untuk terjadi penyalahgunaan.
▪ Oleh karena itu, berbagai peraturan telah diterbitkan untuk mengatur peredaran obat
tersebut baik dalam Undang-undang Psikotropika, Peraturan Menteri Kesehatan
hingga Peraturan Kepala Badan POM.
▪ Penggunaan antiansietas dosis tinggi, jangka lama, dapat menimbulkan ketergantungan
psikis dan fisik
▪ Pengobatan ansietas ialah menggunakan sedatif, merupakan golongan obat yang
menekan atau menghambat fungsi susunan saraf pusat (SSP), berfungsi : menurunkan
aktivitas, mengurangi ketegangan dan menenangkan penggunanya
▪ Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan
kematian
▪ Secara klinis obat-obatan sedatif digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan
dengan sistem saraf pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia,
penatalaksanaan kejang serta insomnia
▪ Yang termasuk antiansietas adalah :
a. Benzodiazepin :
✓ Diazepam
✓ Klordiazepoksid
✓ Klorazepat
✓ dll
b. Buspirone

▪ Beberapa obat lain juga digunakan untuk antiansietas selain benzodiazepin seperti
beberapa antidepresan (escitalopram, sertraline, venlafaxine), pregabalin, buspirone dan
lainnya yang efek ketergantungannya minimal.
▪ Antiansietas yang terutama adalah golongan benzodiazepin
Benzodiazepin

▪ Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai antiansietas adalah : klordiazepoksid, diazepam,


oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam, dan halozepam
▪ Klorazepam digunakan untuk pengobatan panic disorder
▪ Prototipe derivate benzodiazepin yang digunakan secara meluas sebagai antiansietas
adalah klordiazepoksid dan diazepam

Indikasi dan Sediaan :


▪ Derivat benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan rasa
cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas
▪ Selain sebagai antiansietas, derivate benzodiazepine digunakan juga sebagai hipnotik,
antikonvulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum
▪ Setiap efek ini dapat berbeda-beda kekuatannya pada setiap derivat yg memperlihatkan
perbedaan jelas mengenai kecepatan resorpsi dan eliminasinya.
ADULT DOSING

USUAL
▪ The dosage of a benzodiazepine will vary depending on the patient and his or her history of sedative
use.
▪ Although similar in many ways, the choice of an agent is often based on its pharmacokinetic properties,
especially onset of action, half-life, and metabolic pathway.
▪ Oral dose equivalences of benzodiazepines

Agent Relative Potency (mg)


Alprazolam (Xanax XR®; Xanax®) 0.5
Chlordiazepoxide (Librium®) 10
Clonazepam (Klonopin®) 0.25-0.5
Diazepam (Diastat®, Valium®) 5
Lorazepam (Ativan®) 1
Oxazepam (Serax®) 15-30

Johns Hopkins Phsychiatry Guide


▪ Alprazolam (Xanax®): The initial dose is 0.25 mg two to three times a day; the dose can be increased by 0.5-1 mg
daily every 3-4 days; the usual therapeutic dose is 2-3 mg total/day, with twice daily or three times a day dosing. The
maximum dose is 4 mg/day.
▪ Chlordiazepoxide (Librium®): The initial oral dose is 5-10 mg daily to twice a day; the dose can be increased by 5 mg
daily; the usual therapeutic dose is 30-40 mg total/day, with twice daily or three times a day dosing. An intramuscular
dose (not available in the U.S.) of 50-100 mg can be given every 4 hours if needed for alcohol withdrawal.
▪ Clonazepam (Klonopin®): The initial dose is 0.25 mg daily to twice a day; the dose can be increased by 0.125-0.25
mg daily or two times a day every 2-3 days; the usual therapeutic dose is 1-4 mg total/day in divided doses
▪ Diazepam (Valium®): The initial dose is 2 mg two to four times a day; the dose can be increased by 1-2 mg daily; the
usual therapeutic dose is 15-30 mg total/day, with twice daily or three times a day dosing. An IM dose of 10 mg can
be administered every 4 hours if needed for alcohol withdrawal.
▪ Lorazepam (Ativan®): The initial dose is 0.5 mg twice a day; the dose can be increased by 1 mg daily in divided doses
(twice daily or three times a day); the usual therapeutic dose is 2-8 mg total/day, with twice daily or three times a day
dosing.
▪ Oxazepam (Serax®): the initial dose is 10-15 mg daily; the dose can be increased by 10 mg daily in divided doses
(three times a day); the usual therapeutic dose is 90 mg total/day, with three times a day dosing.
▪ Benzodiazepin banyak digunakan dalam praktek klinik antara lain :
✓ Kecemasan :
– digunakan dalam jangka waktu pendek (tidak lebih dari 2-4 minggu) dan
– penggunaan jangka waktu lama tidak direkomendasikan dengan
mempertimbangkan resiko ketergantungan.
– Contoh obat : alprazolam, bromazepam, lorazepam, dan diazepam.
– Diazepam digunakan sebagai obat lini kedua jika penggunaan dua jenis obat
antidepresan tidak berhasil

✓ Anti konvulsan :
– Contohnya : klonazepam dan klobazam, karena aksi antikonvulsan yang spesifik
digunakan pada penanganan epilepsi
✓ Insomnia :
– Digunakan untuk terapi jangka pendek dan menggunakan dosis efektif yang
terendah.
– Pilihan utamanya adalah zat short-acting yang resorpsi dan mulai kerjanya cepat,
antara 20 menit dan 1 jam. Contoh obatnya : estazolam, triazolam, & temazepam
– Obat untuk memperpanjang dan memperdalam masa tidur digunakan oksazepam
dan lorazepam → lebih lambat resorpsinya

✓ Status epilepticus :
– Diazepam dan lorazepam diberikan secara intra vena pada penanganan status
epilepticus.
– Penggunaan jangka panjang harus dicegah → berpotensi resiko ketergantungan
dan menimbulkan efek rebound.
Mekanisme kerja Benzodiazepin

▪ GABA atau asam gamma-aminobutirat adalah asam amino yang bertindak sebagai
neurotransmitter
▪ Sebagai neurotransmitter, GABA berperan dalam penyampaian sinyal antar sel saraf.
▪ GABA dikategorikan sebagai neurotransmitter inhibisi (penghambat) karena bekerja
dengan menghambat sinyal otak tertentu dan mengurangi aktivitas di sistem saraf.
▪ GABA banyak tersebar di dalam neuron korteks.
▪ Neurotransmiter ini dapat menempel pada protein yang disebut reseptor GABA.
▪ Aktivitas penempelan GABA tersebut akan memberikan efek menenangkan sehingga
membantu meredakan kondisi-kondisi berikut ini:
– Rasa cemas
– Stres
– Rasa takut
– Mencegah kejang
Mekanisme kerja Benzodiazepin

▪ Mekanisme kerja sbb :


– benzodiazepin bekerja dengan cara berikatan pada reseptor
gamma- aminobutyric acid (GABA), dan meningkatkan
kemampuan inhibisi dari GABA
▪ Ikatan benzodiazepin pada reseptor GABA di sistem limbik dan
hipotalamus akan meningkatkan laju ion klorida ke dalam neuron.
▪ Kemudian menimbulkan hiperpolarisasi dari membran postsinaptik,
sehingga menurunkan eksitabilitas saraf (neuron resisten terhadap
rangsangan).
▪ Dengan cara demikian obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari
GABA sehingga meningkatkan efek GABA dan menghasilkan efek
sedasi, tidur dan berbagai macam efek seperti mengurangi
kegelisahan dan sebagai muscle relaxant.
▪ Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde,
potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
▪ Perbedaan onset dan durasi kerja diantara benzodiazepin menunjukkan perbedaan :
– potensi (afinitas terhadap reseptor),
– kelarutan lemak (kemampuan menembus sawar darah otak dan redistribusi jaringan
perifer)
– farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme dan ekskresi).
▪ Kebanyakan benzodiazepin dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktif, dan
metabolit tsb mempunyai kecepatan eliminasi yang lebih rendah dibanding obatnya
(metabolit lebih lama berada di dalam tubuh)
▪ Karakteristik lain, durasi aksi obat berkaitan dengan konsentrasi obat dalam otak.
▪ Kadar obat dalam otak akan cepat meningkat dan juga cepat berkurang.
▪ Obat benzodiazepin terdistribusi dan tersembunyi di lemak tubuh, dan memungkinkan
obat belum dimetabolisme di hati dalam jangka waktu lebih lama. Hal ini menyebabkan
obat memiliki aksi yang cepat namun waktu paruh eliminasinya yang lama
▪ Hampir semua benzodiazepin larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein
plasma, sehingga keadaan hipoalbumin pada cirrhosis hepatis dan chronic renal disease
akan meningkatkan efek obat ini.
▪ Derivat benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau
fenotiazin. Kombinasi ini menimbulkan efek depresi yang berlebihan
Penggolongan benzodiazepin

Berdasarkan kecepatan metabolismenya, dapat dibedakan menjadi 3 kelompok :


a. Long acting
b. Short acting
c. Ultra short acting

Zat long-acting
▪ Long acting benzodiazepin dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi
metabolit aktif (sehingga memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali
menjadi oksazepam yang akhirnya dikonjugasi menjadi glukuronida tak aktif.
▪ Zat ini mudah melarut dan diekskresikan lewat urin
▪ Contoh : klordiazepoksid, diazepam, nitrazepam, dan flurazepam
Zat short-acting :
▪ Short acting benzodiazepin di metabolisme tanpa menghasilkan zat aktif, sehingga
waktu kerjanya tidak diperpanjang.
▪ Obat-obatan ini layak digunakan sebagai obat tidur karena tidak terakumulasi pada
penggunaan berulang dan jarang menimbulkan efek sisa (hang-over)
▪ Contoh : oksazepam, lorazepam, temazepam

Zat ultra-short acting


▪ Ultra short acting benzodiazepin memiliki lama kerja yang lebih pendek dari short
acting hanya kurang dari 5.5 jam.
▪ Resiko efek abstinensi dan rebound insomnia lebih besar → tidak boleh digunakan
lebih dari 2 minggu
▪ Contoh : triazolam, midazolam, estazolam
Efek samping benzodiazepin

▪ Pada permulaan terapi dapat terjadi efek samping, tetapi biasanya hilang dengan
sendirinya setelah beberapa waktu.
▪ Efek samping yang sering terjadi adalah :
– Rasa kantuk
– Ataksia (gangguan koordinasi pergerakan otot volunter)
– Letih-lesu
– Reaksi psikis (pikiran kacau, daya reaksi diperlambat)
– Pusing
– Nyeri kepala
– Mulut kering
– Rasa pahit di mulut
– Gangguan lambung-usus
– Penglihatan berganda karena otot mata mengendur
Efek samping penting benzodiazepin lain berupa :
a. Hangover :
– Reaksi akibat sisa-sisa metabolit di dalam darah dengan kerja panjang
– Gejalanya adalah termangu-mangu dan berkurangnya daya konsentrasi, daya
reaksi, kewaspadaan serta koordinasi antara mata dan tangan.
b. Amnesia retrograde
– Hilangnya ingatan (sementara) pada hal-hal yang terjadi, berkurangnya fungsi
belajar dan daya memahami sesuatu
– Dapat timbul pada obat long-acting (diazepam & flunitrazepam), triazolam,
midazolam dan lorazepam
c. Gejala paradoksal
– Eksitasi, gelisah, marah-marah, mudah terangsang dan kejang-kejang
– Dapat timbul pada nitrazepam, dan flurazepam
d. Toleransi dan ketergantungan
– Toleransi untuk efek hipnotis sudah timbul setelah 1-2 minggu
– Toleransi untuk efek ansiolitiknya baru terjadi setelah beberapa bulan dan bersifat lebih
ringan
e. Sindrom abstinensi (gejala penarikan)
– Pada penggunaan benzodiazepin, produksi senyawa endogen dari zat-zat yang mirip
benzodiazepin yang biasanya menempati reseptor di otak akan tertekan.
– Bila penggunaannya dihentikan mendadak, maka produksi endogen tidak dapat memenuhi
dengan sekaligus kekurangan yang terjadi sampai tingkat semula.
– Pada derivat short-acting, kadar plasma menurun lebih cepat dibandingkan senyawa efek
panjang, yang metabolit aktifnya masih bersirkulasi selama 3-5 hari. Akibatnya adalah timbul
efek penarikan (withdrawal effects) 1-5 hari setelah penghentian obat, tergantung pada besar
nya dosis dan jangka waktu penggunaan.
– Inilah sebabnya gejala abstinensi lebih mudah timbul pada obat short-acting
Gejala abstinensi :
▪ Berupa keluhan yang mirip sebelum obat diberikan, tetapi bersifat lebih kuat,
misalnya sukar tidur dengan bermimpi buruk, perasaan takut, cemas dan ketegangan
hebat
▪ Disamping rebound insomnia dapat juga terjadi gejala somatik ringan misalnya
berkeringat, gemetar, dan jantung berdebar
▪ Karena efek inilah pasien cenderung meneruskan medikasi tanpa bisa menghentikan
nya sehingga timbul ketergantungan
▪ Ada beberapa indikasi bahwa gejala abstinensi bersifat lebih hebat pada triazolam,
midazolam, lorazepam, dan flunitrazepam
Antagonis Benzodiazepin

▪ Antagonis khusus benzodiazepin yaitu flumazenil (Anexate ®)


▪ Khasiat :
– meniadakan efek sentral dari benzodiazepin dengan jalan mendesaknya secara
bersaingan dari reseptornya di otak
– obat ini juga bersifat antagonis terhadap daya kerja obat-obat lain yang
menstimulasi transmisi impuls GABAergik melalui reseptor benzodiazepin, misalnya
zopiklon
▪ Penggunaan flumazenil :
– Intoksikasi oleh benzodiazepin
– Mempersingkat efek benzodizepin setelah pembedahan selesai.
Buspirone

▪ Buspirone memiliki fungsi sebagai obat penenang dengan bertindak sebagai agonis
penuh pada reseptor 5-HT1a. Reseptor ini memiliki peran penting dalam mengatur
rasa cemas dan takut pada otak
▪ Mekanisme kerja buspirone tersebut dapat memengaruhi kadar senyawa tertentu,
terutama serotonin yang mungkin tidak seimbang dalam otak.
▪ Buspiron memperlihatkan farmakodinamik yang berbeda dengan benzodiazepin, yaitu
tidak memperlihatkan aktivitas GABA-ergik dan antikonvulsi, interaksi dengan obat
depresan SSP minimal.
▪ Buspirone digunakan sebagai pengobatan untuk gangguan kecemasan (ansietas dan
neurosis fobia).
▪ Obat ini juga digunakan sebagai pengobatan untuk gejala ansietas, seperti rasa takut,
tegang, mudah tersinggung, pusing, detak jantung berdebar kencang, dan gejala fisik
lainnya.
▪ Khasiat buspirone umumnya sebanding dengan golongan obat benzodiazepine,
seperti alprazolam, clorazepate, diazepam, dan lorazepam.
▪ Buspirone merupakan antiansietas efektif yang efek sedatifnya relatif ringan
▪ Resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil
▪ Obat ini tidak efektif pada panic disorder
▪ Buspirone diketahui tidak memiliki efek ansiolitik secara langsung.
▪ Efek obat biasanya dapat terlihat setelah 2 - 4 pekan pengobatan (10 – 15 hari). Hal
ini disebabkan karena onset kerja obat yang tertunda sehingga cocok diberikan
sebagai terapi perawatan dan bukan antiansietas untuk penggunaan akut.
▪ Buspirone perlu digunakan berulang selama beberapa hari bahkan minggu untuk
menghasilkan efek antiansietas.
Efek samping Buspirone

▪ Dizziness is a common side effect that occurs in over 10% of patients.


▪ According to FDA product labeling, the following reports of adverse events occurred in
1% to 10% of patients.
✓ Central nervous system (CNS): Abnormal dreams, ataxia, confusion, dizziness, drowsiness,
excitement, headache, nervousness, numbness, outbursts of anger, paresthesia
✓ Ophthalmic: Blurred vision
✓ Otic: Tinnitus
✓ Cardiovascular: Chest pain
✓ Respiratory: Nasal congestion
✓ Dermatologic: Diaphoresis, skin rash
✓ Gastrointestinal: Diarrhea, nausea, sore throat
✓ Neuromuscular and skeletal: Musculoskeletal pain, tremor, weakness
✓ Hepatic: isolated cases of serum enzyme elevations without jaundice
Dosis dan sediaan

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dengan komposisi buspirone hydrochloride atau
buspirone HCl 10 mg (Xiety)

Berikut dosisnya :
Anxiety disorder
✓ Dewasa dan lansia :
• Dosis awal: 5 mg diminum dua atau tiga kali sehari. Dosis secara bertahap dapat
ditingkatkan dengan peningkatan 5 mg pada interval 2-3 hari sampai efek
terapeutik optimal diperoleh
• Dosis pemeliharaan: 15 mg hingga 30 mg per hari diminum dosis terbagi.
• Dosis maksimal: 60 mg per hari.

✓ Anak-anak : buspirone tidak dianjurkan untuk anak-anak di bawah 18 tahun.


Pemilihan Obat

▪ Pemilihan obat antiansietas didasarkan pada pengalaman klinik, berat ringannya


penyakit serta tujuan khusus penggunaan obat ini
▪ Sebaiknya pengobatan antiansietas dimulai dengan obat paling efektif dengan sedikit
efek samping
▪ Penggunaan obat untuk ansietas hanya bersifat simptomatik dan merupakan tambahan
psikoterapi
▪ Dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan penderita dan jangan diberikan terus
menerus melainkan sebagai regimen terputus
▪ Secara kualitatif obat antiansietas memperlihatkan efek farmakologi yang sama
▪ Perbedaan dalam rumus kimia dapat menyebabkan perbedaan dalam segi
farmakokinetik, hal ini dipertimbangkan dalam hal memilih obat

Anda mungkin juga menyukai