Anda di halaman 1dari 12

Tuesday, September 8, 2009

Pengembangan Produk : Bentuk, Tahap dan Faktor yang Mempengaruhi


Pengembangan Produk

Bentuk Pengembangan Produk


Macam bentuk pengembangan produk yang perlu dikembangkan oleh perusahaan ada 3
macam Menurut Prawiramidjaya (1994:94) yaitu:

a. Initial Development
Suatu usaha penggunaan barang sehingga mempunyai tingkat penggunaan yang lebih tinggi
dari tingkat sebelumnya.
b. Improvement Development
Adalah setiap perubahan barang yang berakibat barang tersebut mampu memenuhi kebutuhan
konsumen atau merupakan perubahan suatu barang pada wujud atau bentuk yang lebih
disukai konsumen.
c. New Use Application
Adalah merupakan suatu penggunaan barang dengan cara meningkatkan guna barang
tersebut. Penggunaan barang dalam bermacam-macam variasi adalah merupakan ciri dalam
pengembangan produk.

Tahap-tahap dalam pengembangan Produk enurut Swastha (1997 : 184-186):


a. Tahap Penyaringan
Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia.
Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun
informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan,
para penyalur, langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis
Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.
c. Tahap Pengembangan
Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ide-ide tersebut
dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
d. Tahap Pengujian
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi:
1. Pengujian tentang konsep produk
2. Pengujian terhadap kesukaan konsumen
3. Penelitian laboratorium
4. Test penggunaan
5. Operasi pabrik percontohan
6. Tahap Komersialisasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru. Pada tahap
ini semua fasilitas telah disiapkan baik itu fasilitas produksi maupun fasilitas pemasaran.
Semua kegiatan harus saling bekerja sama meskipun mempunyai tujuan berbeda.

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan produk Menurut Swastha (1997 :


187):
1. Tidak stabilnya posisi persaingan
Dengan semakin banyaknya produk sejenis yang ditawarkan maka situasi persaingan semakin
tajam, apalagi para pengusaha sejenis yang telah memperbaiki produk untuk lebih
disesuaikan.
2. Munculnya persaingan
Suatu barang yang terjual dengan baik di pasaran dan dapat menghasilkan keuntungan, akan
mendorong pengusaha lain untuk memproduksi barang yang sedang laku tersebut bahkan
dengan kualitas yang lebih baik.
3. Banyaknya variasi penggunaan barang
Dengan makin banyaknya variasi penggunaan suatu produk maka hal ini akan mendorong
perusahaan untuk mengembangkan hasil produksinya, sehingga produk tersebut akan
mempunyai bermacam-macam kegunaan.
4. Pemanfaatan kapasitas produksi yang efektif
Faktor lain melaksanakan pengembangan produk adalah memanfaatkan kapasitas produksi,
karena pada umumnya perusahaan belum berproduksi pada kapasitas penuh.

Menurut George (1993 : 11) faktor eksternal yang kemungkinan besar paling menghambat
introduksi produk adalah meningkatnya biaya modal. Sudah jelas bahwa dana yang
dikeluarkan untuk membiayai kegagalan adalah uang yang lebih baik dibelanjakan untuk
mengembangkan dan memperkenalkan keberhasilan. Mengetahui penyebab kegagalan dapat
membantu menyaring usaha yang akan gagal sebelum terlanjur mengeluarkan terlalu banyak
dana dan waktu. Hal yang sangat bermanfaat untuk melihat bagaimana manajemen menilai
beberapa alasan keberhasilan dan kegagalan dalam usaha mencapai sasaran produk baru.
Seperti sudah dapat diperkirakan, alasannya adalah serupa, yaitu:
a. Riset pasar yang meramal ataupun tidak.
b. Penjadwalan waktu yang baik atau buruk.

Sedangkan menurut Kotler (1998 : 274) faktor-faktor yang turut dalam menghambat
pengembangan produk baru adalah:
a. Kekurangan gagasan produk baru yang penting di area tertentu (mungkin hanya tersisa
sedikit cara untuk memperbaiki beberapa produk dasar).
b. Pasar yang terbagi-bagi (persaingan ketat menyebabkan pasar terbagi-bagi).
Perusahaan harus mengarahkan produk baru mereka pada sekmen pasar yang lebih kecil, dan
hal ini berarti penjualan dan laba yang lebih rendah untuk tiap produk.
c. Kendala sosial dan pemerintah (produk baru harus memenuhi kriteria seperti keamanan
dan keseimbangan lingkungan).
d. Mahalnya proses pengembangan produk baru (suatu perusahaan umumnya harus
menciptakan banyak gagasan produk baru untuk menemukan hanya satu yang layak
dikembangkan).
e. Kekurangan modal (beberapa perusahaan dengan gagasan-gagasan baik tidak dapat
mengumpulkan dana yang diperlukan untuk melakukan riset).
f. Waktu pengembangan yang lebih singkat (banyak pesaing mungkin mendapatkan gagasan
yang sama pada saat yang sama, dan kemenangan sering diraih oleh yang paling gesit).
g. Siklus produk yang lebih singkat (ketika suatu produk baru berhasil, pesaing dengan cepat
menirunya).
http://www.jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/pengembangan-produk-bentuk-tahap-dan.html?
m=1
Pengembangan Produk
Posted by: Rifki Fahmi Posted date: March 22, 2012 In: Harga & Produk, Manajemen Pemasaran |
comment : 181

Produk menurut J. Stanton diartikan sebagai “…Is a set of tangible and tangible attributes,
including packaging, color, price, manufacturer’s prestige and manufacturer’s and retailer
which the buyer may accept as offering want-satisfaction” (W.J.Stanton, 1981:192).

(Produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud termasuk
didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual dan
pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima pembeli untuk memuaskan
keinginannya).

Philip Kotler menjelaskan “A product is anything that can be offered to a market to satisfy a
want or need, product that are marketed include physical goods, services, experiences,
events, persons, places, properties, organizations, informations and ideas” (Kotler :
200:234)

 Beberapa tingkatan produk.

Tingkatan produk bisa dilihat dari jenis dan nilai tambah produknya. Bisa juga dilihat dari
siklus kehidupan produk (product life cyle). Nilai tambah bisa meningkatkan kualitas produk
dalam persaingan. Persaingan produsen bukan sekedar dalam proses saja, tapi juga dalam hal
aspek tambahan yaitu pembungkus, service, iklan, pemberian kredit, pengiriman dan faktor
bisa meningkatkan kepuasan konsumen. Tingkatan produk sesuai dengan nilai tambahnya
Kotler membagi kedalam beberapa tingkatan :

1. Core benefit.

Keuntungan yang mendasar dari sesuatu yang dibeli oleh konsumen.seperti orang menginap
di hotel agar bisa tidur dan istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran agar bisa
makan enak, dsb.

2. Basic product.

Produk dasar yang harus dipenuhi dan harus dilengkapi dari keuntungan dasar. Dalam hal ini
core benefit berubah menjadi basic product. Agar tercapai kepuasan maka hotel harus
melengkapi menyediakan kamar, tempat tidur, toilet, Ac dan kebutuhan lainnya secara
lengkap.

3. Expected product

Konsumne memiliki harapan terhadap barang dan jasa yang telah dibelinya. Sehingga barang
yang dibeli harus yang terbaik, hotel yang bisa memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik
sehingga memberikan kepuasan maksimal.
4. Augmented product.

Suatu nilai tambah yang diluar apa yang dibayangkan oleh benak konsumen. Misalnya
dikamar ada TV kabel dengan chanell, SPA dan karaoke gratis, dll. Augmented produk ini
punya kelemahan yang bias digunakan sebgai alat persaingan. Bisa jadi augmented product
suatu waktu bisa menjadi expected product, karena konusmen telah terbiasa dengan
perlengkapan tambahan tersebut yang biayanya menjadi biaya tambahan sehingga harga jadi
mahal. Namun bisa juga dengan adanya augmented product biaya tidak terlalu mahal dengan
tujuan untuk memenangkan persiangan.

5. Potential product

Mencari nilai tambah produk yang lain untuk dimasa depan setelah konsumen menggunakan
produk dan jasa kita. Seperti pelayanan after sales, menawarkan discount member, dll

Dilihat dari siklus kehidupan produk maka sebuah produk akan mengalami tahapan-tahapan
yang niscaya akan dilalui kedalam lima tingkatan antara lain :

1. Tahap pengenalan produk (introduction)


2.  Tahap pengembangan (Growth)
3. Tahap kematangan (Maturity)
4. Tahap menurun (Decline)
5. Tahap ditingalkan (Abandonment)

Merek (brand) dan kemasan (Packaging)

Pemberian merek sangat penting untuk membantu kelancaran penjualan dan besar kecilnya
merek harus dipikirkan dengan matang jangan sampai menyimpang dari keadaan dan kualitas
serta kemampuan perusahaan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam pemberian merek adalah jaminan dari para pengusaha
terhadap konsumen bahwa barang yang dibeli benar-benar dari perusahaannya. Selain
sebagai pembuktian akan kualitas barang, mudah diingat dan disebut sehingga konsumen
dapat menyebutkan mereknya dan bisa meningkatkan ekuitas merek yang memungkinkan
memperoleh margin lebih tinggi, memberi kemudahan dalam mempertahnkan kesetiaan
konsumen. Serta memberi motivasi pada saluran distribusi, karena barang dengan merek
terkenal akan cepat laku dan mudah disalurkan dan penangananya.

Dalam Pengembangan produk tentu masalah merek dan kemasan sangat penting sekali
sehingga kita mengenal beberapa istilah yang berhubungan dengan merek :

1. Brand.

Philip kotler dan Garry Amstrong mendefinisikan : “Brand is name, term, sign, symbol or
design or a combination of these, intended to identify the goods or service of one seller or
group of sellers and to differentiate them from those of competitor”(Kotler & Garry,
1991:260). Aaker mendefisikan : “Brand is distinguishing nam or symbol such as a logo,
trademark or package design, intended to identify the goods or services of either one sellers
and to differentiate those goods or services from those competitor.”
Begitu juga American Marketing association (AMA) A Brand is name, term, sign, symbol
or design or combination of them, intended to identify the goods or services of one seller or
groups of seller and to differentiate them from those of competitor (2000:404)

Intinya Brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, symbol atau desain atau kombinasinya yang
bertujuan untuk mengidentifikasi barang dan jasa yang membedakan suatu produk dengan
produk saingan.

2. Brand name

Sedang istilah brand name adalah ”..Is that part of a brand which can be vocalized-the
unterable”. Nama cap adalah bagian dari cap yang dapat diucapkan, biasanya menunjukan
nama perusahaan atau institusi organisasinya. Seperti Honda, Telkom, dll.

3. Brand mark

Brand mark adalah bagian dari merek/cap yang dapat dikenal atau diketahui, tetapi tidak
dapat diucapkan, karena berupa simbol, lambang, logo, desain atau bentuk spesifik huruf atau
warna. (”A brand mark is that part of brand which can be recognized but is not unterabel,
such a symbol, design or distinctive coloring or lettering) Contoh : Gambar singa-MGM,
gambar stir-MercedezBenz.

4. Trademark

Begitu juga dengan Trademark bisa diartikan sebagai : ”…Is a brand or part of a brand that
is given legal protection, it protects the seller’s exclusive rights to use brand name or brand
mark. (Cap dagang ialah merek atau bagian dari merek yang memberikan perlindungan
hokum, melindungi hak-hak pemilik merek atau cap).

5. Brand image

David A. Aaker (1997:7) mengartikan image sebagai : ”…is the total impression of what
person or group people think and know about and object” Engel mendefinisikan “Imaginary
is a process by which sensory information and experiences are refresented in working
memory”. Kotler (1997:607) mengartikan sebagai “Image is the set of beliefs, ideas and
impressions that are person holds regarding an object. Peoples attitude and actions towards
an object are highly conditioned by that object’s image”.

Citra terbentuk dalam jangka waktu tertentu sebab merupakan sebuah akumulasi persepsi
terhadap suatu objek apa yang terpikirkan, diketahui dialami yang masuk kedalam memori
manusia berdasarkan masukan-masukan dari berbagai sumber sepanjang waktu.

6. Brand Equity.

Kotler & Amstrong (1999:glossary) Brand equity the value of a brand, based on the
ectent to which it has high brand loyalty, name awareness, perceived quality strong brand
associations and other asses suc as patents, trademarks an channel relationships.
Lynn B. Upshaw memberikan batasan bahwa :”Brand equiy is the total accumulated value
or worth of brand the tangible assets that the brand contributes to its corporate parent, both
financially and interest of selling leverage”

Artinya brand equity ialah nilai dari suatu merek didasarkan atas tingginya brand loyalty,
kesdaran, kualitas, kekuatan, adanya paen yang memberi kekuatan pada suatu merek, bisa
juga merupakan kumpulan dari adanya persepsi merek pada benak konsumen, mulai dari
adanya brand awareness-kesadaran merek, brand acceptability-penerimaan merek, brand
preference-pembeda merek yang melaihirkan brand priority-prioritas barang yang akan
dibeli dan akhirnya tumbuh brand loyalty-tidak mau berganti merek.

Kalau brand equity merupakan nilai konsumen terhadap merek kita, sedang brand identity
lebih merupakan seperangkat asosiasi merek yang digunakan oleh ahli strategi merek dan
janji kepada konsumen yang harus dipenuhi. Brand identity sebagai bagian dari brand equity.

Brand equity memberikan nilai melalui empat fase yaitu :

1. Dimensi kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan konsumen untuk


mengenali suatu produk atau seberapa kuat merek tertanam dalam ingatan konsumen.
Kesadaran merek ini tertanam dalam benak konsumen.menurut Aaker bergerak mulai dari
recognition=pengenalan, to recall = pengingatan, top of mind = puncak pikiran, unware of
brand = tidak menyadari merek.

2. Dimensi kesan kualitas (perceived quality).

Kesan konsumen terhadap kualitas bias memberikan penilaian positif dan negative yang
menghasilkan nilai. Barnes, (2001:104) ada 4 kesan seorang pelanggan terhadap produk yaitu
“Value is low price, the quality I get for price I pay or everyting I want in service and is all
that I get for all that I give” selain perusahaan bisa memberikan experiential dan emotional
brand sesuai dengan gaya hidupnya.

3. Dimensi asosiasi (brand association)

Untuk menanmkan sebuah asosiasi brand membutuhkan waku yang sangat lama melalui
periklanan dan promosi yang gencar sampai mencapai tahap kematangan produk salah
satunya produk menjadi marketing leader. Coba apa yang anda pikirkan tentang produk
Sanyo, odol, orson, aspirin, cellopane, nylon, Xerox,dll. Sanyo identik dengan pompa,
padahal sanyo bukan hanya memproduksi pompa saja tapi alat elektronik yang lainnya. Atau
aqua sudah menjadikan produk untuk brand asosiciation untuk air galonan.

4. Dimensi loyalitas (brand & customer loyalty)

Setelah melali proses diatas kesan yang kuat mealu pengalaman dan penanaman emotional
brand akan melahirkan brand loyalty yang berlanjut pada customer loyalty. Jill Griffin
(2002:5) mengartikan “a customer has a specific bias about what to buy and from whom.
Two important conditions associated with loyalty are customer retention and total share of
customer. Many companies operate under the false impression that a retained customer is
automatically a loyal customer”. Lebih lanjut Griffin mengartikan “loyalty is defined as non-
random purchase expressed over time by some decision-making unit”.
Ciri-ciri konsumen yang loyal terhadap produk kita dapat dilihat konsumen melakukan
pembelian ulang secara teratur, juga membeli produk lain yang ditawarkan penjual,
merkomendasikan teman-temannya untuk membeli produk yang sama ketempat sama dan
mereka tidak mudah beralih ke produk lain.

Hermawan karta jaya menkelompokan para konsmen dilihat tingkat loyalitasnya kedalam
lima kelompok :

 Terorist customer yaitu mereka yang seperti bermusuhan dengan perusahaan karena suka
mengungkapkan cerita tidak bai tentang perusahaan.
 Trasactional customer yaitu mereka berhubungan hanya sebatas transaki saja.
 Relationship customer yaitu mereka yang telah melakukan repeat buying.
 Loyal customer yaitu konsumen yang selalu setia dengan perusahaan walaupun orang lain
mneceritakan keburukan perusahaan tersebut.
 Advocator customer, inilah pelanggan istimewa dan excellent.

Jill Griffin (2002:219) dalam bukunya “customer loyalty” menyatakan ada 12 hukum loyalty
yaitu :

1. Build staff loyalty, konsumen akan senang dengan staf yang dekat dengannya yang penuh
pengertian.
2. Practice the 80/20 rule artinya 80 % pendapatan lembaga bisa datang dari 20% konsumen.
3. Know your loyalty stages and ensure your customer are moving through them, lembaga
harus selalu memperbaiki tingkat loyalitsnya sehingga konsumen bias dibentuk makin lama
loyal.
4. Serve first, sell second, utamakan pelayanan, penjualan belakangan karena penjualan adalah
sebagai hasil dari layanan yang baik.
5. Aggresivelly seek out customer complaints, cari dan teliti secara aktif apa sebenarnya yang
dikeluhkan oleh langganan.
6. Get responsive and stay that way, harus responsif dan pertahankan sikap tersebut.
7. Know your customer’s definitions of value, pahami danc ari nilai-nilai apa yang diharapkan
oleh konsumen.
8. Win back lost customers, dekati dan wawancara konsumen yang lari, kenapa mereka
berpindah, shingga mereka bias ditark kembali.
9. Use multiple channels to serve the same customer well, Konsumen biasanya memperoleh
pelayaan dari berbagai personil.
10. Give your front line the skills to perform, karyawan berdiri digaris depan dan memayani
konsumen harus trampil dan professional.
11.  Collaborate with your channel patners, gunakan chanel yang bisa dimanfaatkan oleh
lembaga penjualan.
12. Store your data in one centralized database. Kepuasan konsumen kunci utama biar
konsumen loyal pada produk kita.

Sumber pustaka :

David A. Aaker, 2001. Strategic Market Management, John wiley & Sons, Inc, New
York.
Hermawan Kartajaya. 2002, Mark Plus on Strategy, Gramedia, Jakarta.
Hermawan Kartajaya. 2007, Marketing in Venus, Gramedia, Jakarta.
Hermawan Kartajaya. 2003, Martha Tilaar, Marketing in Venus, Pt Matina Berto Jakarta.
James G. Barne. 2003. Secret of Customer Relationship Management, McGrawHill.
Jame F Angel .1994, Prilaku konsumen, Nina Aksara , Jakarta.
Jill Griffin .2002. Customer Loyalty, How to Earn It, How to Keep It, Joosey Bass. Lynn B.
Upshaw. 1999. Merek sebagai Aset Perusahaan, Jurnal Pasca Sarjana Unpad Bandung.
Phlip Kotler & garry Amstrong, 1999. Priciples of Marketing, Prentice Hall
International, Inc.
Phlip Kotler, 2000. Marketing Management, Prentice Hall International, Inc.
William J. Stanton. 1993. Prinsip Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

http://rifkifahmi.com/2012/03/pengembangan-produk/

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi keinginan
atau kebutuhan . Segala sesuatu yang termasuk ke dalamnya adalah barang berwujud, jasa,
events, tempat, organisasi, ide atau pun kombinasi antara hal-hal yang baru saja disebutkan.
Siswanto Sutojo mengemukakan bahwa (2005:78)ada beberapa faktor penting yang wajib
diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk mereka.
Faktor pertama adalah strategi pemilihan segmen pasar yang pernah mereka tentukan
sebelumnya. Adapun faktor kedua adalah pengertian tentng hakekat produk di mata pembeli.
Faktor ketiga adalah strategi produk pada tingkat kombinasi produk secara individual, pada
tingkat seri produk dan pada tingkat kombinasi produk secara keseluruhan. Adapun faktor
keempat adalah titik berat strategi pemasaran pada tiap tahap siklus kehidupan produk.

Berdasarkan fungsinya produk dibedakan menjadi tiga level. Level pertama adalah core
product yaitu suatu produk yang fungsinya merupakan alasan dasar konsumen untuk
membelinya. Contoh sederhana dari core product adalah pakaian, fungsinya dasarnya untuk
melindungi tubuh manusia. Actual product adalah fitur-fitur yang ada pada produk untuk
menambah nilainya. Misal desain yang menarik, nama merk, dan kemasan. Augmented
product adalah tambahan manfaat-manfaat yang tidak terpikirkan oleh konsumen tapi akan
memberi kepuasan bagi mereka, seperti garansi.

Produk juga digolongkan berdasarkan tujuan konsumen membeli barang secara umum.
Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan sendiri disebut consumer product.
Produk yang dibeli oleh konsumen untuk kepentingan organisasi atau bisnisnya disebut
business atau industria product. Produk bisnis bisa dikatakan sebagai produk yang dibeli
untuk dijual lagi.

Consumer product dibedakan menjadi empat yaitu : convinience product,shopping product,


dan specialty product. Convinience product adalah produk yang sering dibeli langsung,
harganya rendah, biasanya kegiatan promosi dilakukan melalui mass advertising. Shopping
product adalah produk sekunder yang harganya lebih mahal daripada convenience product.
Produk jenis ini digunakan untuk memenuhi kkebutuhan sekunder manusia. Dalam proses
pembeliannya, orang memerlukan waktu untuk membandingkan baik dengan cara survey
maupun tes. Unsought product adalah produk yang sering tidak terpikir untuk dibeli
konsumen, contohnya asuransi, tanah kuburan, dan ensiklopedi.
Barang industrial dibagi menjadi tiga golongan yaitu bahan baku dan bahan pembantu, bahan
pendukung, dan barang modal.

Dari berbagai faktor yang diperhatikan perusahaan dalam menyusun strategi produk tingkat
produk individual, tiga diantaranya perlu mendapat perhatian khusus. Ketiga faktor tersebut
adalah atribut produk, penggunaan merek dagang, dan kemasan .

Sebagian bear perusahaan menghasilkan lebih dari satu seri produk. Tiap seri produk. Tiap
seri produk seringkali terdiri lebih dari satu jenis produk. Sayangnya tidak semua seri dan
jenis produk memberikan sumbangan hasil penjualan dan keuntungan yang sama.Oleh karena
itu, pengelolaan tiap seri dan jenis produk juga tidak sama. Kapasitas produk menyumbang
keuntungan ditentukan oleh jumlah satuan produk yang terjual tiap masa tertentu dan
besarnya contribution margin. Contribution margin adalah selisih antara harga jual per satuan
produk dan biaya variabelnya .

Karena berbagai macam alasan perusahaan dapat memutuskan memperluas usaha bisnisnya.
Upaya perluasan bisnis tersebut dapt dilakukan dengan memproduksi produk baru dengan
mutu, bentuk, ukuran dan harga yang lebih rendah dari produk lama. Strategi menambah jenis
produk baru seperti ini disebut downward stretching yaitu memproduksi produk yang mutu,
bentuk dan harganya lebih tinggi dari produk lama. Di samping itu perusahaan juga dapat
memperluas usahanya dengan jalan product line-filling, yaitu menambah jenis produk bau
pada seri-seri produk yang sudah berjalan .

Hal lain yang wajib diperhatikan perusahaan dalam menyusun produk adalah adanya
kenyataan bahwa setiap jenis produk mempunyai siklus kehidupan yang terdiri dari empat
tahap. Keempat, tahap pertumbuhan, tahap kematangan dan tahap penurunan. Masing-masing
tahap siklus kehidupan produk memerlukan strategi pemasaran yang berbeda.

Sumber:
http://id.shvoong.com/business-management/marketing/1911804-definisi-produk/

siklus Kehidupan Produk (Product Life Cycle)

Siklus Kehidupan Produk adalah siklus hidup suatu produk dengan tahapan-tahapan


proses perjalanan hidupnya mulai dari peluncuran awal (soft
launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari target awal, lalu
mulai berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk yang sejenis, hingga
melewati persaingan dan kompetisi produk sehingga memiliki tingkat penerimaan/
penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar.
Berikut ini adalah gambar Siklus Kehidupan Produk :
erikut ini adalah karakter dari masing-masing tahapan :

I.  Tahap Perkenalan (Introduction)

 Penjualan lambat
 Promosi besar
 Belum ada laba (laba negatif)
 Pasaing sedikit
 Biaya tinggi

II. Tahap Pertumbuhan (Growth)

 Laba meningkat
 Produk diterima di pasar 
 Penjualan menanjak
 Pesaing meningkat
 Biaya moderat

III. Tahap Kematangan (Maturity)

 Penjualan meningkat
 Laba meningkat
 Promosi meningkat
 Adanya diversifikasi produk
 Pesaing stabil

IV. Tahap Keusangan

 Penjualan menurun
 Laba menurun
 Pailit atau bangkrut
 Pesaing berkurang
 Biaya rendah   

Leader Product

Suatu produk dapat dikatakan sebagai Leader Product  apabila sedang berada


pada tahap kematangan (maturity). Pada saat itu penjualan sedang meningkat,
laba dan promosi pun meningkat, ada diversifikasi produk, serta jumlah pesaing
stabil.
Contoh produk yang termasuk leader product seperti indomie, aqua, dan rinso.

Diversifikasi Product

Diversifikasi Produk adalah upaya yang dilakukan pengusaha/produsen/perusahaan


untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan
produk yang sudah dipasarkan sebelumnya.

Sebuah perusahaan perlu melakukan diversifikasi produk untuk meningkatkan


volume penjualan yang dapat dilakukan oleh perusahaan terutama jika perusahaan
tersebut telah berada dalam tahap kedewasaan. Dengan diversifikasi produk, suatu
perusahaan tidak akan bergantung pada satu jenis produknya saja. Tetapi
perusahaan juga dapat mengandalkan jenis produk lainnya (produk diversifikasi).
Karena jika salah satu jenis produknya tengah mengalami penurunan, maka akan
dapat teratasi dengan produk jenis lainnya. Di sisi lain sejumlah perusahaan
melakukan diversifikasi usaha guna mengantisipasi ancaman krisis yang muncul. 

Perusahaan yang melakukan diversifikasi produk adalah perusahaan yang memiliki


beberapa unit bisnis atau anak perusahaan . Usaha yang dilakukan untuk
memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan
sebelumnya agar produknya lebih  tahan lama, serta perusahaannya dapat
memenuhi selera konsumen, memperluas pasar, dan meningkatkan nilai tambah
perusahaan. Dalam diversifikasi produk dibutuhkan kreatifitas (yang terpenting
dapat menciptakan ide-ide baru), inovasi, modal, dan promosi.

Sumber :
Teguh Budiarto, Dasar Pemasaran, Universitas Gunadarma, Jakarta 1993.
http://sharlitasara.blogspot.com/2011/01/tugas-9.html

Menurut Simamora dalam Sinta (2004), produk baru merupakan barang dan jasa yang pada
dasarnya berbeda dari yang telah dipasarkan sebelumnya oleh perusahaan. Pengembangan
produk baru (new product development) adalah proses pencarian gagasan untuk barang dan
jasa baru dan mengkonversikannya ke dalam tambahan lini produk  yang berhasil secara
komersial.

Produk baru mencakup dari produk baru di dunia (new-to-the-world products) yang
menciptakan pasar yang baru, pengembangan minor pada produk, maupun revisi pada produk
yang ada (Kotler, 2009). Booz, Allen & Hamilton dalam Kotler (2000) mengidentifikasi
bahwa terdapat enam kategori produk baru, yaitu:

(1) produk baru dengan penciptaan pasar yang baru (new to the world products),

(2) produk baru dengan pertama kali memasuki pasar yang sudah ada untuk produk semacam
(new product lines),

(3) produk baru hasil modifikasi produk lama (additions to existing product lines),

(4) produk baru untuk menggantikan produk yang ada untuk meningkatkan kinerja dan nilai
(improvements and revisions to existing products),
(5) produk yang ada yang ditargetkan untuk pasar baru atau segmen baru (repositionings),

(6) produk baru dengan harga lebih rendah (cost reductions).

Menurut Cooper (2001), dua kategori produk baru yang paling populer di kalangan
perusahaan adalah lini produk baru (new product lines) dan perbaikan pada produk yang
sudah ada (improvements in revisions to existing products). Produk yang baru bagi dunia
(new products to the world) dan lini produk baru bagi perusahaan (new product lines) hanya
berkontribusi 30% dari semua produk yang dipasarkan, tetapi merepresentasikan 60%
sebagai produk yang dipandang paling berhasil.

Gambar 1. Kategori Produk Baru

Sumber: Cooper, 2001

Dari berbagai macam jenis produk baru tersebut tentu sebagai tujuan akhirnya adalah
dipergunakannya produk tersebut oleh konsumen. Semakin banyak dan semakin seringnya
produk tersebut digunakan tentunya juga akan menunjukkan berhasilnya penyebaran
informasi yang berkaitan dengan produk baru tersebut.

penulis : nengsih

http://kasusmanajemen.wordpress.com/2011/09/02/pengertian-produk-baru-dan-kriteria-produk-
baru/

Anda mungkin juga menyukai