Anda di halaman 1dari 64

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS PSIKOLOGI

HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN SMARTPHONE ADDICTION PADA


IBU RUMAH TANGGA

Disusun Oleh :

Nama : Monica Tiara Diny


NPM : 13519826
Jurusan : Psikologi
Pembimbing : Indria Hapsari M.Si M. Psi., Psikolog

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar


Sarjana Strata Satu (S1)

JAKARTA
2023

1
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Monica Tiara Diny


NPM : 13519826
Judul Skripsi : HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN
SMARTPHONE ADDICTION PADA IBU RUMAH
TANGGA
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Tanggal Sidang :
Tangggal Lulus :

Menyatakan bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya sendiri dan dapat
dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam bentuk
apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan adalah
tanggung jawab penulis, bukan Universitas Gunadarma.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh
kesadaran.

Jakarta, 18 Juli 2023

(Monica Tiara Diny)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
KOMISI PEMBIMBING

NO. NAMA KEDUDUKAN


1. Indria Hapsari, M.Si., M.Psi., Psikolog

Tanggal Sidang:

PANITIA UJIAN

NO. NAMA KEDUDUKAN

Tanggal Lulus:

Mengetahui,

Pembimbing Bagian Sidang Ujian

(Indria Hapsari, M.Si., M.Psi., Psikolog) (.............)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulisan ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai, serta tidak lupa juga saya

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. E. S. Margianti, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Gunadarma.

2. Prof. Suryadi Harmanto, S.Si., M.M.S.I., selaku wakil Rektor II Universitas

Gunadarma.

3. Dr. Edi Sukirman, S.Si., M.M., selaku Kepala Bagian Sidang Sarjana

Universitas Gunadarma.

4. Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma.

5. Dr. Ira Puspitawati, M.Si., Psikolog, selaku Ketua Program Studi Psikologi

Universitas Gunadarma.

6. Indria Hapsari, S.Psi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas waktu, tenaga, dan

bimbingan yang telah diberikan.

7. Untuk ayah sama ibu yang selalu memberikan semangat dan do’a serta

dukungan baik secara moral maupun material. Buat ibu yang selalu dukung aku

dalam hal apapun aku saying banget sama ibu love you bu.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu proses pengumpulan data maupun

pihak lainnya yang telah mendukung hingga penulisan ilmiah ini selesai.

9. Untuk teman-teman yang selalu bantu dalam hal apapun terutama untuk Lesta

dila dan Nadila yang selalu ngerjain skripsi bareng berjuang sama- sama

iv
makasih banyak ya buat waktu kalian, semoga kita bertemu di petualangan

berikutnya ya hehehehe.

10. Untuk mpot makasih sakit yang menginspirasi dan buat semangat

mewujudkan semuanya meskipun nangis di pojok kosan tapi aku ada temen-

temen yang bantu semua ini sampe di titik ini.

11. Untuk diri sendiri terimakasih sudah selalu kuat dalam segala benturan dan

terjangan ombak kamu keren, kamu hebat, kamu sangat berharga,d an layak di

miliki siapapun.

Dan harapan penulis semoga penulisan ilmiah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya, dan dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi pada penulisan ilmiah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Jakarta, 18 Juli 2023

(Monica Tiara Diny)

v
HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN SMARTPHONE ADDICTION
PADA IBU RUMAH TANGGA

Monica Tiara Diny


13519826
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Di era globalisasi saat ini mayarakat Indonesia memiliki smartphone atau ponsel.
Pengguna smartphone meningkat karena berbagai fitur aplikasi memberikan banyak
kemudahan bagi penggunanya. Pengguna smartphone salah satunya ibu rumah tangga.
Kesibukan terhadap media sosial membuat menghilangkan kejenuhan di rumah bahkan
dapat membuat ibu rumah tangga lupa waktu. Hal tersebut membut ibu rumah tangga
jauh lebih peka pada sesuatu yang terjadi dengan smartphone yang dibawa dari pada
lingkungan sekitarnya, yang kemudian hal tersebut akan menjadi sebuah masalah bagi
penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah tangga. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Bandar Lampung dengan rentang
usia 12-19 tahun. Metode pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik
insidental sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif
antara self esteem dengan smartphone addiction Ibu Rumah Tangga. Ibu Rumah Tangga
yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone
addiction yang tinggi, sedangkan ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang
tinggi akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang rendah

Kata Kunci : Addiction, Ibu Rumah Tangga, Self-esteem, Smartphone.

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI.........................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL....................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................XI
A. Latar Belakang Masalah XI
B. TUJUAN PENELITIAN XV
C. MANFAAT PENELITIAN XV
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................XVI
A. Smartphone Addiction XVI
1. Definisi Smartphone Addiction XVI
2. Aspek-aspek Smartphone Addiction XVI
3. Faktor – faktor yang Mempengruhi Smartphone Addiction XVIII
4. Dampak – Dampak Smartphone Addiction XX
B. Self-Esteem XX
1. Definisi Self esteem XX
2. Aspek-aspek Self esteem XXI
3. Karakteristik Self esteem XXIV
4. Faktor Yang Mempengaruhi Self-esteem XXV
C. Hubungan Antara Self-Esteem dengan Smartphone Addiction XXVI
D. Hipotesis XXVIII
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................XXIX
A. Identifikasi variabel penelitian XXIX
B. Definisi Oprasional Variabel-variabel Penelitian XXIX
1. Smartphone Addiction XXIX
2. Self Esteem XXIX
C. Populasi dan metode pengambilan sampel XXX
D. Teknik Pengumpulan data XXX
1. Skala Smarthphone Addiction XXXI
2. Skala Self-Esteem XXXII
E. Uji Validitas, Daya Diskriminasi Item, dan Uji Reliabilitas XXXII
1. Uji Validitas XXXII

vii
2. Uji Daya Diskriminasi Aitem XXXIII
3. Uji Reliabilitas XXXIII
F. Teknik Analisis Data XXXIV
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................XXXV
A. Persiapan Penelitian XXXV
B. Pelaksanaan Penelitian XXXV
C. Hasil Penelitian XXXVI
1. Skala smartphone addiction XXXVI
2. Skala Self Esteem XXXVII
3. Uji Asumsi XXXVIII
4. Uji Lineritas XXXIX
5. Uji Hipotesis XXXIX
6. Perhitungan Mean Empirik, Mean Hipotetik, dan Standar Deviasi Hipotetik XL
1) Smarphone Addiction XL
2) Self-Esteem XLII
7. Deskripsi Responden Berdasarkan Data Demografis XLIV
D. Pembahasan LI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................LVII
A. Kesimpulan LVII
B. Saran LVII
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................LIX

vii
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengkategorian Skala smartphone addiction............................................................51
Gambar 2. Pengkategorian Skala Self esteem............................................................................52

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Smartphone Addiction Setelah Uji daya Diskriminasi...............43
Tabel 2. Reliabilitas Skala Skala Smartphone Addiction...........................................................44
Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Self Esteem Uji Daya Diskriminasi............................................45
Tabel 4. Reliabilitas Skala Self Esteem......................................................................................45
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem..................46
Tabel 6. Hasil Uji Linearitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem...................46
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Correlations...................................................................................47
Tabel 8. Mean Empirik dan Standar Deviasi Empirik................................................................47
Tabel 9. Kategorisasi Smartphone Addiction.............................................................................48
Tabel 10. Kategorisasi Self-Esteem............................................................................................49
Tabel 11. Analisis Deskriptif Kategori Usia...............................................................................51
Tabel 12 Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal................................................53
Tabel 13. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal...............................................54
Tabel 14. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Lama Pernikahan.............................................54
Tabel 15. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Penghasilan Suami..........................................55
Tabel 16. Mean Empirik Kategori Pengeluaran Rumah Tangga................................................56
Tabel 17. Mean Empirik Kategori Lama Menggunakan Smartphone.........................................56
Tabel 18. Mean Empirik Kategori Jenis Penggunaan Smartphone.............................................57
Tabel 19. Mean Empirik Kategori Jumlah Kepemilikan Smartphone........................................58

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi saat ini mayarakat Indonesia memiliki smartphone atau ponsel.
Menurut data kemenfo (2015), penduduk indonesia berjumlah 250 juta jiwa ditahun
2018 jumlah pengguna. Pengguna smartphone meningkat karena berbagai fitur aplikasi
memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya menurut Thomas J dan Misty E,
smartphone merupakan telepon yang menyediakan fungsi asisten personal serta fasilitas
internet connecting yang bisa menghubungkan pengguna dengan dunia maya seperti
melalui media sosial dan lain-lain. Yang melalui media sosial ini, manusia bisa
berinteraksi dengan banyak orang sekaligus. Pengguna smartphone salah satunya ibu
rumah tangga.
Menurut pendapat Walker dan Thompson (2011) ibu rumah tangga adalah
wanita yang telah menikah dan tidak bekerja, menghabiskan sebagian waktunya untuk
mengurus rumah tangga dan mau tidak mau setiap hari akan menjumpai suasana yang
sama serta tugas–tugas rutin. Pernyataan diatas menyatakan bahwa ibu rumah tangga
menghabiskan waktunya di rumah hal ini dapat membuat ibu rumah tangga merasa
jenuh bahkan bosan. Tidak jarang ibu rumah tangga jika menggukan smarphone dengan
adanya fitur-fitur dalam smartphone membuat seseorang lebih asik dan sibuk dengan
fitur-fitur yang terdapat pada smartphone tersebut.
Kesibukan terhadap media sosial membuat menghilangkan kejenuhan di rumah
bahkan dapat membuat ibu rumah tangga lupa waktu. Hal tersebut membut ibu rumah
tangga jauh lebih peka pada sesuatu yang terjadi dengan smartphone yang dibawa dari
pada lingkungan sekitarnya, yang kemudian hal tersebut akan menjadi sebuah masalah
bagi penggunanya (Salehan & Neghaban, 2013). Smartphone memiliki banyak dampak
bagi penggunanya termasuk bagi ibu rumah tangga yang sudah terdampak oleh
smartphone hingga ketergantungan. Ibu rumah tangga tidak bisa kalau tidak ada
smartphone ibu

XI
rumah tangga sibuk dan banyak terpengaruh medsos seperti facebook ,youtube, histagram
dan media sosial lainnya. Semua kesibukan itu menimbulkan pengaruh yaitu ibu rumah
tangga akan lupa dengan aktivitas yang seharusnya mengurus rumah atau anaknya akan
terkendala hanya karna melihat beranda sosial media, status dan komentari postingan
orang lain. Akibat pengaruh smartphone ini bisa menimbulkan berbagai masalah yaitu,
anak-anak kurang diperhatikan, dan bahkan uang belanja juga habis untuk beli paket
internet.
Selain itu menghancurkan keharmonisasian keluarga perceraian dalam rumah
tangga diawali oleh konflik yang terjadi dalam rumah tangga tersebut. Salah satu
masalah dalam terjadinya konflik dikarenakan kurang adanya kontrol emosi dalam
penyelesaian masalah suami-istri, dan suami-istri yang terlena dengan aktivitasnya
masing-masing (Dildar, Stwat,& Yasin, 2013). Belakangan ini bukan hanya aktivitas
diluar rumah yang memicu konflik dalam rumah tangga, namun juga aktivitas di dalam
rumah seperti menggunakan smartphone.
Smartphone merupakan ponsel dengan fitur canggih dan memiliki fungsi lain
selain untuk melakukan panggilan telepon dan mengirim pesan teks. Smartphone dapat
menyediakan akses informasi yang terkoneksi internet, mengirim dan menerima email,
mengakses aplikasi media sosial serta smartphone juga dilengkapi dengan kemampuan
mengambil foto, bermain game, memutar dan merekam audio atau video, dan lain-lain
(Bisen, 2016). Dengan adanya fitur canggih di dalam smartphone membuat
penggunanya selalu menggunakan smartphone, membawanya kemanapun pergi bias
jauh dengan smartphonennya, serta menggunakannya dalam durasi lama bahkan
melebihi batas penggunaan smartphone. Durasi ideal menggunakan smartphone 2-4 jam
perharinya diatas 2-4 jam akan memicu terjadinya kecanduan smartphone atau
Smartphone addiction.
Menurut Kwon et al (2013). Smartphone addiction pada pengguna smartphone
adalah suatu bentuk keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang
memungkinkan terjadinya masalah sosial seperti halnya menarik diri dan kesulitan
dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri
seseorang. Dampak dari perkembangan teknologi itu sendiri adalah banyaknya tindak
kejahatan, efek radiasi, kecanduan, mengganggu perkembangan, termasuk merusak
sikap dan perilaku ibu rumah tangga.
Orang yang mengalami smartphone addiction tidak melakukan aktivitas fisik
yang banyak. Kebanyakan orang yang mengalami smarphone addiction adalah orang
yang memiliki tingkat self esteem yang rendah (Sing, Chopra & Kaur, 2014). Hal
tersebut karena individu dengan self esteem yang rendah biasanya membutuhkan
dukungan penuh dari orang lain (Kurcaburun, 2014). Self-esteem adalah penelitian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa beberapa jauh perilaku
memenuhi ideal dirinya (Stuart dan Sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan self-esteem yang rendah. Self-
esteem diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan
mencintai penghargaan dari orang lain (Keliat, 1994). Biasanya self-esteem yang rendah
rentan mengganggu ibu rumah tangga dan lansia. Kebanyakan orang yang mengalami
smartphone addiction adalah orang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah
(Singh, Chopra dan Kaur, 2014). Hal tersebut dapat terjadi karena individu dengan self-
esteem yang rendah biasanya membutuhkan dukungan penuh dari teman atau orang lain
supaya individu dapat merasa lebih dihargai (Kurcaburun, 2016), akan tetapi individu
merasa kesulitan untuk melakukan interaksi sosial secara langsung (Akashe, Zamani
dan Abedini, 2014).
Seseorang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan menjadi kurang
percaya diri, perasaan gagal dan memiliki kepribadian yang lebih rentan untuk
mengalami kecanduan (Aydin dan Sari, 2011). Smartphone membantu mereka untuk
tetap bisa terhubung dengan orang lain tanpa harus merasakan sakit secara psikologis
dan emosional. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem rendah juga
menjadikan smartphone sebagai pelarian diri dari segala hal yang membuat
mereka tidak nyaman dan tertekan (Albarashdi, Boazza, Jabur dan Al- Zubaidi,
2016).
Self-esteem yang rendah mempengaruhi masalah penggunaan smartphone pada
seseorang (Bianchi dan Phillips, 2005). Individu yang memiliki self-esteem tinggi lebih
menyukai untuk melakukan komunikasi langsung (face-to-face) sedangkan individu
yang memiliki self-esteem yang rendah lebih memilih melakukan komunikasi melalui
SMS, e-mail atau media sosial lainnya (Joinson, 2004). Waktu yang dihabiskan di
media sosial, jumlah panggilan telepon yang dilakukan, dan jumlah pesan yang
dikirimkan mempengaruhi seseorang untuk mengalami smartphone addiction (Robert,
Yaya dan Maholis, 2014).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction. Penelitian yang dilakukan oleh Lee,
Sung, Song, Lee, (2016) pada 490 ibu rumah tangga di Korea Selatan menunjukkan
bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif dengan pengguna smartphone addiction,
yang berarti bahwa semakin tinggi self-esteem ibu rumah tangga maka akan semakin
rendah risiko ibu rumah tangga untuk mengalami kecanduan smartphone. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Hong, Chiu dan Huang (2012) juga menunjukkan
bahwa self-esteem yang rendah dapat menyebabkan smartphone addiction pada
seseorang.
Self-esteem merupakan salah satu prediktor terkuat dari terjadinya smartphone
addiction (Ehrenberg, Juckes, White dan Wals, 2008). Selanjutnya, pada penelitian Park
dan Lee (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan
pengguna smartphone addiction. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem
yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan
ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat
smartphone addiction yang rendah.
Berdasarkan fenomena dan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat
diketahui bahwa self-esteem memiliki peranan dalam terjadinya smartphone addiction
pada pengguna serta penelitian ini penting supaya peneliti mengetahui apakah terdapat
hubungan antara self-esteem dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah
tangga?
B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan self-esteem


dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah tangga.

C. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan


ilmu psikologi khususnya psikologi sosial terutama mengenai hubungan self-esteem
dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah tangga.

2. Manfaat Praktis

a. Subjek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan juga kesadaran


kepada ibu rumah tangga mengenai hubungan antara self- esteem dengan smartphone
addiction pada ibu rumah tangga untuk meng- hindari rasa kepercayaan diri yang
rendah dan mengurangi terdampak dari smartphone addiction.

b. Masyarakat umum

Menyadarkan masyarakat khususnya ibu rumah tangga agar dapat


memperhatikan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan
keluarga, agar keluarga dapat merasakan kedekatan, kelekatan, keamanan satu sama
lain. Agar tingkat self-esteem ibu rumah tangga tinggi dan terjauh dari smartphone
addiction yang juga menjadi salah satu faktor terjadinya rendahnya tingkat kepercayaan
atau self-esteem pada ibu rumah tangga.

c. Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian


selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Smartphone Addiction

1. Definisi Smartphone Addiction

Smartphone addiction adalah sebagai perilaku keterikatan terhadap smartphone


yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri, dan kesulitan
dalam performa aktivitas sehari-hari atau ganggunan kontrol impuls terhadap diri
seseorang (Song, Lee, Won, Park, 2013). Smartphone addiction adalah salah satu
kecanduan yang memiliki resiko lebih ringan dari alkohol ataupun kecanduan dari obat-
obatan (Chiu, 2014).Kecanduan smartphone merupakan gangguan kontrol pada hasrat
atau keinginan untuk menggunakan smartphone dan ketidakmampuan individu untuk
mengontrol waktu penggunaan smartphone itu sendiri sehingga menimbulkan perasaan
cemas dan gangguan hubungan sosial (Freeman, 2008).Smartphone Addiction sebagai
pengguna smartphone yang tidak terkendali dan berlebihan, memunculkan gejala
penarikan ketika kontril di coba, dan terus menggunakan smartphone meskipun sadar
akan konsekuensinya (Kamibeppu, sugiura, 2005). Sedangka Darnine (2016)
menjelaskan smartphone addiction adalah perilaku pengguna ponsel secara berlebihan
dan tidak dapat melakukan sesuatu tanpa smartphone dan akan merasa sangat kesulitan
tanpa smarphone.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, kecenderungan smartphone addiction
adalah suatu perilaku yang mengarah pada penggunaan smartphone secara berlebihan
yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri, kesulitan
dalam performa aktivitas sehari-hari atau gangguan kontrol impuls terhadap diri
seseorang.

2. Aspek-aspek Smartphone Addiction

Ada beberapa indikator yang menjelaskan tentang perilaku smartphone addiction


(Song, Lee, Won, Park, 2013), yaitu:

XVI
XVII

a. Daily life distrubance

Aktivitas sehari-hari terganggu seperti kehilangan waktu untuk pekerjaan yang


telah direncanakan, mengalami kesulitan berkonsentrasi di kelas atau saat bekerja,
mudah merasa pusing dan penglihatan mulai kabur, sakit di pergelangan tangan atau di
bagian belakang leher, dan gangguan tidur.

b. Positive anticipation

Ketergantungan seperti merasa bersemangat saat menggunakan smartphone


sehingga dapat menyingkirkan stres, merasa hampa jika tidak bisa menggunakan
smartphone.

c. Withdrawal

Penarikan diri. Dalam hal ini, individu merasa cemas dan merasa kehilangan,
tidak sabar, dan mudah resah. Individu juga akan memiliki perasaan amat berat jika
tanpa smartphone, terus menerus memegang smartphone meskipun tidak digunakan
serta tidak pernah meninggalkan untuk menggunakan smartphone. Individu tersebut
juga menjadi kesal ketika ada gangguan saat menggunakan smartphone.

d. Cyberspace-oriented relationship:

Memilih berinteraksi menggunakan smartphone. Dalam hal ini adalah


berhubungan dengan perasaan 16 individu yang merasa hubungan seseorang dengan
temannya akan lebih dekat melalui smartphone daripada hubungan dengan temannya
secara nyata. Individu akan mengalami perasaan kehilangan yang tidak terkendali saat
tidak bisa menggunakan smartphone dan terus menerus memeriksa smartphone-nya.

e. Overuse

Penggunaan secara berlebihan artinya ketidakmampuan seseorang untuk


mengontrol penggunaan smartphone. Seseorang lebih memilih mencari tahu dengan
menggunakan smartphone daripada bertanya atau meminta bantuan kepada orang lain.
Orang tersebut juga selalu mempersiapkan charger ponsel serta merasakan dorongan
untuk menggunakan smartphone lagi setelah berhenti untuk menggunakannya.
XVIII

f. Tolerance

Toleransi yang dimaksudkan dengan meningkatkan penggunaan sesuai dengan


yang diinginkan meskipun tahu bahwa perilaku tersebut menyebabkan masalah untuk
diri sendiri dan orang lain, selalu mencoba untuk mengontrol penggunaan smartphone
namun hal tersebut selalu gagal.

3. Faktor – faktor yang Mempengruhi Smartphone Addiction

Beberapa faktor yang mempengaruhi smartphone addiction


(Yuwanto, 2010) meliputi:

a. Faktor situasional

Faktor ini termasuk faktor yang mengarah ke penggunaan smartphone sebagai


sarana pengalihan stres ketika menghadapi situasi yang tidak nyaman, seperti saat
mengalami kesedihan, tidak ada kegiatan saat waktu luang, kecemasan dan mengalami
kejenuhan belajar (Yuwanto, 2010). Adanya kecenderungan smartphone addiction
adalah sebagai salah satu alasan untuk pengalihan rasa stres pada diri seorang individu
dikalangan ibu rumah tangga karena tidak adanya kontrol diri yang kuat terhadap
pemakaian smartphone sehingga menjadi awal mula terjadinya ketergantungan akan alat
komunikasi tersebut (Chiu, 2014).

b. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang menggambarkan karakteristik individu,


seperti tingkat sensation seeking yang tinggi, self-esteem yang rendah dan kontrol diri
yang rendah. Sensation seeking merupakan kecenderungan individu melakukan
aktivitas yang bersifat tidak monoton untuk mencari pengalaman baru. Individu dengan
tingkat sensation seeking yang tinggi cenderung mudah mengalami kebosanan ketika
melakukan aktivitas yang monoton, sehingga individu tersebut perlu pemuasan
psikologis untuk mengurangi kebosanan. Self-esteem adalah kepercayaan diri individu
terhdap dirinya sendiri, individu dengan self esteem yang rendah mengevaluasi dirinya
negatif dan merasa dirinya memiliki banyak kekurangan serta merasa tidak aman ketika
berinteraksi dengan orang lain.
XIX

Ketika individu dengan self esteem rendah mendapatkan keamanan dan


kepuasan secara psikologis makan ia cenderung akan menggunakan ponsel untuk
berkomunikasi daripada tatap muka. Seseorang yang memiliki tingkat self-esteem yang
rendah akan menjadi kurang percaya diri, kehilangan kontrol diri, perasaan gagal dan
memiliki kepribadian yang lebih rentan untuk mengalami kecanduan (Aydin dan Sari,
2011).

c. Faktor sosial

Faktor sosial terdiri atas faktor penyebab sebagai sarana interaksi dengan orang
lain. Faktor ini termasuk mandatory behavior dan connected presence yang tinggi.
Mandatory behaviour merupakan perilaku untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi
yang distimulasi oleh orang lain sedangkan connected presence merupakan perilaku
interaksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri. Kemunculan smartphone
membuat banyak kalangan lebih asik dan sibuk dengan fitur pada alat tersebut serta
lebih menyukai interaksi melalui smartphone (Karuniawan dan Cahyanti, 2013).
Sehingga apabila hal tersebut tidak terkontrol maka dapat menimbulkan kecanduan.

d. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, meliputi
tingginya paparan media tentang smartphone dan fasilitas yang dimiliki smartphone
tersebut. Pemaparan media tentang smartphone baik dalam bentuk iklan, promo atau
info pameran smartphone terbaru dapat di akses atau dilihat oleh ibu rumah tangga
kapanpun dan dimanapun (Agusta, 2016). Oleh karena itu pemaparan media yang tinggi
terbukti berpengaruh pada faktor eksternal penyebab kecanduan smartphone.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang


mempengaruhi kecenderungan smartphone addiction menurut Yuwanto (2010) meliputi
faktor situasional yang terdiri dari (stres akademik, saat mengalami kesedihan, tidak ada
kegiatan saat waktu luang, kecemasan, dan mengalami kejenuhan belajar), faktor
internal yang terdiri (sensation seeking yang tinggi, self- esteem yang rendah, dan
kontrol diri yang rendah), faktor sosial yang terdiri dari (mandatory behavior dan
connected presence yang tinggi), dan faktor eksternal yang terdiri dari (paparan media
XX

tentang smartphone dan fasilitas yang dimiliki smartphone).

4. Dampak – Dampak Smartphone Addiction

Beberapa dampak yang diakibatkan oleh perilaku smartphone addiction


(Yuwanto, 2010) sebagai berikut:
a. Keuangan atau finansial penggunaan telepon genggam dengan berbagai
fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon genggam (operator)
tentunya diiringi dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memanfaatkan
fasilitas yang digunakan.
b. Psikologis misalnya merasa tidak nyaman atau gelisah atau cemas ketika
tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam atau smartphone.
c. Fisik Seperti gangguan tidur atau pola tidur berubah, penglihatan yang mulai
kabur,sering pusing dan sebagainya.
d. Relasi sosial yaitu individu terisolasi dari orang lain atau kurangnya kontak
fisik secara langsung antara individu dengan orang lain.
e. Performa akademis atau pekerjaan yakni individu akan merasa sering
kekurangan waktu dalam mengerjakan sesuatu yang penting dengan kata lain
berkurangnya produktivitas seseorang sehingga menganggu performa
akademis atau pekerjaannya.
f. Hukum yaitu keinginan untuk menggunakan smartphone yang tidak
terkontrol menyebabkan seseorang akan menggunakan smartphone saat mengemudi
atau saat berjalan kaki. Hal tersebut dapat membahayakan bagi diri sendiri dan orang
lain.

B. Self-Esteem

1. Definisi Self esteem

Menurut Rosernberg (Mruk, 2006), self esteem merupakan sikap seseorang


berdasarkan persepsi tentang bagaimana ia menghargai dan menilai dirinya sendiri
secara keseluruhan, yang berupa sikap positif atau negatif terhadap dirinya. Selain itu,
Mruk (2006) mengatakan bahwa self esteem yaitu sebagai suatu rangkaian sikap
individu tentang apa yang dipikirkan mengenai dirinya berdasarkan persepsi perasaan,
XXI

yaitu suatu perasaan tentang keberhargaan dan kepuasan dirinya. Berbeda dengan yang
diungkapkan oleh Rosenberg & Murk, Heatherton dan Polivy (1991) mengatakan
bahwa self esteem merupakan penilaian pribadi tentang keberhargaan yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku yang ditunjukkan pada dirinya sendiri.
Selain itu, Coopersmith (1959) menyatakan bahwa self esteem merupakan
evaluasi individu dan kebiasaan memandang dirinya sendiri, yang mengarah pada
penerimaan atau penolakan, serta keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki, atau dengan kata lain self esteem merupakan penilaian personal mengenai
perasaan berharga yang diungkapkan dalam sikap dan ekspresi kelayakan individu
terhadap dirinya Pendapat lain diungkapkan oleh Klass & Hodge (1978) yang
mengatakan bahwa self esteem adalah hasil dari evaluasi yang dibuat dan dipertahankan
oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungannya serta
penerimaan penghargaan dan perlakuan dari orang lain terhadap individu tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa self esteem
adalah penilaian individu tentang bagaimana ia menghargai dan menilai dirinya sendiri
secara keseluruhan, yang berupa sikap positif atau negatif terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan dirinya dan bagaimana seseorang tersebut bertindak.

2. Aspek-aspek Self esteem

Terdapat empat aspek dalam self-esteem individu. Aspek-aspek tersebut


meliputi power, significance, virtue, dan competence (Coopersmith, 1967).

a. Kekuatan

Kekuatan atau power menunjukkan akan adanya kemampuan seseorang untuk


dapat mengatur dan mengontrol tingkah laku dan mendapat pengakuan atas tingkah laku
tersebut dari orang lain. Kekuatan dinyatakan dengan pengakuan dan penghormatan
yang diterima seorang individu dari orang lain dan adanya kualitas atas pendapat yang
diutarakan oleh seorang individu yang nantinya diakui oleh orang lain.

b. Keberartian

Keberartian atau significance menunjukkan kepedulian, perhatian, afeksi dan


XXII

ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang menunjukkan adanya
penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan sosial. Penerimaan dari
lingkungan ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan dan
adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan menyukai individu
sesuai dengan keadaan diri yang sebenarnya.

c. Kebajikan

Kebajikan atau virtue menunjukkan suatu ketaatan untuk mengikuti standar


moral dan etika serta agama dimana individu akan menjauhi tingkah laku yang harus di
hindari dan melakukan tingkah laku yang di izinkan oleh moral, etika dan agama.
Dianggap memiliki sikap yang positif dan akhirnya membuat penilaian positif terhadap
diri yang artinya seseorang telah mengembangkan self- esteem yang positif pada dirinya
sendiri.
Kemampuan atau competence menunjukan sustu performasi yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi (need of achievement) yang mana level dan
tugas-tugas tersebut tergantung pada variasi usia seseorang. Self- esteem pada masa ibu
rumah tangga meningkat menjadi lebih tinggi bila ibu rumah tangga tahu apa tugas-
tugas yang penting untuk mencapai tujuannya, dan karena mereka telah melakukan
tugas-tugasnya tersebut atau tugas lain yang serupa.
Para peneliti juga menemukan bahwa self-esteem ibu rumah tangga dapat
meningkatkan saat ibu rumah tangga menghadapi masalah dan mampu menghadapinya
(Santrock, 2003). Self-esteem dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:

a) Familiy support (dukungan keluarga)


b) Competition (kompetisi)
c) Appearance (penampilan)
d) God’s Love (anugerah tuhan)
e) Academic competence (kompetensi akademik)
f) Virtue (nilai moral)
g) Approval from others (penghargaan dari orang lain)
XXIII

Individu dapat memiliki berbagai persepsi yang berbeda mengenai dirinya dalam
berbagai aspek, seperti hubungan sosial, kemampuan akademik, atau penampilan fisik
yang akan membawa pada penerimaan yang luas terhadap diri sebagai objek yang
multidimensional (Crocker, Wolfe, Lun, 2000).Individu dapat mengalami peningkatan
self- esteem karena adanya kesuksesan dalam aspek yang bersangkutan, sementara
kegagalan dapat menimbulkan penurunan self-esteem (Hill, 2006). Terdapat empat
aspek self- esteem (Heatheron dan Polivy, 1991) yang meliputi:

a. Performance Self-esteem

mengacu pada kompetensi umum termasuk kecakapan intelektual, prestasi di


sekolah, kapasitas yang berkaitan dengan diri, dan keberhasilan. Individu yang memiliki
self-esteem tinggi adalah individu yang percaya bahwa mereka pandai dan mampu.

b. Social Self-esteem

mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai persepsi orang lain terhadap


dirinya, dalam hal ini mengenai penerimaan lingkungan soaial terhadap diri individu.
Dukungan emosional dan penghargaan sosial dari orang lain juga memiliki kekuatan
tersendiri dalam mempengaruhi self-esteem (Santrock, 2002). Beberapa ibu rumah
tangga yang memiliki self-esteem yang rendah biasanya berasal dari keluarga yang
mengalami konflik, kondisi dimana mereka mengalami pelecehan atau ditolak dan
dukungan tidak mereka dapatkan.

c. Physical Self-esteem

Mengacu pada bagaimana individu mengandung tubuh fisiknya, termasuk


penampilan yang menarik dan citra tubuh. Penampilan diri yang tidak menarik
membuat individu menjadi rendah diri. Tiap cacat fisik merupakan sumber memalukan
dan mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan
penilaian yang menyenangkan terhadap citra kepribadian dan menambah dukungan
sosial (Hurlock, 1990). Penampilan fisik dan penerimaan sosial atau teman sebaya
memiliki korelasi yang lebih kuat terhadap self-esteem secara global (Santrock, 2003).
XXIV

3. Karakteristik Self esteem

Menurut Coopersmith (1998) menemukan bahwa dalam perkembangannya self-


esteem terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Karakteristik Self-esteem Tinggi

Individu dengan harga diri yang tinggi lebih tegas, mandiri, dan kreatif. Individu
tersebut juga kurang suka menerima definisi sosial mengenai realita kecuali individu
tersebut menyampaikan dengan pengamatan sendiri, dimana lebih fleksibel dan
imaginatif, dan mampu untuk menemukan solusi orisinil terhadap suatu masalah
(Coopersmith, 1998).
Individu dengan self-esteem tinggi cenderung puas dengan karakter dan
kemampuan diri. Individu dengan self-esteem tinggi lebih bahagia dan lebih efektif
dalam menghadapi tuntutan lingkungan dari pada individu dengan self-esteem rendah.
Tidak bermasalah dengan rasa takut dan perasaan yang saling bertentangan, tidak
terbebani dengan keraguan diri, dan gangguan kepribadian, individu dengan self-esteem
yang tinggi terlihat bergerak secara langsung dan realistis untuk tujuan pribadinya.

b. Karakteristik Self-esteem Rendah

Individu dengan harga diri yang rendah memiliki rasa kurang percaya diri dalam
menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya. Kurangnya percaya diri tersebut
dapat membuat individu tidak mampu untuk mengekspresikan diri dalam lingkungan
sosialnya. Individu tersebut kurang mampu untuk melawan tekanan untuk
menyesuaikan diri dan kurang mampu untuk merasakan stimulus yang mengancam.
Individu tersebut menarik diri dari orang lain dan memiliki perasaan tertekan secara
terus menerus (Coopersmith, 1998). Individu ini merasa inferior, takut atau malu,
membenci dirinya, kurang mampu menerima dirinya, dan bersikap patuh atau submissif.
Individu dengan self-esteem rendah menunjukan level kecemasan yang lebih tinggi, dan
lebih banyak menunjukan simtom psikosomatis dan perasaan depresi.
Individu dengan self-esteem yang cenderung rendah mencari bukti bahwa
dirinya kurang memiliki kecakapan, sedangkan individu yang memiliki self- esteem
yang tinggi memotivasi diri untuk menemukan bukti yang memperkuat semangat pada
XXV

diri sendiri. Individu yang telah berhasil menampilkan diri akan mengatribusika hasil
kesuksesan pada karakteristik internalnya, sedangkan individu dengan self-esteem yang
rendah cenderung mendistribusikan kesuksesan mereka pada pengaruh eksternal.
Berdasarkan uraian diatas, karakteristik self-esteem tinggi merupakan individu
yang lebih puas dengan karakter dan kemampuan diri sehingga merasa lebih bahagia
dan lebih efektif dalam menghadapi tuntutan lingkungan karena tidak
mempermasalahkan rasa takut dan perasaan yang saling bertentangan, tidak terbebani
dengan keraguan diri, gangguan kepribadian, dan bergerak secara langsung dan realistis
untuk tujuan pribadinya.
Karakteristik self-esteem rendah merupakan individu yang merasa inferior, takut
atau malu, membenci dirinya, kurang mampu menerima dirinya, dan bersikap patuh
atau submissif. Individu dengan self-esteem rendah menunjukan level kecemasan yang
lebih tinggi, dan lebih banyak menunjukan simtom psikosomatis dan perasaan depresi.
Individu dengan self-esteem yang cenderung rendah mencari bukti bahwa dirinya
kurang memiliki kecakapan. Pada penelitian kali ini, peneliti mengacu pada aspek yang
dikemukakan oleh Coopersmith (1967).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Self-esteem

Monks (2004) menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi


harga diri seseorang, diantaranya:

1. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak.Perlakuan


adil dari orang tua, pemberian kesempatan untuk aktif dan pendidikan yang demokratis
di dapat pada anak yang memiliki harga diri yang tinggi.

2. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial tempat individu mempengaruhi bagi pembentukan harga


diri.Individu mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai individu dengan
lingkungannya. Kehilangan kasih sayang, penghinaan, dan dijauhi teman sebayaakan
menurunkan harga diri. Sebaliknya pengalaman, keberhasilan, persahabatan, dan
XXVI

kemasyuran akan meningkatkan harga diri.

3. Faktor psikologis

Penerimaan diri akan mengarahkan individu mampu menentukan arah dirinya


pada saat mulai memasuki hidup bermasyarakat sebagai anggota masyarakat yang
sudah dewasa.

4. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam pola pikir,


cara berpikir, dan bertindak antara laki-laki dan perempuan. ibu rumah tangga memiliki
harga diri lebih tinggi ketika mereka menampilkan secara kompeten pada bagian-bagian
penting untuk diri. Dari penjabaran di atas faktor-faktor yang mempengaruhi self-
esteem adalah lingkungan keluarga, lingkungan sosial, faktor psikologis, serta jenis
kelamin.

C. Hubungan Antara Self-Esteem dengan Smartphone Addiction

Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki
anak. Ibu rumah tangga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengurus keluarga
dan kebutuhan-kebutuhan rumah lainnya. Salah satu contoh dari perkembangan era
teknologi modern adalah dengan munculnya smartphone. Kemunculan smartphone
membuat seseorang lebih asik dan sibuk dengan fitur-fitur yang terdapat pada
smartphone tersebut. Kesibukan terhadap media sosial membuat ibu-ibu tak kenal
waktu (Dwijayannti, 1999).
Rendahnya rasa percaya diri pada ibu rumah tangga menyebabkan rasa tidak
nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Namun, ada sebagian ibu rumah
tangga ketika memiliki rasa percaya diri yang rendah dapat menimbulkan banyak
masalah seperti depresi, bunuh diri, anoreksia nervose, delinkuensi, dan masalah
penyesuaian diri lainnya. ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri tinggi, tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan, percaya dengan kemampuan diri sendiri, mudah
berinteraksi dengan lingkungannya dan menjadi diri sendiri (Hakim, 2002). Sebaliknya,
ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengucilkan
XXVII

dirinya bahkan merasa bahwa ia dikucilkan oleh lingkungan sehingga memudahkan


individu mengalami frustasi. Selain itu, ibu rumah tangga yang merasa dirinya
dikucilkan akan mengalihkan dirinya pada sesuatu yang membuat ia merasa nyaman.
Pengalihan ibu rumah tangga yang kurang percaya diri biasanya akan mengalihkan
dirinya pada smartphone miliknya.
Saat ini rata-rata ibu rumah tangga lebih sering menggunakan smartphone
miliknya. Hal tersebut dapat membuat ibu rumah tangga mengalami addiction terhadap
smartphone. ibu rumah tangga yang memiliki self-esteem yang rendah memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami smartphone addiction karena mereka
akan menggunakan smartphone dalam waktu yang lebih lama dibandingkan ibu rumah
tangga yang memiliki tingkat self-esteem yang tinggi (Ehrenberg, 2008). ibu rumah
tangga yang memiliki self-esteem yang tinggi hanya menghabiskan sedikit waktu untuk
menggunakan smartphone yaitu hanya untuk mencapai tujuannya, sedangkan ibu rumah
tangga dengan self-esteem rendah memperlihatkan penggunaan smartphone yang lebih
lama (Leung, 2007). ibu rumah tangga yang memiliki konsep diri negatif dapat
mengubah hidup mereka dengan smartphone, karena melalui smartphone mereka dapat
mengeluarkan emosinya dengan baik dan smartphone dapat memberikan mereka
kenyamanan (Yang, Yen, Ko, Cheng & Yen, 2010). Smartphone memiliki fungsi yang
memungkinkan ibu rumah tangga untuk menghindari komunikasi langsung dengan
orang lain tetapi pada saat yang sama smartphone dapat meningkatkan keanggotaan
mereka dalam kelompok sosial secara virtual.
Selanjutnya smartphone juga memiliki fungsi lain yang memungkinkan ibu
rumah tangga untuk menikmati berbagai jenis hiburan seperti games yang dapat
membantu mereka keluar dari situasi yang tidak nyaman. Selain itu, smartphone juga
dapat memberikan informasi yang mereka butuhkan dengan menggunakan internet
melalui smartphone nya (Albarashdi, 2016). Berbeda dengan ibu rumah tangga yang
memiliki self-esteem rendah, ibu rumah tangga yang mempunyai tingkat self-esteem
yang tinggi biasanya lebih menikmati lingkungan pergaulan sosialnya, dan mereka
hanya menggunakan ponsel dalam waktu yang singkat yaitu untuk mengirim pesan atau
hanya untuk mencapai tujuan mereka (Dlodlo, 2014).
XXVIII

Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem tinggi memiliki


kemampuan dan nilai- nilai positif dalam dirinya yang bisa mencegah kecanduan yang
memungkinkan mereka menciptakan serta mewujudkan target dan tujuan hidupnya
(Zhang, Mei, Li, Chai, Li & Du, 2015). Prevalensi smartphone addiction terbanyak
terjadi pada ibu rumah tangga berumur 15-16 tahun (Haug, 2015). Penggunaan
smartphone berlebihan dapat menyebabkan depresi, kecemasan dan penurunan kualitas
tidur pada penggunanya sehingga penggunaan smartphone berlebihan dapat membuat
ibu rumah tangga mudah gelisah ketika jauh dari smartphone miliknya (Demirci, 2015).
Smartphone addiction berasal dari orang yang kurang percaya diri dan sulit menjalin
hubungan sosial dengan orang lain dan merasa bahwa mereka perlu terus menerus
melakukan kontak dengan yang lainnya (Sings, 2014). Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan bahwa ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan
mengalami smartphone addiction

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat hubungan negatif antara Self Esteem dengan Smartphone Addiction pada Ibu
Rumah Tangga. Ibu Runah Tangga yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan
menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan ibu rumah tangga
dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat smartphone addiction
yang rendah.
XXIX

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi variabel penelitian

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel
terikat (kriterium variabel) atau yang biasanya disebut dengan variabel Y dan variabel
bebas (prediktor variabel) atau yang biasanya disebut dengan variabel X. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel terikat : Smartphone Addiction (Y)


b. Variabel bebas : Self-esteem (X)

B. Definisi Oprasional Variabel-variabel Penelitian

1. Smartphone Addiction

Istilah smartphone addiction adalah sebagai perilaku keterikatan terhadap


smartphone yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri,
dan kesulitan dalam performa aktivitas sehari-hari atau ganggunan kontrol impuls
terhadap diri seseorang (Song, Lee, Won, dan Park 2013). Dalam penelitian ini, variable
smartphone addiction di ukur dengan penggunaan aspek-aspek dari Song, Lee, Won,
dan Park (2013), yaitu daily-life disturbance positif anticiptation, withdrawal,
cyberspace-oriented relationship, overuse, tolerance.

2. Self Esteem

Self-esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya yang
diungkapkan dalam suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju, dan menunjukkan
sejauh mana individu tersebut meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu,
penting, dan berharga (Coopersmith, 1987). Dalam penelitian ini, variable self esteem di
ukur dengan penggunaan aspek-aspek dari Coopersmith (1987), yaitu, kekuatan,
keberanian, kebijakan, kopetensi.

XXIX
XXX

C. Populasi dan metode pengambilan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
memiliki jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh remaja di Bandar Lampung dengan rentang usia 12-19 tahun. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik insidental sampling yang
terdapat di Non- Probability Sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan
bahwa siapa saja boleh menjadi sampel dalam penelitian ini jikalau memenuhi kriteria
dari penelitan yang dilakukan (Sugiyono, 2016).

D. Teknik Pengumpulan data

Adapun pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam


penelitian ini adalah kuesioner atau biasa disebut dengan angket. Angket merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar
dan tersebar di wilayah yang luas (Sugiyono, 2018). Analisis data adalah proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar dengan demikian maka data-data yang lebih mudah dibaca dan
disimpulkan (Moleong, 2002). Data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara
formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis seperti yang disarankan dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis (Taylor, 1975). Jika
dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data
sedangkan yang kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data.

XXX
XXXI

1. Skala Smarthphone Addiction

Dalam pengumpulan data Smarthphone Addiction dalam penelitian ini, peneliti


menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari Smarthphone Addiction Scale (SAS) yang
dikembangkan oleh Known, Lee (2013). Yaitu Daily-life disturbance, Positif
Anticiptation, Withdrawal, Cyberspace-oriented relationship, Overuse, Tolerance.
Berikut tabel penelitian pada skala Smarthphone Addiction.
Tabel 3.1
Penelitian item Skala Smarthphone Addiction.

Jumlah Jawaban Keterangan Favorabel Nilai Unfavorabel

Sangat Tidak
STS 1 4
Setuju
TS Tidak Setuju 2 3
SS Sangat Setuju 3 2
S Setuju 4 1

Penilaian aitem skala Smartphone Addiction berada pada rentang 1-4 dimana
bobot penilaian untuk skor item favorable yaitu setuju (S) = 4, sangat setuju (SS) = 3,
tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Sebaliknya untuk skor item
unfavorable yaitu setuju (S) = 1, sangat setuju (SS) = 2, tidak setuju (TS) = 3, sangat
tidak sesuai (STS) = 4
Tabel 3.2

Blue Print Skala Smarthphone Addiction


Aspek-Aspek
No No Aitem Total Aitem
Smartphone Addiction
Favorable Unfavorabel
1 Daily-life disturbance 1,3,4,5,6 5
2 Positif Anticiptation 6,7,8,9,10,11,12,13 8
3 Withdrawal 14,15,16,17,18,19 6
Cyberspace-oriented
4 20,21,22,23,24,25,26 7
relationship
5 Overuse 27,28,29,30 4
6 Tolerance 31,32,33 3
Total 33 33
XXXII

2. Skala Self-Esteem

Dalam penelitian ini variabel Self-Esteem diukur berdasarkan aspek-aspek


menurut (Coopersmith, 1967). Yaitu, Power, Significance, Virlue dan Competence.
Tabel 3.3
Penelitian item Skala Skala Self Esteem

Julah Jawaban Keterangan Favorabel Nilai Unfavorabel

Sangat Tidak
STS 1 4
Setuju
TS Tidak Setuju 2 3
SS Sangat Setuju 3 2
S Setuju 4 1

Penilaian aitem skala Skala Self Esteem berada pada rentang rentang 1-4 dimana
bobot penilaian untuk skor item favorable yaitu setuju (S) = 4, sangat setuju (SS) = 3,
tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Sebaliknya untuk skor item
unfavorable yaitu setuju (S) = 1, sangat setuju (SS) = 2, tidak setuju (TS) = 3, sangat
tidak sesuai (STS) = 4
Tabel 3.4
Blue print Skala Self Esteem
No Aspek-Aspek Sekf No Aitem Total Aitem
Esteem Favorabel unfavorabel
1 Penghargaann diri 3,4,7 6,9 5

2 Penerimaan diri 1,10 2,8,5 5


Total 5 5 10

E. Uji Validitas, Daya Diskriminasi Item, dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas atau yang berasal dari kata validity merupakan seberapa akurasinya
suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukuran (Azwar, 2019). Validitas
merupakan suatu keaslian yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
XXXIII

mengukur sesuatu yang ingin di ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono
2015). Menurut Azwar (2019), terdapat tipe dalam tiga katagori, yaitu validitas isi
(content validity), validitas kontrak (construct validity), serta validitas berdasarkan
kriteria (criterion-related validity).Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi
untuk pengujian terhadap kelayakan isi tes berdasarkan analisis rasional atau
melalui expert judgement (Azwar, 2019).

2. Uji Daya Diskriminasi Aitem

Menurut Azwar (2015) daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan
cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor
skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasiaitem-total.
Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya
digunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal
0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang koefisien korelasinya kurang dari
0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar,
2015).
3. Uji Reliabilitas

Reliabilitas atau berasal dari kata reliability merupakan suatu pengukuran yang
dapat menghasilkan data dengan memiliki tingkat reliabilitas tinggi yang biasa disebut
dengan reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2010). Suatu instrumen yang berkualitas baik adalah instrumen yang reliabel.
Dilakukannya uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui ketetapan suatu alat ukur di
dalam mengukur gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.
XXXIV

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan analisis Alpha cronbach.


Menurut Azwar (2019), koefisien dalam reliabilitas di angka dengan rentang 0,00
hingga 1,00, yang artinya semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka
semakin tinggi reliabitasnya atau reliabel, sebaliknya jika semakin dekat dengan 0,00
maka semakin rendah reliabilitasnya. Menurut Azwar (2012) standar Uji reliabilitas
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan Teknik Alpha Cronbach, dengan
nilai Alpha lebih dari 0,70 maka reliabilitas tinggi, dan jika nilai Alpha kurang dari 0,70
maka reliabilitas rendah.

F. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan uji korelasi


Product Moment Pearson, yaitu menguji hubungan antara Self esteem sebagai variabel
prediktor (X) dengan Smartphone addictions ebagai variabel kriterium (Y). Analisis
data dibantu dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science
(SPSS)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan dalam ini adalah menentukan subajek atau sampel
penelitian, yaitu ibu rumah tangga dengan minimal 1 tahun berumah tangga, memiliki
smartphone. Kemudian peneliti menentukan alat ukur atau skala peneliti yang akan
digunakan dan telah didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari smartphone addiction dan skala self
esteem. Pada persiapan alat ukur, peneliti mengadaptasi skala smartphone addiction
memodifikasi skala Known, Lee (2013), yang tersusun atas enam aspek yaitu daily life
distrubance, positive anticipation, withdrawal, cyberspace-oriented relationship,
overuse, tolerance.
Pada persiapan alat ukur, peneliti mengadaptasi skala self esteem dari Rosenberg
(1965) yang tersusun atas dua aspek yaitu penghargaan diri dan penerimaan diri.Pada
skala self esteem dan smartphone addiction, peneliti mengadaptasi dan memodifikasi
yaitu dengan mengubah beberapa kalimat yang sulit untuk dipahami menjadi kalimay
yang mudah dipahami dengan mendiskusikan kepada expert judgement. Dalam hal ini
yang menjadi expert judgement rujukan penelitian adalah dosen pembimbing. Setelah
merancang penyusunan alat ukur kuesioner online menggunakan bantuan Google Form.
Dalam kuesioner online yang ada di dalam google form, terdapat kolom perstujuan
pengerjaan kuesioner, identitas responden, kata pengantar, petunjuk pengerjaan
kuesioner. Selanjutnya pada skala smartphone addiction terdapat 22 item yang semua
item bersifat favorable, pada skala self esteem terdapat 8 item 4 item favorable dan 4
item unfavorable.

B. Pelaksanaan Penelitian

Peneliti ini peneliti melakukan penyabaran kuesioner menggunakan google


form. Penelitian melakukan uji coba (try out) sebanyak 30 orang ibu rumah tangga di
lakukan pada tanggal 21 juni 2023 sampai dengan 24 juni 2023 serta disebra luaskan
melalui media sosial. Setelah melakukan uji coba pada alat ukur, peneliti kemudia
menyebar ulang kembali data yang dilaksanakan pada tanggal 05 juli 2023 sampai
XXXVI

dengan 12 juli 2023 kepada 110 ibu rumah tangga yang tersebar di beberapa wilayah
di Indonesia.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan terdiri dari hasil uji validitas, hasil uji daya
diskriminasi aitem, hasil uji reliabelitas, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesis, dan data
demografis.

1. Skala smartphone addiction


a. Uji Validitas

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengoreksian kata dan kalimat pada
setiap aitem pada skala Smartphone Addiiction. Pengoreksian dilakukan untuk
memastikan bahwa aitem-aitem yang digunakan telah sesuai dengan isi yang
dikehendaki dan apakah telah sesuai dengan subjek penelitian. Semua aitem yang telah
dimodifikasi peneliti diajukan kepada dosen pembimbing dan terdapat revisi, sehingga
ada perbaikan kembali terhadap skala penelitian.

b. Daya Diskriminasi Aitem

Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan, maka diperoleh
hasil bahwa seluruh aitem pada skala Smartphone Addiiction berjumlah 33 aitem
dinyatakan memiliki 11 nilai diskriminasi aitem yang buruk. Koefisien korelasi pada
seluruh aitem berkisar antara 0,016-0,777. Sebaran aitem Smartphone Addiiction dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.
Sebaran Aitem Skala Smartphone Addiction Setelah Uji daya Diskriminasi
Aspek-Aspek Smartphone Total
No No Aitem
Addiction Aitem
Favorable Unfavorabele
1*,3*,4,5,6
1 Daily-life disturbance 5
6,7,8,9*,10,1
2 Positif Anticiptation 8
1,12,13
14,15,16,17,
3 Withdrawal 6
18,19
XXXVII

Aspek-Aspek Smartphone Total


No No Aitem
Addiction Aitem
20,21,22*,23
Cyberspace-oriented
4 *,24*,25*,26 7
relationship *
27,28*,29,30
5 Overuse * 4
6 Tolerance 31*,32*,33* 3
Total 33 33
Tanda (*) adalah item yang gugur.
c. Uji Reliabilitas

Pada hasil pengujian reliabilitas untuk skala smartphone addiction nilai


Cronbach’s Alpha sebesar 0,907 dengan total aitem baik sebanyak 22 aitem. Hal
tersebut menunjukkan bahwa skala smartphone addiction bersifat reliabel karena nilai
koefisien reliabilitas ≥ 0,70. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.
Reliabilitas Skala Skala Smartphone Addiction
Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
0,907 22 Reliabel

2. Skala Self Esteem


a. Uji validitas

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengoreksian kata dan kalimat pada
setiap aitem pada skala self esteem. Pengoreksian dilakukan untuk memastikan bahwa
aitem-aitem yang digunakan telah sesuai dengan isi yang dikehendaki dan apakah telah
sesuai dengan subjek penelitian. Semua aitem yang telah dimodifikasi peneliti diajukan
kepada dosen pembimbing dan terdapat revisi, sehingga ada perbaikan kembali terhadap
skala penelitian.

b. Daya Diskriminasi Aitem

Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan, maka diperoleh
hasil bahwa seluruh aitem pada skala self esteem berjumlah 10 aitem dinyatakan
memiliki 2 nilai diskriminasi aitem yang buruk. Koefisien korelasi pada seluruh aitem
berkisar antara 0,243-0,699. Sebaran aitem self esteem dapat dilihat pada tabel 3.
XXXVIII

Tabel 3.
Sebaran Aitem Skala Self Esteem Uji Daya Diskriminasi
No Aitem
Total
No Aspek-Aspek Sekf Esteem
Favorabe unfavorabel Aitem
l
1 Penghargaann diri 3,4,7 6*,9 5

2 Penerimaan diri 1,10 2,8*,5 5


Total 5 5 10

Tanda (*) adalah aitem yang gugur.


c. Uji Reliabilitas

Pada hasil pengujian reliabilitas untuk skala smartphone addiction nilai


Cronbach’s Alpha sebesar 0,907 dengan total aitem baik sebanyak 22 aitem. Hal
tersebut menunjukkan bahwa skala smartphone addiction bersifat reliabel karena nilai
koefisien reliabilitas ≥ 0,70. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4.
Reliabilitas Skala Self Esteem
Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
0,859 8 Reliabel

3. Uji Asumsi

Sebelum melukan pengujian hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji


asumsi untuk mengetahui terpenuhi atau tidak normalitas dan linearitas dalam sebaran
data. Uji asumsi yang digunakan terbagi menjadi dua jenis, yaitu uji normalitas dan uji
linearitas.
Berdasarkan penjelasan mengenai uji asumsi yang dilakukan pada skala
smartphone addiction dan self esteem dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Pada uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik SPSS for windows
versi 25. Pada skala yang telah di sebar, uji normalitas untuk skala smartphone
addiction di peroleh hasil signifikansi sebesar 0,070 (p ≥ 0,05) artinya smartphone
addiction terdistribusi tidak normal. Kemudian untuk skala self esteem diperoleh hasil
XXXIX

dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p ≤ 0,05) artinya data self esteem terdistribusi
secara normal. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem
Kolmogorov-Smirnov
Variabel Keterangan
Statistic df Sig
Smartphone 0,0 110 0,000 Terdistribusi
addiction 81 normal
Self Esteem 0,192 110 0,007 Terdistribusi tidak
normal

4. Uji Lineritas

Uji linearitas dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel yang di teliti


memiliki sifat yang linear atau tidak. Suatu data dikatakan linier atau tidak apabila
memiliki nilai signifikan p ≤ 0,05. Berdasarkan hasil pengujian linearitas melalui SPSS
for windows versi 25. Skala smartphone addiction dan self esteem dari memperoleh
hasil signifikansi sebesar 0,000. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data
bersifat linear. Data tersebut dapat dilihat pda tabel 6.

Tabel 6.
Hasil Uji Linearitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem
Variabel Sig P Keterangan
smartphone addiction
dan self esteem 0,00 ≤0,05 Linear

5. Uji Hipotesis

Uji hubungan antar skala smartphone addiction dan self esteem dilakukan
dengan bantuan SPSS for windows 25 serta menggunakan teknik analisis bivariate
pearson one-tailed. Setelah dilakukan pengujian diperoleh data hasil analisis bivariate
yaitu r = -0,926 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 artinya terdapat hubungan
berarah negatif antara smartphone addiction dengan self esteem ibu rumah tangga maka
semakin tinggi smartphone addiction maka semakin rendah self esteem pada ibu rumah
tangga adapun hasil uji hipotesis dapat dilihat pada.
XL

Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis Correlations
Smartphone Addiction Self Esteem
Smartphone Pearson Correlation 1 0,-
Addiction 926
Sig. (1-tailed) 0,00
0
N 100 100
Self Esteem Pearson Correlation 0,-926 1
Sig. (1-tailed) 0,000
N 110 110
**. Correlation is significant at the 0,01 level (1-tailed)

6. Perhitungan Mean Empirik, Mean Hipotetik, dan Standar Deviasi Hipotetik

Hasil dari perhitungan mean empirik, mean hipotetik, dan standar deviasi
hipotetik pada variabel smarttphone addiction dan self esteem dapat dilihat pada tabel 8
berikut ini

Tabel 8.
Mean Empirik dan Standar Deviasi Empirik
Variabel Mean Empirik Standar Deviasi
(ME) Empirik
Smartphone Addiction 60,93 11
Self Esteem 20,96 5

Deskripsi mengenai hasil perhitungan kategorisasi responden dapat dilihat


dibawah ini:

1) Smarphone Addiction

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Mean empiric skala Smartphone


Addiction adalah sebesar 60,93 dengan jumlah aitem baik sejumlah 22 aitem. Nilai
standar devisiasi hipotetik adalah 11 dan nilai mean hipotetik adalah sebesar 55.

Deskripsi mengenai kategori subjek pada skala smartphone addiction dapat


dilihat dari tabel 4.9 di bawah ini.
XLI

Tabel 9.
Kategorisasi Smartphone Addiction
Mean Standar Deviasi
Mean
Variabel Hipotetik Hipotetik Kategori
Empirik (X̅
(X̅ H) (SDH)
E)
Smartphone addiction 60,93 55 11 Sedang

Berdasarkan data-data diatas dapat ditentukan kategori-kategori skla Smartphone


Addiction secara hipotetik, yaitu:

X̅ H-2SD = 55 - (2×11) = 33
X̅ H -1SD = 55 - (1×11) = 44
X̅ H +ISD = 55 + (1×11) = 66
H +2SD = 55 + (2×11) = 77

Hasil kategorisasi skala Smartphone Addiction secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut:

X̅ < X̅ H – 2SD = < 33


X̅ H – 2SD ≤ X ≤ X̅ H – 1SD = 33≤ 44
X̅ H + 1SD ≤ X ≤ X̅ H + 1SD = 44 ≤ 66
X̅ H + 1SD ≤ X ≤ X̅ H + 2SD = 66 ≤ 77
X̅ > X̅ H + 2SD = ≥ 77

Berikut ini adalah sebaran kategori skala Smartphone Addiction dalam bentuk
rentang garis yang terbagi atas 6 daerah dengan mean empirik 60,93.

X̅ E60,93
XLII

MIN - 2SD - 1SD XH + 1SD + 2SD MAX


22 33 44 - 1SD 55 66 77 88

Sangat Rendah
Rendah Sedang Sangat Tinggi
Tinggi

Gambar 1. Pengkategorian Skala smartphone addiction

Berdasarkan perhitungan dan kurva yang ditunjukkan di atas, maka dapat


diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat smartphone addiction
yang termasuk dalam kategori sedang.

2) Self-Esteem

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa Mean empiric skala Smartphone


Addiction adalah sebesar 20,96 dengan jumlah aitem baik sejumlah 8 aitem. Nilai
standar devisiasi hipotetik adalah 4 dan nilai mean hipotetik adalah sebesar 20.

Deskripsi mengenai kategori subjek pada skala self-esteem dapat dilihat dari
tabel 11. Di bawah ini.

Tabel 10.
Kategorisasi Self-Esteem
Mean Standar Deviasi
Mean
Variabel Hipotetik Hipotetik Kategori
Empirik (X̅
(X̅ H) (SDH)
E)
Self Esteem 20,96 20 4 Sedang

Berdasarkan data-data diatas dapat ditentukan kategori-kategori skla Self Esteem


XLIII

secara hipotetik, yaitu:

X̅ H-2SD = 20 - (2×4) = 12
X̅ H -1SD = 20 - (1×4) = 16
X̅ H +ISD = 20 + (1×4) = 24
H +2SD = 20 + (2×4) = 28

Hasil kategorisasi skala Self Esteem secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

X̅ < X̅ H – 2SD = < 12


X̅ H – 2SD ≤ X ≤ X̅ H – 1SD = 12≤ 16
X̅ H + 1SD ≤ X ≤ X̅ H + 1SD = 16 ≤ 24
X̅ H + 1SD ≤ X ≤ X̅ H + 2SD = 24 ≤ 28
X̅ > X̅ H + 2SD = ≥ 28

Berikut ini adalah sebaran kategori skala Self Esteem dalam bentuk rentang garis
yang terbagi atas 6 daerah dengan mean empirik 20,96

X E 20,96

MIN - 2SD - 1SD XH + 1SD + 2SD MAX


8 12 16 20 24 28 32

Sangat Rendah
Rendah Sangat Tinggi
Sedang Tinggi

Gambar 2. Pengkategorian Skala Self esteem


- 1SD

XLIV

Berdasarkan perhitungan dan kurva yang ditunjukkan di atas, maka dapat


diketahui bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat self esteem termasuk
dalam kategori sedang.

7. Deskripsi Responden Berdasarkan Data Demografis

Responden pada penelitian ini berjumlah 110 orang ibu rumah tangga yang
berusia 18-58 tahun. Reponden dapat dikelompokkan berdasarkan usia, domisili, tempat
tinggal, lama pernikahan, penghasilan suami, pengeluaran rumah tangga perbulan, lama
menggunakan smartphone, dalam kehidupan sehari-hari menggunkan smartphone
untuk, berapa banyak smartphone. Hasil penelitian deskripsi dapat dilihat melalui
penjelasan dibawah ini:

a. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Hasil analisis deskriptif pada kategori usia dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah
ini:

Tabel 11.
Analisis Deskriptif Kategori Usia
Smartphone
Self-Esteem
Usia  % Addiction
ME Ket ME Ket
18 tahun 1 0,9% 22.00 Sedang 53.00 Sedang
20 tahun 3 6,4% 22.57 Sedang 48.29 Sedang
21 tahun 7 8,2% 18.22 Rendah 62.89 Sedang
22 tahun 11 12,7% 20.50 Sedang 56.86 Sedang
23 tahun 8 10,9% 19.92 Rendah 60.00 Sedang
24 tahun 3 5,5% 22.67 Sedang 48.33 Sedang
25 tahun 6 6,4% 21.14 Sedang 56.29 Sedang
26 tahun 5 5,5% 20.83 Sedang 57.00 Sedang
27 tahun 4 4,5% 22.40 Sedang 49.20 Sedang
28 tahun 8 8,2% 20.89 Sedang 54.22 Sedang
29 tahun 6 6,8% 20.29 Sedang 57.71 Sedang
30 tahun 5 4,5% 21.20 Sedang 56.40 Sedang
31 tahun 2 1,8% 21.00 Sedang 57.50 Sedang
32 tahun 2 1,8% 23.00 Sedang 48.00 Sedang
33 tahun 5 4,5% 22.00 Sedang 53.40 Sedang
35 tahun 5 4,5% 21.00 Sedang 56.00 Sedang
36 tahun 2 1,8% 22.00 Sedang 52.00 Sedang
XLV

Smartphone
Self-Esteem
Usia  % Addiction
37 tahun 2 1,8% 22.00 Sedang 54.00 Sedang
38 tahun 4 3,6% 22.00 Sedang 50.00 Sedang
Sangat Sangat
40 tahun 4 3,6% 48.25 22.75
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
41 tahun 2 1,8% 61.00 19.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
42 tahun 3 2,7% 52.00 22.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
43 tahun 4 3,6% 19.50 Tinggi 19.75 Rendah
Sangat Sangat
44 tahun 3 2,7% 45.00 23.33
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
46 tahun 1 0,9% 62.00 20.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
48 tahun 1 0,9% 46.00 23.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
52 tahun 1 0,9% 48.00 32.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
58 tahun 1 0,9% 50.00 22.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
59 tahun 1 0,9% 49.00 23.00
Tinggi Rendah

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa ada perbedaan kategori pada ibu


rumah tangga berdasarkan usia. Berdasarkan perhitungan seluruh usia apabila dilihat
lebih spesifik, nilai skor pada ibu rumah tangga yang berusia 18-59 tahun berdasarkan
Smartphone addiction berada pada kategori rendah dan memiliki skor sedang
dibandingkan kelompok usia lainnya. Sedangkan berdasarkan self-eseem kelompok usia
25-38 tahun berada pada kategori sedang dan juga memiliki skor tertinggi dibandingkan
kelompok usia lainnya.

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa ada perbedaan kategori pada ibu


rumah tangga berdasarkan usia. Berdasarkan perhitungan seluruh usia apabila dilihat
lebih spesifik, nilai skor pada ibu rumah tangga yang berusia 18-59 tahun berdasarkan
Smartphone addiction berada pada kategori rendah dan memiliki skor sedang
dibandingkan kelompok usia lainnya. Sedangkan berdasarkan self-eseem kelompok usia
25-38 tahun berada pada kategori sedang dan juga memiliki skor tertinggi
XLVI

dibandingkan kelompok usia lainnya.

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori tempat tinggal responden


ditunjukkan pada tabel 12 dibawah ini:

Tabel 12
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal
Self Esteem Smarthphone
Tempat Tinggal  % Addiction Addiction
ME Ket ME Ket
Rumah Pribadi 66 60,0% 21,29 Sedang 54,15 Sedang

Tinggal
Bersama 2 19,1% 20.24 Sedang 57,48 Sedang
Orang Tua

Kontrakan 1 19,9% 20,67 Sedang 57,00 Sedang

Asrama MBS 2 0,9% 20,00 Sedang 62,00 Sedang

Sebelumnya
tinggal bersama
orang tua mulai 1 0,9% 22,00 Sedang 53,00 Sedang
pindah rumah
pribadi 1 bulan
terakhir

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa tempat tinggal tidak terdapat


perbedaan yang signifikan Berdasarkan perhitungan seluruh usia apabila dilihat lebih
spesifik, nilai skor pada ibu rumah tangga yang tinggal di rumah pribadi berdasarkan
Smartphone addiction berada pada kategori sedang dan memiliki skor sedang.
Sedangkan berdasarkan self-eseem sedang dan juga memiliki skor sedang seperti
kelompok usia lainnya.
XLVII

c. deskripsi Responden Berdasarkan Domisili

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori domisili responden penelitan yang


ditunjukkan pada tabel 13 dibawah ini:

Tabel 13.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal
Self Esteem
Smarthphone Addiction
Domisili  % Addiction
ME Ket ME Ket
Dalam 72 65,5% 21.67 Sedang 53,22 Sedang
Pulau Jawa
Luar Pulau 38 34,5% 19,63 Sedang 59,50 Sedang
Jawa

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa berdasarkann domisili tidak terdapat


perbedaan yang signifikan antara nilai skor pada ibu rumah tangga yang tinggal di
dalam pulau jaga dengan daerah di luar pulau jawa berada pada kategori sedang
berdasarkan Smartphone addiction. Sedangkan berdasarkan self-eseem sedang ibu
rumah tangga yang tinggal di dalam pulau jaga dengan daerah di luar pulau jawa
berada pada kategori sedang.

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Pernikahan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori lama pernikahan responden yang


ditunjukkan pada tabel14. dibawah ini:

Tabel 14.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Lama Pernikahan
Self Esteem Smartphone
Lama Addiction
 %
Pernikahan ME Ket ME Ket
1-10 tahun 73 66,4% 20.85 Sedang 55.79 Sedang
11 – 20 tahun 26 23,6% 21.00 Sedang 55.46 Sedang
21 – 30 tahun 8 7.3% 21.75 Sedang 51.88 Sedang
31-40 tahun 1 0,9% 22.00 Sedang 50.00 Sedang
<40 tahun 2 1,8% 21.00 Sedang 56.50 Sedang
XLVIII

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa berdasarkann pendapatan suami tidak


terdapat perbedaan yang signifikan <Rp 1.000.000 sampai >Rp 5.000.000 pada ibu
rumah tangga berada pada kategori sedang berdasarkan Smartphone addiction.
Sedangkan berdasarkan self-eseem pendapatan suami tidak terdapat perbedaan yang
signifikan <Rp 1.000.000 sampai >Rp 5.000.000 pada ibu rumah tangga berada pada
kategori sedang.

e. Deskripsi Responden Berdasarkan Penghasilan Suami

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori penghasilan suami responden yang


ditunjukkan pada tabel15. dibawah ini:

Tabel 15.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Penghasilan Suami
Smartphone
Pendapatan  % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
<Rp 1.000.000 5 4.5% 20.20 Sedang 56.60 Sedang
Rp 1.000.000- 20 18.2% 20.20 Sedang 57.60 Sedang
Rp 2.000.000
Rp 3.000.000- 38 34.5% 21.24 Sedang 54.47 Sedang
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000- 22 20.0% 21.09 Sedang 54.50 Sedang
Rp 5.000.000
>Rp 5.000.000 25 22.7% 21.20 Sedang 55.56 Sedang

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa berdasarkann pendapatan perbulan


tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai skor pada pendapatan perbulan
yang lama menikah 1 sampai 40 tahun berada pada kategori sedang berdasarkan
Smartphone addiction. Sedangkan berdasarkan self- eseem sedang ibu rumah tangga
yang yang lama menikah 1 sampai 40 tahun berada pada kategori sedang.

f. Deskripsi Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga Perbulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori pengeluaran rumah tangga


responden perbulan ditunjukan pada tabel 16 di bawah ini.
XLIX

Tabel 16.
Mean Empirik Kategori Pengeluaran Rumah Tangga
Smartphone
Pengeluaran  % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
<Rp 1.000.000 4 3.6% 21.00 Sedang 54.75 Sedang
Rp 1.000.000- 24 21.8% 21.87 Sedang 52.58 Sedang
Rp 2.000.000
Rp 3.000.000- 37 33.6% 21.08 Sedang 54.49 Sedang
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000- 17 15.5% 19.59 Sedang 60.00 Sedang
Rp 5.000.000
>Rp 5.000.000 28 25.5% 20.86 Sedang 56.29 Sedang

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa berdasarkann pengeluaran perbulan


tidak terdapat perbedaan yang signifikan <Rp 1.000.000 sampai >Rp 5.000.000 pada
ibu rumah tangga berada pada kategori sedang berdasarkan Smartphone addiction.
Sedangkan berdasarkan self-eseem pengeluaran perbulan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan <Rp 1.000.000 sampai >Rp 5.000.000 pada ibu rumah tangga berada pada
kategori sedang.

g. Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menggunakan Smartphone

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori lama penggunaan


smartphone responden perbulan ditunjukan pada tabel 4.19 di bawah ini:

Tabel 17.
Mean Empirik Kategori Lama Menggunakan Smartphone

Lama  % Smartphone
Self Esteem
Menggunakan Addiction
Smartphone
ME Ket ME Ket
3-6 jam/hari 3 33.6% 21.03 Sedang 55.78 Sedang
6-9jam/hari 34 30.9% 21.50 Sedang 53.38 Sedang

9-12jam/hari 26 23.6% 20.62 Sedang 55.92 Sedang

>12jam/hari 13 11.8% 20.08 Sedang 58.46 Sedang


L

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa ibu rumah tangga berdasarkann lama


menggunakan smartphone tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai skor
pada pendapatan lama menggunakan smartphone 3 sampai 12 jam/hari pada kategori
sedang berdasarkan Smartphone addiction. Sedangkan berdasarkan self-eseem ibu
rumah tangga yang lama menggunakan smartphone tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai skor pada pendapatan lama menggunakan smartphone 3 sampai
12 jam/hari pada kategori sedang.

h. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Penggunaan Smartphone

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori jenis penggunaan smartphone


responden perbulan ditunjukan pada tabel 4.20 di bawah ini:

Tabel 18.
Mean Empirik Kategori Jenis Penggunaan Smartphone
Smartphone
Pendapatan  % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
Hiburan 11 10.0% 61.18 Sedang 19.27 Sedang
Berita/Informasi 14 12.7% 58.36 Sedang 19.86 Sedang

Komunikasi 42 38.2% 52.55 Sedang 21.79 Sedang

Pekerjaan 33 30.0% 55.39 Sedang 20.97 Sedang

Semuanya 5 4.5% 56.40 Sedang 20.60 Sedang


Berniaga 1 0.9% 58.00 Sedang 21.00 Sedang
Pekerjaan, 1 0.9% 57.00 Sedang 21.00 Sedang
Komunikasi,
Informasi, Berita
Hiburan,Komunik 2 1.8% 58.50 Sedang 21.00 Sedang
asi,Pekerjaan
Pekerjaan,Komun 1 0.9% 54.00 Sedang 22.00 Sedang
kasi,Informasi

Berdasarkan tabel 4.19 diatas responden menggunakan smartphone dalam


kehidupan sehari-hari sebanyak 11 responden atau sedang menggunakan smartphone
untuk hiburan, 14 responden atau sedang menggunakan smartphone untuk mencari
berita atau informasi, 42 responden atau sedang menggunakan smartphone untuk
LI

berkomunikasi, 33 responden atau sedang menggunakan smartphone untuk pekerjaan, 5


responden atau sedang menggunakan smartphone semuanya, 1 responden atau sedang
menggunakan smartphone untuk berniaga, 1 responden atau sedang menggunakan
smartphone untuk pekerjaan, komunikasi, infomarsi, berita, 2 responden atau sedang
menggunakan smartphone untuk hiburan, informasi, komunikasi dan pekerjaan,
sedangkan sisanya 1 responden atau sedang menggunakan smartphone untuk pekerjaan,
komunikasi dan informasi.

i. Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Smartphone

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kategori Jumlah Kepemilikan smartphone


responden perbulan ditunjukan pada tabel 4.21 di bawah ini:

Tabel 19.
Mean Empirik Kategori Jumlah Kepemilikan Smartphone
Smartphone
Jumlah  % Self Esteem
Addiction
Smartphone
ME Ket ME Ket
1 75 68.2% 21.12 Sedang 55.15 Sedang
2 32 29.1% 20.59 Sedang 55.81 Sedang

>2 3 2.7% 21.00 Sedang 57.00 Sedang

Berdasarkan tabel 4.20, 75 responden atau sedang menjawab hanya memiliki 1


buah smartphone, 32 atau sedang menjawab memiliki 2 buah smartphone, sedangkan
sisanya 3 responden atau sedang menjawab memiliki lebi dari 2 smartphon.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Self Esteem dengan
Smartphone Addiction pada ibu rumah tangga. Berdasrakan hasil pengujian hipotesis
diketahui dua hipotesis penelitian yaitu “ Self Esteem dengan Semartphone Addiction”
diterima memiliki arah tujuan negatife. Berdasarkan diketahui bahwa Self Esteem
memiliki hubungan dengan Smartphone Addiction dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Berdasarkan perhitungan juga diketahui bahwa Self Esteem dengan Semartphone
Addiction secara bersama-sama memiliki nilai hubungan sebesar 0,926 terhadap ibu
LII

rumah tangga.

Ketika ibu rumah tangga yang memiliki Self Esteem tinggi, tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan, percaya dengan kemampuan diri sendiri, mudah
berinteraksi dengan lingkungannya dan menjadi diri sendiri (Hakim, 2002). Sebaliknya,
ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengucilkan
dirinya bahkan merasa bahwa ia dikucilkan oleh lingkungan sehingga memudahkan
individu mengalami frustasi. Selain itu, ibu rumah tangga yang merasa dirinya
dikucilkan akan mengalihkan dirinya pada sesuatu yang membuat ia merasa nyaman.
Pengalihan ibu rumah tangga yang kurang percaya diri biasanya akan
mengalihkan dirinya pada smartphone miliknya. Saat ini rata-rata ibu rumah tangga
lebih sering menggunakan smartphone miliknya. ibu rumah tangga yang memiliki self-
esteem yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami
smartphone addiction karena mereka akan menggunakan smartphone dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem yang
tinggi (Ehrenberg, 2008). Hal tersebut dapat membuat ibu rumah tangga mengalami
addiction terhadap smartphone. Ciri- ciri terdampak Semartphone Addiction individu
selalu mengggunakan Semartphone setiap waktu dengan waktu yang cenderung lama
merasa gelisah jika tidak menggunakan Semartphonenya tidak ingin melakukan
aktivitas lai kecuali memainkan Semartphonenya lebih sering berdiam diri di rumah
dibandingan berinteraksi dengan orang lain di luar.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction. Penelitian yang dilakukan oleh Lee,
Sung, Song, Lee, (2016) pada 490 ibu rumah tangga di Korea Selatan menunjukkan
bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif dengan pengguna smartphone addiction,
yang berarti bahwa semakin tinggi self-esteem ibu rumah tangga maka akan semakin
rendah risiko ibu rumah tangga untuk mengalami kecanduan smartphone. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Hong, Chiu dan Huang (2012) juga menunjukkan bahwa
self-esteem yang rendah dapat menyebabkan smartphone addiction pada seseorang.
Self-esteem merupakan salah satu prediktor terkuat dari terjadinya smartphone
addiction (Ehrenberg, Juckes, White dan Wals, 2008). Selanjutnya, pada penelitian Park
LIII

dan Lee (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan
pengguna smartphone addiction. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem
yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan
ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat
smartphone addiction yang rendah.
Kemudian pada penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan nilai mean empirik
self esteem sebesr 20,96. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden pada penelitian
ini berada pada kategori sedang menagarah ketinggi artinya responden dalam penelitian
ini memiliki kepercayaan atau keyakinan pada dirinya, kemudian dapat
mengekspresikan diri dnegan baik dan merasa berharga. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Coopersmith,2008) individu dengan self esteem yang
tinggi memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki sikap aktif dan mampu
mengekspresikan diri dengan baik, memiliki prestasi dalam bidang akademik dan
mampu menjalin hubungan sosial, dapat menerima kritik dengan baik, percaya terhadap
persepsi diri, memiliki keyakinan diri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, tidak
terpaku hanya pada kesulitan yang dihadapi, tidak mudah terpengaruh dengan penilaian
orang lain terhadap dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga mudah beradaptasi. Sedangkan karakteristik individu dengan self esteem yang
rendah yaitu memiliki perasaan inferior (merasa kurang sempurna), takut gagal dalam
membina hubungan sosial, sering putus asa dan depresi. merasa diasingkan dan tidak
diperhatikan, kurang mampu mengekspresikan diri, tidak konsisten. pasif mengikuti
lingkungan, mudah mengakui kesalahan, menggunakan banyak taktik mempertahankan
diri.
Kemudian bersadarkan hasil perhitungan nilai mean empiric pada Smartphone
addiction 60,93. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini
berada pada kategori sedang menagarah ketinggi artinya responden dalam penelitian ini
tidak mampu tanpa smartphone. Seperti dikatan oleh Menurut Hidayat dan Mustikasari
(2014) Individu akan selalu mencoba untuk mengontrol penggunaan smartphone dan
akan selalu memikirkan smartphone ketika baru selesai menggunakannya dan dapat
menyebabkan gangguan pada aktivitasnya sehari-hari.
LIV

Pada kategori usia self-esteem rentang usia 40 sampai 59 tahun berada pada
kategori sangat tinggi, sedangkan kategori usia smartphone addiction 40 sampai 59
tahun berada pada kategori sangat rendah. usia 18 hingga 38 tahun memiliki kategori
self esteem dan smartphone addiction yang sedang. Ada beberapa responden dalam
rentang tersebut yang memiliki self esteem rendah namun sebagian besar cenderung
sedang.
Hal ini disebabkan faktor usia ibu rumah tangga yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menikmati masa-masa tua dan bercengkerama dengan
keluarga dibanding menggunakan smartphone. Hal ini menunjukkan keselarasan
Joinson, (2004) yang menyatakan jika individu yang memiliki self- esteem tinggi lebih
menyukai untuk melakukan komunikasi langsung (face-to- face) sedangkan individu
yang memiliki self-esteem yang rendah lebih memilih melakukan komunikasi melalui
SMS, e-mail atau media sosial lainnya.
Hasil demografis pada subjek penelitian berdasarkan analalisis deskriftif
domisili dan tempat tinggal keduanya berada pada kategori sedang dan tidak
menunjukkan hibungan yang signifikan terhadap self esteem dan Berdasarkan penelitian
ini, domisili dan tempat tinggal tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
smartphone addicted Ibu Rumah Tangga, sebab self esteem memiliki keterikatan
dengan pembawaan dan penerimaan pribadi. Teori Ghufron dan Risnawita bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi self esteem adalah lingkungan sosial (Ghufron &
Risnawita, 2016). Mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai persepsi orang lain
terhadap dirinya, dalam hal ini mengenai penerimaan lingkungan soaial terhadap diri
individu. Dukungan emosional dan penghargaan sosial dari orang lain juga memiliki
kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi self-esteem (Santrock, 2002).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dikethui bahwa tidak ada perbedaan
kategorisasi dalam lama pernikahan, diketahui seluruh subjek dalam penelitian ini 73
responden berada pada usia pernikahan dibawah 10 tahun yang berada dalam
kategorisasi sedang. Namun apabila diteliti lebih jauh, terdapat perbedaan skor yang
cukup tinggi yang menunjukkan bahwa subjek yang dengan pernikahan lebih dari 40
tahun memiliki skor smartphone addicted untuk berubah yang lebih besar. Hal ini sesuai
dengan gagasan Crewson dan Fisher (1997) yang mengemukakan bahwa ibu rumah
LV

tangga yang telah memiliki masa pernikahan yang lebih lama memiliki kecenderungan
menunjukkan self esteem lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumahtangga yang
memiliki masa pernikahan yang lebih rendah. Pendapat ini juga sejalan dengan
pendapat Juanke (2005) juga yang menyatakan bahwa ibu rumahtangga yang memiliki
masa pernikahan yang masih sedikit mungkin akan lebih sulit untuk menghadapi
perubahan. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena dalam pernikahan masih belum
bisa menyatukan perbedaan setiap pasangan.
Analisis deskriptif menunjukkan seluruh kategori subjek penelitian dalam hal
tingkat pendapatan suami, pengeluaran rumah tangga, durasi penggunaan smartphone,
kegunaan, dan jumlah kepemilikan smartphone responden penelitian tidak memiliki
perbedaan dimana seluruhnya berada dalam kategori sedang. Berdasarkan kategori
tingkat pendapatan suami, 5 responden atau 4,5% responden menjawab penghasilan
suami dibawah Rp. 1.000.000/bulan, 20 responden atau 18,2% menjawab penghasilan
suami antara Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000/bulan, 38 responden atau 34,5% menjawab
penghasilan suami antara Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000/bulan, 22 responden atau
20,0% menjawab penghasilan suami antara Rp. 4.000.000 – Rp. 5.000.000/bulan,
sedangkan sisanya 25 responden atau 22,7% menjawab penghasilan suami diatas Rp.
5.000.000/bulan. Sementara itu, sebagian besar rsponden yakni sebanyak 37 responden
menjawab pengeluaran rumah tangga antara Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000/bulan. Jika
dibandingkan dnegan pendapatan suami, artinya tingkat pendapatan suami mampu
mencukupi kebutuhan keluarga dengan peran istri sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan distribusi jawaban responden berdasarkan lama menggunakan
smartphone banyak responden yang menjawab 3-6 jam per hari denga total jawaban
tertinggi diisi oleh 37 responden atau 33,6%. Hal ini didasarkan pada kepadatan
pekerjaan ibu rumah tangga untuk mengurus rumah, anak, dan rumah tangga. Sehingga
durasi penggunaan smartphone responden berada pada kategori sedang. Data Didital
Year Book (2009) menunjukan jumlah pengguna media social di Indonesia terus
meningkat, mencapai rata-rata 15% pertahun. Intensitas rata-rata waktu harian
dihabiskan untuk menggunakan media social melalui smartphone di Indonesia
adalah 3 jam 26 menit, angka ini lebih tinggi dibandingkan angka global yaitu 2 jam 16
menit (Has, 2020) Pada saat ini semua kegiatan selalu menggunakan teknologi salah
LVI

satunya adalah penggunaan smartphone yang saat ini hampir dimiliki semua orang
karena dapat mempermudah suatu pekerjaan, dan dapat bekerja layaknya sebuah
komputer, serta adanya aksen internet serta fitur lainnya.
Adapaun aktivitas yang banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam
menggunakan smartphone adalah untuk berkomunikasi dengan persentase 38,2%.
Selain itu, 11 responden atau 10,0% menggunakan smartphone untuk hiburan, 14
responden atau 12,7% untuk mencari berita atau informasi, dan sisanya untuk lain-lain.
Hasil tersebut sejalan dengan pendapat (Yanti, 2018) bahwa ibu rumah tangga
menggunakan smartphone sesuai fungsinya sebagai alat komunikasi yaitu untuk
menelpon dan sms. Selain itu ibu rumah tangga menggunakan snartphone untuk media
sosial yang paling banyak digunakan yaitu facebook dan whatsapp.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif


antara self esteem dengan smartphone addiction Ibu Rumah Tangga. Ibu Rumah Tangga
yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone
addiction yang tinggi, sedangkan ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang
tinggi akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang rendah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya, maka peneliti


memberikan beberapa saran, antara lain:
1. Saran Teoritis

Berikut ini merupakan saran teoritis yang dimiliki oleh peneliti, antara lain:

a) Peneliti selanjutnya boleh melakukan penelitian pada subjek yang berbeda.


b) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan variabel ini, sebaiknya
peneliti harus memahami terlebih dahulu alat ukur dan kategori yang sesuai
dengan penelitian tersebut.
c) Alat-alat ukur dalam penelitian ini mengukur smartphone addiction, sehingga
peneliti selanjutnya bisa memodifikasi alat ukur ini sesuai dengan kebutuhan.
2. Saran Praktis

Berikut ini merupakan saran praktis yang dimiliki oleh peneliti, antara lain:

a) Pada penelitian ini, dapat memberikan manfaat bagi Ibu Rumah Tangga agar
selalu dapat mengontrol dirinya dari bahaya penggunaan smartphone secara
berlebihan.
LVIII

b) Bagi pengguna smartphone terutama Ibu Rumah Tangga, diharapkan dapat


memanfaatkan penggunaan smartphone yang seperlunya serta tidak mengganggu
aktivitas lain di luar penggunaan smartphone.
LIX

DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow, (2002) Motivation and Personality. Jakarta.

Agusta, D. (2016). Faktor-faktor Resiko Kecanduan Menggunakan Smartphone pada


Siswa Di SMK Negeri 1 Kalasan Yogyakarta. E-Journal Bimbingan dan
Konseling. Vol.3.

Albarashdi, H. S., Bouazza, A., Jabur, N. H., & Al-Zubaidi, A. S. (2016). Smartphone
addiction reasons and solutions from the perspective of sultan qaboos
university undergraduates: a qualitative study. International Journal of
Psychology and Behavior Analysis, 2(113), 1-10. doi: 10.15344/2455-
3867/2016/113.

Ahmad Susanto. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (2018). Jakarta: Kencana.


Akashe, Z. B., Zamani, B. E., Abedini, Y., Akbari, H., & Hedayati, N. (2014).

The relationship between mental health and addiction to mobile phones among
university student of Shahrekord, Iran. Addict Health, Summer and Autumn,
6(3-4), 93-99.

Aydin, B., & Sari, S, V., (2011). Internet addiction among adolescents: the role of self-
esteem. Procedia Social and Behavioral Sciences.

Bianchi, A., Phillips, J.G., (2005). Psychological predictors of problems mobile phone
use. CyberPsychology & Behavior.

Bisen, S., & Deshpande, Y. (2016). Ananalytical study of smartphoneaddiction among


engineering students: a gender differences. The International Journal of Indian
Psychology, 4(1), 70–83.

Branden, Nathaniel. (2005). Kekuatan Harga Diri (The power Of Self esteem). Batam:
Interaksara.

Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco : Freeman and


Company.

Coetzee, M. (2005). The Relationship Between Personality Preferences, Self Esteem,


and Emotional Competence.

Clemens, H., Bean, R., Clack, A. (1995). Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja.
Alih Bahasa: Tjandrasa, Meitasari, M. Jakarta. Penerbit: Bina Rupa Aksara.
LX

Dariuszky, G. (2004). Membangun Harga Diri. Bandung: CV. Pionir Jaya.

Demirci, K., Akgonul, M., & Akpinar, A. (2015). Relationship of smartphone use
severity with sleep quality , depression , and anxiety in university students.
Journal of Behavioral Addiction, 4(2), 85–92.
https://doi.org/10.1556/2006.4.2015.010

Denich, A. U., & Ifdil. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal Konseling dan
Pendidikan, Vol. 3 No. 2 55-61.

Dlodlo, N. (2014). Measuring selected m-texting addiction indicators with gender and
self-esteem. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(23), 489- 499.
doi:10.5901/mjss.2014.v5n23p48 9.

Ehrenberg, A., Juckes, S., White, K. M., & Walsh, S. P. (2008). Personality and self-
esteem as predictors of young people’s technology use. CyberPsychology &
Behavior, 11(6).

Frey, D & Carlock, C.J. (1984). Enhancing Self Esteem. Muncie : Accelerated
Development, Ins.

Freeman, CB. (2008). Internet Gaming Addiction. The Journal for Nurse Practitioners.

Griffiths, M. & Kuss, D. (2015). Internet addiction in psychotherapy. Basingston:


Palgrave Macmillan UK.

Hakim , Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.

Haug, S., Castro, R., Kwon, M., Filler, A., Kowatsch, T., & Schaub, M. (2015).
Smartphone Use and Smartphone Addiciton Among Young People In
Switzerland. Journal of Behavioral Addictions, 4 (4), 299

Hernawati, Vonny. (2005). Perbedaan Self esteem Antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
SMA Negeri Se-Kecamatan Kota Di Kabupaten Sumenep. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hidayat, S., & Mustikasari. (2014). Kecanduan Penggunaan Smartphone dan Kualitas
Tidur Pada Mahasiswa RIK UI. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Hill. V. Z. (2006). Contingencies self esteem and the interpersonal circomplex: the
interpersonal pursuit of self esteem. Personality and individual differences.
RetrievedFrom:https://www.academia.edu/1001844/Contingent_self_esteem_a
nd_the_in terpersonal_circumplex_The_interpersonal_pursuit_of_self_esteem

Hong, F. Y., Chiu, S. I., & Huang, D. H. (2012). A model of the relationship between
LXI

psychological characteristics, mobile phone addiction and use of mobile


phones by Thaiwanese University female students. Computer in Human
Behavior, 28, 2152-2159.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta : Gramedia.

Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Julid I,II. Jakarta: Erlangga.


Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Kelima).
Ahli bahasa:Istiwidyawati.,Soedjarwo, Sijabat,R.M. Jakarta: Erlangga.

Indri, K, N. (2008). “Stres Pada Remaja” . Skripsi . Medan: Psikologi Universitas


Sumatera Utara. Jakarta: Arcan.

Iqbal, M., & Nurdiani, G. (2016). Is Smartphone Addiction Related To Loneliness>.


Science Arena Publication: Specialty Journal of Psychology and Management,
2(2).

Itasari. (2006). Psikolinguistik. Jakarta: Alfabeta.

John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT.
Erlangga.

Kaur, Devleen., Divneet Kaur., Anuja Chopra., and Poonam Arora. (2014). Corn Silk:
A Riview On Botanical And Harmacological Considerations. European Journal
Of Biomedical And Pharmaceutical Sciences. Volume 2, Issue 5.

Karuniawan, A & Cahyanti, I.Y. (2013). Hubungan antara Academic Stress dengan
Smartphone Addiction pada Mahasiswa Pengguna Smartphone. Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2(1), 16-21.

Keliat, B.A. (1994). Gangguan Konsep Diri, Cetakan I. Jakarta: ECG.

Kibona, Lusekelo., Mgaya, Gervas. (2015). Smartphones’ Effects on Academic


Performance of Higher Learning Students., Journal of Multidisciplinary
Engineering Science and Technology, Vol. 2, Issue 4, Hal. 777-784.

Kormendi, A., Brutoczki, Z., Vegh, B. P., & Szekely, R. (2016). Smartphone use can be
addictive? a case report. Journal of Behavioral Addictions, 5(3),548-552.

Kurcaburun, K. (2016). Self-esteem, daily internet use and social media addiction as
predictor of depression among Turkish adolescents. Journal of Education and
Practice, 7(24), 64-72.

Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hanh, C., Gu, X.,
LXII

Choi, J. H., & Kim, D. J. (2013a). Development and validation of a smartphone


addiction scale (SAS). Plos One, 8(2), 1-7. https://doi.org/10.1371/journal.po

Lee, J., Sung, M. J., Song, S. H., Lee, Y. M., Lee, J. J., Cho, S. M., Park, M. K., & Shin,
Y. M. (2016). Psychological factors associated with smartphone addiction in
south korean adolescents. Journal of Early Adolescence, 1- 15.

Leung, L. ( 2007). Linking Psychological Attribute to Addiction and Improper Use of


The Mobile Phone among Adolescents in Hongkong. Journal of Children and
Media.

Leung, L. (2007). Leisure boredom, sensation seeking, self-esteem, addiction symptoms


and pattents of mobile phone use. International Communication Association
(ICA) Conference. San Francisco.

Lin. Yu-Hsuan, Chang, L,. Lee, Y,.Tseng, H,. Kuo, T, B, J,. Chen, S. (2014).
Development and validation of the smartphone addiction inventory (SPAI).
PLoS ONE, 9, 1-5. doi:10.1371/journal.pone.0098312

Miller, David C. (2006). Adolescent Cigarette Smoks: A Longitudinal Analysis Troughs


Young Adulthood.

Oksman, V., & Turtiainen, J. (2004). Mobile communication as a social stage. SAGE
Publication, 6(3), 319-339. https://doi.org/10.1177/1461444804042518.

Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2001). Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Humanika.

Park, Y., & Chen, J. V. (2007). Acceptance and adoption of the innovative use of
smartphone. Industrial Management + Data Systems, 107(9).

Pervin, A.L. (1993). Personality: Theory and Research. Singapore: Willey.

Pervin, L. A., & John, O. P. (2001). Personality Theory & Research. New York: John
Wiley & Sons, Inc. Rahmayanti. (2015). Indonesia Raksasa Teknologi Digital
Asia. Retrieved from :
http://www.tempo.co/read/kolom/2015/10/02/2310/indonesia-raksasa-
teknologi-digital-asia
Reasoner, Robert W. (2001). Extending Self esteem Theory And Research From:
http://ndl.ethernet.edu.et/bitstream/123456789/17491/1/13.pdf

Rosenberg, M. (1965). Society and the adolescent self-image. USA: Princeton


University Press.

Santrock. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga.


LXIII

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta:


Erlangga.

Schultz. (1981). Motivation and Personality. Rajawali, Jakarta.

Sings, N., Chopra, N., & Kaur, J. (2014). A study to analize relationship between
psychological behavior factor on whatsapp addiction among youth in jalandhar
district in punjab. European Journal of Business and Management, 6(37).

Susanty, Dewi Indah. (2006). Hubungan Antara Self esteem dan Perilaku Alkoholisme
Pada Remaja Alkoholik Di Kota Kupang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Stuart GW, Sundeen. (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.
Louis Mosby Year Book.

Soecipto, Abdul Holik. 2018. Pemanfaatan Media Sosial Bagi Ibu-ibu Rumah Tangga
dan pemuda di Desa Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 8 Nomor 1 (Halaman 52-57).
Bandung: Universitas Iskam Nusantara

Tambunan, Raymond. (2001). Harga Diri Remaja. Retrieved from:


http://www.epsikologi.com/artikel/individual/harga-diri-remaja.

Tseng, W. L. (2008). Multiple faces of self-esteem: within attribution style, stress


coping and forgiveness [Master’s thesis]. Available from To the Faculty of
Medicine and Biological Science, University of Leicester.

Widodo, A. S., & Pratitis, N. T. (2013). Harga diri dan interaksi sosial ditinjau dari
status ekonomi orangtua. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131- 138.

Yang, Y. S., Yen, J. Y., Ko, C. H., Cheng, C. P., & Yen, C. F. (2010). The association
between problematic cellular phone use and risky behaviors and low selfesteem
among taiwanese adolescents. BMC Public Health, 10(217), 1-8. doi:
10.1186/1471- 2458-10-217

Yuwanto, L. (2010). Mobile phone addict. Jurnal Elektronik Ubaya. Diunduh dari
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/10/Mobile-Phone-
Addict.html

Zhang, Y., Mei, S., Chai, J., Li, J., & Du, H. (2015). The relationship impulsivity and
internet addiction in chinese college students: a moderated mediation analysis
of meaning in life and self-esteem. Plos One, 10(7), 1-13. doi:
10.1371/journal.pone.0131597

Pavithra, MB., Madhukumar, S & TS, Mahadeva M. (2015). A Study on Nomophobia –


LXIV

Mobile Phone Dependence, Among Students of a Medical College in


Bangalore. National Journal of Community Medicine, Volume 6, Issue 2, 340-
344

Anda mungkin juga menyukai