Skripsi Ibu Rumah Tangga Draf 9.
Skripsi Ibu Rumah Tangga Draf 9.
FAKULTAS PSIKOLOGI
Disusun Oleh :
JAKARTA
2023
1
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI
Menyatakan bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya sendiri dan dapat
dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam bentuk
apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan adalah
tanggung jawab penulis, bukan Universitas Gunadarma.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh
kesadaran.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KOMISI PEMBIMBING
Tanggal Sidang:
PANITIA UJIAN
Tanggal Lulus:
Mengetahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai, serta tidak lupa juga saya
Gunadarma.
3. Dr. Edi Sukirman, S.Si., M.M., selaku Kepala Bagian Sidang Sarjana
Universitas Gunadarma.
Universitas Gunadarma.
5. Dr. Ira Puspitawati, M.Si., Psikolog, selaku Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Gunadarma.
6. Indria Hapsari, S.Psi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas waktu, tenaga, dan
7. Untuk ayah sama ibu yang selalu memberikan semangat dan do’a serta
dukungan baik secara moral maupun material. Buat ibu yang selalu dukung aku
dalam hal apapun aku saying banget sama ibu love you bu.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu proses pengumpulan data maupun
pihak lainnya yang telah mendukung hingga penulisan ilmiah ini selesai.
9. Untuk teman-teman yang selalu bantu dalam hal apapun terutama untuk Lesta
dila dan Nadila yang selalu ngerjain skripsi bareng berjuang sama- sama
iv
makasih banyak ya buat waktu kalian, semoga kita bertemu di petualangan
berikutnya ya hehehehe.
10. Untuk mpot makasih sakit yang menginspirasi dan buat semangat
mewujudkan semuanya meskipun nangis di pojok kosan tapi aku ada temen-
11. Untuk diri sendiri terimakasih sudah selalu kuat dalam segala benturan dan
terjangan ombak kamu keren, kamu hebat, kamu sangat berharga,d an layak di
miliki siapapun.
Dan harapan penulis semoga penulisan ilmiah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya, dan dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi pada penulisan ilmiah ini agar menjadi lebih baik lagi.
v
HUBUNGAN SELF-ESTEEM DENGAN SMARTPHONE ADDICTION
PADA IBU RUMAH TANGGA
ABSTRAK
Di era globalisasi saat ini mayarakat Indonesia memiliki smartphone atau ponsel.
Pengguna smartphone meningkat karena berbagai fitur aplikasi memberikan banyak
kemudahan bagi penggunanya. Pengguna smartphone salah satunya ibu rumah tangga.
Kesibukan terhadap media sosial membuat menghilangkan kejenuhan di rumah bahkan
dapat membuat ibu rumah tangga lupa waktu. Hal tersebut membut ibu rumah tangga
jauh lebih peka pada sesuatu yang terjadi dengan smartphone yang dibawa dari pada
lingkungan sekitarnya, yang kemudian hal tersebut akan menjadi sebuah masalah bagi
penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah tangga. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Bandar Lampung dengan rentang
usia 12-19 tahun. Metode pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik
insidental sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan negatif
antara self esteem dengan smartphone addiction Ibu Rumah Tangga. Ibu Rumah Tangga
yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone
addiction yang tinggi, sedangkan ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang
tinggi akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang rendah
vi
DAFTAR ISI
vii
2. Uji Daya Diskriminasi Aitem XXXIII
3. Uji Reliabilitas XXXIII
F. Teknik Analisis Data XXXIV
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................................XXXV
A. Persiapan Penelitian XXXV
B. Pelaksanaan Penelitian XXXV
C. Hasil Penelitian XXXVI
1. Skala smartphone addiction XXXVI
2. Skala Self Esteem XXXVII
3. Uji Asumsi XXXVIII
4. Uji Lineritas XXXIX
5. Uji Hipotesis XXXIX
6. Perhitungan Mean Empirik, Mean Hipotetik, dan Standar Deviasi Hipotetik XL
1) Smarphone Addiction XL
2) Self-Esteem XLII
7. Deskripsi Responden Berdasarkan Data Demografis XLIV
D. Pembahasan LI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................LVII
A. Kesimpulan LVII
B. Saran LVII
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................LIX
vii
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pengkategorian Skala smartphone addiction............................................................51
Gambar 2. Pengkategorian Skala Self esteem............................................................................52
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sebaran Aitem Skala Smartphone Addiction Setelah Uji daya Diskriminasi...............43
Tabel 2. Reliabilitas Skala Skala Smartphone Addiction...........................................................44
Tabel 3. Sebaran Aitem Skala Self Esteem Uji Daya Diskriminasi............................................45
Tabel 4. Reliabilitas Skala Self Esteem......................................................................................45
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem..................46
Tabel 6. Hasil Uji Linearitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem...................46
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis Correlations...................................................................................47
Tabel 8. Mean Empirik dan Standar Deviasi Empirik................................................................47
Tabel 9. Kategorisasi Smartphone Addiction.............................................................................48
Tabel 10. Kategorisasi Self-Esteem............................................................................................49
Tabel 11. Analisis Deskriptif Kategori Usia...............................................................................51
Tabel 12 Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal................................................53
Tabel 13. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal...............................................54
Tabel 14. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Lama Pernikahan.............................................54
Tabel 15. Mean Empirik Kategori Berdasarkan Penghasilan Suami..........................................55
Tabel 16. Mean Empirik Kategori Pengeluaran Rumah Tangga................................................56
Tabel 17. Mean Empirik Kategori Lama Menggunakan Smartphone.........................................56
Tabel 18. Mean Empirik Kategori Jenis Penggunaan Smartphone.............................................57
Tabel 19. Mean Empirik Kategori Jumlah Kepemilikan Smartphone........................................58
x
BAB I
PENDAHULUAN
Era globalisasi saat ini mayarakat Indonesia memiliki smartphone atau ponsel.
Menurut data kemenfo (2015), penduduk indonesia berjumlah 250 juta jiwa ditahun
2018 jumlah pengguna. Pengguna smartphone meningkat karena berbagai fitur aplikasi
memberikan banyak kemudahan bagi penggunanya menurut Thomas J dan Misty E,
smartphone merupakan telepon yang menyediakan fungsi asisten personal serta fasilitas
internet connecting yang bisa menghubungkan pengguna dengan dunia maya seperti
melalui media sosial dan lain-lain. Yang melalui media sosial ini, manusia bisa
berinteraksi dengan banyak orang sekaligus. Pengguna smartphone salah satunya ibu
rumah tangga.
Menurut pendapat Walker dan Thompson (2011) ibu rumah tangga adalah
wanita yang telah menikah dan tidak bekerja, menghabiskan sebagian waktunya untuk
mengurus rumah tangga dan mau tidak mau setiap hari akan menjumpai suasana yang
sama serta tugas–tugas rutin. Pernyataan diatas menyatakan bahwa ibu rumah tangga
menghabiskan waktunya di rumah hal ini dapat membuat ibu rumah tangga merasa
jenuh bahkan bosan. Tidak jarang ibu rumah tangga jika menggukan smarphone dengan
adanya fitur-fitur dalam smartphone membuat seseorang lebih asik dan sibuk dengan
fitur-fitur yang terdapat pada smartphone tersebut.
Kesibukan terhadap media sosial membuat menghilangkan kejenuhan di rumah
bahkan dapat membuat ibu rumah tangga lupa waktu. Hal tersebut membut ibu rumah
tangga jauh lebih peka pada sesuatu yang terjadi dengan smartphone yang dibawa dari
pada lingkungan sekitarnya, yang kemudian hal tersebut akan menjadi sebuah masalah
bagi penggunanya (Salehan & Neghaban, 2013). Smartphone memiliki banyak dampak
bagi penggunanya termasuk bagi ibu rumah tangga yang sudah terdampak oleh
smartphone hingga ketergantungan. Ibu rumah tangga tidak bisa kalau tidak ada
smartphone ibu
XI
rumah tangga sibuk dan banyak terpengaruh medsos seperti facebook ,youtube, histagram
dan media sosial lainnya. Semua kesibukan itu menimbulkan pengaruh yaitu ibu rumah
tangga akan lupa dengan aktivitas yang seharusnya mengurus rumah atau anaknya akan
terkendala hanya karna melihat beranda sosial media, status dan komentari postingan
orang lain. Akibat pengaruh smartphone ini bisa menimbulkan berbagai masalah yaitu,
anak-anak kurang diperhatikan, dan bahkan uang belanja juga habis untuk beli paket
internet.
Selain itu menghancurkan keharmonisasian keluarga perceraian dalam rumah
tangga diawali oleh konflik yang terjadi dalam rumah tangga tersebut. Salah satu
masalah dalam terjadinya konflik dikarenakan kurang adanya kontrol emosi dalam
penyelesaian masalah suami-istri, dan suami-istri yang terlena dengan aktivitasnya
masing-masing (Dildar, Stwat,& Yasin, 2013). Belakangan ini bukan hanya aktivitas
diluar rumah yang memicu konflik dalam rumah tangga, namun juga aktivitas di dalam
rumah seperti menggunakan smartphone.
Smartphone merupakan ponsel dengan fitur canggih dan memiliki fungsi lain
selain untuk melakukan panggilan telepon dan mengirim pesan teks. Smartphone dapat
menyediakan akses informasi yang terkoneksi internet, mengirim dan menerima email,
mengakses aplikasi media sosial serta smartphone juga dilengkapi dengan kemampuan
mengambil foto, bermain game, memutar dan merekam audio atau video, dan lain-lain
(Bisen, 2016). Dengan adanya fitur canggih di dalam smartphone membuat
penggunanya selalu menggunakan smartphone, membawanya kemanapun pergi bias
jauh dengan smartphonennya, serta menggunakannya dalam durasi lama bahkan
melebihi batas penggunaan smartphone. Durasi ideal menggunakan smartphone 2-4 jam
perharinya diatas 2-4 jam akan memicu terjadinya kecanduan smartphone atau
Smartphone addiction.
Menurut Kwon et al (2013). Smartphone addiction pada pengguna smartphone
adalah suatu bentuk keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang
memungkinkan terjadinya masalah sosial seperti halnya menarik diri dan kesulitan
dalam performa aktivitas sehari-hari atau sebagai gangguan kontrol impuls terhadap diri
seseorang. Dampak dari perkembangan teknologi itu sendiri adalah banyaknya tindak
kejahatan, efek radiasi, kecanduan, mengganggu perkembangan, termasuk merusak
sikap dan perilaku ibu rumah tangga.
Orang yang mengalami smartphone addiction tidak melakukan aktivitas fisik
yang banyak. Kebanyakan orang yang mengalami smarphone addiction adalah orang
yang memiliki tingkat self esteem yang rendah (Sing, Chopra & Kaur, 2014). Hal
tersebut karena individu dengan self esteem yang rendah biasanya membutuhkan
dukungan penuh dari orang lain (Kurcaburun, 2014). Self-esteem adalah penelitian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa beberapa jauh perilaku
memenuhi ideal dirinya (Stuart dan Sundeen, 1995).
Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan self-esteem yang rendah. Self-
esteem diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah dicintai dan
mencintai penghargaan dari orang lain (Keliat, 1994). Biasanya self-esteem yang rendah
rentan mengganggu ibu rumah tangga dan lansia. Kebanyakan orang yang mengalami
smartphone addiction adalah orang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah
(Singh, Chopra dan Kaur, 2014). Hal tersebut dapat terjadi karena individu dengan self-
esteem yang rendah biasanya membutuhkan dukungan penuh dari teman atau orang lain
supaya individu dapat merasa lebih dihargai (Kurcaburun, 2016), akan tetapi individu
merasa kesulitan untuk melakukan interaksi sosial secara langsung (Akashe, Zamani
dan Abedini, 2014).
Seseorang yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan menjadi kurang
percaya diri, perasaan gagal dan memiliki kepribadian yang lebih rentan untuk
mengalami kecanduan (Aydin dan Sari, 2011). Smartphone membantu mereka untuk
tetap bisa terhubung dengan orang lain tanpa harus merasakan sakit secara psikologis
dan emosional. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem rendah juga
menjadikan smartphone sebagai pelarian diri dari segala hal yang membuat
mereka tidak nyaman dan tertekan (Albarashdi, Boazza, Jabur dan Al- Zubaidi,
2016).
Self-esteem yang rendah mempengaruhi masalah penggunaan smartphone pada
seseorang (Bianchi dan Phillips, 2005). Individu yang memiliki self-esteem tinggi lebih
menyukai untuk melakukan komunikasi langsung (face-to-face) sedangkan individu
yang memiliki self-esteem yang rendah lebih memilih melakukan komunikasi melalui
SMS, e-mail atau media sosial lainnya (Joinson, 2004). Waktu yang dihabiskan di
media sosial, jumlah panggilan telepon yang dilakukan, dan jumlah pesan yang
dikirimkan mempengaruhi seseorang untuk mengalami smartphone addiction (Robert,
Yaya dan Maholis, 2014).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction. Penelitian yang dilakukan oleh Lee,
Sung, Song, Lee, (2016) pada 490 ibu rumah tangga di Korea Selatan menunjukkan
bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif dengan pengguna smartphone addiction,
yang berarti bahwa semakin tinggi self-esteem ibu rumah tangga maka akan semakin
rendah risiko ibu rumah tangga untuk mengalami kecanduan smartphone. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Hong, Chiu dan Huang (2012) juga menunjukkan
bahwa self-esteem yang rendah dapat menyebabkan smartphone addiction pada
seseorang.
Self-esteem merupakan salah satu prediktor terkuat dari terjadinya smartphone
addiction (Ehrenberg, Juckes, White dan Wals, 2008). Selanjutnya, pada penelitian Park
dan Lee (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan
pengguna smartphone addiction. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem
yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan
ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat
smartphone addiction yang rendah.
Berdasarkan fenomena dan uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat
diketahui bahwa self-esteem memiliki peranan dalam terjadinya smartphone addiction
pada pengguna serta penelitian ini penting supaya peneliti mengetahui apakah terdapat
hubungan antara self-esteem dengan pengguna smartphone addiction pada ibu rumah
tangga?
B. TUJUAN PENELITIAN
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Subjek Penelitian
b. Masyarakat umum
c. Penelitian selanjutnya
A. Smartphone Addiction
XVI
XVII
b. Positive anticipation
c. Withdrawal
Penarikan diri. Dalam hal ini, individu merasa cemas dan merasa kehilangan,
tidak sabar, dan mudah resah. Individu juga akan memiliki perasaan amat berat jika
tanpa smartphone, terus menerus memegang smartphone meskipun tidak digunakan
serta tidak pernah meninggalkan untuk menggunakan smartphone. Individu tersebut
juga menjadi kesal ketika ada gangguan saat menggunakan smartphone.
d. Cyberspace-oriented relationship:
e. Overuse
f. Tolerance
a. Faktor situasional
b. Faktor internal
c. Faktor sosial
Faktor sosial terdiri atas faktor penyebab sebagai sarana interaksi dengan orang
lain. Faktor ini termasuk mandatory behavior dan connected presence yang tinggi.
Mandatory behaviour merupakan perilaku untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi
yang distimulasi oleh orang lain sedangkan connected presence merupakan perilaku
interaksi dengan orang lain yang berasal dari dalam diri. Kemunculan smartphone
membuat banyak kalangan lebih asik dan sibuk dengan fitur pada alat tersebut serta
lebih menyukai interaksi melalui smartphone (Karuniawan dan Cahyanti, 2013).
Sehingga apabila hal tersebut tidak terkontrol maka dapat menimbulkan kecanduan.
d. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu, meliputi
tingginya paparan media tentang smartphone dan fasilitas yang dimiliki smartphone
tersebut. Pemaparan media tentang smartphone baik dalam bentuk iklan, promo atau
info pameran smartphone terbaru dapat di akses atau dilihat oleh ibu rumah tangga
kapanpun dan dimanapun (Agusta, 2016). Oleh karena itu pemaparan media yang tinggi
terbukti berpengaruh pada faktor eksternal penyebab kecanduan smartphone.
B. Self-Esteem
yaitu suatu perasaan tentang keberhargaan dan kepuasan dirinya. Berbeda dengan yang
diungkapkan oleh Rosenberg & Murk, Heatherton dan Polivy (1991) mengatakan
bahwa self esteem merupakan penilaian pribadi tentang keberhargaan yang
diekspresikan ke dalam tingkah laku yang ditunjukkan pada dirinya sendiri.
Selain itu, Coopersmith (1959) menyatakan bahwa self esteem merupakan
evaluasi individu dan kebiasaan memandang dirinya sendiri, yang mengarah pada
penerimaan atau penolakan, serta keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki, atau dengan kata lain self esteem merupakan penilaian personal mengenai
perasaan berharga yang diungkapkan dalam sikap dan ekspresi kelayakan individu
terhadap dirinya Pendapat lain diungkapkan oleh Klass & Hodge (1978) yang
mengatakan bahwa self esteem adalah hasil dari evaluasi yang dibuat dan dipertahankan
oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungannya serta
penerimaan penghargaan dan perlakuan dari orang lain terhadap individu tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa self esteem
adalah penilaian individu tentang bagaimana ia menghargai dan menilai dirinya sendiri
secara keseluruhan, yang berupa sikap positif atau negatif terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan dirinya dan bagaimana seseorang tersebut bertindak.
a. Kekuatan
b. Keberartian
ekspresi cinta yang diterima oleh seseorang dari orang lain yang menunjukkan adanya
penerimaan dan popularitas individu dari lingkungan sosial. Penerimaan dari
lingkungan ditandai dengan adanya kehangatan, respon yang baik dari lingkungan dan
adanya ketertarikan lingkungan terhadap individu dan lingkungan menyukai individu
sesuai dengan keadaan diri yang sebenarnya.
c. Kebajikan
Individu dapat memiliki berbagai persepsi yang berbeda mengenai dirinya dalam
berbagai aspek, seperti hubungan sosial, kemampuan akademik, atau penampilan fisik
yang akan membawa pada penerimaan yang luas terhadap diri sebagai objek yang
multidimensional (Crocker, Wolfe, Lun, 2000).Individu dapat mengalami peningkatan
self- esteem karena adanya kesuksesan dalam aspek yang bersangkutan, sementara
kegagalan dapat menimbulkan penurunan self-esteem (Hill, 2006). Terdapat empat
aspek self- esteem (Heatheron dan Polivy, 1991) yang meliputi:
a. Performance Self-esteem
b. Social Self-esteem
c. Physical Self-esteem
Individu dengan harga diri yang tinggi lebih tegas, mandiri, dan kreatif. Individu
tersebut juga kurang suka menerima definisi sosial mengenai realita kecuali individu
tersebut menyampaikan dengan pengamatan sendiri, dimana lebih fleksibel dan
imaginatif, dan mampu untuk menemukan solusi orisinil terhadap suatu masalah
(Coopersmith, 1998).
Individu dengan self-esteem tinggi cenderung puas dengan karakter dan
kemampuan diri. Individu dengan self-esteem tinggi lebih bahagia dan lebih efektif
dalam menghadapi tuntutan lingkungan dari pada individu dengan self-esteem rendah.
Tidak bermasalah dengan rasa takut dan perasaan yang saling bertentangan, tidak
terbebani dengan keraguan diri, dan gangguan kepribadian, individu dengan self-esteem
yang tinggi terlihat bergerak secara langsung dan realistis untuk tujuan pribadinya.
Individu dengan harga diri yang rendah memiliki rasa kurang percaya diri dalam
menilai kemampuan dan atribut-atribut dalam dirinya. Kurangnya percaya diri tersebut
dapat membuat individu tidak mampu untuk mengekspresikan diri dalam lingkungan
sosialnya. Individu tersebut kurang mampu untuk melawan tekanan untuk
menyesuaikan diri dan kurang mampu untuk merasakan stimulus yang mengancam.
Individu tersebut menarik diri dari orang lain dan memiliki perasaan tertekan secara
terus menerus (Coopersmith, 1998). Individu ini merasa inferior, takut atau malu,
membenci dirinya, kurang mampu menerima dirinya, dan bersikap patuh atau submissif.
Individu dengan self-esteem rendah menunjukan level kecemasan yang lebih tinggi, dan
lebih banyak menunjukan simtom psikosomatis dan perasaan depresi.
Individu dengan self-esteem yang cenderung rendah mencari bukti bahwa
dirinya kurang memiliki kecakapan, sedangkan individu yang memiliki self- esteem
yang tinggi memotivasi diri untuk menemukan bukti yang memperkuat semangat pada
XXV
diri sendiri. Individu yang telah berhasil menampilkan diri akan mengatribusika hasil
kesuksesan pada karakteristik internalnya, sedangkan individu dengan self-esteem yang
rendah cenderung mendistribusikan kesuksesan mereka pada pengaruh eksternal.
Berdasarkan uraian diatas, karakteristik self-esteem tinggi merupakan individu
yang lebih puas dengan karakter dan kemampuan diri sehingga merasa lebih bahagia
dan lebih efektif dalam menghadapi tuntutan lingkungan karena tidak
mempermasalahkan rasa takut dan perasaan yang saling bertentangan, tidak terbebani
dengan keraguan diri, gangguan kepribadian, dan bergerak secara langsung dan realistis
untuk tujuan pribadinya.
Karakteristik self-esteem rendah merupakan individu yang merasa inferior, takut
atau malu, membenci dirinya, kurang mampu menerima dirinya, dan bersikap patuh
atau submissif. Individu dengan self-esteem rendah menunjukan level kecemasan yang
lebih tinggi, dan lebih banyak menunjukan simtom psikosomatis dan perasaan depresi.
Individu dengan self-esteem yang cenderung rendah mencari bukti bahwa dirinya
kurang memiliki kecakapan. Pada penelitian kali ini, peneliti mengacu pada aspek yang
dikemukakan oleh Coopersmith (1967).
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sosial
3. Faktor psikologis
4. Jenis kelamin
Ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki
anak. Ibu rumah tangga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengurus keluarga
dan kebutuhan-kebutuhan rumah lainnya. Salah satu contoh dari perkembangan era
teknologi modern adalah dengan munculnya smartphone. Kemunculan smartphone
membuat seseorang lebih asik dan sibuk dengan fitur-fitur yang terdapat pada
smartphone tersebut. Kesibukan terhadap media sosial membuat ibu-ibu tak kenal
waktu (Dwijayannti, 1999).
Rendahnya rasa percaya diri pada ibu rumah tangga menyebabkan rasa tidak
nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Namun, ada sebagian ibu rumah
tangga ketika memiliki rasa percaya diri yang rendah dapat menimbulkan banyak
masalah seperti depresi, bunuh diri, anoreksia nervose, delinkuensi, dan masalah
penyesuaian diri lainnya. ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri tinggi, tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan, percaya dengan kemampuan diri sendiri, mudah
berinteraksi dengan lingkungannya dan menjadi diri sendiri (Hakim, 2002). Sebaliknya,
ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengucilkan
XXVII
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
terdapat hubungan negatif antara Self Esteem dengan Smartphone Addiction pada Ibu
Rumah Tangga. Ibu Runah Tangga yang memiliki tingkat self-esteem yang rendah akan
menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan ibu rumah tangga
dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat smartphone addiction
yang rendah.
XXIX
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini menggunakan dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel
terikat (kriterium variabel) atau yang biasanya disebut dengan variabel Y dan variabel
bebas (prediktor variabel) atau yang biasanya disebut dengan variabel X. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Smartphone Addiction
2. Self Esteem
Self-esteem adalah evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya yang
diungkapkan dalam suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju, dan menunjukkan
sejauh mana individu tersebut meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu,
penting, dan berharga (Coopersmith, 1987). Dalam penelitian ini, variable self esteem di
ukur dengan penggunaan aspek-aspek dari Coopersmith (1987), yaitu, kekuatan,
keberanian, kebijakan, kopetensi.
XXIX
XXX
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
memiliki jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Adapun populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh remaja di Bandar Lampung dengan rentang usia 12-19 tahun. Metode
pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik insidental sampling yang
terdapat di Non- Probability Sampling, yaitu pengambilan sampel secara kebetulan
bahwa siapa saja boleh menjadi sampel dalam penelitian ini jikalau memenuhi kriteria
dari penelitan yang dilakukan (Sugiyono, 2016).
XXX
XXXI
Sangat Tidak
STS 1 4
Setuju
TS Tidak Setuju 2 3
SS Sangat Setuju 3 2
S Setuju 4 1
Penilaian aitem skala Smartphone Addiction berada pada rentang 1-4 dimana
bobot penilaian untuk skor item favorable yaitu setuju (S) = 4, sangat setuju (SS) = 3,
tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Sebaliknya untuk skor item
unfavorable yaitu setuju (S) = 1, sangat setuju (SS) = 2, tidak setuju (TS) = 3, sangat
tidak sesuai (STS) = 4
Tabel 3.2
2. Skala Self-Esteem
Sangat Tidak
STS 1 4
Setuju
TS Tidak Setuju 2 3
SS Sangat Setuju 3 2
S Setuju 4 1
Penilaian aitem skala Skala Self Esteem berada pada rentang rentang 1-4 dimana
bobot penilaian untuk skor item favorable yaitu setuju (S) = 4, sangat setuju (SS) = 3,
tidak setuju (TS) = 2, sangat tidak setuju (STS) = 1. Sebaliknya untuk skor item
unfavorable yaitu setuju (S) = 1, sangat setuju (SS) = 2, tidak setuju (TS) = 3, sangat
tidak sesuai (STS) = 4
Tabel 3.4
Blue print Skala Self Esteem
No Aspek-Aspek Sekf No Aitem Total Aitem
Esteem Favorabel unfavorabel
1 Penghargaann diri 3,4,7 6,9 5
1. Uji Validitas
Validitas atau yang berasal dari kata validity merupakan seberapa akurasinya
suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukuran (Azwar, 2019). Validitas
merupakan suatu keaslian yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
XXXIII
mengukur sesuatu yang ingin di ukur. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono
2015). Menurut Azwar (2019), terdapat tipe dalam tiga katagori, yaitu validitas isi
(content validity), validitas kontrak (construct validity), serta validitas berdasarkan
kriteria (criterion-related validity).Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi
untuk pengujian terhadap kelayakan isi tes berdasarkan analisis rasional atau
melalui expert judgement (Azwar, 2019).
Menurut Azwar (2015) daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem
mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang
tidak memiliki atribut yang diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan
cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor
skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasiaitem-total.
Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total biasanya
digunakan batasan rix ≥ 0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal
0,30 daya bedanya dianggap memuaskan. Aitem yang koefisien korelasinya kurang dari
0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar,
2015).
3. Uji Reliabilitas
Reliabilitas atau berasal dari kata reliability merupakan suatu pengukuran yang
dapat menghasilkan data dengan memiliki tingkat reliabilitas tinggi yang biasa disebut
dengan reliabel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2010). Suatu instrumen yang berkualitas baik adalah instrumen yang reliabel.
Dilakukannya uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui ketetapan suatu alat ukur di
dalam mengukur gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.
XXXIV
A. Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan dalam ini adalah menentukan subajek atau sampel
penelitian, yaitu ibu rumah tangga dengan minimal 1 tahun berumah tangga, memiliki
smartphone. Kemudian peneliti menentukan alat ukur atau skala peneliti yang akan
digunakan dan telah didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari smartphone addiction dan skala self
esteem. Pada persiapan alat ukur, peneliti mengadaptasi skala smartphone addiction
memodifikasi skala Known, Lee (2013), yang tersusun atas enam aspek yaitu daily life
distrubance, positive anticipation, withdrawal, cyberspace-oriented relationship,
overuse, tolerance.
Pada persiapan alat ukur, peneliti mengadaptasi skala self esteem dari Rosenberg
(1965) yang tersusun atas dua aspek yaitu penghargaan diri dan penerimaan diri.Pada
skala self esteem dan smartphone addiction, peneliti mengadaptasi dan memodifikasi
yaitu dengan mengubah beberapa kalimat yang sulit untuk dipahami menjadi kalimay
yang mudah dipahami dengan mendiskusikan kepada expert judgement. Dalam hal ini
yang menjadi expert judgement rujukan penelitian adalah dosen pembimbing. Setelah
merancang penyusunan alat ukur kuesioner online menggunakan bantuan Google Form.
Dalam kuesioner online yang ada di dalam google form, terdapat kolom perstujuan
pengerjaan kuesioner, identitas responden, kata pengantar, petunjuk pengerjaan
kuesioner. Selanjutnya pada skala smartphone addiction terdapat 22 item yang semua
item bersifat favorable, pada skala self esteem terdapat 8 item 4 item favorable dan 4
item unfavorable.
B. Pelaksanaan Penelitian
dengan 12 juli 2023 kepada 110 ibu rumah tangga yang tersebar di beberapa wilayah
di Indonesia.
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan terdiri dari hasil uji validitas, hasil uji daya
diskriminasi aitem, hasil uji reliabelitas, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesis, dan data
demografis.
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengoreksian kata dan kalimat pada
setiap aitem pada skala Smartphone Addiiction. Pengoreksian dilakukan untuk
memastikan bahwa aitem-aitem yang digunakan telah sesuai dengan isi yang
dikehendaki dan apakah telah sesuai dengan subjek penelitian. Semua aitem yang telah
dimodifikasi peneliti diajukan kepada dosen pembimbing dan terdapat revisi, sehingga
ada perbaikan kembali terhadap skala penelitian.
Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan, maka diperoleh
hasil bahwa seluruh aitem pada skala Smartphone Addiiction berjumlah 33 aitem
dinyatakan memiliki 11 nilai diskriminasi aitem yang buruk. Koefisien korelasi pada
seluruh aitem berkisar antara 0,016-0,777. Sebaran aitem Smartphone Addiiction dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Sebaran Aitem Skala Smartphone Addiction Setelah Uji daya Diskriminasi
Aspek-Aspek Smartphone Total
No No Aitem
Addiction Aitem
Favorable Unfavorabele
1*,3*,4,5,6
1 Daily-life disturbance 5
6,7,8,9*,10,1
2 Positif Anticiptation 8
1,12,13
14,15,16,17,
3 Withdrawal 6
18,19
XXXVII
Tabel 2.
Reliabilitas Skala Skala Smartphone Addiction
Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
0,907 22 Reliabel
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengoreksian kata dan kalimat pada
setiap aitem pada skala self esteem. Pengoreksian dilakukan untuk memastikan bahwa
aitem-aitem yang digunakan telah sesuai dengan isi yang dikehendaki dan apakah telah
sesuai dengan subjek penelitian. Semua aitem yang telah dimodifikasi peneliti diajukan
kepada dosen pembimbing dan terdapat revisi, sehingga ada perbaikan kembali terhadap
skala penelitian.
Berdasarkan uji daya diskriminasi aitem yang telah dilakukan, maka diperoleh
hasil bahwa seluruh aitem pada skala self esteem berjumlah 10 aitem dinyatakan
memiliki 2 nilai diskriminasi aitem yang buruk. Koefisien korelasi pada seluruh aitem
berkisar antara 0,243-0,699. Sebaran aitem self esteem dapat dilihat pada tabel 3.
XXXVIII
Tabel 3.
Sebaran Aitem Skala Self Esteem Uji Daya Diskriminasi
No Aitem
Total
No Aspek-Aspek Sekf Esteem
Favorabe unfavorabel Aitem
l
1 Penghargaann diri 3,4,7 6*,9 5
Tabel 4.
Reliabilitas Skala Self Esteem
Cronbach’s Alpha N of Items Keterangan
0,859 8 Reliabel
3. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Pada uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik SPSS for windows
versi 25. Pada skala yang telah di sebar, uji normalitas untuk skala smartphone
addiction di peroleh hasil signifikansi sebesar 0,070 (p ≥ 0,05) artinya smartphone
addiction terdistribusi tidak normal. Kemudian untuk skala self esteem diperoleh hasil
XXXIX
dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p ≤ 0,05) artinya data self esteem terdistribusi
secara normal. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5.
Hasil Uji Normalitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem
Kolmogorov-Smirnov
Variabel Keterangan
Statistic df Sig
Smartphone 0,0 110 0,000 Terdistribusi
addiction 81 normal
Self Esteem 0,192 110 0,007 Terdistribusi tidak
normal
4. Uji Lineritas
Tabel 6.
Hasil Uji Linearitas Skala Smartphone Addiction dan Skala Self Esteem
Variabel Sig P Keterangan
smartphone addiction
dan self esteem 0,00 ≤0,05 Linear
5. Uji Hipotesis
Uji hubungan antar skala smartphone addiction dan self esteem dilakukan
dengan bantuan SPSS for windows 25 serta menggunakan teknik analisis bivariate
pearson one-tailed. Setelah dilakukan pengujian diperoleh data hasil analisis bivariate
yaitu r = -0,926 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 artinya terdapat hubungan
berarah negatif antara smartphone addiction dengan self esteem ibu rumah tangga maka
semakin tinggi smartphone addiction maka semakin rendah self esteem pada ibu rumah
tangga adapun hasil uji hipotesis dapat dilihat pada.
XL
Tabel 7.
Hasil Uji Hipotesis Correlations
Smartphone Addiction Self Esteem
Smartphone Pearson Correlation 1 0,-
Addiction 926
Sig. (1-tailed) 0,00
0
N 100 100
Self Esteem Pearson Correlation 0,-926 1
Sig. (1-tailed) 0,000
N 110 110
**. Correlation is significant at the 0,01 level (1-tailed)
Hasil dari perhitungan mean empirik, mean hipotetik, dan standar deviasi
hipotetik pada variabel smarttphone addiction dan self esteem dapat dilihat pada tabel 8
berikut ini
Tabel 8.
Mean Empirik dan Standar Deviasi Empirik
Variabel Mean Empirik Standar Deviasi
(ME) Empirik
Smartphone Addiction 60,93 11
Self Esteem 20,96 5
1) Smarphone Addiction
Tabel 9.
Kategorisasi Smartphone Addiction
Mean Standar Deviasi
Mean
Variabel Hipotetik Hipotetik Kategori
Empirik (X̅
(X̅ H) (SDH)
E)
Smartphone addiction 60,93 55 11 Sedang
X̅ H-2SD = 55 - (2×11) = 33
X̅ H -1SD = 55 - (1×11) = 44
X̅ H +ISD = 55 + (1×11) = 66
H +2SD = 55 + (2×11) = 77
Hasil kategorisasi skala Smartphone Addiction secara rinci dapat dilihat sebagai
berikut:
Berikut ini adalah sebaran kategori skala Smartphone Addiction dalam bentuk
rentang garis yang terbagi atas 6 daerah dengan mean empirik 60,93.
X̅ E60,93
XLII
Sangat Rendah
Rendah Sedang Sangat Tinggi
Tinggi
2) Self-Esteem
Deskripsi mengenai kategori subjek pada skala self-esteem dapat dilihat dari
tabel 11. Di bawah ini.
Tabel 10.
Kategorisasi Self-Esteem
Mean Standar Deviasi
Mean
Variabel Hipotetik Hipotetik Kategori
Empirik (X̅
(X̅ H) (SDH)
E)
Self Esteem 20,96 20 4 Sedang
X̅ H-2SD = 20 - (2×4) = 12
X̅ H -1SD = 20 - (1×4) = 16
X̅ H +ISD = 20 + (1×4) = 24
H +2SD = 20 + (2×4) = 28
Hasil kategorisasi skala Self Esteem secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:
Berikut ini adalah sebaran kategori skala Self Esteem dalam bentuk rentang garis
yang terbagi atas 6 daerah dengan mean empirik 20,96
X E 20,96
Sangat Rendah
Rendah Sangat Tinggi
Sedang Tinggi
XLIV
Responden pada penelitian ini berjumlah 110 orang ibu rumah tangga yang
berusia 18-58 tahun. Reponden dapat dikelompokkan berdasarkan usia, domisili, tempat
tinggal, lama pernikahan, penghasilan suami, pengeluaran rumah tangga perbulan, lama
menggunakan smartphone, dalam kehidupan sehari-hari menggunkan smartphone
untuk, berapa banyak smartphone. Hasil penelitian deskripsi dapat dilihat melalui
penjelasan dibawah ini:
Hasil analisis deskriptif pada kategori usia dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah
ini:
Tabel 11.
Analisis Deskriptif Kategori Usia
Smartphone
Self-Esteem
Usia % Addiction
ME Ket ME Ket
18 tahun 1 0,9% 22.00 Sedang 53.00 Sedang
20 tahun 3 6,4% 22.57 Sedang 48.29 Sedang
21 tahun 7 8,2% 18.22 Rendah 62.89 Sedang
22 tahun 11 12,7% 20.50 Sedang 56.86 Sedang
23 tahun 8 10,9% 19.92 Rendah 60.00 Sedang
24 tahun 3 5,5% 22.67 Sedang 48.33 Sedang
25 tahun 6 6,4% 21.14 Sedang 56.29 Sedang
26 tahun 5 5,5% 20.83 Sedang 57.00 Sedang
27 tahun 4 4,5% 22.40 Sedang 49.20 Sedang
28 tahun 8 8,2% 20.89 Sedang 54.22 Sedang
29 tahun 6 6,8% 20.29 Sedang 57.71 Sedang
30 tahun 5 4,5% 21.20 Sedang 56.40 Sedang
31 tahun 2 1,8% 21.00 Sedang 57.50 Sedang
32 tahun 2 1,8% 23.00 Sedang 48.00 Sedang
33 tahun 5 4,5% 22.00 Sedang 53.40 Sedang
35 tahun 5 4,5% 21.00 Sedang 56.00 Sedang
36 tahun 2 1,8% 22.00 Sedang 52.00 Sedang
XLV
Smartphone
Self-Esteem
Usia % Addiction
37 tahun 2 1,8% 22.00 Sedang 54.00 Sedang
38 tahun 4 3,6% 22.00 Sedang 50.00 Sedang
Sangat Sangat
40 tahun 4 3,6% 48.25 22.75
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
41 tahun 2 1,8% 61.00 19.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
42 tahun 3 2,7% 52.00 22.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
43 tahun 4 3,6% 19.50 Tinggi 19.75 Rendah
Sangat Sangat
44 tahun 3 2,7% 45.00 23.33
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
46 tahun 1 0,9% 62.00 20.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
48 tahun 1 0,9% 46.00 23.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
52 tahun 1 0,9% 48.00 32.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
58 tahun 1 0,9% 50.00 22.00
Tinggi Rendah
Sangat Sangat
59 tahun 1 0,9% 49.00 23.00
Tinggi Rendah
Tabel 12
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal
Self Esteem Smarthphone
Tempat Tinggal % Addiction Addiction
ME Ket ME Ket
Rumah Pribadi 66 60,0% 21,29 Sedang 54,15 Sedang
Tinggal
Bersama 2 19,1% 20.24 Sedang 57,48 Sedang
Orang Tua
Sebelumnya
tinggal bersama
orang tua mulai 1 0,9% 22,00 Sedang 53,00 Sedang
pindah rumah
pribadi 1 bulan
terakhir
Tabel 13.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Tempat Tinggal
Self Esteem
Smarthphone Addiction
Domisili % Addiction
ME Ket ME Ket
Dalam 72 65,5% 21.67 Sedang 53,22 Sedang
Pulau Jawa
Luar Pulau 38 34,5% 19,63 Sedang 59,50 Sedang
Jawa
Tabel 14.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Lama Pernikahan
Self Esteem Smartphone
Lama Addiction
%
Pernikahan ME Ket ME Ket
1-10 tahun 73 66,4% 20.85 Sedang 55.79 Sedang
11 – 20 tahun 26 23,6% 21.00 Sedang 55.46 Sedang
21 – 30 tahun 8 7.3% 21.75 Sedang 51.88 Sedang
31-40 tahun 1 0,9% 22.00 Sedang 50.00 Sedang
<40 tahun 2 1,8% 21.00 Sedang 56.50 Sedang
XLVIII
Tabel 15.
Mean Empirik Kategori Berdasarkan Penghasilan Suami
Smartphone
Pendapatan % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
<Rp 1.000.000 5 4.5% 20.20 Sedang 56.60 Sedang
Rp 1.000.000- 20 18.2% 20.20 Sedang 57.60 Sedang
Rp 2.000.000
Rp 3.000.000- 38 34.5% 21.24 Sedang 54.47 Sedang
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000- 22 20.0% 21.09 Sedang 54.50 Sedang
Rp 5.000.000
>Rp 5.000.000 25 22.7% 21.20 Sedang 55.56 Sedang
Tabel 16.
Mean Empirik Kategori Pengeluaran Rumah Tangga
Smartphone
Pengeluaran % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
<Rp 1.000.000 4 3.6% 21.00 Sedang 54.75 Sedang
Rp 1.000.000- 24 21.8% 21.87 Sedang 52.58 Sedang
Rp 2.000.000
Rp 3.000.000- 37 33.6% 21.08 Sedang 54.49 Sedang
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000- 17 15.5% 19.59 Sedang 60.00 Sedang
Rp 5.000.000
>Rp 5.000.000 28 25.5% 20.86 Sedang 56.29 Sedang
Tabel 17.
Mean Empirik Kategori Lama Menggunakan Smartphone
Lama % Smartphone
Self Esteem
Menggunakan Addiction
Smartphone
ME Ket ME Ket
3-6 jam/hari 3 33.6% 21.03 Sedang 55.78 Sedang
6-9jam/hari 34 30.9% 21.50 Sedang 53.38 Sedang
Tabel 18.
Mean Empirik Kategori Jenis Penggunaan Smartphone
Smartphone
Pendapatan % Self Esteem
Addiction
(Perbulan)
ME Ket ME Ket
Hiburan 11 10.0% 61.18 Sedang 19.27 Sedang
Berita/Informasi 14 12.7% 58.36 Sedang 19.86 Sedang
Tabel 19.
Mean Empirik Kategori Jumlah Kepemilikan Smartphone
Smartphone
Jumlah % Self Esteem
Addiction
Smartphone
ME Ket ME Ket
1 75 68.2% 21.12 Sedang 55.15 Sedang
2 32 29.1% 20.59 Sedang 55.81 Sedang
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Self Esteem dengan
Smartphone Addiction pada ibu rumah tangga. Berdasrakan hasil pengujian hipotesis
diketahui dua hipotesis penelitian yaitu “ Self Esteem dengan Semartphone Addiction”
diterima memiliki arah tujuan negatife. Berdasarkan diketahui bahwa Self Esteem
memiliki hubungan dengan Smartphone Addiction dengan nilai signifikansi sebesar
0,000. Berdasarkan perhitungan juga diketahui bahwa Self Esteem dengan Semartphone
Addiction secara bersama-sama memiliki nilai hubungan sebesar 0,926 terhadap ibu
LII
rumah tangga.
Ketika ibu rumah tangga yang memiliki Self Esteem tinggi, tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan, percaya dengan kemampuan diri sendiri, mudah
berinteraksi dengan lingkungannya dan menjadi diri sendiri (Hakim, 2002). Sebaliknya,
ibu rumah tangga yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengucilkan
dirinya bahkan merasa bahwa ia dikucilkan oleh lingkungan sehingga memudahkan
individu mengalami frustasi. Selain itu, ibu rumah tangga yang merasa dirinya
dikucilkan akan mengalihkan dirinya pada sesuatu yang membuat ia merasa nyaman.
Pengalihan ibu rumah tangga yang kurang percaya diri biasanya akan
mengalihkan dirinya pada smartphone miliknya. Saat ini rata-rata ibu rumah tangga
lebih sering menggunakan smartphone miliknya. ibu rumah tangga yang memiliki self-
esteem yang rendah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami
smartphone addiction karena mereka akan menggunakan smartphone dalam waktu yang
lebih lama dibandingkan ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem yang
tinggi (Ehrenberg, 2008). Hal tersebut dapat membuat ibu rumah tangga mengalami
addiction terhadap smartphone. Ciri- ciri terdampak Semartphone Addiction individu
selalu mengggunakan Semartphone setiap waktu dengan waktu yang cenderung lama
merasa gelisah jika tidak menggunakan Semartphonenya tidak ingin melakukan
aktivitas lai kecuali memainkan Semartphonenya lebih sering berdiam diri di rumah
dibandingan berinteraksi dengan orang lain di luar.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat hubungan antara self-
esteem dengan pengguna smartphone addiction. Penelitian yang dilakukan oleh Lee,
Sung, Song, Lee, (2016) pada 490 ibu rumah tangga di Korea Selatan menunjukkan
bahwa self-esteem memiliki hubungan negatif dengan pengguna smartphone addiction,
yang berarti bahwa semakin tinggi self-esteem ibu rumah tangga maka akan semakin
rendah risiko ibu rumah tangga untuk mengalami kecanduan smartphone. Selanjutnya,
penelitian yang dilakukan oleh Hong, Chiu dan Huang (2012) juga menunjukkan bahwa
self-esteem yang rendah dapat menyebabkan smartphone addiction pada seseorang.
Self-esteem merupakan salah satu prediktor terkuat dari terjadinya smartphone
addiction (Ehrenberg, Juckes, White dan Wals, 2008). Selanjutnya, pada penelitian Park
LIII
dan Lee (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-esteem dengan
pengguna smartphone addiction. Ibu rumah tangga yang memiliki tingkat self-esteem
yang rendah akan menunjukkan tingkat smartphone addiction yang tinggi, sedangkan
ibu rumah tangga dengan tingkat self-esteem yang tinggi akan menunjukkan tingkat
smartphone addiction yang rendah.
Kemudian pada penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan nilai mean empirik
self esteem sebesr 20,96. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden pada penelitian
ini berada pada kategori sedang menagarah ketinggi artinya responden dalam penelitian
ini memiliki kepercayaan atau keyakinan pada dirinya, kemudian dapat
mengekspresikan diri dnegan baik dan merasa berharga. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Coopersmith,2008) individu dengan self esteem yang
tinggi memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki sikap aktif dan mampu
mengekspresikan diri dengan baik, memiliki prestasi dalam bidang akademik dan
mampu menjalin hubungan sosial, dapat menerima kritik dengan baik, percaya terhadap
persepsi diri, memiliki keyakinan diri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya, tidak
terpaku hanya pada kesulitan yang dihadapi, tidak mudah terpengaruh dengan penilaian
orang lain terhadap dirinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
sehingga mudah beradaptasi. Sedangkan karakteristik individu dengan self esteem yang
rendah yaitu memiliki perasaan inferior (merasa kurang sempurna), takut gagal dalam
membina hubungan sosial, sering putus asa dan depresi. merasa diasingkan dan tidak
diperhatikan, kurang mampu mengekspresikan diri, tidak konsisten. pasif mengikuti
lingkungan, mudah mengakui kesalahan, menggunakan banyak taktik mempertahankan
diri.
Kemudian bersadarkan hasil perhitungan nilai mean empiric pada Smartphone
addiction 60,93. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini
berada pada kategori sedang menagarah ketinggi artinya responden dalam penelitian ini
tidak mampu tanpa smartphone. Seperti dikatan oleh Menurut Hidayat dan Mustikasari
(2014) Individu akan selalu mencoba untuk mengontrol penggunaan smartphone dan
akan selalu memikirkan smartphone ketika baru selesai menggunakannya dan dapat
menyebabkan gangguan pada aktivitasnya sehari-hari.
LIV
Pada kategori usia self-esteem rentang usia 40 sampai 59 tahun berada pada
kategori sangat tinggi, sedangkan kategori usia smartphone addiction 40 sampai 59
tahun berada pada kategori sangat rendah. usia 18 hingga 38 tahun memiliki kategori
self esteem dan smartphone addiction yang sedang. Ada beberapa responden dalam
rentang tersebut yang memiliki self esteem rendah namun sebagian besar cenderung
sedang.
Hal ini disebabkan faktor usia ibu rumah tangga yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menikmati masa-masa tua dan bercengkerama dengan
keluarga dibanding menggunakan smartphone. Hal ini menunjukkan keselarasan
Joinson, (2004) yang menyatakan jika individu yang memiliki self- esteem tinggi lebih
menyukai untuk melakukan komunikasi langsung (face-to- face) sedangkan individu
yang memiliki self-esteem yang rendah lebih memilih melakukan komunikasi melalui
SMS, e-mail atau media sosial lainnya.
Hasil demografis pada subjek penelitian berdasarkan analalisis deskriftif
domisili dan tempat tinggal keduanya berada pada kategori sedang dan tidak
menunjukkan hibungan yang signifikan terhadap self esteem dan Berdasarkan penelitian
ini, domisili dan tempat tinggal tidak menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap
smartphone addicted Ibu Rumah Tangga, sebab self esteem memiliki keterikatan
dengan pembawaan dan penerimaan pribadi. Teori Ghufron dan Risnawita bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi self esteem adalah lingkungan sosial (Ghufron &
Risnawita, 2016). Mengacu pada bagaimana seseorang mempercayai persepsi orang lain
terhadap dirinya, dalam hal ini mengenai penerimaan lingkungan soaial terhadap diri
individu. Dukungan emosional dan penghargaan sosial dari orang lain juga memiliki
kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi self-esteem (Santrock, 2002).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dikethui bahwa tidak ada perbedaan
kategorisasi dalam lama pernikahan, diketahui seluruh subjek dalam penelitian ini 73
responden berada pada usia pernikahan dibawah 10 tahun yang berada dalam
kategorisasi sedang. Namun apabila diteliti lebih jauh, terdapat perbedaan skor yang
cukup tinggi yang menunjukkan bahwa subjek yang dengan pernikahan lebih dari 40
tahun memiliki skor smartphone addicted untuk berubah yang lebih besar. Hal ini sesuai
dengan gagasan Crewson dan Fisher (1997) yang mengemukakan bahwa ibu rumah
LV
tangga yang telah memiliki masa pernikahan yang lebih lama memiliki kecenderungan
menunjukkan self esteem lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumahtangga yang
memiliki masa pernikahan yang lebih rendah. Pendapat ini juga sejalan dengan
pendapat Juanke (2005) juga yang menyatakan bahwa ibu rumahtangga yang memiliki
masa pernikahan yang masih sedikit mungkin akan lebih sulit untuk menghadapi
perubahan. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena dalam pernikahan masih belum
bisa menyatukan perbedaan setiap pasangan.
Analisis deskriptif menunjukkan seluruh kategori subjek penelitian dalam hal
tingkat pendapatan suami, pengeluaran rumah tangga, durasi penggunaan smartphone,
kegunaan, dan jumlah kepemilikan smartphone responden penelitian tidak memiliki
perbedaan dimana seluruhnya berada dalam kategori sedang. Berdasarkan kategori
tingkat pendapatan suami, 5 responden atau 4,5% responden menjawab penghasilan
suami dibawah Rp. 1.000.000/bulan, 20 responden atau 18,2% menjawab penghasilan
suami antara Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000/bulan, 38 responden atau 34,5% menjawab
penghasilan suami antara Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000/bulan, 22 responden atau
20,0% menjawab penghasilan suami antara Rp. 4.000.000 – Rp. 5.000.000/bulan,
sedangkan sisanya 25 responden atau 22,7% menjawab penghasilan suami diatas Rp.
5.000.000/bulan. Sementara itu, sebagian besar rsponden yakni sebanyak 37 responden
menjawab pengeluaran rumah tangga antara Rp. 3.000.000 – Rp. 4.000.000/bulan. Jika
dibandingkan dnegan pendapatan suami, artinya tingkat pendapatan suami mampu
mencukupi kebutuhan keluarga dengan peran istri sebagai ibu rumah tangga.
Berdasarkan distribusi jawaban responden berdasarkan lama menggunakan
smartphone banyak responden yang menjawab 3-6 jam per hari denga total jawaban
tertinggi diisi oleh 37 responden atau 33,6%. Hal ini didasarkan pada kepadatan
pekerjaan ibu rumah tangga untuk mengurus rumah, anak, dan rumah tangga. Sehingga
durasi penggunaan smartphone responden berada pada kategori sedang. Data Didital
Year Book (2009) menunjukan jumlah pengguna media social di Indonesia terus
meningkat, mencapai rata-rata 15% pertahun. Intensitas rata-rata waktu harian
dihabiskan untuk menggunakan media social melalui smartphone di Indonesia
adalah 3 jam 26 menit, angka ini lebih tinggi dibandingkan angka global yaitu 2 jam 16
menit (Has, 2020) Pada saat ini semua kegiatan selalu menggunakan teknologi salah
LVI
satunya adalah penggunaan smartphone yang saat ini hampir dimiliki semua orang
karena dapat mempermudah suatu pekerjaan, dan dapat bekerja layaknya sebuah
komputer, serta adanya aksen internet serta fitur lainnya.
Adapaun aktivitas yang banyak dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam
menggunakan smartphone adalah untuk berkomunikasi dengan persentase 38,2%.
Selain itu, 11 responden atau 10,0% menggunakan smartphone untuk hiburan, 14
responden atau 12,7% untuk mencari berita atau informasi, dan sisanya untuk lain-lain.
Hasil tersebut sejalan dengan pendapat (Yanti, 2018) bahwa ibu rumah tangga
menggunakan smartphone sesuai fungsinya sebagai alat komunikasi yaitu untuk
menelpon dan sms. Selain itu ibu rumah tangga menggunakan snartphone untuk media
sosial yang paling banyak digunakan yaitu facebook dan whatsapp.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Berikut ini merupakan saran teoritis yang dimiliki oleh peneliti, antara lain:
Berikut ini merupakan saran praktis yang dimiliki oleh peneliti, antara lain:
a) Pada penelitian ini, dapat memberikan manfaat bagi Ibu Rumah Tangga agar
selalu dapat mengontrol dirinya dari bahaya penggunaan smartphone secara
berlebihan.
LVIII
DAFTAR PUSTAKA
Albarashdi, H. S., Bouazza, A., Jabur, N. H., & Al-Zubaidi, A. S. (2016). Smartphone
addiction reasons and solutions from the perspective of sultan qaboos
university undergraduates: a qualitative study. International Journal of
Psychology and Behavior Analysis, 2(113), 1-10. doi: 10.15344/2455-
3867/2016/113.
The relationship between mental health and addiction to mobile phones among
university student of Shahrekord, Iran. Addict Health, Summer and Autumn,
6(3-4), 93-99.
Aydin, B., & Sari, S, V., (2011). Internet addiction among adolescents: the role of self-
esteem. Procedia Social and Behavioral Sciences.
Bianchi, A., Phillips, J.G., (2005). Psychological predictors of problems mobile phone
use. CyberPsychology & Behavior.
Branden, Nathaniel. (2005). Kekuatan Harga Diri (The power Of Self esteem). Batam:
Interaksara.
Chaplin. (2011). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Clemens, H., Bean, R., Clack, A. (1995). Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja.
Alih Bahasa: Tjandrasa, Meitasari, M. Jakarta. Penerbit: Bina Rupa Aksara.
LX
Demirci, K., Akgonul, M., & Akpinar, A. (2015). Relationship of smartphone use
severity with sleep quality , depression , and anxiety in university students.
Journal of Behavioral Addiction, 4(2), 85–92.
https://doi.org/10.1556/2006.4.2015.010
Denich, A. U., & Ifdil. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal Konseling dan
Pendidikan, Vol. 3 No. 2 55-61.
Dlodlo, N. (2014). Measuring selected m-texting addiction indicators with gender and
self-esteem. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(23), 489- 499.
doi:10.5901/mjss.2014.v5n23p48 9.
Ehrenberg, A., Juckes, S., White, K. M., & Walsh, S. P. (2008). Personality and self-
esteem as predictors of young people’s technology use. CyberPsychology &
Behavior, 11(6).
Frey, D & Carlock, C.J. (1984). Enhancing Self Esteem. Muncie : Accelerated
Development, Ins.
Freeman, CB. (2008). Internet Gaming Addiction. The Journal for Nurse Practitioners.
Hakim , Thursan. (2002). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara.
Haug, S., Castro, R., Kwon, M., Filler, A., Kowatsch, T., & Schaub, M. (2015).
Smartphone Use and Smartphone Addiciton Among Young People In
Switzerland. Journal of Behavioral Addictions, 4 (4), 299
Hernawati, Vonny. (2005). Perbedaan Self esteem Antara Siswa Jurusan IPA dan IPS
SMA Negeri Se-Kecamatan Kota Di Kabupaten Sumenep. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Hidayat, S., & Mustikasari. (2014). Kecanduan Penggunaan Smartphone dan Kualitas
Tidur Pada Mahasiswa RIK UI. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Hill. V. Z. (2006). Contingencies self esteem and the interpersonal circomplex: the
interpersonal pursuit of self esteem. Personality and individual differences.
RetrievedFrom:https://www.academia.edu/1001844/Contingent_self_esteem_a
nd_the_in terpersonal_circumplex_The_interpersonal_pursuit_of_self_esteem
Hong, F. Y., Chiu, S. I., & Huang, D. H. (2012). A model of the relationship between
LXI
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT.
Erlangga.
Kaur, Devleen., Divneet Kaur., Anuja Chopra., and Poonam Arora. (2014). Corn Silk:
A Riview On Botanical And Harmacological Considerations. European Journal
Of Biomedical And Pharmaceutical Sciences. Volume 2, Issue 5.
Karuniawan, A & Cahyanti, I.Y. (2013). Hubungan antara Academic Stress dengan
Smartphone Addiction pada Mahasiswa Pengguna Smartphone. Jurnal
Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 2(1), 16-21.
Kormendi, A., Brutoczki, Z., Vegh, B. P., & Szekely, R. (2016). Smartphone use can be
addictive? a case report. Journal of Behavioral Addictions, 5(3),548-552.
Kurcaburun, K. (2016). Self-esteem, daily internet use and social media addiction as
predictor of depression among Turkish adolescents. Journal of Education and
Practice, 7(24), 64-72.
Kwon, M., Lee, J. Y., Won, W. Y., Park, J. W., Min, J. A., Hanh, C., Gu, X.,
LXII
Lee, J., Sung, M. J., Song, S. H., Lee, Y. M., Lee, J. J., Cho, S. M., Park, M. K., & Shin,
Y. M. (2016). Psychological factors associated with smartphone addiction in
south korean adolescents. Journal of Early Adolescence, 1- 15.
Lin. Yu-Hsuan, Chang, L,. Lee, Y,.Tseng, H,. Kuo, T, B, J,. Chen, S. (2014).
Development and validation of the smartphone addiction inventory (SPAI).
PLoS ONE, 9, 1-5. doi:10.1371/journal.pone.0098312
Oksman, V., & Turtiainen, J. (2004). Mobile communication as a social stage. SAGE
Publication, 6(3), 319-339. https://doi.org/10.1177/1461444804042518.
Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2001). Perkembangan Manusia. Jakarta:
Salemba Humanika.
Park, Y., & Chen, J. V. (2007). Acceptance and adoption of the innovative use of
smartphone. Industrial Management + Data Systems, 107(9).
Pervin, L. A., & John, O. P. (2001). Personality Theory & Research. New York: John
Wiley & Sons, Inc. Rahmayanti. (2015). Indonesia Raksasa Teknologi Digital
Asia. Retrieved from :
http://www.tempo.co/read/kolom/2015/10/02/2310/indonesia-raksasa-
teknologi-digital-asia
Reasoner, Robert W. (2001). Extending Self esteem Theory And Research From:
http://ndl.ethernet.edu.et/bitstream/123456789/17491/1/13.pdf
Sings, N., Chopra, N., & Kaur, J. (2014). A study to analize relationship between
psychological behavior factor on whatsapp addiction among youth in jalandhar
district in punjab. European Journal of Business and Management, 6(37).
Susanty, Dewi Indah. (2006). Hubungan Antara Self esteem dan Perilaku Alkoholisme
Pada Remaja Alkoholik Di Kota Kupang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Stuart GW, Sundeen. (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.
Louis Mosby Year Book.
Soecipto, Abdul Holik. 2018. Pemanfaatan Media Sosial Bagi Ibu-ibu Rumah Tangga
dan pemuda di Desa Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat. Volume 8 Nomor 1 (Halaman 52-57).
Bandung: Universitas Iskam Nusantara
Widodo, A. S., & Pratitis, N. T. (2013). Harga diri dan interaksi sosial ditinjau dari
status ekonomi orangtua. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 131- 138.
Yang, Y. S., Yen, J. Y., Ko, C. H., Cheng, C. P., & Yen, C. F. (2010). The association
between problematic cellular phone use and risky behaviors and low selfesteem
among taiwanese adolescents. BMC Public Health, 10(217), 1-8. doi:
10.1186/1471- 2458-10-217
Yuwanto, L. (2010). Mobile phone addict. Jurnal Elektronik Ubaya. Diunduh dari
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/10/Mobile-Phone-
Addict.html
Zhang, Y., Mei, S., Chai, J., Li, J., & Du, H. (2015). The relationship impulsivity and
internet addiction in chinese college students: a moderated mediation analysis
of meaning in life and self-esteem. Plos One, 10(7), 1-13. doi:
10.1371/journal.pone.0131597