)
Journal homepage: https://jsk.farmasi.unmul.ac.id
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di
Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka, Jakarta
*Email Korespondensi: numlil_khaira@yahoo.com
Abstrak
Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Di Indonesia, Kanker paru
merupakan jenis kanker dengan kasus baru tertinggi dan penyebab utama kematian pada penduduk
laki-laki dan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketepatan regimen kemoterapi
serta potensi interaksi obat pada pasien kanker paru di Rumah Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari
data rekam medik pasien kanker paru di Rumah Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021. Toolkit yang
digunakan NCCN (National Comprehensive Cancer Network) 2021, Formularium Nasional (Fornas)
2019, dan Drugs Interaction Checker yaitu www.drugs.com. Berdasarkan regimen obat yang digunakan
terdapat 94 pasien (89,52%) tepat obat, dan 71 pasien (67,62%) tepat dosis. Hasil penelitian
menunjukan regimen yang tidak tepat yaitu carboplatin-etoposid 6 pasien (54,50%), cisplatin-
doxorubicin 1 pasien (9,10%), carboplatin-vinorelbin 1 pasien (9,10%). Dari total keseluruhan pasien
terdapat potensi interaksi obat sebanyak 482 kasus. Interaksi obat yang terjadi pada tingkat
signifikansi mayor sebanyak 34 kasus (7,05%), tingkat signifikansi moderat sebanyak 425 kasus
(88,17%) dan tingkat signifikansi minor 23 kasus (4,78%).
Abstract
Lung cancer is the most common disease found in the world and is one of the biggest causes of
mortality in cancer. Lung cancer is the main cause of death from cancer in the male population and
also has a fairly high percentage of new cases in the female population. This study aims to analyze the
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 313
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
accuracy of chemotherapy regimens and the potential for drug interactions in lung cancer patients at
X Hospital West Java for the 2019-2021 period. This study used a descriptive method with a
retrospective data collection technique from medical records of lung cancer patients at Hospital X
West Java for the 2019-2021 period. The toolkit were NCCN (National Comprehensive Cancer
Network) 2021, National Formulary 2019, and Drugs Interaction Checker (www.drugs.com). Based
on the drug regimen used, 94 patients (89.52%) got the right medication, and 71 patients (67.62%)
got the right dose. The regimen was inappropriate, namely carboplatin-etoposide in 6 patients
(54.50%), cisplatin-doxorubicin in 1 patient (9.10%), carboplatin-vinorelbine in 1 patient (9.10%).
There were 482 cases of potential drug interactions. Drug interactions occurred at a major significance
level was 34 cases (7.05%), a moderate significance level was 425 cases (88.17%) and a minor
significance level was 23 cases (4.78%).
DOI: https://doi.org/10.25026/jsk.v5i3.1754
Copyright (c) 2023, Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.).
Published by Faculty of Pharmacy, University of Mulawarman, Samarinda, Indonesia.
This is an Open Access article under the CC-BY-NC License.
How to Cite:
Numlil Khaira Rusdi, N.K., Sari, E.N., Wulandari, N., 2023. Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada
Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021. J. Sains Kes., 5(3). 313-323. DOI:
https://doi.org/10.25026/jsk.v5i3.1754
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 314
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
merupakan kasus terbanyak pada laki laki dan Barat dapat diketahui adanya peningkatan
nomor 4 terbanyak pada perempuan, serta jumlah kasus pasien kanker paru pada tiap
merupakan penyebab kematian utama pada tahunnya. Ketepatan regimen pengobatan dapat
laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data dipengaruhi oleh diagnosis, pemilihan terapi
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun dan pemberian terapi. Evaluasi regimen
2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, pengobatan ditujukan untuk menjamin agar
bronkus, dan paru merupakan keganasan obat yang digunakan tepat, aman dan efisien.
terbanyak kedua pada pria (13,4%) dan Berdasarkan latar belakang diatas, maka
merupakan penyebab kematian akibat kanker penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
terbanyak pada pria (28,94%). evaluasi regimen pengobatan dan kemungkinan
Pendekatan diagnosis, stadium dan terjadinya interaksi obat pada pasien kanker
pemilihan jenis terapi yang tepat sangat paru di Rumah Sakit X Jawa Barat periode 2019-
ditentukan oleh tingkat keganasan penyakit 2021.
pasien. Berdasarkan pengetahuan gejala klinis
kanker paru memungkinkan pemilihan terapi 2 Metode Penelitian
terbaik maka diperlukan diagnosis dan Penelitian ini menggunakan metode
pemeriksaan lebih lanjut, untuk pemilihan deskriptif dengan pengambilan data secara
regimen terapi yang tepat agar dapat retrospektif, yang diambil dari data rekam
meminimalkan resiko dan efek yang merugikan medik pada pasien kanker paru di Rumah Sakit
seperti resistensi dan toksisitas [5]. X Jawa Barat periode 2019-2021.
Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti Sampel pada penelitian ini adalah pasien
pada tahun 2013 mengenai evaluasi kanker paru di Rumah Sakit X Jawa Barat yang
penggunaan kemoterapi pada pasien kanker memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien kanker
paru menggunakan standar dari National paru yang mendapatkan pengobatan di Rumah
Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021, dan
2009-2010 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit kriteria ekslusi adalah pasien kanker paru yang
“X” Jawa Barat, menyimpulkan bahwa ketepatan mendapatkan pengobatan dengan data rekam
indikasi sebanyak 72 pasien (100%) tepat medik tidak lengkap, seperti tidak terdapat
indikasi, berdasarkan ketepatan obat sebanyak diagnosa lengkap, jenis stadium, data umur,
50 pasien (69,44%) tepat obat, yang tidak tepat berat badan, gambaran pengobatan kanker
obat sebanyak 22 pasien (30,56%), berdasarkan paru, dan pasien berhenti pengobatan
ketepatan dosis yang memiliki dosis kurang dikarenakan meninggal di Rumah Sakit X Jawa
sebanyak 4 pasien (5,56%), yang memiliki dosis Barat periode 2019-2021.
lebih sebanyak 13 pasien (18,66%) dan yang Data yang diambil adalah karakteristik
tidak tepat dosis sebanyak 55 pasien (76,38%) pasien, keluhan, pemeriksaan penunjang,
[6]. diagnose, dan data obat pasien (jenis obat, dosis,
Pengobatan kanker dikenal dengan aturan pakai, siklus obat kemoterapi). Data
beberapa cara, salah satunya dengan pengobatan dianalisis berdasarkan ketepatan
kemoterapi, yaitu pengobatan dengan obat, dosis, dan potensi interaksi obat
menggunakan obat-obatan yang dapat menggunakan literatur National Comprehensive
menghambat atau membunuh sel-sel kanker. Cancer Network (NCCN) 2021, Fornas 2019, dan
Pengobatan dengan kemoterapi biasanya Drug Interactions Cheker (Drugs.com,2022).
menggunakan satu atau lebih obat, sehingga
dapat menimbulkan efek samping dan interaksi 3 Hasil dan Pembahasan
obat yang tidak diinginkan. Penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Kanker Darmais 3.1 Karakteristik Pasien
ditemukan 70,1% subjek uji mengalami ROTD
(reaksi obat yang tidak diinginkan) dan 66,2% Selama periode tahun 2019-2021 terdapat
pasien kanker paru dengan jumlah 105 pasien
subjek uji berpotensi mengalami ROTD [7].
memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit X
Rumah Sakit X Jawa Barat merupakan
Jawa Barat (Tabel 1).
rumah sakit tipe B. Berdasarkan data yang
didapat dari buku registrasi kunjungan harian
di bagian rekam medik Rumah Sakit X Jawa
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 315
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Tabel 1. Karakteristik Pasien Kanker Paru Di Rumah Sakit pernyataan dari Perhimpunan Dokter Paru
X Jawa Barat Periode 2019-2021 Indonesia (PDPI) yang menyebutkan bahwa
Karakteristik Jumlah Presentase
Jenis kelamin usia >40 tahun merupakan usia yang memiliki
Laki-laki 80 76,2 risiko tinggi terjadinya kanker paru [11].
Perempuan 25 23,8
Total 105 100
Risiko kanker paru dapat mengalami
Usia peningkatan dengan bertambahnya usia.
<40 18 17,1 Semakin bertambah usia, maka seseorang akan
41-50 31 29,5
51-60 45 42,9 memiliki resiko semakin terpapar oleh asap
>60 11 10,5 rokok atau polusi udara dan zat karsinogenik
Total 105 100 yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
Jenis kanker
Kanker Paru Karsinoma Sel Kecil 11 10,5 sel dan terjadinya penurunan dalam perbaikan
Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil 15 14,3 sel. Kerusakan sel selama bertahun-tahun akan
Adenokarsinoma 57 54,3
Karsinoma Sel Skuamosa 22 20,9
berkembang menjadi kanker [12].
Total 105 100 Merokok dalam jangka waktu lama dapat
Stadium meningkatkan ekspose terhadap zat
II A 1 0,9
II B 3 2,9 karsinogenik seperti tar dan zat pemicu tumor
III A 6 5,7 yang masuk ke dalam tubuh melalui hisapan
III B 17 16,2 rokok. Asap rokok mengandung campuran
IV 78 74,3
Total 105 100 beracun lebih dari 7000 bahan kimia, sekitar 70
di antaranya diklasifikasikan sebagai
karsinogenik atau penyebab kanker. Hal itu
termasuk arsenik, benzene, cadmium, kromium,
Karakteristik pasien kanker paru di Rumah formaldehida, N-nitrosamin, nikel, dan vinil
Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021 klorida. Ketika terpapar bahan kimia ini dan
berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil bahan kimia lainnya dalam asap rokok, sel-sel
sebagian besar pasien kanker paru berjenis paru bisa mulai bermutasi dan membentuk
kelamin laki-laki (76,2%). Penelitian lain juga tumor kanker [13].
menunjukkan bahwa pasien berjenis kelamin Jenis kanker paru terbanyak di Rumah
laki-laki lebih banyak dari pada jenis kelamin Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021 yaitu
perempuan [6]. adenokarsinoma (54,28%). Adenokarsinoma
Kanker paru merupakan kanker yang merupakan jenis kanker paru yang termasuk
paling banyak diderita oleh laki-laki meskipun kedalam kategori kanker paru jenis karsinoma
angka kejadian pada perempuan cenderung bukan sel kecil (KPKBSK = non small cell lung
meningkat, hal ini berkaitan dengan dengan cancer). Penelitian yang dilakukan oleh Putra,
gaya hidup terutama kebiasaan merokok [8]. dkk., [14] menyebutkan bahwa sebagian besar
Faktor resiko kanker paru lainnya adalah polusi pasien kanker paru adenokarsinoma
udara, paparan zat karsinogenik di tempat kerja merupakan jenis karsinoma terbanyak
seperti asbestos, kromium, hidrokarbon dibandingkan yang jenis lain yaitu 20 kasus
polisiklik dan gas radon yang ditemukan secara (46,5%) dari total 43 pasien. Penelitian lain di
alami dalam batu, air tanah dan tanah serta Poli Paru RSUP Dr M Djamil Padang
perokok pasif [9]. menyebutkan bahwa adenokarsinoma
Perokok pasif adalah bukan perokok tetapi merupakan jenis kanker terbanyak yaitu 22
seseorang yang dapat menghirup asap rokok pasien (33,3%) [15].
dari orang lain yang menyebabkan sistem Adenokarsinoma adalah subtipe
pernapasan pada perokok pasif terganggu, salah karsinoma paru, terjadi pertumbuhan tidak
satu perokok pasif yaitu wanita yang hidup terkendali pada sel epitel bronkus yang
dengan pasangan perokok aktif dan memiliki abnormal yang kemudian dapat bermetastasis
risiko kanker paru 2-3 kali lipat [10]. ke organ lain. Adenokarsinoma merupakan tipe
Karakteristik umur pasien kanker paru di karsinoma paru yang paling sering terjadi
Rumah Sakit X Jawa Barat pada periode 2019- hampir setengah dari seluruh kejadian
2021 menunjukkan bahwa sebagian besar karsinoma paru dan berhubungan dengan
pasien kanker paru berusia 51-60 tahun kebiasaan merokok [16].
(42,86%). Hal tersebut sesuai dengan
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 316
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Dilihat dari sejarahnya, rokok pertama menyebar dari tempat asal sel nya. Pada
didunia dibuat menggunakan tembakau yang stadium lanjut seperti stadium 3A, sel kanker
dibungkus dengan daun tembakau itu sendiri, sudah menyebar ke kelenjar getah bening yang
kertas, daun jagung, atau daun aren. Rokok yang jauh dari area yang terkena sel kanker atau sel
digunakan dengan membungkus tembakau ini kanker ditemukan di kelenjar getah bening
dikenal dengan sebutan rokok putih. Rokok- dekat area yang terkena sel kanker dan sudah
rokok ini dibakar dan dihisap secara mendalam menyebar ke daerah lain seperti dinding dada
untuk memenuhi kepuasan akan nikotin yang atau di tengah dada dan pada stadium 3B sel
terdapat didalam tembakau. Penghisapan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah
dalam menyebabkan zat-zat hasil pembakaran bening di sisi lain dari dada atau ke kelenjar
masuk ke dalam saluran nafas besar (trakea), getah bening di atas tulang selangka atau ada
sehingga banyak ditemukannya kanker paru lebih dari satu tumor di paru-paru atau kanker
karsinoma tipe skuamosa. sudah berkembang di area lain dari bagian dada,
Di masa sekarang, banyak ditemukan seperti di hati, esofagus atau terdapat cairan
rokok yang menggunakan filter. Rokok yang berisikan sel kanker yang mengelilingi paru-
menggunakan filter ini dapat menyaring zat-zat paru, lalu pada stadium 4 sel kanker sudah
hasil pembakaran menjadi lebih halus, sehingga menyebar ke bagian tubuh yang lain seperti
zat-zat tersebut dapat mencapai perifer hati, tulang, dan otak [3].
bronkus dan menyebabkan munculnya sel 3.2 Profil Penggunaan Obat Kemoterapi.
kanker karsinoma tipe adenokarsinoma [15].
Berdasarkan hasil penelitian pada pasien Pengobatan untuk pasien kanker paru
dengan diagnosa kanker paru dan telah dapat diberikan secara kemoterapi tunggal
melakukan terapi dengan regimen kemoterapi maupun kombinasi [19]. Kemoterapi kombinasi
di Rumah Sakit X Jawa Barat periode 2019- lebih efektif dari pada obat tunggal, karena
2021, penderita kanker paru stadium 4 kemoterapi kombinasi dapat meningkatkan
menduduki persentase terbesar dibandingkan kemampuan antikanker dalam membunuh sel
dengan stadium yang lainnya (74,29%)., urutan kanker dengan toksisitas yang lebih rendah, dan
kedua dengan stadium 3B (16,19%). efektif terhadap sel tumor yang heterogen, serta
Hasil ini memperlihatkan kecenderungan dapat memperlambat atau mencegah resistensi
bahwa pasien kanker paru yang datang ke [3].
rumah sakit berada pada stadium lanjut, bukan
pada stadium awal. Hasil penelitian lain
menyebutkan bahwa pasien kanker paru Tabel 2. Profil Penggunaan Regimen Pada Pasien Kanker
stadium IV memiliki persentase paling besar Paru Di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
dibandingkan dengan stadium yang lainnya Regimen Kemoterapi Jumlah %
Pasien
(59,72%) [6]. Penelitian lain di RSUD Dr. Zainoel Cisplatin-Etoposid 25 23,81
Abidin periode Juli–Oktober 2018 menyebutkan Cisplatin-Paclitaxel 16 15,24
bahwa pasien kanker paru terbanyak adalah Cisplatin-Doxcetaxel 10 9,52
Cisplatin-Gemcitabin 10 9,52
pasien dengan stadium IV (42,4%) [17]. Cisplatin-Doxorubicin 1 0,95
Penelitian oleh Harahap didapatkan bahwa Cisplatin-Vinorelbin 8 7,62
Carboplatin-Paclitaxel 12 11,44
sebagian besar pasien kanker paru berada pada Carboplatin-Etoposid 9 8,58
stadium IV (62,7%)[18]. Carboplatin-Gemcitabin 10 9,52
Pada umumnya, hampir 70% pasien Carboplatin-Vinorelbin 1 0,95
Carboplatin-Doxcetaxel 1 0,95
kanker paru datang dengan gambaran gejala Doxorubicin-Vinkristin- 1 0,95
lokal akibat tumor dan adanya metastasis. Hal Cyclophospamid
ini disebabkan gambaran awal perjalanan klinik Bevacizumab 1 0,95
Total 105 100
biasanya bersifat asimtomatik (tanpa gejala).
Apabila pasien sudah menunjukan gejala,
berarti pasien sudah berada di stadium lebih
lanjut [18]. Penggunaan kemoterapi pada pasien
Stadium pada kanker paru-paru kanker paru bervariasi sesuai dengan standar
ditentukan oleh lokasi dari sel kanker, ukuran dari National Comprehensive Cancer Network
dari sel kanker, dan apakah sel kankernya telah 2021 (NCCN) dan Fornas 2019. Sebelum
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 317
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
dilakukan terapi, pasien diperiksa terlebih dapat menginduksi apoptosis dan membunuh
dahulu untuk menentukan obat apa yang tepat sel kanker [23]. Regimen kemoterapi lini kedua
diberikan pada pasien tersebut [20]. Faktor adalah monoterapi Docetaxel, monoterapi
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat permetrekset, atau kombinasi dari dua obat
kanker adalah jenis kanker, jumlah populasi (regimen non-platinum). Pada kondisi tertentu,
kanker, siklus pertumbuhan sel kanker, dan untuk lini pertama dapat diberikan kemoterapi
kondisi klinis pasien [21]. Kemoterapi diberikan berbasis platinum (dobel platinum lini pertama
secara bertahap, biasanya sebanyak 4–6 siklus ditambahkan anti-VEGF (bevacizumab) [11].
setiap 21 hari agar mendapatkan efek yang Kombinasi cisplatin-gemcitabine
diharapkan dengan efek samping yang masih memberikan angka kehidupan paling tinggi,
dapat diterima [22]. Dari 105 pasien terdapat 6 namun respon paling baik adalah regimen
pasien yang mendapatkan kemoterapi lebih cisplatin-paclitaxel. Pada penelitian ini regimen
dari 6 (9 siklus), hal ini dikarenakan hasil terbanyak kedua yang digunakan adalah
evaluasi pada siklus keenam kondisi tumor cisplatin-paclitaxel (15,24%). Penelitian yang
belum menunjukan adanya perbaikan. dilakukan Jayanti, (2013).,[6] diketahui regimen
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kemoterapi yang paling banyak digunakan pada
sebagian besar pasien kanker paru di Rumah pasien kanker paru adalah cisplatin-paclitaxel
Sakit X Jawa Barat mendapatkan terapi dengan yaitu sebanyak 28 pasien (38,88%). Paclitaxel
regimen cisplatin-etoposid (23,81%). Ada merupakan kemoterapi golongan taxane yang
beberapa jenis kemoterapi yang dapat bekerja pada siklus fase G2-M. Ada dua obat dari
diberikan pada pasien kanker paru, lini pertama kelompok taxane yang digunakan untuk
biasanya diberikan kepada pasien yang belum kemoterapi kanker paru yaitu paclitaxel dan
pernah menerima pengobatan kemoterapi Docetaxel. Paclitaxel adalah prototype obat
sebelumnya (chemo naive). Kelompok ini terdiri antitumor dari taxane family dan merupakan
dari kemoterapi berbasis platinum dan yang produk alami pertama yang terbukti
tidak berbasis platinum. Pilihan utama obat menstabilkan mikrotubulus. Mekanisme kerja
berbasis platinum adalah cisplatin diikuti yang unik ini berbeda dengan racun
dengan carboplatin. Efek samping cisplatin yang mikrotubulus lainnya, seperti vinca alkaloid,
sering ditemukan adalah toksisitas colchicine, dan cryptophycines yang
gastrointestinal. Pada pasien yang mengalami menghambat polimerisasi tubulin. Taxane
efek samping dengan cisplatin, dapat diganti menghambat progresivitas siklus sel melalui
dengan carboplatin. Kemoterapi ini dapat gangguan sentrosom, menginduksi spindle
ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien usia abnormal dan penekan dinamika mikrotubulus
lanjut atau dengan komorbiditas berat. Contoh spindle. Paclitaxel menginduksi terjadinya
obat kemoterapi tisak berbasis platinum adalah mitotic arrest dengan mengaktivasi mitotic
etoposid, gemcitabin, paclitaxel, dan vinorelbin checkpoint (the spindle assembly checkpoint).
[4]. Gangguan pada fase M ini memicu terjadinya
Pada stadium lanjut pilihan regimen apoptosis dan akhirnya membunuh sel kanker
kemoterapi kombinasi EP [23].
(cisplatin/carboplatin dengan etoposid) 3.3 Ketepatan Pengobatan Kemoterapi Pada
digunakan sebagai pengobatan lini pertama, Pasien Kanker Paru Di Rumah Sakit X Jawa
kombinasi cisplatin-etoposid atau carboplatin- Barat Periode 2019-2021
etoposid merupakan regimen kemoterapi pada
kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK). Ketepatan pengobatan dinilai dari
Etoposid merupakan suatu zat semisintetik ketepatan obat dan dosis (Tabel 3), serta
derivat dari podofilotoksin yang diekstraksi potensi interaksi obat (Tabel 4).
dari akar mayappe (Podophyllum peltatum). Dari hasil penelitian, 11 pasien dievaluasi
Etoposid termasuk dalam kelompok obat tidak tepat obat, yaitu pada regimen Cisplatin-
inhibisi topoisomerase, zat itu bekerja Doxorubicin 1 pasien, Carboplatin-Etoposid 6
menghambat pertumbuhan sel kanker dengan pasien, Carboplatin-Vinorelbin 1 pasien,
melakukan inhibisi DNA Topoisomerase II Carboplatin-Doxcetaxel 1 pasien, Doxorubicin-
menganggu proses sintesis DNA. Gangguan Vinkristin-Cyclophospamid 1 pasien, dan
pada proses sintesis pada siklus sel diyakini Bevacizumab 1 pasien. Menurut guideline
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 318
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 319
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Tabel 4. Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di menurut agen dan rute pemberian, terutama
Rumah Sakit X Jawa Barat periode 2019-2021 berdasarkan pada penggunaan jangka panjang, sehingga
Tingkat Signifikansi
Tingkat Signifikansi Jumlah Kasus % perlu dilakukan monitoring efek hipokalemina
Major 34 7,05 dan pemberian suplemen kalium untuk
Moderate 425 88,17 mengatasi jika terjadi efek hipokalemia [30].
Minor 23 4,78
Total 482 100
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 320
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Interaksi obat moderat selanjutnya adalah interaksi obat. Bersama dengan dokter,
interaksi antara cisplatin dengan PPI apoteker berkewajiban untuk memastikan
(penggunaan inhibitor pompa proton), seperti bahwa pasien mengetahui resiko efek yang
pantoprazol. Penggunaan bersamaan cisplatin tidak diinginkan dan tindakan yang harus
dan pantoprazol dapat meningkatkan efek mereka lakukan. Dengan pengetahuan yang
hypomagnesemia. Pantoprazol dan cisplatin rinci mengenai obat, apoteker memiliki
merupakan agen yang dapat menyebabkan kemampuan untuk menghubungkan gejala
penurunan pada magnesium, sehingga klinis yang dialami pasien dengan kemungkinan
diperlukan pemantauan kadar serum efek buruk dari terapi obat yang diberikan
magnesium sebelum memulai terapi dan secara kepada pasien [34].
berkala setelahnya jika penggunaan dalam Umumnya pada pengobatan kanker paru,
jangka panjang. Pemberian magnesium serta obat yang sering digunakan biasanya dalam
penghentian pantoprazol mungkin diperlukan bentuk kombinasi sehingga menyebabkan
pada beberapa pasien [22] mekanisme terjadinya pengobatan polifarmasi. Pengobatan
hipomagnesemia dapat terjadi selama polifarmasi merupakan pengobatan yang dapat
penggunaan PPI dalam jangka panjang yang menimbulkan efek yang merugikan pasien dan
tidak diketahui, meskipun terjadi perubahan dapat meningkatkan suatu risiko terjadinya
dalam proses absorpsi terhadap magnesium interaksi obat atau Drugs-drugs Interactions
usus tersebut. Sehingga dalam penatalaksaan (DDI’s) [35].
obat tersebut harus dilakukan pemantauan Kemoterapi dapat diberikan baik secara
terhadap kadar magnesium serum sebelum tunggal maupun kombinasi. Kemoterapi
melakukan terapi dan penggantian magnesium kombinasi cisplatin atau carboplatin dengan
serrta penghentian terhadap PPI dapat doxcetaxel, gemcitabin, paclitaxel, pemetrexed
diperlukan pada beberapa pasien [30]. atau vinorelbin merupakan kemoterapi yang
Leukogen merupakan golongan faktor direkomendasikan sebagai paliatif lini pertama
pertumbuhan hematopoietik yang berfungsi dalam pengobatan kemoterapi yang ditujukan
untuk meningkatkan produksi granulosit untuk pasien dengan stadium III atau IV yang
(terutama neutrofil). Keamanan dan efektifitas tidak dapat dioperasi. Tujuan dari kombinasi
leukogen yang diberikan bersamaan dengan kemoterapi yang berbasis cisplatin dapat
antineoplastik seperti carboplatin belum meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas
ditetapkan. Kekhawatiran teoretis adanya hidup pada pasien jika dibandingkan dengan
interaksi ketika pemberian bersamaan karena kemoterapi tunggal. Sehingga pada penggunaan
faktor pertumbuhan hematopoietik bekerja kombinasi obat tersebut dapat menyebabkan
merangsang proliferasi sel myeloid, sedangkan terjadinya interaksi obat dan efek samping [26].
target kerja antineoplastik adalah sel yang Umumnya antikanker bekerja pada sel
membelah dengan cepat. Dikarenakan adanya yang sedang aktif, sehingga antikanker tersebut
potensi sensitivitas sel myeloid yang membelah dapat menyebabkan terjadinya efek samping
dengan cepat terhadap obat kemoterapi, oleh terutama dapat mengenai jaringan dengan
karena itu leukogen tidak boleh digunakan proliferasi yang tinggi seperti pada sistem
dalam waktu 24 jam sebelum atau 24 jam hemopoetik dan gastrointestinal. Pada supresi
setelah pemberian carboplatin [30]. hemopoesis menyebabkan terjadinya
Angka interaksi obat yang teridentifikasi leukopenia, trombositopenia atau anemia,
dan berpotensi pada penelitian ini cukup tinggi. sedangkan pada gangguan saluran cerna dapat
Adanya kejadian interaksi obat yang cukup menyebabkan anoreksia ringan, mual, muntah,
tinggi ini membutuhkan perhatian dan diare dan stomatitis yang berat [36]. Stomatitis
kerjasama yang serius untuk ditangani oleh yang terjadi pada pasien dapat menyebabkan
para ahli kesehatan di rumah sakit, karena terjadinya sariawan di dalam mulut dan terasa
mengingat interaksi obat dapat menyebabkan panas hingga kerongkonan. Sehingga untuk
efek samping yang merugikan dan dapat mencegah terjadinya stomatitis pada pasien
menyebabkan mobiditas dan mortalitas pada kemoterapi, hal yang perlu dilakukan yaitu
pasien. Pemilihan obat yang tepat sangat dengan meningkatkan frekuensi dalam
dibutuhkan oleh pasien yang memiliki kondisi menyikat gigi, menggunakan obat kumur yang
klinis yang kurang baik untuk menghindari
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 321
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 322
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082
Ketepatan Obat, Dosis, dan Potensi Interaksi Obat pada Pasien Kanker Paru di Rumah Sakit X Jawa Barat Periode 2019-2021
[14] Putra M Arga. (2017). Karakteristik Penderita Edition. In McGraw-Hill Companies (10th ed.).
Kanker Paru di Rumah Sakit Wahidin McGraw-Hill Education
Sudirohusodo Makassar Periode Januari- [27] Agung, I. G. B. M., Saputra, H., Mahendra, I. G. A.
Desember 2016. 59. S., Sumadi, D., & Juli, I. W. (2020). Karakteristik
[15] Ananda, R. R., & Ermayanti, S. (2018). Artikel Pasien Karsinoma Paru di RSUP Sanglah
Penelitian Hubungan Staging Kanker Paru Denpasar Tahun 2017-2018. Jurnal Medika
dengan Skala Nyeri pada Pasien Kanker Paru Udayana, 9(11), 43–50.
yang Dirawat di Bagian Paru RSUP DR M Djamil [28] Katzung, B., Masters, S., & Trevor, A. (2012).
Padang. 7(3), 430–435. Basic & Clinical Pharmacology Twelfth Edition
[16] Fauziah, K. (2019). Patologi Anatomi Rsup Dr . (12th ed.). McGraw-Hill Education.
Hasan Sadikin Bandung Periode 2012-2017. [29] Arisanti, J. P., Saptarina, N., & Andarini, Y. D.
[17] Iqbalawaty, I., Machillah, N., Farjriah, F., (2020). Evaluasi Penggunaan Obat Kemoterapi
Abdullah, A., Yani, M., Ilzana, T. M., Rahmi, C. R., Pada Penderita Kanker Payudara Di Rsup Dr.
& Khaled, T. M. (2019). Profil hasil pemeriksaan Seoradji Tirtonegoro Periode 2018.
CT-Scan pada pasien tumor paru di Bagian Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy,
Radiologi RSUD Dr. Zainoel Abidin periode Juli 4(2), 1.
2018-Oktober 2018. Intisari Sains Medis, 10(3), [30] Drug Interactions Checker. (2022). Drugs.Com.
625–630. https://www.drugs.com/drug_interactions.ht
[18] Harahap, S. P., Sutandyo, N., Rumende, C. M., & ml.
Shatri, H. (2017). Perbandingan Rejimen [31] Jenkins, P., & Wallis, R. (2010). Dose-rounding
Kemoterapi Cisplatin Etoposide dengan of adjuvant chemotherapy for breast cancer: An
Cisplatin-Docetaxel dalam Hal Kesintasan 2 audit of toxicity. Journal of Oncology Pharmacy
Tahun dan Progression-Free Survival Pasien Practice, 16(4), 251–255.
Kanker Paru Stadium Lanjut Jenis Non-Small [32] Nars, M. S., & Kaneno, R. (2013).
Cell. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 3(2), 67. Immunomodulatory effects of low dose
[19] Hudoyo, A., Wibawanto, A., Lutfi, A., Rima, A., & chemotherapy and perspectives of its
Ratnawati, A. (2017). Pedoman Diagnosis dan combination with immunotherapy.
Penatalaksanaan Kanker Paru. PDPI & POI. International Journal of Cancer, 132(11), 2471–
[20] Sutrisno, E., Purnama, P., & Muthmainah, S. 2478.
(2016). Evaluasi Kepatuhan Pasien Kanker [33] Xie, X., Wu, Y., Luo, S., Yang, H., Li, L., Zhou, S.,
Paudara Dalam Mengikuti Siklus Pengobatan Shen, R., & Lin, H. (2017). Efficacy and toxicity
Terapi Disalah Satu Rumah Sakit Pemerintah of low-dose versus conventional-dose
Bandung , Indonesia. Prosiding Rakernas Dan chemotherapy for malignant tumors: A meta-
Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker analysis of 6 randomized controlled trials. Asian
Indonesia 2016, 79–82. Pacific Journal of Cancer Prevention, 18(2), 479–
[21] Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam (VI). 484.
Interna Publishing. [34] Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi
[22] Dipiro, J., Schiwinghammer, T. L., G.Wells, B., & Kardiovaskular dan Renal. Salemba Medika.
V.Dipiro, C. (2021). Pharmacotherapy Handbook [35] Sjahadat, A. G., & Muthmainah, S. S. (2013).
Eleventh Edition (11th ed.). McGraw-Hill Analisis Interaksi Obat Pasien Rawat Inap Anak
Education. di Rumah Sakit di Palu Analysis of Drugs
[23] Nyambe Hasan. (2021). Perbandingan Interaction among Pediatric Inpatients at
Kesintasan Pasien Kanker Paru Kelompok Bukan Hospital in Palu. 2, 1–6.
Sel Kecil Yang Mendapat Terapi Target [36] Gunawan, S. G. (2016). Farmakologi dan Terapi.
Epidermal Growth Factor Receptor- Tyrosin FKUI.
Kinase Inhibitor Dan Yang Mendapat the [37] Sukandar, E. Y., Hartini, S., & Rizkita, P. (2014).
Survival Rate Comparison of Non Small Cell Lung Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien
Carcinoma Patients. Kemoterapi Kanker Payudara di Salah Satu
[24] NCCN. (2021). Non – Small Cell Lung Cancer , Rumah Sakit di Bandung (Evaluation of Adverse
Version 2. 19(3), 254–266 Effects in Patient with Breast Cancer
[25] Kemenkes RI. (2019). Formularium Nasional. Chemotherapy at A Hospital in Bandung). Jurnal
Kepmenkes, 3, 1–9 Ilmu Kefarmasian Indonesia, 12(2), 183–192.
[26] DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., & DiPiro, C.
V. (2017). Pharmacotherapy Handbook,Tenth
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) 2023. Vol 5. No 3. 323
p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082