Anda di halaman 1dari 5

BAB 2 kepemimpinan

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Beberapa ahli mengungkapkan pengertian kepemimpinan sebagai berikut:

1) Kepemimpinan adalah kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka
lakukan dan menyukainya (Truman, dikutip dari Gillies, 1996).

2) Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan


sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan dan Decleur, 1989).

3) Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan untuk mempengaruhi anggota kelompok bergerak


menuju pencapaian tujuan yang ditentukan (Baily, Lancoster dan Lancoster, 1989)

4) Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan yang lebih besar
untuk mempengaruhi perilaku pihak lain yang didasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak-pihak
tersebut (Gillies, 1996).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kepemimpinan merupakan kemampuan mengarahkan, membimbing dan mempengaruhi perilaku


orang lain.

2. Kepemimpinan diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Kepemimpinan dapat berjalan bila ada perbedaan kekuasaan atau wewenang antara pemimpin dan
anggota organisasi yang dipimpinnya.

B. TEORI KEPEMIMPINAN

1. Teori Bakat

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dilahirkan dengan bakat pimpinan yang tidak dapat dipelajari.
Kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh bakat, intelegensi, stabilitas emosi dan kebugaran fisik.

2. Teori Perilaku

Douglas Mc Gregor mengemukakan bahwa para pimpinan organisasi birokratis menganut asumsi
tentang sifat alami manusia yang oleh Mc Gregor disebut Teori X. Asumsi tersebut adalah:

1) Rata-rata individu memiliki ketidaksukaan pada pekerjaan dan akan menghindarinya sewaktu ada
kesempatan.

2) Rata-rata individu memilih diarahkan dengan harapan menghidari tanggung jawab dan lebih tertarik
kepada insentif materi daripada prestasi diri.
3) Karena manusia tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dikendalikan, diancam dan dipaksa untuk
mengerahkan usaha yang cukup untuk mencapai tujuan organisai.

Mc Gregor mempertanyakan asumsi tersebut dengan mengajukan asumsi yang berbeda (Teori Y) agar
dapat mendorong pekerja untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara utuh. Asumsi teori Y
adalah:

1) Pengeluaran usaha fisik dan mental dalam bekerja harus seimbang dengan istirahat atau hiburan.

2.manusia akan membiasakan kontrol diri dan mengarahkan diri untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dipatuhinya secara pribadi.

3) Rata-rata individu belajar di bawah kondisi yang sesuai untuk mencari dan menerima tanggung jawab.

4) Kapasitas untuk menerapkan imajinasi dan kreatifitas terhadap pemecahan masalah-masalah


organisasi secara lebih luas terbagi di antara para pekerja.

C. GAYA KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan dapat diartikan sebagai penampilan atau karakteristik khusus dari suatu bentuk
kepemimpinan (Follet, 1940; dikutip dari Gillies, 1996). Ada 4 (empat) gaya kepemimpinan yang telah
dikenal yaitu: otokratis, demokratis, partisipatif dan laissez faire (Gillies, 1996).

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis:

Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan kekuatan jabatan dan
kekuatan pribadi secara otoriter, melakukan sendiri semua perencanaan tujuan dan pembuatan
keputusan dan memotivasi bawahan dengan cara paksaan, sanjungan, kesalahan dan penghargaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis:

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan
kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan
kekuatan jabatan dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan dan
memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama.

3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif:

Gaya kepemimpinan partisipatif adalah gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan
demokratis dengan cara mengajukan masalah dan mengusulkan tindakan pemecahannya kemudian
mengundang kritikan, usul dan saran bawahan. Dengan mempertimbangkan masukan tersebut,
pimpinan selanjutnya menetapkan keputusan final tentang apa yang harus dilakukan bawahannya untuk
memecahkan masalah yang ada.

4. Gaya Kepemimpinan Laisses Faire:

Gaya kepemimpinan laisses faire dapat diartikan sebagai gaya “membiarkan” bawahan melakukan
sendiri apa yang ingin dilakukannya. Dalam hal ini, pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,
meninggalkan bawahan tanpa arah, supervisi atau koordinasi sehingga terpaksa mereka merencanakan,
melakukan dan menilai pekerjaan yang menurut mereka tepat.

Selanjutnya dapat dikemukan bahwa keempat gaya kepemimpinan di atas memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri. Setiap gaya kepemimpinan bisa efektif dalam situasi tertentu tetapi tidak efektif
dalam situasi lainya (Tannenbaum dan Schmit, 1973; dikutif dari Gillies, 1996). Faktor yang menetukan
efektifitas gaya kepemimpinan secara situasional meliputi: kesulitan atau kompleksitas tugas yang
diberikan, waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas, ukuran unit organisasi, pola komunikasi
dalam organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman pegawai, kebutuhan pegawai dan
kepribadian pemimpin (Gillies, 1996).

D. PEMIMPIN YANG EFEKTIF

Tidak ada gaya atau karakteristik kepemimpinan yang dpat dikatakan efektif tanpa mempetimbangkan
situasi kultural, situasi kerja dan kebutuhan pekerja yang terus-menerus berubah dari waktu ke waktu.
Karakteristik kepemimpinan yang efektif dikemukan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Fiedler (1977), dikutif dari Gillies (1996) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat berjalan efektif bila:

1) Kepemimpinan berganti dari satu orang ke orang lain dan berganti dari satu gaya ke gaya lainnya
seiring dengan terjadinya perubahan situasi kerja.

2) Pemimpin sebaiknya berasal dari anggota kelompok kerja, mengenal situasi kerja dan memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dibanding anggota kelompok kerja lainnya.

teristik sebagai berikut:

1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia.

2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.

3) Mempunyai kempuan menjalin hubungan antar manusia.

4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan untuk mengenal orang lain
dengan baik.
3. Swanburg (1990) menyatakan bahwa karakteristik pemimpin yang efektif adalah sebagai berikut:

1) Intelegensi (pengetahuan, pendapat, keputusan, berbicara)

2) Kepribadian (mudah adaptasi, waspada, kreatif, kerjasama, integritas pribadi yang baik,
keseimbangan emosi dan tidak ketergantungan kepada orang lain)

3) Kemapuan (bekerjasama, hubungan antar manusia dan partisipasi sosial).

E. HUBUNGAN KEPEMIMPINAN DAN KEKUASAAN

Kepemimpinan dan kekuasaan adalah dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya. Kepemimpinan dapat dijalankan hanya bila pada diri pemimpin terdapat kekuasaan
karena jabatan yang diembannya dan penerimaan atau pengakuan bawahan atas perannya sebagai
pemimpin (Gillies, 1996). Kekuasaan seorang pemimpin dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Reward power atau kekuasaan memberikan penghargaan terhadap bawahan baik berupa insentif
material, memenuhi permintaan rotasi tugas atau kesempatan untuk mengikuti program
pengembangan staf.

2. Coecieve power atau kekuasaan untuk menerapkan perintah atau hukuman secara paksa kepada
bawahan berupa penurunan atau penundaan kenaikan pangkat, skorsing maupun pemecatan.

3. Referent power merupakan kemampuanan untuk menjadi panutan bawahan sehingga dapat
menimbulkan kebanggaan dan upaya bawahan untuk mengidentifikasikan diri sesuai dengan
pemimpinnya.

4. Expert power merupakan kemampuan untuk meyakinkan, membimbing dan mengarahkan bawahan
berdasarkan keahlian yang dimiliki seorang pemimpin.

Ruang lingkup atau batasan kekuasaan yang secara tegas ditentukan dalam jabatan tertentu dapat
disebut wewenang.

F. PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN

Menurut Kron (1981), ruang lingkup kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan meliputi:

1. Perencanaan dan pengorganisasian

2. Membuat penugasan dan memberi pengarahan

3. Pemberian bimbingan

4. Mendorong kerjasama dan partisipatif


5. Kegiatan koordinasi

6. Evaluasi hasil kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Gillies, DA. (1996), Manajemen Keperawatan, suatu Pendekatan Sistem; W.B. Saunders Company,
Philadephia.

Lancoster, J. dan Lancoster, W. (1982), Change Agent as Leaders in Nursing; CV. Mosby Company, St.
Louis.

Christina S.I. (1990), Pengantar Manajemen Keperawatan; Akper Padjajaran Bandung (tidak
dipublikasikan).

Prayitno, S. (1997), Dasar-dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat; Airlangga University Press,


Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai