Anda di halaman 1dari 13

Critical BOOK Review

Farah Dhiba Aurora(5223144030)


REG A
Mata Kuliah PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen PU :-

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PEND. TATA RIAS
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

Kata Pengantar
 

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga penulis dapat menyelasikan tugas
ini. Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pengampu yang telah banyak
membantu penulis dalam penyelesaian tugas ini. Kepada teman-teman penulis yang telah ban
yakmemberikan saran dan tanggapan kepada penulis selama penyelesaian tugas ini, penulis
mengucapkan terim kasih. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih belum sempurna, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas ini dan menambah pengetahuan bagi penulis. Semoga tugas ini
bermanfaat bagi yang membaca umumnya dan penulis khususnya.

Medan,18 febuari 2022


DAFTAR ISI
Kata pengantar..............................................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
Latar Belakang.........................................................................................................................................1
 Tujuan Dan Manfaat...............................................................................................................................1
Identitas buku...........................................................................................................................................1
BAB II RANGKUMAN Buku.................................................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................................12
1.Kelebihan buku...................................................................................................................................12
2.Kekurangan buku................................................................................................................................12
BAB lV PENUTUP...............................................................................................................................13
A.Kesimpulan........................................................................................................................................14
.
BAB 1
PENDAHULUAN

TUJUAN DAN MANFAAT

 Menambah wawasan mahasiswa mengenai buku Psikologi Pendidikan


 Membuat mahasiswa kritis berfikir
 Terampil merangkum buku
 Menambah wawasan
 Meningkatkan minat baca buku

Identitas Buku
A.Buku 1

Judul buku : Buku Ajara Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus


ISBN :978-979-8207-097-4
Disusun Oleh: -Ika Febrian,S.Pd.,M.Pd
-Costrie Ganes Widayanti ,S.Pd.,M.Si.,Med
Penerbit:UNDIP PRESS SEMARANG
Tahun Terbit :2016
Tebal Buku 110 halaman
Bahasa: Bahasa Indonesia

B.Buku 2

Judul buku: Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus


Disusun Oleh: DINI RATRI DESI NINGRUM
Tahun Terbit:2016
Isbn:-
Tebal Buku:158 halaman
Diterbitkan Oleh: PSIKOSAIN
BAB 2
Rangkuman Buku
BUKU 1
Anak berkebutuhan khusus terbagi menjadi beberapa jenis/ kategori dengan karakteristik yang
berbeda dari setiap jenis/ kategori tersebut. Karakteristikkarakteristik tersebut antara lain dapat
merupakan gejala yang muncul dan dikenali sebagai gejala/ symptom dari jenis kebutuhan khusus
tertentu. Dalam identifikasi, kita akan berupaya untuk menemukenali gejala/ symptom dari setiap
jenis anak berkebutuhan khusus melalaui cara-cara tertentu. Pada pokok bahasan ini, Anda akan
mempelajari jenis-jenis, karakteristik, dan bagaimana mengidentifikasi karakteristikkarakteristik
tersebut sebagai jenis/ kriteria dari anak berkebutuhan khusus yang tentunya setiap jenis/ kriteria
kana memiliki karakteristik yang berbeda.
B. Relevansi
Mempelajari pokok bahasan ini akan membawa mahasiswa untuk dihadapkan pada persoalan
bagaimana mengenali seorang anak sebagai anak berkebutuhan Mempelajari pokok bahasan ini akan
membawa mahasiswa untuk dihadapkan pada persoalan bagaimana mengenali seorang anak sebagai
anak berkebutuhan khusus. Sehingga mahasiswa akan mengetahui ciri/ karakteristik dan
bagaimana menemukan karakteristik tersebut dari diri seorang anak sehingga dapat menentukan anak
tersebut termasuk dalam anak berkebutuhan khusus jenis apa. Pemahaman terhadap jenis,
karakteristik/ ciri yang bisa jadi adalah gejala/ simptom, dan bagaimana menemukan ciri-ciri tersebut
akan mempersiapkan mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan asesmen sebagai dasar merancang intervensi bagi anak berkebutuhan khusus.
a.1. Definisi & Batasaan Tunanetra
Tunanetra mengalami hambatan penglihatan dalam memperoleh informasi. Tunanetra merupakan
salah satu tipe anak berkebutuhan khusus (ABK), yang mengacu pada hilangnya fungsi indera visual
seseorang. Untuk melakukan kegiatan kehidupan atau berkomunaksi dengan lingkungannya mereka
menggunakan indera non-visual yang masih berfungsi, seperti indera pendengaran, perabaan, pembau,
dan perasa (pengecapan). Namun dari segi kecerdasan sebagian besar tunanetra tidak dipengaruhi oleh
ketunaannya, kecuali bagi mereka yang mengalami kelaianan ganda (double handicaped), Hanya saja
tunantera mengalami kesulitan untuk pembentuakan ataupun penerimaan gagasan yang bersifat
abstrak (Blackhurts & Berdine, 1981). Banyak batasan yang dikemukakan secara berbeda untuk
menjelaskan istilah buta atau tunanetra. Cartwright dan Cartwright (dalam Mangunsong,2009)
mengemukakan berbagai Banyak batasan yang dikemukakan secara berbeda untuk menjelaskan
istilah buta atau tunanetra. Cartwright dan Cartwright (dalam Mangunsong, 2009) mengemukakan
berbagai batasan mengenai tunanetra ini dari berbagai sudut pandang.
1. Batasan Personal
Kebanyaakan orang merasa kasihan karena penderita tunanetra dipandang sebagai orang yang tidak
berdaya, merasa takut untuk berdekatan dengan mereka karena mungkin saja dapat menular, merasa
kurang nyaman untuk bergaul secara enak dengan orang yang tidak dapat melihat orang lain.
2. Batasan Sosiologis
Ketidakmampuan dari penderita tunanetra merupakan peran sosial yang dipelajari. Berbagai sikap dan
pola tingkah laku yang merupakan ciri dari penderita tunanetra adalah/merupakan hal yang bukan
dibawa sejak lahir, melainkan karena diperoleh melalui suatu prosesbelajar.
3. Batasan Legal/ Administratif
Seseorang dinyatakan tunanetra jika setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan terhadap
kemampuan visualnya, ternyata ketajaman visualnya tidak melebihi 20/200 atau setelah dilakukan
berbagai upaya perbaikan terhadap kemampuan visualnya ternyata pandangannya tidak melebihi 20
derajat (Hallahan & Kauffman, 2006).
4. Batasan yang digunakan untuk
tujuan pendidikan Menurut Kauffman dan Hallahan (2006), berdasarkan sudut pandang pendidikan,
ada dua kelompok gangguan penglihatan:

Menurut Kauffman dan Hallahan (2006), berdasarkan sudut pandang pendidikan, ada dua kelompok
gangguan penglihatan: Siswa yang tergolong buta akademis (educationally blind), mencakup siswa
yang tidak dapat lagi menggunakan penglihatannya untuk tujuan belajar huruf awas/cetak. Pendidikan
yang diberikan pada siswa meliputi program pengajaran yang memberikan kesempatan anak
untuk belajar melalui non-visual senses (sensori lain diluar penglihatan). Siswa yang melihat
sebagian/kurang awas (the partially sighted/low vision), meliputi siswa dengan penglihatan yang
masih berfungsi secara cukup, diantara 20/70-20/200, atau mereka yang mempunyai ketajaman
penglihatan normal tapi medan peandang kurang dari 20 derajat. Dengan Attention Deficit
Deficit Hyperactivity Disorder atau yang dikenal dengan ADHD dapat diartikan sebagai
hambatan dimana seseorang (anak) secara konsisten menunjukan salah satu atau semua
karakteristiknya dalam waktu yang lama, karakteristik- karakteristik tersebut yaitu Inattention
(kurangnya perhatian), hiperaktif, dan Implusif. Pada anak yang mengidap ADHD biasanya tiga atau
setidaknya satu karakteristik tersebut muncul, tersebut dimana karakteristik digunakan sebagai suatu
pertanda untuk melakukan diagnosis terhadap anak tersebut. Anak yang mengalami inattention
memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian mereka pada segala hal dan akan cepat mengalami
kebosanan ketika dihadapkan pada suatu tugas tertentu. Kekurangan kemampuan untuk melakukan
fokus ini biasanya merupakan hal yang umum di temukan pada anak-anak ADHD di sekolah-sekolah.
Seorang anak-anak yang yang mengalami ADHD di sekolah-sekolah. Seorang anak ADHD yang
hiperaktif mermiliki aktifitas fisik yang sangat aktif, mereka tidak bisa diam dan selalu bergerak
kemana-mana. Sedangkan implusif diartikan bahwa anak tersebut mengalami dalam
mengendalikan reaksi mereka, mereka tidak dapat mengendalikan pikiran mereka ketika harus
bereaksi terhadap situasi atau perilaku orang lain. Seorang anak dapat dikatakan mengalami ADHD
apabila anak tersebut berperilaku ekstrem dalam periode perkembangan tertentu, terjadi dalam
berbagai situasi yang berbeda, dan berhubungan dengan disabilitas parah dalam fungsi. Seorang anak
yang ribut, aktif atau agak mudah teralih perhatiannya tidak dapat langsung dikatakan mengalami
ADHD, karena pada tahun awal anak memasuki sekolah perilaku-perilaku tersebut masih dapat
dikatakan wajar. Anak- anak yang mengalami ADHD merasa kesulitan untuk mengendalikan aktivitas
mereka, tidak bisa disuruh kesulitan
Adapun simptom mengindikasikan ADHD, yaitu ;
yang
1. Inattention (Kurangnya Perhatian)
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian terhadap terhadap detail,
atau sering melakukan kecerobohan dalam melaksanakan tugas-tugas
sekolah, pekerjaan rumah, dan sebagainya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian dalam mengerjakan tugas maupun
dalam aktivitas permainan.
c. Sering tidak memperhatikan apa yang dikatakan orang lain secara langsung.
d. Sering tidak memperhatikan instruksi yang diberikan guru dalam mengerjakan tugas sekolah.
e. Sering mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan tugas dan aktivitas.
f. Sering menghindari, atau tidak menyukai dan enggan terlibat dalam
permaian atau pekerjaan yang membutuhkan usaha mental yang berkelanjutan.
g. Sering menghilangkan benda- benda yang di butuhkan untuk mengerjakan suatu tugas (contohnya
pulpen, pensil, buku, dsb.)
h. Mudah terganggu oleh stumulu yang datang dari luar.
i. Sering melupakan aktivitas sehari- hari sekalipun anak tesebut biasa
melakukannya setiap hari.
2. Hiperaktif
a. Sering gelisah atau tak bisa diam ketika duduk dikursi (bangku
sekolah).
b. Sering meninggalkan tempat duduk ketika di dalam kelas
walaupun situasi pada saat itu mengharuskan anak tesebut tidak meninggalkan tempat duduknya.
c. Sering berlari-lari atau memanjat sesuatu sekalipun itu pada situasi yang tidak membolehkannya
untuk melakukan tersebut. perilaku-perilaku
2. Hiperaktif
a. Sering gelisah atau tak bisa diam ketika duduk dikursi (bangku sekolah).
b. Sering meninggalkan tempat duduk ketika di dalam kelas walaupun situasi pada saat itu
mengharuskan anak tesebut tidak meninggalkan tempat duduknya.
c. Sering berlari-lari atau memanjat sesuatu sekalipun itu pada situasi yang tidak
membolehkannya untuk melakukan perilaku- perilaku tersebut.
d. Sering bertingkah seenaknya, atau mereka berprilaku seakan-akan mereka tidak mampu
mengendalikan gerak motor mereka.
e. Sering berbicara berlebihan.
3. Implusif
a. Sering menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut disampaikan/dibacakan.
b. Sering mengalami kesulitan
melakukan aktivitas menunggu. Sebelum selesai dalam
c. Sering mengganggu atau menyela apa yang di lakukan orang lain (misalnya dalam
berbicara atau bermain)

Buku 2
Perkembangan Kognitif dan Kemampuan Konseptual Jika seseorang mengalami kerusakan pada
penglihatannya, maka ia mengalami banyal keterbatasan. Perbedaan yang ada di antara mereka yang
dapat melihat dan yang tidak dapat melihat adalah dalam hal pengalaman-pengalaman taktik dan
visual. Pada anak tunanetra biasanya lebih bergantung pada informasi taktil dan auditif untuk belajar
tentang dunia dibandingkan anak normal. Hal-hal yang menghambat dapat teratasi melalui
kemampuan pendengaran (auditoris) dan perabaan (taktil). Contohnya dalam melatih anak tunanetra
untuk menggunakan strategi seperti membandingkan perbedaan panjang ke ukuran tubuh atau
perbedaan bunyi bila diketukkan ke meja, maka dengan begitu perkembangan taktil atau perabaannya
akan semakin baik. Hal ini juga tidak terlepas dari dukungan orangtua atau guru agar menggunakan
instruksi yang jelas dan secara berulang mengenai suatu konsep terhadap anak.
Dalam hal inteligensi, anak tunanetra memiliki tingkat kecerdasan yang umumnya berada pada
taraf di bawah rata-rata, hal ini nampak pada keterbatasan respon yang diberikan oleh anak, sesuai
dengan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terbatas pula. Tes untuk mengukur
inteligensi anak tunanetra sukar diterapkan terutama tidak terukurnya tes performance sehingga hanya
melalui tes verbal.
2. Perkembangan Motorik dan Mobilitas
Tanpa penglihatan, perkembangan motorik anak tunanetra cenderung lambat. Sebelum melakukan
gerakan yang sesuai dengan lingkungannya, ia harus mengetahui terlebih dahulu bagian tubuhnya,
mengetahui arah, posisi dalam ruang dan ketrampilan seperti duduk, berdiri, atau berjalan. Dengan
adanya kerusakan pada indera penglihatannya, maka anak tunanetra yang baru masuk sekolah
memiliki kemampuan orientasi yang buruk, body awareness (kesadaran tubuh) yang tidak sesuai dan
tidak tepat dalam mengkoordinasikannya, serta kurang mampu memperkirakan cara bergerak dengan
tepat pada Siswa tunanetra bisa mendapatkan kurikulum sekolah biasa, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dengan menambahkan kurikulum plus dengan pengajar yang ahli, yakni:
1. Kemampuan merawat diri sendiri, kemampuan menyesuaikan diri serta ketrampilan sehari-
Hari Anak tunanetra belajar merawat diri sendiri ataupun mengerjakan hal-hal yang biasa dilakukan
tiap hari dalam keluarga atau di sekolah dan di masyarakat. Anak diajarkan agar lebih mampu
merawat diri sendiri termasuk cara duduk dan berdiri yang baik, setidaknya anak tunanetra tidak
terlalu banyak bergantung kepada orang lain, serta mampu menampilkan pribadi dan sikap yang
wajar. Keterampilan juga sangat dibutuhkan bagi anak tunanetra untuk mengembangkan kemandirian,
misalnya: makan, tidur, mandi,berhias dan mencuci pakaian.
2. Orientasi dan Mobilitas
Hilangnya frekuensi fungsi penglihatan mengakibatkan keterbatasan yang sangat berarti pada
seseorang dalam mengenali lingkungan dan bergerak. Kebutaan menyebabkan seseorang menjadi
sangat sulit untuk melakukan aktivitas yang sangat sederhana, misalnya mencari benda yang jatuh,
menemukan pintu,
menuju kamar mandi. Program orientasi dan mobilitas memberi kemampuan kepada anak tunanetra
dalam hal, diantaranya:
1. Mengenali posisi atau keberadaan dirinya dalam suatu lingkungan serta hubungannya dengan objek
lain yang ada di lingkungannya tersebut. Contoh: saya ada dimana dan ada apa di sekitar saya?
Bergerak atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara cepat, tepat, dan nyaman.
2.Pelaksanaan program orientasi dan mobilitas erat kaitannya dengan latihan kemampuan sensoris
(penginderaan) karena keberhasilan dalam melakukan hal tersebut sangat ditentukan oleh
kemampuannya dalam menggunakan indera-indera yang masih ada. Beberapa metode yang dapat
digunakan oleh tunanetra dalam melakukan mobilitas, yaitu:
tunanetra dalam melakukan mobilitas, yaitu:
a. Bergerak/berjalan dengan pendamping pengawas
b. Bergerak/berjalan dengan bantuan anjing penuntun
C₁ Mobilitas dengan bantuan alat elektronik
d. Bergerak/berjalan sendiri dengan bantuan tongkat
e. Bergerak/berjalan sendiri tanpa alat bantu tongkat

3. Keterampilan berkomunikasi
Anak tunanetra dengan pendidikan khusus dapat memperoleh aktivitas dan pengalaman instruksional
tambahan untuk mengembangkan dasar bahasa yang kuat serta keterampilan mendengar yang baik
dalam berkomunikasi dengan dilengkapi alat bantu, seperti:
a. Reglet dan stilus, yaitu alat tulis tangan yang dipakai tunanetra untuk menghasilkan tulisan Braille
b.Mesin tik Braille, sejenis mesin tik yang digunakan untuk menghasilkan tulisan Braille
c.papan huruf atau papan bacaan
a. Reglet dan stilus, yaitu alat tulis tangan yang dipakai tunanetra untuk menghasilkan tulisan Braille
b. Mesin tik Braille, sejenis mesin tik yang digunakan untuk menghasilkan tulisan Braille
C. Papan huruf atau papan bacaan
d. Tongkat putih, yang digunakan sebagai perpanjangan tangan untuk mendeteksi lingkungan
terutama ketika berjalan
e.Bahan cetak besar, berbentuk buku atau media cetak dengan tulisan berukuran besar
f.Alat bantu optikal, untuk memperbesar objek; lensa, bagi low vision
g.Optacon, alat ini mampu mentransfer tulisan ke dalam bentuk tulisan yang dapat dikenali oleh
tunanetra melalui perabaan
h. Reading machine, yaitu alat yang dapat menterjemahkan tulisan cetak ke dalam bentuk bunyi atau
suara
i.Tape recorder, berguna untuk membantu merekam, menyimpan, dan mengungkap kembali informasi
yang diperoleh
4. Bimbingan Vokasional dan Pendidikan Karir
Pendidikan ini diberikan dengan tujuan untuk menyiapkan mereka memasuki dunia kerja. Walaupun
tidak semua tunanetra akan bekerja, tetapi mereka perlu mendapat bimbingan vokasional mengingat
bahwa ini penting bagi kehidupan sosialnya.
5. Stimulasi Penglihatan/Sensoris Penderita tunanetra sulit membedakan gelap-terang, warna, atau
mengenal objek yang bergerak. Ada tiga aspek kemampuan yang harus dilatihkan dan dikembangkan
pada tunanetra berkenaan dengan kemampuan penginderaan, yaitu:
a. Kemampuan mengenali (identifikasi)
Latihan meningkatkan kemampuan indera untuk dapat mengenali berbagai objek yang ada. Misalnya
mengenali bunyi dari berbagai objek, mengenal bau, mengenal bentuk melalui perabaan
b. Kemampuan membedakan (diskriminasi)
Latihan membedakan satu obiek dengan obiek lain sener membedakan suara ibu
Pelaksanaan Pendidikan Tunanetra di Indonesia
Ada tiga bentuk program pendidikan bagi anak tunanetra yang diselenggarakan di Indonesia, yaitu:
1. Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB/A)
SLB/A adalah lembaga pendidikan luar biasa yang secara khusus melayani pendidikan anak
tunanetra. Murid yang terdaftar di sekolah ini terbagi dua kelompok yaitu kelompok blind/buta dan
kelompok low vision. Namun tidak ada perbedaan pelayanan pendidikan untuk dua kelompok
berbeda tersebut.
2.Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Pendidikan luar biasa setingkat sekolah dasar yang menampung dan melayani pendidikan anak dari
beberapa macam kebutuhan seperti: tunarungu, tunanetra, tunadaksa, dan tunagrahita. Sekolah ini
memiliki guru-guru luar biasa yang memiliki kekhususan berbeda sesuai dengan banyaknya jenis
kelainan anak didik.
3.Pendidikan Inklusif/Sekolah Terpadu
Pendidikan terpadu adalah suatu bentuk program pendidikan yaitu anak tunanetra belajar bersama-
sama dalam kelas biasa dengan anak-anak yang normal. Jenjang pendidikan terpadu meliputi SD,
SMP, dan SMA. Sedangkan pendidikan sekolah Inklusif ada yang sudah melakukan modifikasi
metode atau kurikulum, di samping fasilitas guru kunjung, guru pusat sumber yang membantu siswa
tunanetra memperoleh kebutuhannya di sekolah normal.

kan Khusus
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah seumur hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.
Menurut Longeveld (2002), mendidik adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja
kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam
arti dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab secara susila atas segala tindakannya menurut
pilihannya sendiri. Definisi lain mendidik adalah menuntun seluruh kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak, agar sebagai manusia dan anggota masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya. Sementara itu Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 mendefinisikan
pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa akan datang. Dari ketiga definisi di atas, dua di
antaranya membatasi pendidikan sampai dengan dewasa, artinya kalau seseorang sudah dewasa dalam
arti sudah bisa berdiri sendiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan yang dipilihnya
sendiri, baik untuk kepentingan diri maupun sosial, maka pendidikan dihentikan. Sementara itu satu
definisi yang baru tidak membatasi sampai umur berapa seseorang layak untuk dididik, kata untuk
masa yang akan datang juga mengacu kepada tidak adanya batasan umur seseorang untuk mendidik.
Jadi, pendidikan itu berlangsung seumur hidup bahkan juga termasuk
pendidikan dalam kandungan.Perlu pula ditekankan disini bahwa pendidikan itu bukanlah sekedar
membuat peserta didik dan warga menjadi sopan, taat, jujur, hormat, setia. Tidak juga bermaksud
hanya membuat mereka tahu ilmu
BAB 3
Pembahasan

Kelebihan buku
BUKU 1
 Buku sangat lengkap
 Pembahasan yang banyak
 Bahasa yang jelas
 Dilengkapi sub bab yang dapat memudahkan pembaca memahami dan
mencari materi
 Pokok pokok didalam buku sangat jelas
 Membahas karakteristik belajar dan individu sangat jelas dan terjabar
rapih sehingga mudah di pahami

BUKU 2
 Pembahasan sangatlah jelas
 Kata kata Mudah dipahami
 Sampul buku yang sangat menarik
 Konsep buku yang bagus dan terarah
 Membahas karakteristik belajar dengan padat dan jelas
Kekurangan
Buku 1
 Menurut saya buku ini tidak memiliki kekurangan

Buku 2
 Menurut saya buku ini memiliki kekuranga sedikit yaitu tidak membahas
Bab 4
Penutup

Kesimpulan
Demikian CBR ini saya tulis demi memenuhi tugas mata kuliah Pesikologi
Pendidikam,dimana cbr ini memiliki manfaat bagi saya dalam melatih saya dan
menambah wawasan saya,Adapun kekurangan Tugas ini mohon bagi teman
teman dan ibu dosen memberikan kritik yang membangun bagi saya,Akhir kata
saya ucapkan Terimakasih

Daftar Pustaka
https://doc-pak.undip.ac.id/7955/1/buku%20ajar%20ABK%20.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/76939829.pdf

Anda mungkin juga menyukai