Anda di halaman 1dari 9

PERUMUSAN KEBIJAKAN MEKANISME INSENTIF BAGI AIRLINE DALAM

PENGGUNAAN SAF (SUSTAINABLE AVIATION FUEL)

KERANGKA ACUAN KERJA

(TERMS OF REFERENCE)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN KEBIJAKAN TRANSPORTASI
PUSAT KEBIJAKAN SARANA TRANSPORTASI

2023
KERANGKA ACUAN KERJA (TERMS OF REFERENCE)

PERUMUSAN KEBIJAKAN MEKANISME INSENTIF BAGI AIRLINE DALAM


PENGGUNAAN SAF (SUSTAINABLE AVIATION FUEL)

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan


Unit Organisasi : Badan Kebijakan Transportasi
Unit Eselon II/Satker : Pusat Kebijakan Sarana Transportasi
Program : Infrastruktur Konektivitas
Hasil (Outcome) : Kebijakan Bidang Sarana
Kegiatan : Formulasi Kebijakan Transportasi
Jenis Keluaran (Output) : Kegiatan
Volume Keluaran (Output) : 1 (satu)
Satuan Ukur Keluaran (Output) : Inception Report, Interim Report, Draft Final
Report, Final Report, Policy Brief

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum Tugas Fungsi/Kebijakan
Dasar/acuan perundang-undangan kegiatan ini adalah:
a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
b. Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional
Gas Rumah Kaca (RAN-GRK);
c. Keputusan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 Tentang Inventarisir Emisi Gas
Rumah Kaca;
d. ICAO Annex 16 Volume IV;
e. Resolusi Pertemuan ICAO no A40-19;
f. KP Nomor 201 Tahun 2013 Tentang Rencana Aksi Nasional dan
Inventarisir Gas Rumah Kaca di Sektor Transportasi;
g. KP Nomor 303 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Satuan Kerja Terkait
Perubahan Iklim dan Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor Penerbangan Sipil,
dengan salah satu tugasnya adalah pembuatan State Action Plan untuk
mengurangi emisi;
h. ISO 14064-1:2018 tentang Penghitungan Gas Rumah Kaca;
i. Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP);
j. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2020 Tentang Uji Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor.
2. Gambaran Umum
Meningkatnya intensitas penerbangan mempengaruhi keadaan lingkungan
berupa polusi suara di sekitar bandara, dan juga polusi udara terhadap
atmosfer (70% gas buang dari mesin pesawat adalah CO 2). Tingginya jumlah
emisi karbon dari industri penerbangan ini menurut organisasi World Wild
Life (WWF) dapat menempatkan industri ini setara dengan dengan negara
pada peringkat 10 besar negara penyumbang emisi karbon.

1
Berbagai perjanjian dan komitmen telah dibentuk dan disetujui oleh negara-
negara di dunia, diantaranya dalam United Nations Frameworks Convention on
Climate Change (UNFCCC) yang juga telah diwujudkan dalam Undang-Undang
nomor 6 Tahun 1994, maupun perjanjian lainnya seperti dalam Protokol
Kyoto dan Perjanjian Paris yang telah disahkan dalam Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2016. Untuk menunjukkan keseriusannya Pemerintah Indonesia
pun mengeluarkan Perpres Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca dan Perpres Nomor 71 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Dengan
adanya kedua aturan tersebut, setiap sub sektor transportasi dari setiap
matra harus lah menyusun langkah dan target untuk menurunkan emisi gas
rumah kacanya dengan sektor transportasi udara sendiri sudah melakukan
beberapa program seperti peremajaan mesin pesawat udara, efisiensi
operasional dan perawatan, maupun penggunaan energi baru dan terbarukan.
Langkah-langkah ini merupakan langkah yang menjadi upaya Indonesia sesuai
dengan komitmennya pada ICAO Assembly 37 tahun 2010.
Seperti disebutkan sebelumnya, salah satu langkah yang dapat dilakukan
terkait dengan penanggulangan emisi GRK ini adalah melalui substitusi
sumber energi fosil ke energi baru dan terbarukan, seperti Sustainable
Aviation Fuel (SAF). SAF adalah bahan bakar alternatif yang pembuatannya
berasal dari berbagai sumber seperti minyak masak bekas, limbah, biomass,
feedstock, maupun sumber terbarukan lainnya. SAF harus lah bersumber dari
sumber yang diperoleh tanpa harus merusak lingkungan, sehingga minyak
masak yang jika penggunaannya untuk penerbangan diperoleh dengan
deforestasi atau pun mengurangi pasok untuk konsumsi rumah tangga tidak
bisa dikelompokkan kedalam SAF. SAF saat ini digunakan dengan cara
dicampur dengan bahan bakar pesawat konvensional, meskipun mesin-mesin
baru sebenarnya mampu untuk beroperasi dengan SAF sepenuhnya sehingga
dalam segi ekonomi pemerintah akan mendapatkan banyak keuntungan
dikarenakan adanya selisih harga.
SAF adalah istilah yang relatif baru, terkadang disebut dengan nama lain.
Misalnya, bio-jet, bio-kerosene, jet alternatif, dan bahan bakar jet non-
konvensional semuanya adalah istilah yang dapat diterima. Bahan Bakar
Penerbangan Berkelanjutan diproduksi dari biomassa atau karbon daur ulang.
Campuran ini memenuhi standar keberlanjutan yang ketat sehubungan
dengan penggunaan lahan, air, dan energi. SAF menghindari Perubahan
Penggunaan Lahan Langsung dan Tidak Langsung. Misalnya, deforestasi tropis
tidak terjadi untuk produksi SAF. Selain itu, produksi SAF tidak menggantikan
atau bersaing dengan tanaman pangan. Hal ini, oleh karena itu, menghasilkan
dampak sosial-ekonomi yang positif. Manfaat lain dari SAF adalah
peningkatan kualitas udara lokal. Saat digunakan dapat mengurangi emisi
langsung dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional. SAF juga dapat
memberikan sedikit peningkatan efisiensi bahan bakar. Berkat SAF yang
memiliki densitas energi lebih tinggi daripada bahan bakar jet konvensional,
peningkatan efisiensi bahan bakar 1.5% hingga 3% dapat terjadi. Ini tidak

2
hanya akan meningkatkan jangkauan pesawat, tetapi juga akan mengurangi
angka pembakaran bahan bakar per jam. Ini, pada gilirannya, akan
mengurangi emisi yang dihasilkan dari pesawat selama misinya.
Ibu Kota Negara Baru yang diproyeksikan sebagai pilot project pembangunan
kota yang modern, terintegrasi serta eco-enviroment tentu saja memerlukan
skema perencanaan transportasi yang ramah lingkungan, salah satunya
penggunaan SAF ini. Perumusan Kebijakan yang disusun diharapkan mampu
memberikan skema penerbangan menuju IKN yang modern, berkualitas dunia
yang mengutamakan kualitas teknologi yang ramah lingkungan.
Oleh sebab itu, diperlukan analisis terkait mekanisme kebijakan
pemberlakuan SAF. Kebijakan ini dapat menerapkan mekanisme seperti
kewajiban yang disertai dengan denda dan insentif bagi penggunaan SAF.

B. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat kegiatan ini adalah:
1. Kementerian Perhubungan;
2. Maskapai;
3. Pengelola Bandar Udara;
4. Pemasok SAF;
5. Kementerian Keuangan;
6. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan secara kontraktual dengan melibatkan tenaga ahli yang
ahli dan kompeten dibidangnya.
2. Indikator Keluaran
Tersedianya dokumen Inception Report, Interim Report, Draft Final Report, Final
Report, Policy Brief.
3. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup dari kegiatan ini antara lain:
a. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi eksisting;
b. Mengidentifikasi dan menganalisis penggunaan Sustainable Aviation Fuel
(SAF) dimasa depan;
c. Mengidentifikasi dan menganalisis peruntukan kajian Sustainable Aviation
Fuel (SAF);
d. Mengidentifikasi dan menganalisis Rantai Pasok untuk Kelapa Sawit:
e. Memproyeksikan Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat baik internasional
maupun Domestik 2023-2030
f. Memproyeksikan kebutuhan suplai bahan bakar
g. Menginventarisasi dan mengidentifikasi peraturan perundangan yang
berlaku;

3
h. Penentuan metode analisis kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan
pemilihan metode analisis yang sesuai dengan tujuan yang telah disampaikan
di atas;
i. Menyusun skema mekanisme insentif dalam penggunaan Sustainable Aviation
Fuel (SAF) bagi Airline di IKN;
j. Penyusunan Laporan Pendahuluan (Inception Report);
k. Penyusunan Laporan Akhir (Final Report);
l. Penyusunan Naskah Akademik;
m. Penyusunan Policy Brief dan Rekomendasi Kebijakan.
4. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang dibutuhkan meliputi tenaga profesional lulusan perguruan
tinggi negeri/perguruan tinggi swasta yang telah terakreditasi yang meliputi
berbagai disiplin ilmu sebagai berikut:
PENDIDIKAN PENGALAMAN
NO KUALIFIKASI URAIAN PEKERJAAN
MINIMAL MINIMAL
A.    Tenaga Ahli
1 Tenaga Ahli Bidang S2 5 Tahun 1. Melakukan koordinasi dan
Hukum Penerbangan Transportasi/ bertanggung jawab atas
(Leader) Manajemen pelaksanaan kegiatan
Transportasi sehingga tercapai hasil
kualitas yang sesuai dengan
sasaran dan jadwal
kegiatan;
2. Melakukan pengendalian
dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan;
3. Melakukan komunikasi
tingkat pimpinan dengan
pemberi pekerjaan dan tim
pendamping (counterpart
team);
4. Menyusun organisasi dan
tata kerja pelaksana
kegiatan;
5. Bersama anggota
melakukan pengumpulan
dan pengolahan data serta
informasi;
6. Hadir dalam setiap rapat
koordinasi dan presentasi
hasil tahapan laporan;
7. Presentasi pada setiap tahap
laporan di depan tim
pendamping dan hasil
pembahasan tersebut
digunakan sebagai
penyempurnaan terhadap
laporan berikutnya;
8. Bersama anggota menyusun
laporan hasil kegiatan dan
menyerahkan setiap
tahapan laporan kepada
pemberi pekerjaan, paling

4
PENDIDIKAN PENGALAMAN
NO KUALIFIKASI URAIAN PEKERJAAN
MINIMAL MINIMAL
lambat 1 minggu sebelum
jadwal yang telah
ditentukan dalam kontrak.
1. Analisis dan perumusan
laporan akhir, naskah
akademik, policy brief, dan
rekomendasi kebijakan;
2. Analisis dan perumusan
bahan seminar Focus Group
S2
Tenaga Ahli Discussion (FGD);
2 Ekonomi/ 5 Tahun
Ekonomi/Manajemen 3. Presentasi pada setiap
Manajemen
tahap laporan di depan tim
pendamping dan hasil
pembahasan tersebut
digunakan sebagai
penyempurnaan terhadap
laporan berikutnya.
1. Membuat analisa terhadap
data lapangan dan hasil test
Tenaga Ahli Teknik S2 Teknik laboratorium.
3 5 Tahun
Perminyakan Perminyakan 2. Membuat penyesesuaian
produk SAF dengan standar
ICAO
1. Memberikan pengarahan
dan langkah-langkah kerja
pada tim geologi.
2. Bersama team leader
menentukan titik-titik
pemboran, yang elevasinya
akan diukur oleh tim
Tenaga Ahli Teknik S2 Teknik
pengukuran.
4 Geologi/ Teknik Geologi/ Teknik 5 Tahun
3. Membuat analisa terhadap
Pertambangan Pertambangan
data lapangan dan hasil test
laboratorium.
4. Membuat rekomendasi
mengenai data-data yang
akan digunakan untuk SAF
5. Melakukan indetifikasi
keadaan geologi didaerah
1. Melakukan analisis untuk
mengetahui kualtitas dari
kebun Kelapa Sawit
2. Menyusun skema
mekanisme insentif dalam
Tenaga Ahli Agribisnis/ S2 Agribisnis/ penggunaan Sustainable
5 5 Tahun
Teknik Industri Teknik Industri Aviation Fuel (SAF)
3. Melakukan analisis
industri guna melihat
kondisi bahan SAF
4. Membuat Pemetaan
Industri (Rantai Pasok)
S2 1. Pembuatan State Action
6 Tenaga Ahli Lingkungan Teknik 3 Tahun Plan untuk mengurangi
Lingkungan emisi

5
PENDIDIKAN PENGALAMAN
NO KUALIFIKASI URAIAN PEKERJAAN
MINIMAL MINIMAL
2. Mengidentifikasi sumber
gas rumah kaca dan yang
menyebabkan perubahan
iklim
3. Menguji Emisi Kendaraan
Bermotor
1. Mengidentifikasi dan
menginventarisasi
Peraturan perundangan
S2 yang berlaku.
Tenaga Ahli Kebijakan
7 Kebijakan 3 Tahun 2. Menyusun Kebijakan
Publik
Publik Kebijakan Mekanisme
Insentif Bagi Airline Dalam
Penggunaan Saf
(Sustainable Aviation Fuel)
1. Membuat Pemodelan jalur
tracking transportasi
2. Membuat analisis
transportasi terkait kinerja
pergerakan pengiriman
Kelapa Sawit
3. Melakukan Survey
lapangan untuk pengenalan
karakteristik pola
transportasi kawasan
kawasan perencanaan dan
S2 4. mengevaluasi
Tenaga Ahli Pemodelan Manajemen kebijaksanaan transportasi
8 3 Tahun
Transportasi Transportasi yang telah ada
Penerbangan 5. Melakukan survey
lapangan untuk
mengidentifikasi pola dan
kualitas jaringan jalan
meliputi panjangdan lebar
jalan menurut fungsinya,
jenis dan kondisi,
perkerasan jalan, garis
sempa dan bangunanuntuk
koridor jalan utama, arus
lalu lintas, parkir dan
sebagainya
B.    Tenaga Pendukung
1 Asisten Tenaga Ahli S1 5 Tahun 1. melakukan kajian
Bidang Statistik kebutuhan Data Statistik;
Transportasi 2. melakukan validasi tabulasi
angka estimasi Statistik
tingkat lanjut;
3. melakukan evaluasi
penyelenggaraan tahapan
Kegiatan Statistik yang
sedang berjalan;
4. melakukan kajian strategis
pengembangan Kegiatan

6
PENDIDIKAN PENGALAMAN
NO KUALIFIKASI URAIAN PEKERJAAN
MINIMAL MINIMAL
Statistik;
1. Membantu tugas team
leader dan tenaga ahli
dalam hal penanganan
administrasi (surat-
menyurat) dan catat-
mencatat segala sesuatu
Sekretaris/Operator yang berhubungan dengan
2 S1/D3 5 Tahun
Komputer pelaksanaan kegiatan
sampai berakhirnya
pelaksanaan kegiatan;
2. Melakukan pengetikan
laporan, pengeditan, dan
lain-lain yang berhubungan
dengan komputerisasi.

5. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan ini dilakukan dengan 4 (empat) tahap pelaporan, yaitu:
a) Tahap Penyusunan Laporan Pendahuluan (Inception Report)
Berisi tentang penjabaran kerangka acuan yang meliputi metodologi dan
pendekatan teori yang digunakan, penjelasan metode pengolahan/analisis,
mencakup juga rencana kerja serta desain kuesioner yang akan digunakan.
b) Tahap Penyusunan Laporan Akhir (Final Report)
Berisi tentang penyempurnaan hasil keseluruhan pelaksanaan kegiatan.
Laporan Akhir (Final Report) yang menjawab tujuan kegiatan. Penyedia
menyerahkan laporan akhir sebanyak 15 (lima belas) eksemplar pada saat
berakhirnya kontrak.
c) Tahap Penyusunan Naskah Akademik
Memuat materi mengenai muatan yang diusulkan untuk diatur pada undang-
undang atau peraturan daerah.
d) Tahap Penyusunan Policy Brief dan Rekomendasi Kebijakan
Berisi tentang rekomendasi yang dirumuskan berdasarkan permasalahan
yang terdapat dalam Naskah Ilmiah. Penyedia menyerahkan antara
pendahuluan sebanyak 15 (dua puluh) eksemplar paling lambat diserahkan 1
(satu) bulan setelah penendatanganan kontrak. Naskah ringkasan kebijakan
(policy brief) diharapkan terdiri dari sekitar 1500–1700 kata atau maksimal 4
halaman. Struktur naskah ringkasan kebijakan (policy brief) adalah sebagai
berikut:
1. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary);
2. Pendahuluan (sekitar 15% dari seluruh naskah);
3. Metodologi (sekitar 5% dari seluruh naskah);
4. Hasil dan Kesimpulan (sekitar 40% dari seluruh naskah);
5. Implikasi dan Rekomendasi (sekitar 40% dari seluruh naskah).
Rekomendasi Kebijakan berisi tentang usulan rekomendasi kebijakan.
Penyedia menyerahkan laporan rancangan laporan akhir sebanyak 15 (dua
puluh) eksemplar paling lambat diserahkan 1 (satu) bulan sebelum

7
berakhirnya kontrak.

6. Hasil yang Diharapkan


Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersusunnya perumusan kebijakan
mekanisme insentif bagi airline dalam penggunaan SAF (Sustainable Aviation
Fuel).
7. Tempat dan Pelaksanaan Kegiatan
Tempat pelaksanaan kegiatan adalah di Jakarta, Banten, dan Kalimantan Timur.
8. Pelaksana dan Penanggungjawab Kegiatan
Kegiatan ini dikerjakan oleh Pusat Kebijakan Sarana Transportasi dan
penanggung jawab kegiatan adalah Kepala Pusat Kebijakan Sarana Transportasi.

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Keluaran kegiatan selama 5 (lima) bulan sebagai berikut:
Tabel Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan ke-
No. Tahap
1 2 3 4 5
1. Penyusunan Laporan Pendahuluan
(Inception Report)

2. Penyusunan Laporan Akhir (Final


Report)
3. Penyusunan Naskah Akademik
4. Penyusunan Policy Brief dan
Rekomendasi Kebijakan

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya untuk pelaksanaan kegiatan ini dibebankan kepada DIPA Pusat Kebijakan
Sarana Transportasi Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp998.850.000,- (Sembilan
Ratus Sembilan Puluh Delapan Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Rincian lebih lanjut atas biaya tersebut disajikan tersendiri dalam Rencana
Anggaran Biaya (RAB).

Jakarta, Oktober 2022


Kepala
Pusat Kebijakan Sarana Transportasi

Dr. Ir. Gunung Hutapea, M.M.


Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19630925 199303 1 001

Anda mungkin juga menyukai