Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN ISLAM


Tentang
PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Oleh :
kelompok 2:
M. Abel Afif : 2214010045
Sulthoni Alfathon : 2214010050
Jefriman Akmal : 2214010061
Khairul Fajri : 2214010071
Aidil Rahman : 2214010079
Hadit Pratama : 2214010083
Dosen Pengampu:
Dr. Ulfatmi, S.Ag., M.Pd.I

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (2 PAI-B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG

1444 H / 2023 M
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan ling kungan.
Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melaka usaha
mendengar, membaca mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau
latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif
tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku
mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, buk perubahan
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku
lainnya. Belajar sebenarnya telah dimulai semenjak Nabi Adam as. Di dalam
Al-Qur'an dinyatakan oleh Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah ayat 31-32
َ ‫ضهُ ْم َعلَى ْٱل َملَ ٰـِٓئ َك ِة فَقَا َل َأ ۢنبِـُٔونِى بَِأ ْس َمٓا ِء هَ ٰـُٓؤٓاَل ِء ِإن ُكنتُ ْم‬
َ‫ص ٰـ ِدقِين‬ َ ‫َوعَلَّ َم َءا َد َم ٱَأْل ْس َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم ع ََر‬
٣١
٣٢ ‫ك اَل ِع ْل َم لَنَٓا ِإاَّل َما َعلَّ ْمتَنَٓا ۖ ِإنَّكَ َأنتَ ْٱل َعلِي ُم ْٱل َح ِكي ُم‬ ۟ ُ‫قَال‬
َ َ‫وا ُسب َْح ٰـن‬
Artinya:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruh nya,
kemudian mengemukakan kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau lah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari ayat di atas dapat dipahami sebagai berikut:
Allah SWT telah mengajarkan sejumlah al-asma, yang berarti Allah
mengajarkan berbagai konsep dan pengertian serta memperkenalkan nama-
nama benda alam (termasuk lingkungan) sebagai salah satu sumber
pengetahuan. Konsep dan pengertian dapat diungkapkan melalui bahasa. Oleh

ii
karena itu, Allah SWT pada dasarnya mengajarkan bahasa ke pada Adam,
sehingga Adam mampu menangkap konsep dan pengertian. la mempelajari
lingkungan sebagai salah satu sumber pengetahuan. Pada saat itu Adam telah
menguasai simbol sehingga ia pun memiliki sarana untuk berpikir (termasuk
berpikir ilmiah) dengan simbol itu ia bisa berkomu- nikasi menerima
tranferensi pengetahuan, memperoleh transformasi ilmu, internalisasi nilai dan
sekaligus mampu melakukan telaah ilmiah.
Adam telah memperoleh pelajaran dari Allah SWT yang kontennya adalah
alam dan lingkungan (ekologi)nya berarti ia telah mempunyai rujukan dasar
untuk mengungkapkan dan mengetahui fenomena alam selanjutnya. Jadi,
proses pembelajaran pada saat awal kehadirannya dalam alam telah sampai
pada tahap praeksplorasi fenomena alam, dengan pengetahuan mengenal sifat,
karakteristik dan prilaku alam. Salah satu bagian penting dari proses belajar
adalah kemampuan individu memproduksi hasil belajarnya. Adam ternyata
dapat memproduksi hasil belajar, kenyataan tersebut terbukti dengan
kemampuan menerangkan dan menyebutkan al-asma yang telah diajarkan
Allah
kepadanya.
Proses belajar yang dilakukan Adam selanjutnya (termasuk istrinya)
adalah keterhambatan mereka dalam memilih alternatif (ketika mereka
mendiami surga dan mendapat larangan mendekati suatu pohon). Ketika itu
Adam dan istrinya berada dalam situasi "belajar" dalam bentuk mem- buat
pertimbangan-pertimbangan untuk memilih nilai dan mengambil keputusan
(dekat dengan metode problem solving atau inquiry method). Walaupun
keputusan yang mereka ambil salah namun keduanya telah melatih tingkah
laku melalui pemecahan masalah yang berguna untuk memecahkan
problematika ketika berada di bumi.

iii
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
1. Pengertian Belajar
Para ahli mendefinisikan belajar dengan berbagai rumusan,
sehingga terdapat keragaman tentang makna belajar.
a. Skinner, berpendapat yang dimaksud belajar adalah suatu perilaku
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun.
b. Gagne, merumuskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang
kompleks, yaitu setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap dan nilai.
c. Henry Clay Lingren dan Newtin Suter? mendefinisikan dengan
perubahan yang relatif permanen dalam bentuk tingkah laku yang
terjadi sebagai hasil pengalaman.
d. James W. Vander Zanden" mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif permanen atau perubahan
kemampuan sebagai hasil dari pengalaman. Sebuah proses yang
didapatkan dari penambahan yang relatif stabil yang terjadi pada
tingkah laku individu yang berinteraksi dengan lingkungan.
e. Biggs mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu
rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.
Secara kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Secara institusional, belajar dipandang sebagat proses validasi
(pengabsahan) terhadap penguasaan peserta didik atas materi-materi yang
telah ia pelajari. Kemudian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah
proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman. Belajar dalam
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang

iv
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan yang akan
datang.
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar pada
hakekatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktifitas belajar, walaupun pada kenyataannya
tidak semua perubahan termasuk kategorii belajar.” Dari beberapa
pengertian yang telah penulis paparkan di atas memang terdapat beberapa
perbedaan para ahli dalam memberikan definisi belajar. Namun baik
secara ekspilisit maupun insplisit pada dasarnya para ahli tersebut
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan terhadap
tingkah laku individu yang diperoleh dari pengalaman tertentu.
2. Pengertian Pembelajaran
Akhir-akhir ini muncul istilah baru yaitu pembelajaran. Terdapat
perbedaan pengertian antara pengajaran dan pembelajaran. Pengajaran
terpusat pada guru, sedangkan pembelajaran terpusat pada siswa.
Beberapa ahli merumuskan pengertian pembelajaran.
a. Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.1
b. Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu.
c. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran
terdiri atas siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran ( Bandung: Alfabeta, 2005), hlm.61.

v
laboratorium. Materil meliputi buku-buku, papan tulis fotografi, slide
dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari
ruangan kelas, perlengkapan audio visual juga komputer. Prosedur
meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar,
ujian dan sebagainya.
Proses pembelajaran dalam Pendidikan Islam sebenarnya sama dengan
proses pembelajaran pada umumnya, namun yang membedakannya adalah
bahwa dalam pendidikan Islam proses maupun hasil belajar selalu inhern,
dengan keislaman: keislaman melandasi aktivitas belajar, menafasi perubahan
yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.2
Keseluruhan proses pembelajaran berpegang pada prinsip-prinsip al-
Qur’an dan Sunnah serta terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif yang
ditilik dari persepsi keislaman. Perubahan pada ketiga domain yang
dikehendaki Islam adalah perubahan yang dapat menjembatani individu
dengan masyarakat dan dengan khalik (habl min Allah wa habl min al-Nas),
tujuan akhir berupa pembentukan orientasi hidup secara menyeluruh sesuai
dengan kehendak Tuhan yaitu mengabdi kepada Tuhan (ubudiyah) dan
konsisten dengan kekhalifahannya (khalifah Allah fi al-Ardh).
B. Prinsip – Prinsip Pembelajaran Pendidikan Islam
1. Aktivitas
Belajar yang berhasil mestilah memulai berbagai macam aktivitas,
baik aktivitas pisik maupun psikis. Dalam pendidikan Islam aktivitas dapat
dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pada pengajaran ibadah sholat, sifat anak yang suka bergerak perlu
dipergunakan baik-baik dengan menggunakan dramatisasi, darmawisata
ketempat peribadatan, berwudhu’ dan sholat berjemaah dibawah
pimpinan guru.
b. Pada pengajaran akhlak dapat dilaksanakan untuk mengadakan
pertolongan bersama untuk korban bencana, kecelakaan dan atau
bentuk kegiatana positif lainnya.

2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelejaran ( Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 229.

vi
c. Memberikan pertanyaan yang dapat membangkitkan keaktifan anak-
anak untuk berfikir sendiri, seperti mengenalkan hal-hal yang halal dan
haram.
d. Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengutamakan
pengalaman-pengalamannya waktu bulan puasa, lebaran dan
sebagainya.
2. Azas Motivasi
Seorang guru harus dapat membangkitkan motivasi anak. Motivasi
sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman yang
memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses motivasi mempunyai
fungsi anatara lain:
a. Member semangat dan mengaktifkan murid agar tetap bermiat belajar
dan bekerja.
b. Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubung
dengan pencapaian hasil belajar.
c. Membantu memenuhi kebutuhan hasil jangka pendek dan hasil jangka
panjang.3
3. Azas Individualitas
Individu adalah manusia yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kehalusan jiwa
menyebabkan setiap individu memiliki karakteristik sendiri dalam
kedudukannya di tengah-tengahkomunitas, masingmasing memiliki individual
difference. Dalam proses pembelajaran pendidikan Islam, agar guru dapat
menyesuaikan bahan ajar dengan perbedaan individu-individu.
4. Azas keperagaan
Peragaan meliputi semua pekerjaan panca indera yang bertujuan
mencapai pengertian pemahaman sesuatu hal secara lebih cepat dengan
menngunakan alat indera. Alat peraga dalam pembelajaran dibedakan:
a. Alat peraga lansung yaitu dapat berupa benda yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarakan.

3
S.Nasution, Asas-asas Mengajar ( Bandung : Jemmars, 2003 ), hlm. 103.

vii
b. Alat peraga tidak lansung, yaitu terdiri dari model dan gambar. Azas ini
sangat penting dalam pendidikan Islam, sebagaiman yang dilakukan
Rasulallah dalam mendidik para sahabat tentang cara peribadatan,
seperti pendidikan cara melalukan shalat yang benar, dimana dalam hal
ini lansung diperagakan oleh Rasulullah.

5. Azas keteladanan
Kecenderungan manusia untuk meniru atau belajar lewat peniruan
menyebabkan ketauladanan menjadi sangat penting dalam sebuah proses
pembelajaran. Ketauladanan dalam pendidikan Islam adalah metode
influitif yang paling meyakinkan keberhasilan dalam mempersiapkan
membentuk moral spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik
merupakan contoh dalam pandangan anak yang akan ditiru dalam setiap
aspek positif atau negatifnya.
6. Azas Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan
pembentukan kepribadian anak. Pembiasaan dalam pendidikan agama
hendaknya dimulai sedini mungkin. Pendidikan Agama melalui
pembiasaan ini dapat dilakukan dalam berbagai materi, misalnya:
a. Akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik disekolah
maupun diluar sekolah : seperti berbicra sopan santun, berpakaian
bersih.
b. Ibadat, beruapa pembiasaan sholat berjemaah di msuhalla sekolah.
c. Keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh
jiwa dan hatinya, salah satunya dengan cara mengajak anak
memperhatikan alam dan merenungkan ciptaan langit dan bumi.
d. Sejarah, berupa pembiasaan agar anak membaca dan mendengarkan
sejarah kehirupan Rasullallah SAW, para sahabat, agar anak-anak
mempunyai semangat jihad dan mengikuti perjuangan mereka.
7. Azas korelasi

viii
Yaitu azas yang menghendaki agar materi pembelajaran anatara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya disajikan secara terkait dan
integral. Pada umunya ada dua cara yang dapat dilakukan untuk
menghubungkan antara pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya,
melalui :
a. Korelasi okasional, yaitu koralsi dilakukan dengan cara sewaktu waktu
guru menghubungkan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya.
b. Korelasi Total, yaitu penggabungan antara mata pelajaran agama
dengan mata pelajaran umum menjadi satu kesatuan. Cara ini dilakukan
karena rencana pelajaran disusun atas dasar organisasi kurikulum dan
hanya dapat dilakukan pada pengajaran proyek yang dilaksanakan
secara terprogram dan terencana.
8. Azas minat dan perhatian
Minat dan perhatian adalah dua hal yang saling berkaitan.
Perhatian adalah salah satu faktor psikologis yang dapat membantu
terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar. Agar pendidikan
agama dapat berhasil dengan baik maka minat dan perhatian anak tidak
boleh diabaikan.
C. Pilar Pembelajaran
Agar pembelajaran terlaksana dengan baik perlu di topang oleh dua pilar
yang kokoh. Kedua pilar tersebut adalah kewibawaan dan kewiyataan.
1. Kewibawaan (High Touch)
Kewibawaan bisa juga diartikan sebagai suatu "kualitas daya
pribadi pada diri seseorang yang membuat pribadi lain menjadi tertarik
bersikap mempercayai, menghormati, secara sadar dan suka cita, dan
sekaligus akan mengikutinya.4
Kewibawaan dikatakan efektif apabila didasarkan atas pengetahuan
yang lebih atau keahlian yang dilaksanakan dalam suatu suasana Lasih

4
Prayitno, dkk, Modul Pengambangan Profesi Pendidik (Padang : Panitia Sertifikasi Guru
Rayon UNP, 2008), hlm. 75.

ix
sayang dan saling menghormati. Oleh karena itu guru diharapkan memiliki
kewibawaan agar mampu membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau
kompetensi yang telah dirumuskan. Wens Tanlain dick, menjelaskan
bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan
siswa terhadap guru sebagai pendidik yang memberikan bantuan,
tuntunan, dan nilai-nilai manusia.
Kewibawaan merupakan unsur-unsur yang menentukan kualitas
hubungan antara pendidik dengan peserta didik. Kewibawaan (high touch)
akan tercipta apabila ada unsur-unsurnya berupa kasih sayang dan
kelembutan, keteladanan, penguatan, dan tindakan tegas yang mendidik.
Di dalam al-Qur'an maupun di dalam Hadits banyak sekali ditemukan hal-
hal mendorong timbulnya unsur-unsur kewibawaan ini.
 Kasih Sayang
Sabda Rasulullah SAW:
"Seseorang diantara kalian tidak dikatakan beriman sehingga la
mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri”. (H.R
Tarmizi dan Nasa'i).
Sikap kasih sayang dapat memperkuat interaksi edukatif antar guru
dan murid.
 Kelembutan
Firman Allah SWT:
‫بـ اَل ْنـ فَـ ضـُّـ وـاـ ِمـ ْـنـ‬ َ ‫تـ فَـ ظًّـ اـ َغـ لِـ يـ‬
ِ ‫ظـ اـ ْلـ قَـ ْلـ‬ ‫فَـ بِـ َمـ اـ َـرـ ْـحـ َمـ ٍةـ ِمـ َـنـ هَّللا ِـ لِـ ْنـ َـ‬
‫تـ لَـ هُـ ْمـ ۖـ َوـ لَـ ْـوـ ُكـ ْنـ َـ‬
‫كـ‬
َ ‫َحـ ْـوـ لِـ‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. 
Kelembutan merupakan warna dari kualitas hubungan antar guru dan
murid.
 Penguatan
Sabda Rasulullah SAW:

x
"orang yang mendirikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan
Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan menjauhi tujuh dosa besar
melainkan akan dibukakan bagi mereka pintu surga. Bahkan ia akan
disuruh (oleh penjaga pintu surga), "masuklah dengan selamat". (H.R.
al-Syaikahani dan Tarmizi)
Dengan adanya penguatan, maka peserta didik akan terbiasa
melakukan suatu kebaikan.
 Keteladanan
Firman Allah SWT:
"Sesungguhnya dalam diri Rasulullah kamu bisa temukan teladan yang
baik". (QS 33:2)
Keberhasilan Rasulullah sebagai pendidik agung lebih banyak
ditentukan oleh keteladanan yang beliau perlihatkan kepada umat yang
dididiknya.
2. Kewiyataan (Hight Tech)
Kewiyataan merupakan perangkat praktek pembelajaran yang
terkait langsung dengan materi pembelajaran, pengembangan dan aplikasi
metode pembelajaran, alat bantu pembelajaran, lingkungan pembelajaran
(yang keempatnya merupakan unsur praktek kewiyataan), dan penilaian
hasil pembelajaran.5
Dalam proses pembelajaran pendidik memfasilitasi peserta didik
nya dengan berbagai materi. Materi ini akan dikuasai, dihayati, dan
diamalkan oleh peserta didiknya. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif diperlukan adanya, metode dan pendekatan yang tepat dan
benar, lingkungan yang kondusif, serta alat dan media pembelajaran yang
dapat menunjang pembelajaran. Untuk menentukan pencapaian tujuan
pembelajaran diperlukan adanya evaluasi.
Menurut Prayitno, proses pembelajaran ibarat kendaraan, atau
wahana untuk mengangkut muatan materi pembelajaran demi ke-
pentingan peserta didik." Agar materi pembelajaran itu dapat diproses dan

5
Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan (Padang : The Zaky Press, 2008), hlm. 162.

xi
diolah dengan sebaik-baiknya, pendidik perlu mengaplikasikan berbagai
pendekatan, metode dan cara-ara yang tepat agar materi pembelajaran
dapat terjangkau, diolah dan dimanfaatkan seara efektif dan efisien oleh
peserta didik. Untuk terlaksananya hal tersebut perlu adanya alat bantu,
dan lingkungan yang kondusif yang memungkinkan dalam proses
pembelajaran terjalin ikatan kasih sayang dan kelembutan cinta, rasa
percaya, terbuka, menghormati dan menghargai guru.
D. Energi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran harus ada yang menjadi penyemangat.
Penyemangat itu disebut dengan energi pembelajaran. Dengan adanya energi
pembelajaran ini akan tercipta suasana belajar yang baik, yang ditandai
dengan beberapa hal yaitu, peserta didik mengalami kemajuan, murid
menghargai pelajaran yang disajikan dan pendidik memperoleh kepuasan
dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur
yang menjadi penyemangat yang perlu diperhatikan.6
1. Energi Peserta Didik
Energi peserta didik merupakan sesuatu yang menjadikan peserta
didik mempunyai kemauan yang kuat dalam belajar. Peserta didik yang
mempunyai energi dalam belajar akan memiliki beberapa kebiasaan, yaitu:
 Mandiri, tidak menunggu diarahkan oleh orang lain
 Mampu melakukan refleksi diri atau evaluasi diri dengan baik.
 Belajar tanpa batas waktu
 Rasa ingin tahu yang tinggi.
Energi pada diri peserta didik berasal dari potensi dasar yang telah
ada pada diri peserta didik sejak ia di dalam kandungan, yang telah
dibawanya semenjak ia lahir ke dunia. Ia merupakan penggerak peserta
didik dalam pengembangan dirinya memenuhi hakikat dan dimensi
kemanusiaannya. Dalam sumber daya ini termasuk di dalamnya pem-

6
Dewi Salma Prawiradalaga, Prinsip Desain Pembelajaran ( Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008), hlm. 119.

xii
bawaan (wiratsah) dan bakat khusus. Energi berupa potensi dasar ini harus
digali dan dikembangkan sampai batas maksimal.
Melalui kegiatan belajar peserta didik memperoleh hal-hal baru
yang berguna hagi perkembangan dirinya. Dengan belajar peserta didik
berkembang dan tidak tahu menjadi tahu, dan tidak bisa menjadi bisa, dan
tidak mau menjadi mau, dan tidak biasa menjadi biasa, dan keter- paksaan
menjadi ikhlas karena Allah SWT.
2. Energi Pendidik
Proses pembelajaran akan efektif, apabila pendidik dapat membuat
perencanaan yang matang, pengolahan kelas yang efektif, penggunaan
metode yang tepat, pemakaian media yang sesuai serta sistem evaluasi
yang tepat. Di dalam proses pembelajaran disebut "Energi Pendidik".
Menurut Dewi Salma Prawiradilaga, energi pendidik sangat
dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Pendidik adalah komunikator
yang harus menyampaikan materi ajar sesuai dengan kaedah komu nikasi.
Pendidik memilih media yang tepat dengan materi yang cocok dengan
peserta didik. Peserta didik juga menjadi penilai serta pengembang
kegiatan belajar mengajar di kelas. Pendidik harus mem- punyai
kemampuan dalam merancang seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran.
Dengan demikian kemampuan pendidik tersebut tidak dapat digantikan
dengan teknologi secanggih apapun.
3. Energi Lingkungan
Energi lingkungan dalam pembelajaran dibagi kepada dua, yaitu
organisasi kelas dan iklim social psikologi. Organisasi kelas merupakan
sesuatu yang dapat mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Iklim
social-psikologis peserta didik, berupa lingkungan dalam bentuk
keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses
pembelajaran, yaitu antara tenaga kependidikan dan peserta didik
(internal) dan antara pihak sekolah dengan dunia luar sekolah (eksternal).
E. Bentuk Proses Pembelajaran

xiii
Di dalam proses Pembelajaran ada empat bentuk proses Pembelajaran,
yaitu:7
1. Transfer Pengetahuan (transfer of knowledge)
Dalam transfer pengetahuan yang akan dicapai adalah tahu,
mengetahui (knowing). Peserta didik diharapkan mengetahui tentang
shalat seperti defenisi shalat, syarat sah shalat, macam-macam shalat,
rukun shalat. Untuk mencapai tujuan ini guru berusaha memindahkan
(transfer) pengetahuan tentang shalat yang dikuasainya kepada peserta
didik. Pendidik dapat memilih metode yang banyak tersedia. Metode
ceramah boleh digunakan, diskusi juga mungkin, tanya jawab baik juga,
dan seterusnya. Untuk mengetahui apakah anak didik memang telah
paham defenisi shalat, syarat sah shalat, rukun shalat dan sebagainya.
Selanjutnya pendidik dapat menyelenggarakan ulangan berupa ulangan
harian atau dengan cara yang lain, yang diuji hanyalah aspek pengetahuan
tentang shalat. Jika hasil ujian semua bagus, berarti tujuan pembelajaran
aspek knowing telah tercapai. Proses Pembelajaran yang dilakukan baru
dalam bentuk transfer pengetahuan (transfer of knowledge/knowing).
2. Transformasi Pengetahuan (tansformation of knowledge)
Dalam transformasi pengetahuan yang akan dicapai adalah
pengembangan pengetahuan. Fungsi pendidik disini adalah sebagai
motivator, fasilitator, dan dinamisator. Pendidik hanya menyampaikan
materi pembelajaran secara generalis. Kemudian peserta didik
mengembangkan materi tersebut secara luas dan mendalam. Dalam
pembelajaran shalat pendidik menjelaskan bahwa dalam ibadah shalat ada
syarat sah shalat, rukun shalat, sunat shalat dan sebagainya. Kemudian
peserta didik mengembangkan materi tersebut melalui sumber
pembelajaran seperti perpustakaan, media informasi, manusia sumber dan
sebagainya. Sehingga peserta didik dapat memperdalam dan
memperluasnya secara detail rinci.

7
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta : Kalam Mulia, 2015), hlm. 366-369.

xiv
Metode yang digunakan pendidik, bisa metode pemberian tugas,
metode cooparative learning, dan sebagainya. Setelah peserta didik belajar
mandiri, kemudian dilakukan evaluasi dengan mempertanggungjawabkan
(resitasi) tugas-tugas yang diberikan, baik secara individu maupun secara
kelompok. Tugas-tugas tersebut dipertanggungjawabkan secara lisan atau
secara tertulis. Jika tugas-tugas yang diberikan oleh pendidik dilaksanakan
oleh peserta didik dengan baik dan sempurna maka pendidik baru berhasil
dalam pengembangan pengetahuan (transformation of knowledge)
3. Pengembangan Keterampilan (development of skill)
Dalam proses pengembangan keterampilan yang akan dicapai
adalah terampil melaksanakan. Dalam pembelajaran shalat, peserta didik
diharapkan terampil melaksanakan shalat. Untuk mencapai tujuan ini
metode yang baik digunakan ialah metode demonstrasi dan eksperimen.
Pendidik mendemonstrasikan shalat untuk memperlihatkan cara shalat,
lantas anak didik satu demi satu mendemonstrasikan shalat. Pendidik dapat
juga memutar video rekaman shalat dan kemudian murid menontonnya.
Kemudian anak didik diminta mendemonstrasikan shalat seperti yang
dicontohkan pendidik.
Setelah dilakukan pembelajaran shalat seperti di atas pendidik
dapat melaksanakan ulangan harian dengan menguji aspek keterampilan.
Jika hasil ujian bagus berarti aspek keterampilan tercapai. Proses
Pembelajaran yang dilakukan pendidik baru dalam bentuk pengembangan
keterampilan (development of skill).
4. Penanaman Nilai (internalization of value)
Sebagian besar guru agama, dengan melaksanakan pembelajaran
dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan
keterampilan, ia menganggap sudah berhasil dalam mengajarkan agama,
karena anak didik memiliki pemahaman tentang shalat dapat melakukan
shalat seperti yang dilakukan pendidik. Begitu juga pada aspek agama
lainnya, anak didik mengetahui tentang Tuhan, tentang ibadah, tentang
akhlak dan sebagainya. Anak didik memiliki pengetahuan tentang agama,

xv
bukan beragama. Anak didik tahu bahwa Tuhan Maha Mengetahui, tetapi
mereka tetap berbohong, berani mencuri asal tidak diketahui orang.
Mereka tahu hukum dan cara shalat tetapi mereka tidak shalat atau tidak
rajin shalat. Mereka tahu itu baik, tetapi banyak diantara anak didik itu
tidak jujur.
Supaya pendidikan agama dapat membentuk akhlak dan karakter
peserta didik, maka bentuk proses pembelajaran yang dilakukan ada lah
internalisasi nilai (internalization of value), anak didik tidak hanya
mengetahui, dan memperdalam pengetahuan yang diajarkan serta mampu
yang diketahuinya, tetapi juga apa yang diketahuinya menjadi miliknya
dan menyatu dalam akhlak dan karakternya. la selalu menggunakannya
dan mempraktekkan apa yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari.
F. Komponen Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
1. Tujuan proses belajar-mengajar
Belajar dan mengajar memiliki tiga unsur yang dapat dibedakan
atas tujuan belajar mengajar, proses belajar mengajar dan hasil belajar.
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang
diinginkan pada diri siswa. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara
spesifik dalam bentuk perilaku akhir peserta didik. Setiap pendidik harus
menyadari bahwa penentuan tujuan dalam proses pembelajaran adalah
penting. Perumusan tujuan itu harus jelas yaitu bagaimana seharusnya
peserta didik berperilaku pada akhir pembelajaran.8
2. Guru
Berdasarkan UU Nomor 20 pasal 1 butir 6 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan istilah lainnya yang sesuai dengan
kekhususannya yang juga berperan dalam pendidikan.
Karena pembelajaran merupakan proses sebab akibat, maka guru
sebagai pengajar merupakan penyebab utama terjadinya proses

8
Ibid, hlm. 187.

xvi
pembelajaran siswa, meskipun tidak semua belajar siswa merupakan
akibat guru yang mengajar. Oleh sebab itu, guru sebagai figur sentral
harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat
mendorong terjadinya perbuatan belajar siswa yang aktif, produktif, dan
efesien. Guru hendaknya dalam mengajar harus memperhatikan kesiapan,
tingkat kematangan, dan cara belajar siswa.
3. Pendekatan Mengajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
sudut pandang kitaterhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dalam mengajar,
pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana.
Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan
perbuatan. Setiap pendidik tidak selalu memiliki suatu pandangan yang
sama dalam hal mendidik anak didik. Hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang pendidik ambil dalam pengajaran.
Pendidik yang memandang anak didik sebagai pribadi yang
berbeda dengan anak didik lainnya, akan berbeda dengan pendidik yang
memandang anak didik sebagai makhluk hidup yang sama dan tidak ada
perbedaan dalam segala hal. Maka dari itu, penting untuk meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Untuk itu pendidik harus
menyadari dan memaklumi bahwasannya anak didik itu merupakan
individu dengan segala perbedaannya sehingga dibutuhkan beberapa
pendekatan dalam proses belajar mengajar.
4. Materi
Materi pelajaran, teridiri dari materi formal yang di dapat dari
buku-buku teks resmi (buku paket) sekolah dan materi informal yang
didapat dari lingkungan sekitar dengan maksud agar proses pembelajaran
lebih relevan dan aktual. Materi juga merupakan salah satu faktor penentu
keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus adalah:

xvii
 Adanya teks yang menarik.
 Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi
kemampuan berpikir siswa.
 Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang sudah mereka miliki.
 Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
5. Metode
Metode pengajaran adalahcara dalam menyajikan (menguraikan
materi, memberi contoh dan memberi latihan) isi pelajaran kepada siswa
untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, metode pengajaran dapat diartikan
sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatannyata dan praktis untuk mencapai
tujuan proses belajar mengajar. Macam-macam metode dalam
pembelajaran:
 Metode pembelajaran ceramah
 Metode pembelajaran diskusi
 Metode pembelajaran demontrasi
 Metode pembelajaran eksperimental
 Metode Study Tour (Karya wisata)
6. Media
Media atau alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran. Secara harfiah media disebut medium atau
perantara. Dalam kaitannya dengan proses komunikasi media diartikan
sebagai wahana penyalur pesan pembelajaran. Jadi pengertian dari Media
atau alat itu adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pengajaran. Pengelompokan media pembelajaran dapat
dipilah menjadi tiga bagian, antara lain :
 Media Visual
 Media Audio
 Media Audio Visual
Adapun fungsi dari media pembelajaran yaitu :

xviii
 Mengatasi berbagai hambatan proses komunikasi
 Mengurangi sifat pasif siswa dalam belajar
 Mengatasi keterbatasan fisik kelas
7. Tempat
Ruang kelas adalah tempat dimana proses belajar mengajar
berlangsung. Ukuran kelas dan jumlah siswa akan berdampak pada
penerapan teknik dan metode mengajar yang berbeda. Dalam hal
mendorong dan meningkatkan keterlibatan siswa, guru bertugas
menciptakan suasana yang nyaman di kelas.
8. Evaluasi
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan
kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.

xix
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar pada hakekatnya
adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya
melakukan aktifitas belajar sedangkan Proses pembelajaran dalam Pendidikan
Islam sebenarnya sama dengan proses pembelajaran pada umumnya, namun
yang membedakannya adalah bahwa dalam pendidikan Islam proses maupun
hasil belajar selalu inhern, dengan keislaman: keislaman melandasi aktivitas
belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya.
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran pendidikan islam yaitu
aktivitas, azas motivasi, azas individulis, azas keperagaan, azas keteladan,
azas pembiasaan, azas kolerasi serta azas minst dan perhatian. Agar
pembelajaran terlaksana dengan baik perlu di topang oleh dua pilar yang
kokoh yaitu kewibawaan (high touch) dan kewiyataan (hight tech).
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa unsur yang menjadi
penyemangat yang perlu diperhatikan antara lain: energi peserta didik, energi
pendidik dan energi lingkungan. Di dalam proses Pembelajaran ada empat
bentuk proses Pembelajaran, yaitu: transfer pengetahuan (transfer of
knowledge), transformasi pengetahuan (tansformation of knowledge),
pengembangan keterampilan (development of skill) dan penanaman nilai
(internalization of value). Komponen Pembelajaran dalam Pendidikan Islam
ialah ; tujuan proses belajar-mengajar, guru, pendekatan mengajar, materi,
metode, media, tempat dan evaluasi.
B. Saran
Demikianlah uraian singkat mengenai “Proses Pembelajaran dalam
Pendidikan Islam”. Besar harapan kami makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Meskipun demikian kami menyadari bahwa makalah

xx
kami masih banyak kekurangan. Sehingga kami senantiasa mengharapkan
masukan dan kritik yang membangun untuk kemajuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelejaran. Jakarta: Bumi Aksara.


Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Prawiradalaga, Dewi Salma. 2008. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Prayitno, dkk. 2008. Modul Pengambangan Profesi Pendidik. Padang: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon UNP.
Ramayulis. 2008. Dasar-dasar Kependidikan. Padang: The Zaky Press.
Ramayulis. 2015. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
S.Nasution. 2003. Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.

xxi

Anda mungkin juga menyukai