Anda di halaman 1dari 17

Artikel Tafsir Tarbawi

Artikel Pendidikan: Tafsir Tarbawi

Karakter Perilaku Terpuji dan Tercela

Shofi Robiyatul Adawiyah (2111096)

(S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAINU Tuban), Indonesia

E-mail: putriempat083@gmail.com

Nanda Nur Zakiya (2111089)

(S1 Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, IAINU Tuban), Indonesia

E-mail: zakianandanur@gmail.com

Dosen Pengampu: Imam Supriyadi, MTHI.

Abstract

Morals are an important part of the substance of Islamic education. Rasulullah saw was
sent by Allah SWT to be an apostle with the task of perfecting the moral glory of
mankind. Commendable morals are all kinds of good attitudes and behavior, while
disgraceful morals are all kinds of bad attitudes and behavior. In this research method,
the author uses the literature study method or can be called library research in which the
author collects various references regarding the character of praiseworthy and
disgraceful behavior through journals, books, articles and other sources. The purpose of
the formation of this article is to know and understand the commendable and despicable
character traits in Q.S. Al-Anfal verse 27, Q.S. Ali Imron verses 133-134 and Q.S. Al-
Baqarah verse 153. Which each of the three Surahs contains commendable and
despicable morals. Tafsir QS. Al Anfal 27 associates believers with trust or the
prohibition of betrayal. Tafsir QS. Ali Imron verses 133-134 this verse describes the
characteristics of those who fear God as experts in heaven. Tafsir QS. Al-Baqarah verse
153 Allah explains about patience and the wisdom contained in the problem of making
patience and prayer as helpers and guides.

Key Words : Morals, Commendable, Despicable


Artikel Tafsir Tarbawi

Abstrak

Akhlak merupakan bagian penting dalam substasi pendidikan Islam. Rasulullah saw
diutus oleh Allah swt untuk menjadi rasul dengan tugas menyempurnakan kemuliaan
akhlak umat manusia. Akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan tingkah laku
yang baik, sedangkan akhlak tercela adalah segala macam sikap dan tingkah
laku yang buruk. Pada metode penelitian ini, penulis menggunakan metode studi
pustaka atau bisa disebut dengan library research yang mana penulis mengumpulkan
berbagai referensi mengenai karakter perilaku terpuji dan tercela melalui jurnal, buku,
artikel, dan sumber-sumber lainnya. Tujuan dari terbentuknya artikel ini untuk
mengetahui dan memahami karakter akhlak terpuji dan tercela yang ada dalam Q.S. Al-
Anfal ayat 27, Q.S. Ali Imron ayat 133-134 dan Q.S. Al-Baqarah ayat 153. Yang mana
masing-masing dari ketiga Surat tersebut mengandung akhlak terpuji dan tercela. Tafsir
QS. Al Anfal 27 mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan
berkhianat. Tafsir QS. Ali imron ayat 133-134 ayat ini menjelaskan ciri orang-orang
yang bertakwa sebagai ahli surga. Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153 Allah menjelaskan
perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat
sebagai penolong serta pembimbing.

Kata Kunci :Akhlak, Terpuji, Tercela

PENDAHULUAN

Sesungguhnya pendidikan akhlak merupakan bagian penting dalam substasi


pendidikan Islam. Rasulullah saw diutus oleh Allah swt untuk menjadi rasul dengan
tugas menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. Tanpa akhlak, maka kehidupan
manusia tidak berbeda dengan binatang. Pendidikan pada intinya adalah wahana
dalam pembentukan manusia bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, Di dalam
ajaran Islam akhlak tidak dapat dipisahkan dari keimanan. Keimanan merupakan
pengakuan hati. Akhlak adalah pantulan iman yang berupa perilaku, ucapan, dan
sikap atau dengan kata lain akhlak adalah amal saleh. Iman adalah maknawi
(abstrak) sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam bentuk perbuatan yang
dilakukan dengan kesadaran dan karena Allah semata.

Page | 2
Artikel Tafsir Tarbawi

Akhlak adalah buah dari iman dan peribadatan sehingga kalau orang
mengaku beriman, rajin beribadah dan bersemangat tetapi moral dan akhlak nya
payah, diibaratkan seperti sebuah pohon Berduri yang buah dan pokoknya tidak
bermanfaat tetapi cenderung hidup liar. Realitas di masyarakat menunjukkan masih
banyak nya pola keberagaman seperti ini titik pola keberagaman seperti ini bukan
saja tidak seimbang antara hablum minallah (hubungan vertikal dengan Tuhan) dan
hablum minannas (hubungan horizontal kepada sesama manusia). Akhlak pada
dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan Jika
perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak
mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.

Akhlak merupakan masalah yang sangat penting dalam Islam. Seseorang dapat
dikatakan berakhlak ketika dia menerapakan nilai-nilai islam dalam aktifitas hidupnya.
Jika aktifitas itu terus dilakukan berulang-ulang dengan kesadaran hati maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik. Akhlak merupakan perpaduan antara hati,
pikiran, perasaan, kebiasaan yang membentuk satu kesatuan tindakan dalam kehidupan.
Sehingga bisa membedakan mana yang baik dan tidak baik, mana yang jelek dan mana
yang cantik dan hal ini timbul dari futrahnya sebagai manusia.

Metode Penelitian

Pada metode penelitian ini, penulis menggunakan metode studi pustaka atau bisa
disebut dengan library research yang mana penulis mengumpulkan berbagai referensi
mengenai karakter perilaku terpuji dan tercela melalui jurnal, buku, artikel, dan sumber-
sumber lainnya. Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan
cara membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan.
Metode library research sering digunakan dalam penelitian ilmiah dan akademis untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang topik tertentu tanpa melakukan
penelitian lapangan atau eksperimen langsung. Dari penelitian kumpulan data yang telah
dikumpulkan oleh penulis, penulis menagmbil referensi yang ada kaitannya dengan
referensi tersebut dikaji dengan seksama untuk mencapai sebuah pemahaman terhadap
karakter terpuji dan tercela.

Page | 3
Artikel Tafsir Tarbawi

Hasil Pembahasan

A. Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologi berasal dari kata “kholaqo” dan merupakan
bentuk jamak dari “khuluqun” yang diambil dari kata Bahasa Arab yang
memiliki arti perangai, tingkah laku dan tabi‟at.1Kalimat tersebut
mengandung kesesuaian dengan kata “khalqun” yang berarti kejadian, yang
mana juga erat dengan khaliq yang berarti pencipta sedangkan makhluk yang
berarti diciptakan.

Sedangkan menurut terminologi, beberapa pakar mengemukakan


definisi antara lain : Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan fikiran terlebih
dahulu. Al-Ghazali juga mengatakan bahwa akhlak yang baik adalah
sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulallah Saw., juga yang merupakan
dari sikap para shiddiqin . Pada hakikatnya ia adalah bagian terbesar dari
agama, buah kegiatan dari para muttaaqin dan sebagai latihan kaum yang
beribadah. Akhlak tercela menurut Al-Ghazali juga adalah racun yang dapat
membunuh, noda yang nyata, sifat kerendahan yang jelas sehingga dapat
menjauhkan manusia dengan Allah SWT. Sementara meninggalkan maksiat
yang dilarang dan berbuat taat yang diperintah adalah bentuk dari penerapan
akhlak.

Secara garis besar, akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah
dan akhlak mazmumah. Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah
segala macam sikap dan tngkah laku yang baik atau bisa disebut dengan
terpuji. Sedangkan akhlak mazmumah adalah segala macam sikap dan

1
Ibrahim Lubis, M.Pd. 2012. “Makalah Tentang Ayat-ayat Terpuji dan Tercela”
https://www.anekamakalah.com/2016/04/ , Diakses Pada tanggal 31 Juli 2023

Page | 4
Artikel Tafsir Tarbawi

tingkah laku yang buruk atau bisa disebut dengan akhlak tercela. Adapun
sikap-sikap yang termasuk akhlak terpuji seperti Ikhlas, Amanah, Jujur,
Sabar dan lain sebagainya, sedangkan sikap-sikap yang termasuk akhlak
tercela seperti Khianat, Pemarah, Pelit dan lain sebagainya. Ukuran akhlak
itu baik atau buruk adalah motif yang mendasari perbuatan dan tindakan dan
adanya petunjuk yang mengatakan itu baik berdasarkan firman Allah dan
sabda Rasul saw. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengerti
benar tentang segala sesuatu tindakannya hanya mengharap ridho Allah swt.

Adapun tanda-tanda manusia menjadi baik menurut Hajriansyah


bahwa diantara “tanda-tanda akhlak manusia menjadi baik, adalah dengan
membiasakannya dan kemudian merasakan manisnya ibadah atau perbuatan
baik yang dilakukan”. Maksud darinya adalah tanda-tanda akhlak manusia
yang baik sering kali dapat dilihat dari kebiasaan yang dijalankannya dan
bagaimana ia merasakan kebahagiaan atau manfaat dari melakukan ibadah
atau perbuatan baik tersebut. Ini menunjukkan bahwa akhlaknya telah
berkembang dan menjadi lebih baik melalui praktik yang terus-menerus.
Akhlak yang terpuji seperti itu terintegrasi dalam jiwa seseorang sehingga dia
tidak merasakannya lagi sebuah kelebihan.2

B. Tafsir QS. Al Anfal 27

Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan


Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS Al-Anfal : 27).

2
Hajriansyah, “Akhlak Terpuji dan Yang Tercela : Telaah Singkat Ihya’ Ulumuddin, 1, 2017 hal 17-26

Page | 5
Artikel Tafsir Tarbawi

Ayat ini mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau larangan


berkhianat. Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana dia
mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang
munafik adalah khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya.
Kata ( ‫ ) تخَٕٕا‬takhunu terambil dari kata (ٌٕ‫ )انخ‬al- khaun yakni
“kekurangan”, antonimnya adalah (‫ )انٕفاء‬al-wafa‟ yang berarti “kesempurnaan”.
Selanjutnya kata “khianat” di gunakan sebagai antonim dari “amanat” karena jika
seseorang mengkhianati pihak lain maka dia telah mengurangi kewajiban yang ia
harus tunaikan. Kata ( ‫ )أيُاخ‬amanat adalah bentuk jamak dari kata ( ‫ )ايُح‬amanah
yang terambil dari kata ( ٍ‫ )أي‬amina yang berarti “merasa aman”, dan “percaya”.
Siapa yang dititipi amanat, maka itu berarti yang menitipkannya percaya kepadanya
dan merasa aman bahwa sesuatu yang dititipkan itu akan diperlihara olehnya.
Segala sesuatu yang berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah
SWT. Agama adalah amanat Allah, bumi dan segala isinya adalah amanat-Nya,
keluarga dan anak-anak adalah amnat-Nya bahkan jiwa dan raga masing-masing
manusia bersama potensi yang melekat pada dirinya adalah amanat Allah SWT.
Semua harus dipelihara dan dikembangkan.
Dalam tafsir Al-Munir dijelaskan hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengkhianati Allah dengan menganggap sepi fardlu yang di
syari'atkannya, atau melanggar batas-batasnya dan menerjang hal-hal yang di
perintah-Nya. Dan janganlah kamu mengkhianati Rasul dengan tidak menyukai
keterangan yang disampaikan Rasul mengenai kitab Allah, justru yang kamu sukai
keterangan mengenai hawa nafsumu sendiri, atau berdasarkan pendapat guru-gurumu
atau nenek moyangmu, karena kamu menyangka mereka lebih tahu tentang yang di
kehendaki Allah dan Rasul-Nya dari pada dirimu.
Kalimat Jangan pula kamu mengkhianati amanah-amanahmu yaitu
amanah yang mencakup atau melingkupi titipan yang bersifat materi, menjaga
rahasia seseorang dengan tidak membuka rahasia tersebut, karena membuka rahasia
adalah suatu bentuk pengkhianatan yang diharamkan. Amanah Iawan katanya
adalah khianat.

Page | 6
Artikel Tafsir Tarbawi

Sedangkan Al-Maraghi membagi amanah pada 3 macam:3

1. Amanah hamba kepada Tuhannya


Yaitu apa yang telah dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia
untuk dipelihara, berupa melaksanakan segala perintahnya, menjauhi
segala larangannya dan menggunakan segala perasaan dan anggota
badannya untuk hal-hal yang bermanfaat baginya dan mendekatkannya
kepada Tuhan. Yang antara lain berupa perintah wudlu, mandi, shalat,
zakat, puasa, naik haji serta menjaga diri dari perbuatan terlarang atau
haram.

2. Amanah hamba dengan sesamanya


Yaitu diantaranya adalah mengembalikan barang titipan kepada
pemiliknya, tidak menipu dan lain sebagainya yang wajib dilakukan
terhadap keluarga, kaum kerabat manusia pada umumnya dan
pemerintah.

Termasuk dalam amanah ini adalah keadilan para umara' terhadap


rakyatnya, dan keadilan para ulama' terhadap orang-orang awam dengan
bimbingan mereka kepada keyakinan dan pekerjaan yang berguna bagi
mereka didunia dan akhirat. Seperti pendidikan yang baik, mencari rizki
yang halal, memberikan nasehat dan hukum-hukum yang menguatkan
keimanan, menyelamatkan mereka dan berbagai kejahatan dan dosa,
serta mendorong mereka untuk melakukan kebaikan, seperti juga
keadilan suami terhadap.,istrinya,sebab istri adalah amanah yang harus
dipelihara yakni dengan membimbingnya menjadi seorang istri yang
taat kepada Allah dan Rasulnya, juga taat kepada suami serta ikut
bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban rumah tangga.

3
SHALEHATI. 2010. IMPLEMENTASI AMANAH DALAM SURAT AL-ANFAL AYAT 27 DIKEPENGURUSAN
ORGANISASI IQMA IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA. (Skirpsi Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya: Surabaya). Diakses dari http://digilib.uinsa.ac.id/20937/

Page | 7
Artikel Tafsir Tarbawi

3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri.


Amanah manusia terhadap diri sendiri ini dicontohkan dengan
hanya memilih yang paling pantas dan bermanfaat baginya dalam
masalah agama dan dunianya. Dalam Al Quran banyak membicarakan
tentang kebebasan manusia untuk menentukan sendiri perbuatan
ikhtiariah adalah perbuatan yang dapat dinisbatkan kepada manusia dan
menjadi tanggung jawabnya karena ia memang mempunyai kemampuan
untuk melakukan atau meninggalkannya. Contoh amanah manusia
terhadap diri sendiri yaitu seperti menepati janji dan komitmen yang telah
dibuat.
C. Tafsir QS. Ali imron ayat 133-134

ْ ‫اخ َٔاألَسْ ضُ أ ُ ِع َّذ‬


ٍَ‫خ نِ ْه ًُتَّ ِقي‬ ُ ْ‫اس ُعٕا إِنَى َي ْغفِ َش ٍج ِي ٍْ َس ِّت ُك ْى َٔ َجَُّ ٍح َعش‬
ُ َٕ ًَ ‫ضَٓا ان َّس‬ ِ ‫َٔ َس‬
ِ َُّ‫ضشَّا ِء َٔ ْان َكا ِظ ًِيٍَ ْان َغ ْيظَ َٔ ْان َعافِيٍَ ع ٍَْ ان‬
‫اس‬ َّ ‫) انَّ ِزيٍَ يُ ُْفِقٌَُٕ فِي ان َّسشَّا ِء َٔان‬311(
)311( ٍَ‫َّللاُ يُ ِحةُّ ْان ًُحْ ِس ُِي‬
َّ َٔ

Artinya "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan


kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Al Imran: 133-134).
Quraish Shihab menyatakan dalam Tafsir al-Misbah bahwa ayat itu
mengandung pesan untuk meningkatkan upaya dalam menjalankan ketakwaan. Jika
ayat-ayat yang lain sekedar menerangkan agar menjalankan yang wajib dan
meninggalkan yang haram, maka ayat ini lebih menekankan pada peningkatan
dengan cara berkompetisi. Kata “bersegeralah kamu” sebagai ketergesaan
seseroang untuk meraih ampunan dan berlomba mencapai surga.4 Ayat tersebut

4
Muhammad Anas fakhruddin. (2020). 3 Konsep Takwa dalam Surat Ali „Imran Ayat 133-134.
Tafsiralquran.id. Diakses 02 Juli 2023 dari https://tafsiralquran.id/3-konsep- takwa-dalam-surat-ali-
imran-ayat-133-134/

Page | 8
Artikel Tafsir Tarbawi

kemudian diakhiri dengan kalimat al-Muttaqin yang selanjutnya dijelaskan pada


ayat ke 134 yang berbunyi:

ُ‫َّللا‬ ِ َُّ‫ضشَّا ِء َٔ ْان َكا ِظ ًِيٍَ ْان َغ ْيظَ َٔ ْان َعافِيٍَ َع ٍِ ان‬
َّ َٔ ‫اس‬ َّ ‫انَّ ِزيٍَ يُ ُْفِقٌَُٕ فِي ان َّسشَّا ِء َٔان‬
ٍَ‫يُ ِحةُّ ْان ًُحْ ِسُِي‬
“(yaitu) orang-orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema‟afkan (kesalahan) orang
lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”

Ayat ini menjelaskan ciri orang-orang yang bertakwa sebagai ahli surga.
Dari ayat tersebut maka akan ditemukan tiga konsep takwa yang termuat di
dalamnya antara lain:

1. Berinfak dalam segala kondisi


Ibnu Kathir dalam tafsir-nya menerangkan bahwa berinfaq dalam
kondisi lapang maupun sempit bisa diartikan demikian. Namun lebih luas
diterangkan bahwa kondisi yang dimaksud juga bisa dalam keadaan giat
ataupun malas, sehat ataupun sakit dan dengan segala kondisi apapun. Para
ahli surga tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak dilalaikan oleh
keadaan apa pun dalam bertakwa kepada-Nya.

Pada Tafsir al-Maraghi juga disebutkan bahwa berinfak dihadapkan


pada dua kondisi, yakni keadaan mudah dan susah. Sebagian orang teramat
berat untuk menginfakkan harta yang ia cintai. Bila mereka berhasil
melakukannya maka itu menunjukan ketakwaan. Lebih lanjut, al-Maraghi
menerangkan bahwa dianjurkannya bersedekah dalam keadaan lapang ialah
demi menghapus rasa takabur, cinta harta dan memendam nafsu keinginan
karena hartanya. Adapun anjuran berinfak dalam keadaan susah ialah
sebagai tantangan, karena pada umumnya mereka dalam kondisi tersebut
cenderung meminta dari pada memberi. Maka bagi mereka yang masih bisa
menyisihkan hartanya walaupun dalam keadaan susah, itulah ciri ahli surga.

Page | 9
Artikel Tafsir Tarbawi

2. Menahan amarah

Ciri kedua yang disebut pada ayat diatas ialah َ ‫َٔ ْان َكا ِظ ًِيٍَ ْان َغ ْي‬
‫ظ‬
yakni mereka yang mampu menahan amarah. Menurut Ibnu Kathir, kata al-
Kadhimin mengandung makna penuh kemudian menutupnya dengan rapat.
Ia mengibaratkan seperti wadah yang penuh dengan air kemudian ditutup
dengan rapat agar tidak tumpah. Ini merupakan analogi sederhana untuk
menujukan bahwa ketika seseorang marah, keinginan untuk menbalas masih
ada. Tetapi, ia mencoba menutupnya hingga tidak terlampiaskan kemarahan
tersebut.

Bagi al-Maraghi, mereka ialah orang yang mampu mengekang


amarah dan tidak mau melampiaskannya meskipun hal itu bisa saja
dilakukan. Sedangkan mereka yang cenderung menuruti nafsu amarah
hingga bertekad untuk dendam, maka bisa dikatakan tidak stabil dan tak
mau berpegang pada kebenaran. Ini juga sejelan dengan sabda Nabi
Muhammad saw:

َ َ‫صهَّى َّللاُ َعهَ ْي ِّ َٔ َسهَّ َى ق‬


‫ال‬ ِ َّ ‫أَ ٌَّ َسسُٕ َل‬: « ‫ظ َى َغ ْيظًا َُْٔ َٕ قَا ِد ٌس َعهَى‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫َي ٍْ َك‬
ُِ‫ق يَْٕ َو ْانقِيَا َي ِح َحتَّى ي َُخيِّ َش‬
ِ ِ‫ٔس ْان َخ ََلئ‬ َّ ُِ‫ َدعَا‬،ُِ‫أَ ٌْ يُ ُْفِ َز‬
ِ ‫َّللاُ َع َّز َٔ َج َّم َعهَى ُس ُء‬
ِ ‫ٕس ْان ِع‬
‫يٍ َيا َشا َء‬ ِ ‫َّللاُ ِيٍَ ْان ُح‬
َّ
“Bahwa Rasulullah saw bersabda: barangsiapa menahan amarah sedang ia
mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari
kiamat di hadapan semua manusia hingga Allah membiarkannya memilih
bidadari bermata jelita yang ia kehendaki”(HR. Abu Dawud)

3. Memaafkan sesama
Ibn kathir menjelaskan bahwa ini merupakan tingkatan setelah
seseorang mampu menahan amarah, yakni mau memaafkan. al-„Afin sendiri
terambil dari kata al-„Afni yang bermakna menghapus dan maaf. Ini
menunjukan bahwa orang yang mau memaafkan berarti ia telah menghapus
bekas luka di hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain. Bila pada
tahap “menahan amarah”, orang tersebut masih memiliki rasa sakit hati yang

Page | 10
Artikel Tafsir Tarbawi

terpendam, maka pada tahap ini, orang tersebut benar-benar terhapus dan
hilang hingga seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu.

Al-Maraghi berpendapat bahwa ini merupakan tingkat penguasaan


dan pengendalian diri yang jarang dilakukan tiap orang. Mereka yang suka
memberi maaf atas kesalahan orang lain dan tidak menuntut balasan
merupakan para ahli surga yang sudah dijanjikan Allah melaui firman-Nya.
Ibn Kathir juga mengingatkan bahwa ayat ini ditutup dengan “Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” yang mengindikasikan
bahwa ketakwaan seseorang berada pada tingkatan tertinggi apabila ia mau
berbuat baik pada orang yang telah berbuat kesalahan padanya. Sehingga ia
tidak hanya menahan amarah dan memaafkan. Namun, juga membalasnya
dengan perbuatan baik.5

D. Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153

َّ ‫يَا أَيَُّٓا انَّ ِزيٍَ آ َيُُٕا ا ْستَ ِعيُُٕا تِان‬


َّ ٌَّ ِ‫صث ِْش َٔانصََّل ِج إ‬
)351( ٍَ‫َّللاَ َي َع انصَّاتِ ِشي‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al Baqoroh:
153)".

Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan untuk


bersabar. Jadikan Sholat dan sabar sebagai penolong dari setiap kesulitan yang
dihadapkan dalam kehidupan ini. Karena semuanya tidak akan terlepas dari ujian
dan pengawasan Allah SWT.6

5
Ibid
6
Rustin, M.S, Adrizal dan H.Akbar. 2020. NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM AL- QUR’AN SURAT
AL-BAQARAH AYAT 153-157(STUDI PUSTAKA TAFSIR AL- AZHAR). Jurnal JOM FTK UNIKS. 2(1):103-
112

Page | 11
Artikel Tafsir Tarbawi

Setelah Allah Swt. menerangkan perintah untuk bersyukur kepada-Nya,


maka melalui ayat ini Dia menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung
di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta pembimbing.
Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu
ia mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:

َ َ‫ إِ ٌْ أ‬:َُّ‫ضا ًء إِ ََّل َكاٌَ َخ ْيشًا ن‬


،‫ فَ َش َك َش‬،‫صاتَ ْتُّ َسشَّا ُء‬ َّ ‫ضي‬
َ َ‫َّللاُ نَُّ ق‬ ِ ‫ ََل يَ ْق‬.ٍِ ‫"ع ََجثًا نِ ْه ًُ ْؤ ِي‬
."َُّ‫صثَ َش َكاٌَ َخ ْي ًشا ن‬ َ ُّ‫صاتَ ْت‬
َ َ‫ضشَّا ُء ف‬ َ َ‫َكاٌَ َخ ْيشًا نَُّ؛ َٔإِ ٌْ أ‬

Artinya: Mengagumkan perihal orang mukmin itu. Tidak sekali-kali Allah


menetapkan suatu ketetapan baginya, melainkan hal itu baik belaka baginya. Jika
dia mendapat kesenangan, maka bersyukurlah dia yang hal ini adalah lebih baik
baginya; dan jika tertimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia yang hal ini
adalah lebih baik baginya.

Dengan begitu, sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam


kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar
menanggungnya. Allah SWT juga telah menjelaskan bahwa sarana yang paling baik
untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak
salat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya:

)15( ٍَ‫صث ِْش َٔانصََّل ِج َٔإَََِّٓا نَ َك ِثي َشجٌ إَِلَّ َعهَى ْان َخا ِش ِعي‬
َّ ‫َٔا ْستَ ِعيُُٕا تِان‬

Artinya:”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu. (Al Baqoroh: 45)".

Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang di
haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-amal
shaleh. Adapun jenis sabar lainnya, yaitu sabar dalam menanggung segala macam
musibah dan cobaan, jenis inipun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan
istigfar (memohon ampun) dari segala macam cela.

Page | 12
Artikel Tafsir Tarbawi

Karena kesabaran membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, maka


manusia tidak boleh berpangku tangan, atau terbawa kesedihan oleh petaka yang
dialaminya, ia harus berjuang dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran, dan
menegakkan keadilan. Dengan sikap seperti itu diharapkan Ummat islam memiliki
mental yang kuat dan tidak cengeng dalam menghadapi lika-liku dan kerasnya
kehidupan di dunia, sehingga manusia itu akan bertambah lebih maju.

E. Tafsir QS. An-Nisa’ ayat 133-134

َّ ٌ‫ا‬
(133) ُ‫َّللا‬ َ ‫يٍ ۚ َٔ َك‬ ِ ْ‫إِ ٌْ يَ َشؤْ ي ُْز ِْ ْث ُك ْى أَيَُّٓا انَُّاسُ َٔيَؤ‬
َ ِ‫خ ت‬
َ ‫آخ ِش‬
َ ِ‫َعهَ ٰى ٰ َرن‬
‫ك قَ ِذي ًش‬
Artinya: Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan
Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa
berbuat demikian(An Nisa’:133)

Ayat ini menegaskan agar manusia jangan sampai menyangka Allah Swt
memerlukan sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya. Karena pada dasarnya Allah
tidak membutuhkan manusia sama sekali. Bukankah ketika manusia belum diciptakan,
Allah Swt juga tidak menemui kesulitan sedikitpun? Lalu mengapa ada pemikiran
bahwa Allah menghadapi masalah setelah penciptaan manusia? Oleh karenanya, jangan
berbangga diri dan sombong di hadapan-Nya. Karena bila Allah Swt menghendaki,
maka Dia mampu melenyapkan manusia durhaka dan menggantikan mereka dengan
orang-orang yang taat dan patuh.7 Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat
dipetik:‎

7
Ibrahim Lubis, M.Pd. 2012. “Makalah Tentang Ayat-ayat Terpuji dan Tercela”
https://www.anekamakalah.com/2016/04/ , Diakses Pada tanggal 02 Juli 2023

Page | 13
Artikel Tafsir Tarbawi

1. Allah memberikan kesempatan kepada orang-orang kafir bukan berarti lemah, tapi
itu bersumber dari rahmat dan kebijakan Allah Swt.

2. Segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah. Oleh karenanya, jangan
menyangka kekayaan yang dimiliki itu akan kekal agar tidak sampai terkena penyakit
sombong di hadapan Allah Swt.

َّ ٌ‫ا‬
ُ‫َّللا‬ َّ ‫اب ان ُّذ َْيَا فَ ِع ُْ َذ‬
َ ‫َّللاِ ثَ َٕابُ ان ُّذ َْيَا َٔ ْاْل ِخ َش ِج ۚ َٔ َك‬ َ َٕ َ‫اٌ ي ُِشي ُذ ث‬
َ ‫َي ٍْ َك‬
‫صي ًش‬
ِ َ‫َس ًِيعًا ت‬
Artinya: Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi),
karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.(An Nisa:134)

Ayat ini berbicara tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka
beriman kepada Allah, tapi hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti
orang mukmin yang ikut dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan
perang. Tentang kelompok ini, Allah Swt menyatakan, "Mengapa kalian hanya
menginginkan harta dunia, padahal kalian beriman kepada Allah? Padahal dunia dan
akhirat kedua-duanya berada di sisi Allah Swt. Apakah kalian menyangka dengan
memikirkan akhirat, maka kalian akan kehilangan dunia? Padahal Allah Swt
menginginkan agar kaum Mukminin memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.
Karena meninggalkan salah satu untuk memperoleh yang lainnya hanya akan
mendatangkan kerugian bagi manusia. Barang siapa di antara kalian, wahai manusia,
menghendaki pahala di dunia ini sebagai ganjaran atas perbuatan baik dan amal saleh
yang telah ia lakukan, maka ketahuilah bahwa di sisi Allah ada pahala dunia dan
akhirat, yang lebih baik dan lebih tinggi nilainya daripada apa yang ia dapatkan di dunia
ini. Lalu mengapa ia meminta yang lebih rendah, tidak meminta yang lebih tinggi
nilainya? Dan hendaklah hamba-Nya memohon kepada-Nya kebaikan dunia dan akhirat
karena Allah Maha Mendengar apa yang diucapkan dan didoakan hamba-hamba-Nya,

Page | 14
Artikel Tafsir Tarbawi

Maha Melihat apa yang diperbuat mereka.Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang
dapat dipetik:‎

1. Manusia akan merugi bila tujuan dari perbuatan baiknya hanya untuk hal-hal duniawi
saja.

2. Islam adalah Agama yang lengkap dan realistis. Islam mendorong para pengikutnya
agar berusaha memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.8

Kesimpulan

Akhlak secara etimologi berasal dari kata “kholaqo” dan merupakan bentuk
jamak dari “khuluqun” yang memiliki arti perangai, tingkah laku dan tabi‟at. Kalimat
tersebut mengandung kesesuaian dengan kata “khalqun” yang berarti kejadian, yang
mana juga erat dengan khaliq yang berarti pencipta sedangkan makhluk yang berarti
diciptakan. Sedangkan menurut terminologi, beberapa pakar mengemukakan definisi
antara lain : Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam
dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memerlukan pertimbangan fikiran terlebih dahulu.

Tafsir QS. Al Anfal 27 mengaitkan orang-orang beriman dengan amanah atau


larangan berkhianat. Bahwa diantara indikator keimanan seseorang adalah sejauh mana
dia mampu melaksanakan amanah. Demikian pula sebaliknya bahwa ciri khas orang
munafik adalah khianat dan melalaikankan amanah-amanahnya. Segala sesuatu yang
berada dalam genggaman manusia adalah amanat Allah SWT. Sedangkan Al-Maraghi
membagi amanah pada 3 macam yaitu amanah hamba kepada Tuhannya, amanah hamba
dengan sesamanya, amanah manusia terhadap dirinya sendiri.
Tafsir QS. Ali imron ayat 133-134 ayat ini menjelaskan ciri orang-orang yang
bertakwa sebagai ahli surga. Dari ayat tersebut maka akan ditemukan tiga konsep takwa
yang termuat di dalamnya antara lain: Berinfak dalam segala kondisi. Ibnu Kathir dalam
tafsir-nya menerangkan bahwa berinfaq dalam kondisi lapang maupun sempit bisa

8
Ibid

Page | 15
Artikel Tafsir Tarbawi

diartikan demikian. Menahan amarah, ciri kedua yang disebut pada ayat diatas ialah
َ‫اظ ًِيٍَ ْان َغ ْيظ‬
ِ ‫ َٔ ْان َك‬yakni mereka yang mampu menahan amarah. Menurut Ibnu Kathir, kata
al-Kadhimin mengandung makna penuh kemudian menutupnya dengan rapat. Ia
mengibaratkan seperti wadah yang penuh dengan air kemudian ditutup dengan rapat
agar tidak tumpah. Memaafkan sesama, Ibn kathir menjelaskan bahwa ini merupakan
tingkatan setelah seseorang mampu menahan amarah, yakni mau memaafkan. al-„Afin
sendiri terambil dari kata al-„Afni yang bermakna menghapus dan maaf. Ini menunjukan
bahwa orang yang mau memaafkan berarti ia telah menghapus bekas luka di hatinya
akibat kesalahan yang dilakukan orang lain.

Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 153 Allah menjelaskan perihal sabar dan hikmah
yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai penolong serta
pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam
kenikmatan, lalu ia mensyukurinya atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar
menanggungnya. Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal
yang di haramkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam menjalankan ketaatan dan amal-
amal shaleh.

Pada Q.S. Tafsir an-Nisa‟ ayat 133-134 menegaskan agar manusia jangan
sampai menyangka Allah Swt memerlukan sesuatu terkait apa yang diperintahkan-Nya.
Karena pada dasarnya Allah tidak membutuhkan manusia sama sekali. Serta berbicara
tentang orang mukmin yang berpandangan sempit. Mereka beriman kepada Allah, tapi
hanya memikirkan kesejahteraan duniawi semata. Seperti orang mukmin yang ikut
dalam peperangan, tapi pikiran mereka terpusat pada rampasan perang.

Page | 16
Artikel Tafsir Tarbawi

DAFTAR PUSTAKA

 Rustin, M.S, Adrizal dan H.Akbar. 2020. NILAI PENDIDIKAN AKHLAK


DALAM AL- QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 153-157(STUDI
PUSTAKA TAFSIR AL- AZHAR). Jurnal JOM FTK UNIKS. 2(1):103-112

 SHALEHATI. 2010. IMPLEMENTASI AMANAH DALAM SURAT AL-ANFAL


AYAT 27 DIKEPENGURUSAN ORGANISASI IQMA IAIN SUNAN AMPEL
SURABAYA. (Skirpsi Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya: Surabaya). Diakses dari http://digilib.uinsa.ac.id/20937/

 Muhammad Anas fakhruddin. (2020). 3 Konsep Takwa dalam Surat Ali


„Imran Ayat 133-134. Tafsiralquran.id. Diakses 02 Juli 2023 dari
https://tafsiralquran.id/3-konsep- takwa-dalam-surat-ali-imran-ayat-133-134/

 Ibrahim Lubis, M.Pd. 2012. “Makalah Tentang Ayat-ayat Terpuji dan Tercela”
https://www.anekamakalah.com/2016/04/ , Diakses Pada tanggal 02 Juli 2023

 Hajriansyah, “Akhlak Terpuji dan Yang Tercela : Telaah Singkat Ihya’


Ulumuddin, 1, 2017 hal 17-26

 Hajij, 2023. “Tafsir Al-Qur‟an, Surat An-Nisa Ayat 133-136”,


http://www.hajij.com/id/the-noble-quran/item/773, Diakses pada tanggal 31 Juli
2023

 Apriliani D (2011) Ayat Ayat Al-Qur’an Tentang Akhlak.


http://dwitaapriliani.blogspot.com/2011/05, Diakses Pada Tanggal 31 Juli 2023

Page | 17

Anda mungkin juga menyukai