Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL HAM

PERISTIWA TALANGSARI, KASUS


PELANGGARAN HAM BERAT PADA 1989

Oleh :

KELOMPOK 2

MUH.RAHIL

AKBAR

WAHYU FAJRI

ADE RIFQI

UPT SMAN 15 BONE


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Peristiwa Talangsari, Kasus Pelanggaran HAM Berat pada 1989

tim | CNN Indonesia


Senin, 21 Jun 2021 13:00 WIB

Peristiwa Talangsari 1989 adalah kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi pada 7 Februari
1989. Berikut kronologi peristiwa Talangsari.(Foto: ANTARA FOTO/Teresia May)

Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa Talangsari 1989 adalah kasus pelanggaran HAM berat
yang terjadi pada 7 Februari 1989. Nama Talangsari diambil dari tempat terjadinya peristiwa ini.
Talangsari adalah sebuah dusun di Desa Rajabasa Lama, Way Jepara, Lampung Timur.

Peristiwa Talangsari terjadi karena penerapan asas tunggal Pancasila di masa Orde Baru. Saat
itu, pemerintah, polisi, dan militer menyerang masyarakat sipil di Talangsari.

Catatan Komnas HAM, Peristiwa Talangsari menewaskan 130 orang, 77 orang dipindahkan
secara paksa atau diusir, 53 orang haknya dirampas secara sewenang-wenang, dan 46 orang
mengalami penyiksaan. Jumlah korban secara pasti tidak diketahui hingga saat ini.

Para keluarga korban Talangsari juga masih menuntut penyelesaian dan pertanggungjawaban


kasus ini. Sejumlah aksi demonstrasi kerap digelar oleh keluarga korban dan aktivis HAM.

Kronologi Peristiwa Talangsari


Tragedi Talangsari berawal dari penetapan semua partai politik harus berasaskan Pancasila
sesuai dengan usulan pemerintah kepada DPR dalam UU Nomor 3 Tahun 1985.

Sejak aturan itu ditetapkan, seluruh organisasi masyarakat di Indonesia wajib mengusung
Pancasila. Hal tersebut juga berlaku untuk ormas keagamaan. Jika tak mengusung asas Pancasila,
ormas tersebut dianggap menganut membahayakan negara karena menganut ideologi terlarang.

Hal ini terjadi pada kelompok kecil bernama Usroh yang diketuai Abdullah Sungkar. Kelompok
Usroh diburu oleh pemerintah Orde Baru. Kelompok ini melarikan diri ke Lampung.

Pada 1 Februari 1989, Camat Way Jepara Zulkifli Malik bertukar surat dengan Komandan Rayon
Militer Way Jepara Kapten Soetiman. Dalam suratnya, Zulkifli menjelaskan informasi yang
didapat dari Kepala Desa Rajabasa Lama, Amir Puspa Mega dan Kepala Dusun Talangsari,
Sukidi, tentang keberadaan pengajian yang dianggap berkaitan dengan gerakan Islam garis keras.

Kapten Soetiman meminta Kepala Desa untuk mengawasi Warsidi dan kelompoknya. Laporan
dari Kepala Desa terkait aktivitas kelompok Warsidi diteruskan ke Kodim Lampung Tengah,
Mayor Oloan Sinaga. Mayor Oloan mengirimkan sejumlah anggotanya mengawasi kelompok
Warsidi ke Dusun Talangsari. Kedatangan para anggota Kodim menyebabkan bentrokan dengan
masyarakat hingga menewaskan Kapten Soetiman.

Pada Peristiwa Talangsari 1989, warga diserang dan rumah dibakar. Catatan Komnas HAM,
peristiwa ini menewaskan 130 orang. (Foto: morgueFile/xandert)
Pada 7 Februari 1989, sekitar pukul 4 pagi, militer menyerang Talangsari. Penyerangan itu
dilakukan di bawah Komando Korem Garuda Hitam 043 yang dipimpin Kolonel Hendropriyono.
Penyerangan dilakukan dengan menyasar jamaah pondok pesantren pengajian Warsidi.

Penyerangan dilakukan saat jamaah yang datang dari berbagai daerah bersiap mengadakan
pengajian akbar. Dengan posisi tapal kuda, para tentara mengarahkan tembakan secara bertubi-
tubi dan melakukan pembakaran pondok rumah panggung.

Diduga ramah panggung tersebut berisi ratusan jamaah yang terdiri dari bayi, anak-anak, ibu
hamil, serta orang tua. Sebanyak 246 jamaah dinyatakan hilang, ratusan orang disiksa, ditangkap,
ditahan, dan diadili secara semena-mena.
Pasca peristiwa itu, Talangsari ditutup untuk umum dengan penguasaan tanah berada di bawah
Korem Garuda Hitam.

Perkembangan Peristiwa Talangsari

Menurut KontraS, hingga saat ini belum ada perkembangan signifikan sejak pembentukan tim
khusus penyelesaian Peristiwa Talangsari pada 2011. Saat itu anggota tim terdiri dari;
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan; Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia; Kejaksaan Agung; Komnas HAM; Kementerian Pertahanan; TNI; Polri; dan
instansi pemerintah lainnya.

Pada 27 April 2021, terdapat pertemuan yang dilakukan oleh Tim Balitbang Kemenkumham dan
Korban Peristiwa Talangsari. Namun, pertemuan ini dikecam Paguyuban Keluarga Korban
Talangsari Lampung (PK2TL) dan KontraS karena dilakukan tanpa berkoordinasi ataupun
mengundang Paguyuban secara layak.

Anda mungkin juga menyukai