Unity Program
Activity Plan: Objective 1-Activity 1 & Objective 2-Activity 1
I. Latar Belakang
Gereja merupakan tubuh Kristus yang diimplementasikan dalam persekutuan orang percaya,
atau yang dikenal di zaman modern ini sebagai jemaat-jemaat gereja. Dalam praksis berjemaat,
secara rutin seluruh orang percaya bersekutu di setiap minggunya sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati masing-masing jemaat. Hal tersebut dilakukan guna memperdalam ajaran kekristenan
dan ditujukan kepada seluruh warga jemaat yang merupakan orang-orang percaya.
Kendati gereja tetap eksis di Indonesia saat ini, kehidupan berjemaat belum sepenuhnya bisa
dirayakan bersama-sama bagi beberapa anggotanya. Salah satu contohnya yakni warga jemaat
dengan kebutuhan khusus seperti kaum Tuli. Hal tersebut terjadi dikarenakan perbedaan cara
komunikasi yang mereka miliki, dan belum mampu dilayankan oleh gereja. Dengan demikian, gereja
masa kini secara keseluruhan hanya menjadi “gereja eksklusif” bagi para kaum dengar tetapi tidak
untuk kaum tuli.
Melihat fakta lapangan yang terjadi di Indonesia, gereja sebenarnya sudah mulai memikirkan
dan melangsungkan beberapa metode untuk melayani kaum tuli sebagai warga jemaat. Contohnya
seperti di RBM milik Gereja Kristen Protestan Simalungun, atau Panti Effatha milik Huria Kristen
Batak Protestan. Akan tetapi di ranah jemaat, hanya terdapat sebagian kecil persekutuan yang
diselenggarakan jemaat di suatu daerah seperti di Gereja Kristen Indonesia jemaat Kebayoran
Baru.
Dengan adanya peluang yang sudah mulai terbuka untuk mempelajari pelayanan bagi kaum
Tuli, Komite Nasional LWF Indonesia mencoba untuk menjembatani peluang tersebut agar bisa
dilangsungkan Gereja-gereja di Sumatera Utara.
Waktu
Hari Ke-1:
Keynote speaker dengan pemaparan mengenai pentingnya kesadaran kaum dengar akan
pemahaman akan kebutuhan dan kondisi Kaum Tuli.
Presentasi tentang dunia atau kehidupan kaum disabilitas di tengah masyarakat dan gereja
Sesi Interaktif tentang bagaimana seharusnya kaum dengar berinteraksi dengan kaum tuli dan
memposisikan/memperlakukan mereka sebagai bagian dari masyarakat maupun gereja
Diskusi Panel tentang tantangan dan kesulitan yang akan atau sudah dialami ketika berinteraksi
langsung dengan kaum tuli di tengah gereja dan masyarakat.
Sesi tanya jawab untuk memperdalam pemahaman praksis dalam berkomunikasi dengan kaum
tuli.
Hari Ke-2:
Keynote speaker dengan pemaparan mengenai Teologi & Psikologi dari perspektif Kaum Tuli
Presentasi tentang sudut pandang teologi disabilitas mengenai Kaum Tuli dan bagaimana gereja
seharusnya bertindak
Sesi Interaktif tentang perlunya Pekerja Gereja mengasihi teman tuli dan bukan mengasihani
kaum tuli
Diskusi Panel tentang tantangan dalam berkomunitas dengan kaum tuli di dalam peribadahan
gereja, baik di skala Pertemanan, Keluarga, maupun di tingkat Jemaat.
Sesi Tanya jawab terkait pandangan teologis dalam berjemaat bersama dengan kaum tuli.
Waktu
Hari ke-1:
Kegiatan ice breaker untuk saling mengenal
Lokakarya tentang Metode Pendidikan Kristiani yang efektif kepada kaum tuli di gereja
Presentasi tentang komunitas-komunitas tuli di Indonesia dan signifikansinya terhadap komunikasi
yang terbentuk bagi orang tuli
Pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia tahap 1 (Umum)
Hari ke-2:
Workshop tentang translasi Bahasa Alkitabiah ke dalam Bahasa Isyarat
Pelatihan Bahasa Isyarat Indonesia tahap 2 (Nyanyian Sekolah Minggu, Pembacaan Firman,
Berdoa, dsb