Karya Ilmiah
Karya Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses
reproduksi. Saat ini masih banyak yang mengalami gangguan reproduksi, salah
satunya yaitu tumor. Tumor memiliki nilai sensitivitas yang cukup tinggi yaitu
90% - 91% (Arnila, Dewi, & Triwani, 2019). Penyakit ini memberikan risiko
hampir dua kali menimbulkan gangguan mental. Berdasarkan jenis kelamin
risiko penyakit tumor lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki (Ratih
Oemiati, Ekowati Rahajeng, & Antonius Yudi Kristanto, 2011). Nugroho &
Utama (2014) menyatakan bahwa mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak
pada dinding rahim wanita. Beberapa faktor yang mempengaruhi mioma uteri
diantaranya usia, paritas, genetik, dan fungsi ovarium. Mioma uteri terjadi pada
wanita berusia lebih dari 30 tahun, tetapi bisa juga tumbuh pada wanita usia
berapapun. Peningkatan risiko mioma pada usia lebih dari 30 tahun terkait
dengan stimulasi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium yang
mengalami peningkatan pada usia reproduksi.
Kebanyakan penderita mioma uteri tidak merasakan gejala khusus, tetapi
tidak menutup kemungkinan mioma tumbuh dengan gejala. Mioma uteri
lebih sering ditemukan pada wanita nulipara atau yang kurang subur.
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya
perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu
kali hamil (Octaviana, A. & Pranajaya, 2014).
Dampak yang muncul pada penyakit mioma uteri yaitu dapat menyebabkan
keguguran, persalinan prematuritas, gangguan saat proses persalinan, tertutupnya
saluran induk telur menimbulkan infertilitas, dan pada kehamilan kala tiga terjadi
gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan. Pengaruh mioma bergantung
pada besar dan posisi tumor, jika tumor menyebabkan distorsi rongga
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2017 didapatkan penderita mioma uteri yang rawat inap dan
rawat jalan total sebanyak 332 orang, yang menjalani rawat jalan adalah 228
orang (68,6%), serta yang menjalani rawat inap dengan hari rawatan 3-7 hari
adalah 104 orang (31,3%). Data registrasi pasien di ruang Gynekologi pada bulan
September sampai November diperoleh penderita mioma uteri sebanyak 14 orang
(7,32%), pada bulan September sebanyak 2 orang (6,895), bulan Oktober
sebanyak 6 (16,67%), dan bulan November 6 orang (4,76%).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Embun, Dini (2015) tentang faktor
risiko kejadian mioma uteri di RSUP Dr. M. Djamil padang periode Januari 2011
– Desember 2013 menunjukkan bahwa mioma uteri terbanyak terdapat pada
wanita dengan karakteristik usia 40-44 tahun (38,8%), multipara (52,2%), usia
menarche 13 tahun (19,4%), dan masih haid (95,5%). Kasus mioma uteri pada
kelompok multipara dan umur menarche 13 tahun memiliki kombinasi faktor
risiko terbanyak adalah usia lebih dari 40 tahun dan masih haid. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah mioma uteri merupakan penyakit dengan banyak faktor
risiko. Faktor risiko terbanyak pada penderita mioma uteri adalah usia lebih dari
40 tahun.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Utami, Wiji (2016) tentang perawatan
post operasi mioma uteri mengemukakan bahwa pasien post operasi mioma uteri
di RS Permata Bunda Purwodadi diberikan asuhan berupa : pengkajian Tanda-
Tanda Vital (TTV), pengkajian skala nyeri,mengajarkan teknik relaksasi,
pemberian therapy dengan berkolaborasi dengan tim medis,
memberikanKomunkasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang nutrisi, istirahat
yang cukup, dan moblisasi.
Menurut Novitasari et al. (2018), faktor usia ibu dan paritas dapat
meningkatkan kejadian mioma uteri, dimana penelitiannya melibatkan 141
ibu bersalin di ruang kebidanan RS Mardi Waluyo Metro. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa dari 141 ibu yang dirawat dengan penyakit
4
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan asuhan
Keperawatan Pada Klien Yang Menderita Post Operasi Mioma Uteri Di
Ruang Kebidanan Dan Kandungan RSUD Sinjai
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan dengan gambaran asuhan Keperawatan
Pada Klien Yang Menderita Post Operasi Mioma Uteri Di Ruang Kebidanan
Dan Kandungan RSUD Sinjai adalah sebagai berikut:
a. Untuk Mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada ibu post operasi
mioma uteri.
b. Untuk Mengidentifikasi diagnosis keperawatan pada ibu post operasi
mioma uteri.
c. Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada ibu post operasi mioma
uteri.
d. Mengidentifikasi implementasi atau tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan pada ibu post operasi mioma uteri
e. Mengidentifikasi evaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
pada ibu post operasi mioma uteri
C. Ruang Lingkup
Analisis Asuhan Keperawatan pada Klien yang menderita Mioma Uteri di
dari tanggal tahun 2020
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang keperawatan maternitas khususnya asuhan
keperawatan pada ibu post operasi mioma uteri dengan nyeri akut.
2. Manfaat aplikatif
7
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu literature dan
menjadi tambahan informasi yang berguna bagi para pembaca untuk
meningkatkan mutu pendidikan keperawatan, serta diharapkan dapat
digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan yang melakukan
edukasi dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post operasi
mioma uteri dengan nyeri akut guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
E. Metode Penulisan
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dalam bentuk
studi kasus. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan kejadian atau peristiwa penting yang
terjadi pada masa kini (Nursalam, 2017). Penelitian ini mendeskripsikan proses
keperawatan dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan,
merencanakan tindakan keperawatan, implementasi sampai evaluasi keperawatan
dalam asuhan keperawatan pada Pasien dengan Mioma Uteri di Ruang
Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang
F. Sistematika Penulisan
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemuksn pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri (Leiomioma, Fibromioma, Fibroid) adalah tumor
jinak pada dinding rahim wanita yang terdiri dari otot dan jaringan
fibrosa. Ukurannya bervariasi, mulai dari yang tak terlihat sampai sebesar
buah semangka. Pembesaran mioma dapat menyebabkan nyeri yang hebat.
Tekanan atau perasaan berat di daerah panggul selama atau diantara siklus
menstruasi merupakan gejala dari nyeri (Nugroho & Utama, 2014).
2. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan
sebuah tumor monoclonal yang dihasilkan dari sebuah neoplastik
tunggal. Sel – sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya
pada kromosom lengan. Faktor – faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tumor, disamping faktor predisposisi genetik, adalah
estrogen, progesteron dan human growth hormone.
a. Estrogen
9
4. Manifestasi klinik
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak memiliki keluhan
apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma
uteri di dalam rahim.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi.
1) Besarnya mioma uteri
2) Lokalisasi mioma uteri
3) Perubahan-perubahan pada mioma uteri
b. Gejala klinis terjadi sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena. Gejala
klinis lain yang timbul sebagai berikut.
1) Perdarahan abnormal merupakan gejala klinis yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat disebabkan karena
bertambahnya area permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
2) Penekanan rahim yang membesar
3) Terasa berat di abdomen bagian bawah
4) Terjadi gejala traktus urinarius: urine frequency, retensi urine,
obstruksi ureter dan hidronefrosis.
5) Terjadi gejala intestinal: konsripasi dan ostruksi intestinal
6) Terasa nyeri karena syaraf tertekan
c. Rasa nyeri pada kasus mioma uteri dapat disebabkan oleh.
1) Penekanan syaraf
2) Torsi bertangkai
3) Submukosa mioma terlahir
4) Infeksi pada mioma
d. Perdarahan kontiniu dapat berakibat pada hal-hal tersebut.
13
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pegkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.
(Nikmatur, 2009). Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah kegiatan untuk menghimpun informasi tentang
status kesehatan klien. Status kesehatan klien yang normal maupun yang
senjang hendaknya dapat dikumpulkan, dan hal ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang efektif maupun
yang bermasalah. (Nikmatur, 2009)
Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan
klien. Data dasar ini meliputi : data umum, data demografi, riwayat
kesehatan, pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
a. Anamnesa
1) Identitas klien, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2) Identitas penanggungjawab, meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien mioma uteri,
biasanya nyeri dan adanya benjolan di perut bagian bawah serta
perdarahan. Kadang-kadang disertai gangguan haid.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan oleh penderita mioma uteri pada saat
dilakukan pengkajian, biasanya nyeri yang bisa disebabkan karena
terjadi tarikan atau rasa nyeri akibat post operasi. Kaji lokasi,
intensitas, waktu, durasi serta kualitas nyeri.
18
Intervensi
No Diagnosa
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC: Manajemen Nyeri
cidera fisik Setelah dilakukan 17) Lakukan
Definisi: tindakan keperawatan pengkajian nyeri
Pengalaman sensori dan emosional tidak selama 5 x 24 jam, komprehensip yang
menyenangkan yang muncul akibat pasien mioma uteri meliputi lokasi,
kerusakan jaringan aktual atau potensial mampu mengontrol karakteristik, onset/durasi,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan nyeri dibuktikan frekuensi, kualitas,
(International Association for the Study of dengan kriteria hasil: intensitas atau beratnya
pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dari nyeri dan faktor pencetus
intensitas ringan hingga berat dengan akhir Mengontrol Nyeri 18) Observasi adanya
yang dapat diantisipasi atau diprediksi. 1) Mengenali pentunjuk nonverbal
Batasan karakteristik: kapan nyeri terjadi mengenai ketidak
12) Bukti nyeri dengan menggunakan 2) nyamanan terutama pada
standar daftar periksa nyeri untuk pasien mereka yang tidak dapat
yang tidak dapat mengungkapannya Menggambarkan faktor berkomunikasi secara
13) Diaforesis penyebab nyeri efektif
14) Ekspresi wajah nyeri (misal: mata 3) Menggunakan 19) Gunakan strategi
kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan tindakan pencegahan komunikasi terapeutik
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, nyeri untuk mengetahui
meringis) 4) Menggunakan pengalaman nyeri dan
15) Fokus menyempit (misal:persepsi tindakan pengurangan sampaikan penerimaan
waktu, proses nyeri (nyeri) tanpa pasien terhadap nyeri
berpikir, interaksi analgesik 20) Gali pengetahuan
dengan orang dan lingkungan) 5) Menggunakan dan kepercayaan pasien
22
Perlindungan infeksi
1) monitor adanya
tanda gejala
infeksi sistemik
dan lokal
2) 2) monitor
kerentanan
terhadap infeksi
3) 3)
pertahankan
asepsis untuk
pasien beresiko
25
4) 4) periksa
kondisi setiap
sayatan bedah
atau luka
5) 5) berikan
perawatan luka
yang tepat untuk
area pembedahan
6) 6) tingkatkan
asupan nutrisi
yang cukup
7) 7) anjurkan
asupan caira,
dengan tepat
8) 8) anjurkan
istirahat
9) 9) anjurkan
peningkatan
mobilitas dan
latihan, dengan
tepat
10) 10) ajarkan
pasien dan
keluarga
mengenai tanda
dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya
ke pelayanan
kesehatan
11) 11) ajarkan
pasien dan
keluarga cara
menghindari
infeksi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan NOC: terapi latihan: Ambulasi
dengan nyeri, prosedur pembedahan Setelah dilakukan 1) beri pasien pakaian
tindakan keperawatan yang tidak mengekang
Defenisi: keterbatasan dalam gerakan fisik selama 5 x 24 jam, 2) sediakan tempat
atau satu atau lebih ekstremitas secara pasien mioma uteri tidur yang rendah
mandiri dan terarah diharapkan tidak ada 3) dorong pasien
hambatan mobilitas untuk duduk ditempat tidur,
Batasan karakteristik: fisik. atau di kursi, sebagaimana
1) dispnea setelah beraktifitas Dengan kriteria: yang dapat ditoleransi
2) gerakan lambat 1) pergerakan 4) konsultasikan pada
26
pengecekan kulit
1) periksa kulit yang
terkait dengan adannya
kemerahan, kehangatan
ekstrem, edema atau
drainase
2) periksa kondisi
27
Perawatan luka
1) angkat balutan dan
plester luka
2) monitor
karakteristik luka, termasuk
drainase, warna, ukuran
3) ukur luas luka yang
sesuai
4) bersihkan dengan
normal saline atau
pembersih yang tidak
beracun, dengan tepat
5) berikan rawatan
insisi pada luka, yang
diperlukan
6) berikan balutan
yang sesuai dengan jenis
luka
7) perkuat balutan
luka, sesuai kebutuhan
8) pertahankan teknik
balutan steril ketika
28
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan
kepada klien terkait dengan dukungan dan pengobatan dan tindakan untuk
31
proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk
menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian
perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi dalam hal
keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai
secara efektif. (Nursalam, 2008).
6. Discharge Planning
Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam
pelayanan keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan
pasien yang dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca
rawatan (Carpenito, 2009 ; Kozier, 2004). Sedangkan menurut Nursalam &
Efendi (2008) discharge planning merupakan proses mulainya pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke
lingkungannya. Dengan demikian discharge planning merupakan tindakan
yang bertujuan untuk dapat memandirikan pasien setelah pemulangan.
Menurut Discharge Planning Association (2008) tujuan dari
discharge planning adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik pasien
untuk dapat mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang.
Discharge planning juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk
menjamin keberlanjutan asuhan yang berkualitas (Nursalam, 2011).
Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu,
ringkasan pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat
home care dan mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk
dimasukkan dalam catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan
perawatan dengan kerja yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan
kebutuhan yang berubah (Doenges & Moorhouse, 2000).
33
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Seorang pasien wanita dengan inisial Ny. N usia 44 tahun masuk
melalui poli kebidanan RSUP Dr. M. Djamil pada tanggal 11 Maret 2019
pukul 11:16 WIB atas indikasi mioma uteri. Klien masuk dengan keluhan
utama perdarahan abnormal dari rahim dan pembengkakan pada perut bagian
bawah serta nyeri seperti tertekan di perut bagian bawah dan keluhan BAK
sering tapi sedikit.Pada tanggal 12 Maret 2019 dilakukan tindakan operasi
laparatomi-histerektomi do ruang OK RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hasil
pemeriksaan fisik yang dilakukan sebelum tindakan pembedahan diperoleh
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, suhu 36.80C dan
pernapasan 20 kali permenit.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Maret 2019 klien post
laparatomi-histerektomi atas indikasi mioma uteri dirawat di ruang rawat inap
kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang, klien mengeluh nyeri di lokasi
operasi dengan skala nyeri 6 berlangsung ketika klien bergerak dan nyeri
terasa seperti tersayat, badan lemas, serta merasa sedih setelah operasi
pengangkatan rahim. Klien mengatakan tidak ada lagi perdarahan dari vagina,
nafsu makan baik, dan tidak ada perasaan ingin berkemih. Tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 80 kali permenit, suhu 36.50C, dan pernapasan 20
kali permenit.
Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan sering mengonsumsi
makanan cepat saji serta sebelumnya tidak pernah menderita penyakit yang
sama ataupun riwayat penyakit lainnya. Riwayat kesehatan keluarga klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien ataupun penyakit keturunan lainnya.
35
Riwayat haid klien mengatakan haid pertama kali pada usia 15 tahun,
haid teratur setiap bulan serta tidak ada keluhan selama haid. Riwayat obstetri
klien mengatakan 1 kali kehamilan dan persalinan dengan teknik vakum,
klien mengatakan tidak ikut KB karena tradisi keluarga tidak mengikuti KB.
Pada data psikologis klien mengatakan merasa sedih sebab tindakan medis
yang mengharuskan pengangkatan rahimnya, klien mengatakan baru
memiliki 1 orang anak. Data spiritual klien mengatakan beragama islam dan
beribadah sesuai ajaran agama Islam. Pola seksual klien mengatakan 1 kali
menikah pada usia 20 tahun dan menunggu 10 tahun untuk bisa memiliki
katurunan. Data sosial ekonomi suami klien (Tn. T) bekerja sebagai pedagang
barang harian serta mengelola kebun sayuran di Bukittinggi.Pengeluaran
biasanya digunakan untuk kebutuhan harian dan biaya sekolah anak klien.
Saat dilakukan pengkajian tentang kebutuhan dasar Ny.N, saat sehat
klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk dan sayur,
serta minum lebih kurang 6-7 gelas perhari. Selama dirumah sakit klien
mendapatkan diit TPTK dengan komposisi nasi, lauk, sayuran serta buah,
serta minum lebih kurang 1500 ml perhari.Pola eliminasi urine dan fekal
klien mengatakan saat sehat tidak ada gangguan BAK, klienmengatakan BAB
1 kali perhari dengan konsistensi lembek serta berwarna kuning khas
BAB.Selama sakit klien mengeluh rasa ingin berkemih, sering berkemih
namun urine yang keluar sedikit, warna kuning pekat.Setelah operasi klien
terpasang kateter urine.Klien mengatakan BAB ada 3 kali dalam seminggu
dengan konsistensi lembek berwarna kuning khas BAB.
Pola tidur dan istirahat klien selama sehat mengatakan tidur kurang
lebih 6-7 jam perhari. Saat sakit klien mengatakan susah tidur karena ruangan
panas dan terganggu pasien lain yang meracau pada malam hari, klien
mengatakan tidur kurang lebih 5-6 jam perhari. Pola personal hygiene saat
sehat klien mengatakan mandi 2 kali perhari secara mandiri.Saat sakit klien
mengatakan tidak mampu mandi sendiri, klien hanya di lap dengan kain
lembab oleh keluarga dan dibantu perawat selama dirawat.pola aktivitas saat
36
B. Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan hasil pengkajian, peneliti menemukan 4 diagnosis keperawatan
sesuai kasus tersebut yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik,
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur pembedahan,
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan prosedur pembedahan dan nyeri,
serta gangguan citra tubuh berhubungan dengan prosedur pembedahan
(histerektomi).
Pada diagnosis keperawatan pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera fisik berdasarkan data subjektif klien mengatakan nyeri karena
pembedahan, nyeri seperti tersayat, nyeri dirasakan di area pembedahan yaitu
perut bagian bawah, skala nyeri 6 dari 10, dan nyeri berlangsung saat klien
bergerak. Sedangkan data objektif klien tampak meringis, klien tampak
melindungi area nyeri dengan tangan, dan klien tampak gelisah.
Pada diagnosis kedua yaitu kerusakan integritas jaringan berhubungan
prosedur pembedahan berdasarkan data subjektif klien mengatakan ada bekas
jahitan di perut bagian bawah.Pada data objektif tampak luka bekas operasi di
perut bagian bawah terbalut plester, tampak luka memanjang dan melintang di
perut bagian bawah, uka bersih dan tidak basah, tidak ada cairan / pus yang
keluar dari luka, luka tidak berbau.
38
C. Perencanana Keperawatan
Dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang muncul pada pasien selama
perawatan dibutuhkan intervensi keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan
dan kriteria hasil yang diharapkan serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
Pada diagnosis pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
fisik disusun rencana keperawatan manajemen nyeri dengan aktivitas
keperawatan diantarnanya mengkaji nyeri dengan teknik PQRST, memberikan
informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa nyeri yang dirasakan, dan antisipasi dari ketidak nyamanan akibat
prosedur, mengajarkan prinsip manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas
dalam dan distraksi, melakukan kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan serta pemberian analgesik.
pembersih yang tidak beracun dengan tepat, memberikan balutan yang sesuai
dengan jenis luka, mempertahankan teknik balutan steril ketika melakukan
perawatan luka dengan tepat, merujuk pada ahli adiet, dengan tepat. Rencana
keperawatan kedua yaitu perlindungan infeksi dengan aktivitas keperawatan
diantaranya adalah memonitor adanya tanda gejala infeksi sistemik dan lokal,
memeriksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka, memberikan perawatan luka
yang tepat untuk area pembedahan, meningkatkan asupan nutrisi yang cukup,
manganjurkan asupan caira dengan tepat, mengajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya ke pelayanan
kesehatan, serta mengajarkan pasien dan keluarga cara menghindari infeksi.
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 13 Maret 2019 pukul 10:00 WIB
untuk diagnosa nyeri akut yaitu melakukan pengkajian nyeri dengan format
PQRST (P: klien mengatakan nyeri karena pembedahan, Q: nyeri seperti tersayat,
R: nyeri dirasakan di area pembedahan yaitu perut bagian bawah, S: skala nyeri
6, T: nyeri berlangsung saat klien
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 14 Maret 2019 untuk diagnosa
nyeri akut dilakukan pada pukul 10:00 WIB yaitu melakukan evaluasi keefektifan
manajemen nyeri (P: klien mengatakan nyeri karena pembedahan, Q: nyeri
seperti tersayat, R: nyeri dirasakan di area pembedahan yaitu perut bagian bawah,
S: skala nyeri 5, T: nyeri berlangsung saat klien bergerak); meminta klien
mengulangi manajemen nyeri teknik napas dalam dan distraksi (klien mampu
mengulangi teknik napas dalam). Untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik telah
dilakukan
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 15 Maret 2019 untuk diagnosa
nyeri akut pada pukul 10:00 WIB yaitu melakukan evaluasi keefektifan
manajemen nyeri (P: klien mengatakan nyeri karena pembedahan, Q: nyeri
seperti tersayat, R: nyeri dirasakan di area pembedahan yaitu perut bagian bawah,
S: skala nyeri 4, T: nyeri berlangsung saat klien bergerak); meminta klien
mengulangi manajemen nyeri teknik napas dalam dan distraksi (klien mampu
mengulangi teknik napas dalam). Untuk diagnosa kerusakan integritas jaringan
telah dilakukan implementasi pada pukul 10:15 WIB yaitu memonitor
karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran (luka bersih dan tidak basah,
tidak ditemukan tanda gejala infeksi pada luka, balutan luka diganti, tidak ada
darah yang keluar dari drainase, drainase dilepaskan); menganjurkan klien dan
keluarga agar balutan tidak dibuka atau basah; memberikan penjelasan tentang
tanda gejala infeksi pada luka; menganjurkan keluarga melaporkan bila
ditemukan tanda gejala infeksi; injeksi ceftriaxone dan transamin. Untuk
diagnosa hambatan mobilitas fisik telah dilakukan implementasi pada pukul
10:30 WIB yaitu menganjurkan klien menggerakkan persendian tubuh dengan
perlahan; menganjurkan klien miring kiri-kanan perlahan; membantu klien untuk
duduk diatas tempat tidur perlahan; membantu klien duduk diatas bed
dengan kaki menjuntai ke lantai; membantu klien turun dari bed dan berdiri;
membantu klien berjalan perlahan-lahan (klien mampu duduk diatas tempat tidur,
berdiri dan berjalan di selasar rumah sakit. Klien tidak terpasang kateter
urine).Untuk diagnosa gangguan citra tubuh telah dilakukan implementasi pada
pukul 10:45 WIB yaitu membantu pasien dalam menetapkan keberlanjutan dari
perubahan aktual dari tubuh atau tingkat fungsinya; menentukan persepsi klien
dan keluarga terkait dengan perubahan citra diri dan realitas; membantu pasien
43
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019 untuk diagnosa
nyeri akut pada pukul 10:00 WIB yaitu mengevaluasi keefektifan manajemen
nyeri; meminta klien mengulangi manajemen nyeri teknik napas dalam dan
distraksi (P: klien mengatakan nyeri karena pembedahan, Q: nyeri seperti
tersayat, R: nyeri dirasakan di area pembedahan yaitu perut bagian bawah, S:
skala nyeri 3, T: nyeri berlangsung saat klien bergerak). Untuk diagnosa
hambatan mobilitas fisik telah dilakukan implementasi pada pukul 10:30 WIB
yaitu mengevaluasi mobilisasi klien; menganjurkan klien melakukan aktivitas
seperti mandi, memasang pakaian, makan dan minum secara mandiri (klien
mampu melakukan aktivitas seperti mandi, memasang pakaian, makan dan
minum secara mandiri. Klien tampak tidak terpasang infuse kateter; masalah
teratasi; intervensi dihentikan).
Implementasi yang telah dilakukan pada tanggal 18 Maret 2019 untuk diagnosa
kerusakan integritas jaringan pada pukul 10:15 WIB yaitu memonitor
karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran; menganjurkan klien dan
keluarga agar balutan tidak dibuka atau basah; menganjurkan klien mengganti
balutan hanya di tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, klinik atau
rumah sakit; menganjurkan klien rutin kontrol luka operasi ke pelayanan
kesehatan (luka tampak bersih dan
kering, tidak ada infeksi, balutan masih terpasang baik dan bersih; masalah
teratasi; intervensi dihentikan, pasien pulang).
E. Evaluasi Keperawatan
44
Selama perawatan 6 hari (13 – 18 Maret 2019) didapatkan bahwa masalah nyeri
akut berkurang dalam 4 hari rawatan, klien dapat mempraktikkan teknik
napas dalam untuk mengurangi nyeri, nyeri berkurang dari skala nyeri 6
menjadi 3, klien tidak gelisah dan sudah mampu beraktifitas seperti mandi,
makan, mengenakan pakaian serta berjalan tanpa merasakan nyeri yang
mengganggu. Untuk masalah kerusakan integritas jaringan teratasi, luka
kering dan bersih namun balutan belum dibuka dikarenakan masih ada proses
penyembuhan luka.Untuk diagnosa hambatan mobilitas fisik teratasi dalam 4
hari rawatan, klien sudah mampu melakukan aktifitas sehari-hari seperti
mandi, makan, seta berjalan. Untuk diagnosa gangguan citra tubuh teratasi
dalam 3 hari rawatan, klien sudah menerima realita perubahan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh. Klien menunjukkan peningkatan harga diri, klien
mampu menunjukkan aspek postif dalam diri.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
C. Perencanana Keperawatan
D. Pelaksanaan Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Dharma, K.K., 2011. Metodologi penelitian keperawatan. Trans Info Media, Jakarta.
Fauzi N, Ahsan, Azzuhri M,. 2015. Pengaruh Faktor Individu, Organisasi dan
Perilaku terhadap Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Hand Hygiene
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tk. II Dr. Soepraoen Malang. Jurnal
Aplikasi Manajemen (JAM)
Marfu’ah Siti And Sofiana Liena. 2018. Analisis Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene
Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial. J. Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Moniung, N., 2016. Perilaku Kesehatan dalam Psikologi Kesehatan, edisi kedua.
EGC, Jakarta.
Munandar Imam And Koto Yeni. 2018. Kepatuhan Perawat dalam Pelaksanaan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Perawatan Luka dengan Kejadian
48
Potter & Perry. (2010) Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC
Priandika Angga Satria. 2015. Hubungan Antara Kepatuhan Prosedur Cuci Tangan
Perawat Dan Penggunaan Sarung Tangan Dengan Kejadian Phlebitis Di
Rsud Dr.Soedirman Kabupaten Kebumen. Sekolah Tinngi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong
Riskesdas, 2018. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2018. Badan
Penelit. Dan Pengemb. Kesehat. Kementeri. Kesehat. RI.