Anda di halaman 1dari 14

PARADIGMA DAN PENDEKATAN PENELITIAN

Tujuan Intruksional Umum:


Mahasiswa dapat memahami dan menguasai paradigma serta pendekatan penelitian.
Tujuan Intruksional Khusus:
1. Mahasiswa penelitian mampu memahami dan menguasai jenis-jenis paradigma
penelitian beserta karakteristiknya.
2. Mahasiswa mampu memahami pendekatann penelitian kuantitatif dan kualitatif
serta mampu membedakannya.
3. Mahasiswa mampu, dapat dan konsisten membuat judul penelitian berdasarkan
paradigma dan pendekatan penelitian.

Sesuai dengan judul pada bagian ini, yaitu pardigma dan pendekatan penelitian,
maka pada uraian awal bagian ini akan dijelaskan secara singkat tentang paradigma
penelitian. Berikut ini dijelaskan pengertian paradigma dan jenis paradigma penelitian.
A. Paradigma Penelitian
Paradigma atau paradigm (Inggris) atau paradigme (Perancis), istilah
tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para dan deigm. Secara etimologis, para
berarti (di samping, di sebelah dan deigma berarti (memperlihatkan, yang berarti,
model, contoh, arketipe, ideal). Deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti
menunjukan atau mempertunjukan sesuatu. Berdasarkan uraian tersebut, paradigma
berarti di sisi model, di samping pola atau di sisi contoh.Paradigma juga bisa berarti,
sesuatu yang menampakan pola, model atau contoh (Bagus, 2005:779). Paradigma
adalah seperangkkat asumsi tersurat dan terirat yang menjadi gagasan-gagasan
ilmiah (Ihalaw, 2004). Paradigma bukan masalah salah atau benar, melainkan lebih
memberikan manfaat atau kurnag bermanfaat sebagai sebuah cara pandang terhadap
sesuatu. Dalam uraian yang lebih sederhana, paradigma penelitian merupakan sudut
pandang peneliti dalam memandang realitas yang diteliti. Sudut pandang penelitian
akan berimplikasi pada pendekatan, prosedur, asumsi, dan teori yang dipilih. Dari
definisi paradigma tersebut, penulis menyimpulkan, bahwa paradigma adalah satu
set asumsi, konseop, nilai-nilai dan praktek dan cara panadng realitas dalam disiplin
ilmu. Paradigma merupkan cara pandanng atau pola pikir komunitas ilmu
pengetahuan atas peristiwa/realitas/ilmu pengetahuan yang dikaji, diteliti, dipelajari,
dipersoalkan, dipahami, dan untuk dicarikan pemecahan persoalannya.
Paradigma penelitian merupakan perspektif penelitian yang digunakan oleh
peneliti tentang bagaimana peneliti: (a) melihat realita (world views), (b) bagaimana
mempelajari fenomena, (c) cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan
temuan.
Ada beberapa alasan, mengapa peneliti perlu memilih paradigma sebelum
melakukan penelitian, yaitu:
1. Paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan
mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian.
2. Paradigma penelitian menentukan rumusan masalah, tujuan penelitian dan tipe
penjelasan yang digunaka.
3. Pemilihan paradigma memiliki implikasi terhadap pemilihan metode, teknik
penentuan subyek penelitian/sampling, teknik pengumpulan data, teknik uji
keabsahan dan dan analisis data.
Di dalam metode penelitian, terdapat beberapa jenis paradigma sebagaimana
yang telah disebutkan pada bagain 1, yaitu:
1. Menurut Neuman: paradigma positivistik, pos-positivistik, kosntruktivistik dan
kritis.
2. Menurut Habermas: instrumental knowledge, hermeneutic knowledge, dan
critical/emancipatory knowledge.
3. Menurut Cresswell: pragmatism paradigm, post-ositivisme paradigm,
constructivisme paradigm, advocacy and participatory paradigm.
4. Menurut Guba dan Lincoln: positivism, pos-positivisme, kostruktivisme, kritis.
Paradigma Positivisme dan Pos-Positivisme disebut juga paradigma klasik
(classical paradigm). Berikut ini dijelaskan karakteristik dari masing-masing
paradigma.
1. Paradigma Positivistik
Karakter paradigma penelitian positivistic aladah:
a. Melihat fakta sosial sebagai realita. Fakta sosial Masyarakat berlangsung
mengikuti hukum alam yang sifatnya umum, yaitu hukum sebab-akibat
(cause effect). Fakta sosial itu keberadaannya benar-benar ada sehingga
realita itu sifatnya eksis atau dpat digambarkan.
b. Paradigma ini mepertanyakan suatu relaita dega ‘apa’ (what) atau
menanyakan mengenai apa yang terjadi di Masyarakat pada umumnya.
c. Peneliti tidak berinteraksi dengan objek penelitian sehingga terdapat jarak
antara peneliti dan objek penelitian. Keberadaan objek penelitian berada di
luar diri peneliti. Dalam hal ini penelitian paradigma positivistic merupakan
penelitian kuantitatif.
d. Peneliti menjaga nilai-nilai yang adad lam dirinya untuk tidak dimasukkan
pada penelitian sebagi aksiologinya. Peneliti benar-benar menggambarkan
relaita yang ada di Masyarakat secara objektif dengan tujuan keakuratan
pengukuran dalam penelitian.
e. Penelitian paradigma positivistic menggunakan metode empiris untuk dapat
menggambarkan fakta sosial sebagai realita atau objek penelitian. Metode
ini juga ditujukan untuk memprediksi atau menemukan pola umum sebagai
hukum alam dalam suatu fakta atau gejala sosial.
f. Syarat realitas yang diteliti meliputi: dapat diamati (observable), dapat
diulang (repeatable), dapat diukur (meassureable), dan dapat diuji (testable).
g. Hasil penelitian dapat ditentukan kualitasnya melalui validitas eksternal,
reliabilitas dan objektivitas.

2. Paradigma Pos-Positivistik
Paradigma pos-positivistik merupakan paradigma penelitian yang berusaha
melakukan kritiknpada paradigma positivistic. Paradigma pos-positivistik
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Paradigma pos-positivistik menganggap bahawa penelitian tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-niali pribadi peneliti sendiri. Peneliti perlu
memasukkan nilai-nilai sebagai pendapatnya sendiri dalam menilai realita
yang diteliti. Dengan hal itu maka peneliti dapat lebih memandang suatu
realita secara kritis.
b. Paradigma ini lebih bersifat kualitatif.
c. Relaita yang diteliti berada di luar dan peneliti berinteraksi dengan objek
penelitian tersebut. Jarak hubungan anatar peneliti dengan objek lebih dekat.
d. Tujuan penelitian paradigm aini sama dengan psitivistik yaitu untuk
mengetahui pola umum yang ada dalam Masyarakat.

3. Paradigma Konstruktivistik
Paradigma konstruktivistik memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Paradigma penelitan yang melihat suatu realita dibentuk oleh berbagai
macam latar belakang ssebagi bentuk konstruksi realita tersebut. Raalita
yang dijadikan sebagai objek penelitian merupakan suatu tindakan sosial
oleh actor sosial.
b. Latar belakang yang mengostruksi realita tersebut dilihat dalam benuk
konstruksi menatal berdasarkan pengalaman sosial yang dialami oleh aktor
sosial sehingga seifatnya lokal dan spesifik.
c. Penelitiannya mempertanyakan ‘mengapa’ (why)?.
d. Realita berada di luar peneliti naum dapat memahami melalui interaksi
denga realita sebagai objek penelitian.
e. Jarak antara peneliti objek penelitian tidak terlalau dekat, peneliti tidak
terlibat namun berinteraksi dengan objek penelitian.
f. Peradigma penelitian konstruktivistik sifatnya kualitatif, peneliti
memasukkan nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya. Peneitian dengan
paradigm aini sifatnya sibjektif.
g. Tujuannya untuk memahami apa yang menjadi konstrukti suatu realita. Oleh
karena itu penelliti harus dapat mengetahui faktor apa saja yang mendorong
suatu realita dapat terjadi menjellaskan bagaimana faktot-faktor itu
merekrontruksi realita tersebut.

4. Paradigma Kritis
Paradigma kritis memiliki bebrapa karakteristik:
a. paradigma kritis melihat suatu realita secara kritis sebagai objek penelitian.
Paradigma penelitian ini melihat realita yanf terjadi tidak sesuai dengan apa
yang sebaiknya terjadi pada Masyarakat (ketimpangan, ketidakadilan,
penindasan, peminggiran, dsd.). realita inilah yang menjadi objek penelitian
paradigma kritis.
b. Keberadaan realita terjadi pada diri peneliti dan juga terjadi di luar peneliti..
c. Jarak peneliti dengan objek penetiian sanagt dekat, peneliti terlibat langsung
dengan objek yang diteliti.
d. Penelitian dengan paradigma kritis bersifat kualitatif di mana penelitia
memasukkan nilai pendapatnya pada penelitian.
e. Tujuan untuk membangin kesadaran kolektif demi menguah struktur untuk
menjadi lebih baik. Pada intinya, perubahan yang ditujukan pada penelitian
paradigma kritis merupakan Upaya untuk perbaikan pada struktur yang ada
di masyarakat.
f. Realita yang dijadikan sebagi objek penelitian merupaan proses Sejarah dan
kekuatan sosial yang semu dalam Masyarakat. Penelitian ini sangat subjektif
karena penilaian terhadap suatu realita berasal dari peneliti sendiri. Dalam
memasukkan penilaian pada penelitian, peneliti juga melihat penilaian
masayarakat pada umumnya. Peneliti melihat kesesuaian dan ketepatan teori
dengan praksis yang ada pada realita.

Untuk memudahkan perbedaan masing-masing karakteristik paradigma


berikut ini ditampilkan dalam bentuk tabel.
Tabel 2.1
Perbedaan Paradigma Metode Penelitian

Issue Positivism Post- Critical Theory Constructivism


Positivism
Inquiry aim
(Tujuan Eksplanasi: Kritik dan Memahami:
Penelitian) memprediksi dan tranformasi restitusi merekontruksi
mengontrol dan emansipasi

Nature of Membuktikan Hipotesis Pengertian Rekontruksi


Knowledge hipotesis non-falsified menndalam yang pemikiran
(Hakikat menetapkan atau hukum bersifat individual yang
Pengetahuan) sebagai fakta structural/historikal menyatu
atau hukum dengan
consensus
lingkungan
sosial

Knowledge Pengukuhan Revisionisme Rekrontruksi lebih


Accumulation membangun Sejarah; dapat diinformasikan
(Akumulasi bangunan, manambah menggeneralisai dan
Pengetahuan) bangunan dengan kesamaan shopisticatedlotentik;
pengetahuan; kemunkinan salah
generalisasi dan paham
hubungan sebab
akibat

Goodness of Kriterian yang Terikat situasi Derajat kepercayaan;


Quality criteria konvensional yang sejaran; memudarnya otentisitas;
(Kriteria kaku: validitas ketidaktahuan; kemungkinan salah
Kualitas internak dan dorongan terhadap paham
Kebaikan) eksternal reliabikitas aksi
dan obyektifias

Value (nilai) Dihilangkan-menolak- Tercakup-formatif


pengaruh

Ethics (Etika) Ekstrinsik dan Berasal dari Berasal dari dalam; proses mencari
menolak dalam: relvansi; problem yang special
manipulasi mencaari
kebenaran

Voice (Suara) “Ilmuan bebas “Tarnformasi “Partisipan yang berkepentingan”


kepentingan” untelektual” sebagai fasilitator dari rekrontruksi
sebagai pemberi sebagai bagi tuntutan yang beragam
informasi bagi advokasi dan
pembuat aktifitas
keputusan,
pembuat
kebijakan dan
agen perubahan

Training Teknis dan Teknis, Resosialisai: kualitatif dan kuantitatif;


(Pelatihan) kuantitatif; teori kuantitatif, historis; nilai-nilai pemberdayaan dan
substantif teori pengorbanan
substantif

Accommodation Commesurrable/dapat di Incommsumerable/tidak dapat


(Akomodasi) sepadankan disepadankan

Hegemony Dalam kontrol publikasi, Mencari pengakuan dan


temuan, pendanaan, masukan
penigkatan dan masa jabatan
Dikutip dari Guba dan Lincoln dalam Denzim dan Lincoln (1994:122)

Berikut ini dijelaskan paradigma menurut Habernas yang meliputi


intrumentas knowledge, hermeneutic knowledge, dan criticall emancipatory
knowledge.
1. Instrumental knowledge: berakar pada paham positivismeyang berpandangan
bahwa ilmu sosial dikembangkan dari pandangan, metode dan teknik ilmi alam
dalam memahami realitas. Untuk memahami objektivitas atas realitas sosial
dalam metode ilmiah, maka harus dipisahkan antara fakta dengan nilai.
Pandangan instrumental knowledge ini termasuk dalam paradigma kuantitatif.
Intrumental knowledge memillki kemiripan denngan paradigma positivistic,
selain itu paradigma pos-positivistik juga diklasifikasikan ke dalam paradigma
ini.
2. Hermeneutic knowledge disemboyankan denga ‘biarlah fakta berbicara atas
nama dirinya sendiri”. Paradigma ini memiliki kemiripan dengan paradigma
konstruktivistik.
3. Critical/emancipatory knowledge dipahami sebagi proses untuk memanusiakan
manusia, sehingga dalam analisis suatu kajian ilmiah harus berpihak kepada
perbaikan kehidupan manusia. Critical/emancipatory dapat diklasifikasikan ke
dalam paradigma kritis. Hermeneutic knowledge dan critical/emancipatory
knowledge termasuk dalam penelitian pendekatan kualitatif.
Dari penjelasan tentang paradigma, terdapat beberapa kemiripan pandangan antara
beberapa ahli yang disebutkan. Berikut ini ditampilkan tabel kesamaan pandangan
para ahli tentang paradigma.
Tabel 2.2
Perbedaan Paradigma menurut Ahli

Neuman Cressmed Guba-Lincoln Hebernas

Instrumental
Positivistik pragmatismen positivisme
knowledge

Pos-positivistik Pos-positivisme Pos-positivisme

Hermeneutic
konstruktivistik Kontrusktivisme konstruktivisme
knowledge

Advokasi dan Critical/emancipatory


Kritis Kritis
partisipatori knowledge

Pada saat mahasiswa akan membuat proposal dan melakukan penelitian


untuk skripsi atau kepentingan lainnya, perlu memahami terlebih dahulu tentang
ppilihan paradigma dan pendekatan penelitian. Pilihan paradigma metode dan
pendekatan penelitian akan berpengaruh pada pilihan teknik-teknik dalam
penellitian, seperti teknik penentuan responden/informan/partisipan/subyek yang
sering disebut dengan teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data, teknik uji
keabsahan data, dan teknik analisis data. Pemahaman dan pemilihan paradigma
metode, pendekatan penelitian dan teknik-teknik dalam penelitian yang tepat, dapat
membantu konsitensi alur pikir.

B. Pendekata Penelitian
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian 1, pendekatan penelitian
meliputi pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Berikut ini diuraikan secara singkat
penegrtian pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
1. Pendekatan kuantitatif
Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan
data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran,
perhitungan, rumus dan kepastian data numerik (data dalam bentuk angka-
angka). Kebenaran realitas dijelaskan dan ditampilakn dengan data dala bentuk
angka-angka. Pendekatan kuantitatif pada umumnya bertujuan mengji teori,
bukan mencari/menemukan teori. Pendekatan kuantitatif dalam dunia penelitian
biasanya menggunakan metode survai, baik survai sensus maupun survai
sampel. Penjelasan tentang metode survai akan diuraikan di bagian berikutnya.
Dalam praktik kehidupan sehari-hari pendekatan kuantitatif tumbuh
subur melalui tradisi penelitian survai yang menggunakan teknik polling. Di
Indonesia, sejak era reformasi sampai sekarang (1998-sekarang) sering
dilakukan polling politik (polling partai politik, calon presiden, calon wakil
presiden, calon gubernur, calon bupati/walikota, citra pemerintahan, calin
anggota legislative, dsb.). polling politik semacam itu, biasanya dilakukan
dengan cara wawancara memalui telepon atau menyebarkan angket. Hasil
polling biasanya ditampilkan dalam bentuk diagram atau tabel.
Istilah yang lazin dipergunakan dalam polling politik diantaranya adalah
elektabilitas (electability). Elektabilitas adalah tingkat keterpilihan yang
disesuaikan dengan kriteris pilihan. Istilah elektabilitas sering digunakan oleh
Lembaga survai menjelang pemilihan umum, baik pemilihan anggota legiskatif,
kepala daeran, maupun presiden. Elektabilitas calon presiden tinggi berarti
colon tersebut memiliki daya pilih yang tinggi. Untuk meningkatkan
elektabilitas maka objek elektabilitas harus memnuhi kriteria keterpilihan dan
juga popular. Penerapan pendekatan kuantitatif dalam kehidupan sehari-hari,
pada akhirnya melahirkan Lembaga-lembaga survai dan konsultan politik.
beberapa lebaga survai di Indonesia yang dikenal public, diantaranya Lingkaran
Survai Indonesia dan Lembaga Survai Indonesia.
Selain polling, adapula istilah rating. Istilah ini sering dipergunakan di
dunia program televisi. Rating adalah presentase dari penonton suatu acara
dibandingkan dengan total atau spesifik populasi pada waktu tertentu. Rating
hanya mengukur kuantittas suatu acara, bukan kualitasnya. Rumus rating
seperti berikut ini:
Jumlah penonton program
Rating= X 100 %
Populasi TV
Dengan perhitungan rating per menit, panjangnya program
mempengaruhi rating dari satu program. Misalnya program yang tadinya
berdurasi 30 menit mempunyai rating 10. Ketika diperpanjang menjadi 60
menit, ratingnya turun menjadi 8 persen, dikarenakan angka pembagi yang
semakin bersar. Selain rating, dalam dunia program acara juga dikenal denga
istilah share. Share adalah presentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada
ukuran satuan waktu tertentu pada suatu saluran (channel) tertentu terhadap
total pemirsa di semua saluran. Rumus share sebagai berikut:
Program Rating
Share= X 100 %
Total Rating
Ada pula istilah Channel Share yakni presentase pemirsa TV di satu
periode tertentu pada saluran TV. Rumus perhitungannya sebagi berikut:
Channel Share
Channel Share= X 100 %
Total Pemirsa
Pada Channel Share yang dibandingkan bukan lagi acaranya, melainkan
stasiun TV-nya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan tentang
perbedaan rating dan share. Angka rating menghitung jumlah penonton TV
pada sebuah acara, sedang share menghitung persentase penonton TV di antara
stasiun TV lain. Misal, jika ada 3 stasiun TV dengan populasi 10 ribu dan TV1
mempunyai angka penonton 2 ribu, TV2 seribu, dan TV3 seribu, maka rating
TV1 20% dan share-nya 25%. Penjelasan tentang rating, shre dan channel share
dikutip dari http://allaboutduniatv.bogspot.com/2011/12/apa-itu-rating-dan-
share.html diakses 2 mei 2014 oukul 08.40.
Selain polling politik dan rating program acara televisi, pendekatan
kuantitatif juga bisa ditemui dalam pertandingan sepak bola (modern). Analisis
pertandingan sepak bola saat ini cenderung menggunakan paradigma
positivistic yang lantitatif. Hampir semua aspek pertandingan dan pemainnya
bisa diukur dengan menggunakan angka-angka (numerik). Analisa dan
komentar tentang kekuatan kesebalasan bisa ditampilkan sebelum pertandingan
berlangsung (prediksi), pada saat istirahata babak 1 (evaliasi porses) dan diakhir
pertandingan (evaluasi akhir). Pendekatan kuantitatif di dunia sepak bola pada
akhirnya melahirkan Lembaga/asosiasi yang bertugas menghimpun, mengolah
dan menganalisis data sepakbola secara matematis/statistic/numerik.
Kesimpulan, pendekatan kuantitatif merupakan Upaya untuk
menjelaskan realitas dengan enggunakan angka/hitung-hitungan
matematis/statistic. Kecenderungan dan kebenaran realitas diperoleh dari proses
anallisis dengan mencermati frekuensi dan angka-angka yang ditampilkan.

2. Pendekatan kualitatif
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirs dan Miller (1986:9)
sebagaimana dikutip Moehadjir (2000), pada mulanya bersumber pada
pegamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu
mereka mendefinisikan bahwa motodologi kuallitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengeteahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Pendekatan kualitatif merupakan anti tesis atau lawan dari pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kualitatif ialah pendektaan yang di dalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpu;an
data samapi dengan penulisannya mepergunakan aspek-aspek kecenderungan,
non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis
isi, bola salju dan story.pendekatan kualitatif dipergunakan untuk menemukan
atau mengembangkan teori yang sudah ada. pendekatan kualitatif berusaha
menjelaskan realitas dengan menggunakan penjelasan deskriptif dalam bentuk
kalimat. Jika pendekatan kuatitatif bisa sangat terukur dan obyektif, maka
pendekatan kualitatif, keterukurannya sangat subyektif dan bisa diperdebatkan.
Munculnya penelitian kualitatif sebagai reaksi dari tradisi yang terkait
positivismedan post-positivisme yang berupaya melakukan kajian budaya dan
interpretative. Berbagai jenis metode dan pendekatan dalam penelitian
kualitatif, tingkat perkembangan dan kematangan masing-masing metode
ditentukan juga oleh bidang keilmuan yang memilliki Sejarah
perkembangannya. Setiap uraian mengenai penelitian kualitatif harus bekerja
didalam bidang historis yang kompleks. Penelitian kualitatif mempunyai
pengertian berbeda-neda untuk setiap momen, meskipun demikian definiso
secara umum: penelitian kualitatif merupakan suatu metode berganda dalam
fokus, yang melibatkan suatu pendekatan interpretative dan wajar terhadap
setiap pokok permasalahan. Ini berarti penelitian kualitatif bekerja dalam
setting yang alami, yang berupaya untuk memahami memberi tafsiran pada
fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulah berbagai bahan
empiris, seperti studi kaus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwahay hidup,
wawancara, pengamatan, teks ejarah, interaksional dan visual: yang
menggambarkan momen rutin dan problematika serta maknanya dalam
kehidupan individual dan kolektif (Denzin dan Lincoln, 1994:2).
Penelitian kualitatif lebih menekankan bahwa relalitas itu berdimensi
interaktif, jamak dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan
oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau perspektif
subyek/partisipan. Subyek penelitian adalah orang-orang yang terllibat/pelaku
dalam sebuah realitas dan memberikan data/informasi kepada peneliti tentang
realitas yang diteliti. Partisipan adalah ornag-orang yang diajak berwawancara,
diobservasi, diminta memberikan data persepsi, pendapat dan pemikirannya.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan berbagai macam
strategi yang berisfat interaktif seperti observasi langsung, observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik
pelengkap. Istilah partisipan kualitatif memilliki dua tujuan utama yaitu untuk
menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) dan tujuan
yang kedua yaitu menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain).
Penelitian kualitstif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap
realitas sosial atau fenomena sosial. Metodologi penelitian kualitatif yan
dipakai adlah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi
yang khusus. Para peneliti kualitatif dapat menggunakan semiptika, narasi, isi,
diskursus, arsip, analisis fonemik, bahkan statistik. Di sisi yang lain, para
peneliti kualitatif juga menggunakan pendekatan, meotde dan teknik-teknik
etnometodologi, fenomologim hermeneutic, feminism, dekonstruksionisme,
etnografi, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, penelitian survai, dan
pengamatan melihat (participant observation) (Agus Salim, 2006). Dengan
demikian, tidka ada metode penelitian tertentu yang dianggap unggul, dan tidak
ada teknik yang serta merta dapat disingkirkan. Ada baiknya mengutip
pernyataan Fayerabend (dalam Chalmers, 1982) “metodologi apa saja boleh
dipakai asal dapat mencapai tujuan yang dikehendaki”.
Ciri-ciri penelitian kualitatif meliputi:
a. Data dikumpulkan dalam kondisi yang asli atau alamiah (natural setting).
b. Peneliti sebagi alat penelitian, artinya peneliti sebagi alat utama pengumpul
data yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamtan dan
wawancara.
c. Pengumpulan data secara deskriptif yang kemudian ditulis dalam laporan.
Data yang diperoleh dalam penelitian berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka.
d. Lebih mementingkan prose sdaripada hasil, artinya dalam pengumpulan
data sering meperhatikan hasil dan akibat dari berbagai variabel yang
saling mempengaruhi.
e. Latar belakang tingkah laku atau perbuatan dicari maknanya, maka apa
yang ada di balik tingkah laku manusia merupakan hak yang pokok bagi
penelitian kualitatif.
f. Mengutamakan data langsung (first hand), oleh karena itu peneliti dituntut
untuk melakukan sendiri kegiatan penelitian di lapangan.
g. Dalam penelitian kualitatif digunakan metode triangulasi yang dilakukan
secara ekstensfi baik triangulasi metode maupun triangulasi sumber data.
h. Mementingkan rincian konstektual. Penelliti mengumpulkan dan mencatat
data yang sangat rinci mengenai hal-hal yang diangga bertalian dengan
masalah yang diteliti.
i. Seubyek yabg diteliti berkedudukan sama dengan peneliti, jadi tidak
sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya.
j. Mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan, yakni
bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dan segi pendiriannya.
k. Verifikasi melalui penerapan kasus yang bertentangan atau negatif.
l. Pengambilan sampel secarapurposif. Metode kualitatif menggunakan
sampel yang sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian.
m. Menggunakan “audit trail”. Meotde yang dimaksud adalah dengan
mencantumkan metode pengumpulan dan analisa data.
n. Mengadakan analisis sejak awal penelitian. Data yang diperoleh langsung
dianalisa, dilanjutkan dengan pencarian data lagi dan dianalisis, demikian
seterusnya samapai dianggap mencapai hasil yang memadai.
o. Teori bersifat dari dasar. Dengan data yang diperoleh dari penelitian di
lapanagn dapat dirumuskan kesimpulan atau teori.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1995:
27-30) adalah:
a. Penelitian kualitatif memiliki setting (latar) alamiah sebagao smber data
langsung dan peneliti merupakan istrumen kunci.
b. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
c. Penelitian kualitatif lebih memberikan perhatian pada proses daripada hasil
d. Peneiti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif
e. “makna” merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif dan kualitatif oleh Guba dan Lincoln (1981: 62-
82) dikategorikan ke dalam paradigma. Guba dan Lincoln mempertentangkan
perbedaan paradigma kedua penelitian ini dengan penyebutanyang berbeda.
Untuk penelitian kuantitatif digunakan istilah scientific Paradigm (paradigma
ilmiah),sedangkan penelitian kualitatif dnamakan Naturalistik Inquiry (ikuiri
ilmiah).
Dalam perkembangannya, kedua pendekatan tersebut digabungkan atau
dikombinasikan, yang melahirkan istilah mixed methodology (metodologi
campuran). Mixed Methodology merupakan Upaya untuk saling melengkapi
kelemahan yang ada di masing-masing pendekatan. Pendekatan campuran
meliputi dua jenis, yaitu campuran antara kuantitatif-kualitatif dankaulitatif-
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif-kualitatif berarti pendekatan kuatitatif
sebagai pendekatan utama, sedangkan kualitatif sebagai pendukungnya. Begitu
pula sebaliknya. Untuk bacaan lebih lanjut tentang Mixed Methodology baca
buku yang ditulis Abbas Tashakkori dan Cahrles Teddlie yang berjudul “Miexed
Methodology: Combining Qualitative and Quantitative Approaches” (1998)
dan telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia, Mixed Methodology:
Mengkombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010). Berikut iki disajikan perbedaan anara pendektaan kuantitatif dan
kualitatif.
Tabel 2.3
Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan kualitatif

No Pendekatan Kuantitatif Pendekatan Kualitatif


1 Menggunakan hipotesis yang Hipotesis dikembangkan seja;an
ditentukan sejak awal dengan penelitian/saat penelitian
penelitian
2 Definisi yang jelas Definisi sesuai konteks atau saat
dinyatakan sejak awal penelitian berlangsung
3 Reduksi data menjadi angka- Deskripsi maratif/kaa-kata, ungkapan
angka atau pernnyataan
4 Lebih memperhatikan Lebih suka menganggap cukup dengan
realibilitas skro yang reliabilitas penyimpulan
diperoleh melalui instrument
penelitian
5 Penilaian validitas Penilaiab validitas melalui pengecakan
menggunakan berbagai silang atas sumber informasi
prosedur dengan
mengandalakan hitungan
statistic
6 Menggunakan deskripsi Menggunakan deskripsi prosedur
prosedur yang jelas (terinci) secara naratif
7 Random Sampling Purposive Sampling
8 Desain/kontrol statistic atas Mengguanakn analisi logis dalam
variabel eksternal mengontrol variabel ekstern
9 Menggunakan desain khusus Mengandalkan peneliti dalam
untuk mengontrol bias mengontrol bias
prosedur
10 Menyimpulkan hasil Menyimpulkan hasil secara
menggunakan statistic maratif/kata-kata
11 Memcah gelaja-gejala Gejala-gejala yang terjadi dilihat
menjadi bagian-bagaian dalam perspektif keseluruhan
untuk dianalisis
12 Memanipulasi aspek, situasi Tidak merusak gejala-gejala yang
atau kondisi dalam terjadi alamiah/membiarkan keadaan
mempelajari gejala yang aslinya.
kompleks
Sumber: diadaptasi dari Jack R. Fraenbel & Norman E. Wallen (1993)

Latihan:
1. Buatlah bagan perbedaan paradigma metode penelitian menurut Neuman!
2. Carilah contoh peneltiian komunikasi berdasarkan paradigma menruut Neuman!
3. Carailah penejlasan paradigma metode penelitian menrut Cresswell!
4. Analisislah persamaan paradigma metode menurut Neuman, Habermas dan
Cresswell!
5. Buatlah rencana judul penelitian komunikasi dengan mempertimbangkan jenis
pardigma dan pendekatannya?

Buku Rujukan
Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitative Approach. Thousand
Oaks, London, New Delhi: Sage.
Denzin, Norman K., and Lincoln, Yvonna S. 1994. Handbook of Qualitative Reseacrh.
Thousand Oask: Sage Publication Inc.
Guba, Egon G. and Yvonna S. Lincoln. 1981. Handbook Qualitative Research. San
Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
Ihalauw, John. JOI. 2004. Bangunan Teori. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Salim, Agus. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana
Tashakkori, Abbas dan Teddlie, Charles. 1998. Mxed Methodology Combining Qualitative
and Quantitative Approaches. 2010. (Terjemahan Indoensia) Mixed Methodology:
Mengkombinasikan Pendekatan Kualitatif dan Kauntitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai