Anda di halaman 1dari 18

Volume 7, No 1, Juli 2019 (52 – 69)

https://e-journal.stt-star.ac.id/index.php/asteros

Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen terhadap


Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas X MIA3 SMA N 11
Pekanbaru Tahun Ajaran 2018/2019

Mustikawati, Natalia Panjaitan


Sekolah Tinggi Teologi Arastamar Riau

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen
Siswa Kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Populasi penelitian ini ialah siswa kelas X MIA3
SMA N 11 Pekanbaru yang berjumlah 16 siswa. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Tulisan ini bertujuan, yang pertama menguraikan kompetensi profesional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Kedua, mendeskripsikan
kompetensi profesional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11
Pekanbaru. Ketiga, memaparkan hasil penerapan kompetensi profesional dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di
kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru tahun pelajaran 2018/2019. Data penelitian ini dikumpulkan
melalui observasi, dokumentasi dan hasil tes belajar siswa.
Kata kunci:, guru; hasil belajar; kompetensi; profesional siswa

PENDAHULUAN
Guru memiliki peranan penting terhadap keberhasilan seorang siswa dalam
kegiatan proses belajar mengajar disekolah, salah satunya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Peranan guru tersebut tidak terlepas dari baik atau buruknya perilaku dan cara
mengajar atau kompetensi yang dimiliki. Sumber daya guru juga harus dikembangkan
melalui pendidikan, pelatihan maupun kegiatan lain agar kompetensi profesionalnya lebih
meningkat. Guru yang profesional akan dapat mengarahkan sasaran pendidikan, bukan
hanya sekedar mengajar saja namun juga harus mampu mendidik, guna membangun
generasi muda menjadi suatu generasi bangsa penuh harapan.1
Salah satu tolak ukur keberhasilan seorang guru terlihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa. Hasil belajar merupakan hal yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
kemampuan siswa, kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan
lingkungan sekitar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang
telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi tertentu. Hasil belajar tidak mutlak dari nilai saja, akan tetapi dapat dilihat melalui

Copyright© 2019, ASTEROS | 1


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, kedisiplinan dan keterampilan


yang menuju pada perubahan positif. 2
Sudjana mengemukakan penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dengan kriteria tertentu. Hasil belajar
siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar
mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang
kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan
dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif terhadap penguasaan
bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga tes dapat
digunakan untuk mengukur/menilai hasil belajar dibidang afektif dan psikomotorik.3
Untuk dapat melihat tingkat kemampuan siswa, seorang guru memberikan
penilaian terhadap hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa. Sementara hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku.4 Untuk dapat meningkatkan hasil belajar tersebut, ada beberapa
hal yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pendidik, salah satunya adalah kompetensi.
Kompetensi Guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 UU Republik Indonesia
nomor 14 tahun 2005.5 Andar Gultom mengemukakan, Ada lima kompetensi yang dimiliki
seorang pendidik, yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi spritual yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.6
Dari kelima kompetensi tersebut, kompetensi profesional adalah salah satu
kompetensi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, guru terlebih
dahulu memotivasi dirinya untuk terus mengembangkan seluruh kompetensi secara khusus
kompetensi profesional. Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan secara filosofis. Kompetensi ini juga disebut
dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian.
Asmani mengutip penjelasan dari Endang Komara yang mengemukakan bahwa
kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian tugas-
tugas keguruan, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. 7 Dalam
konteks ini guru sebagai tenaga profesional hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang

2
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 42.
3
Sudjana. N, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
55.
4
Untuk Memahami Lebih Lanjut Relasi Antara Nilai Adalah Suatu Hasil Belajar Yang Dicapai
Dengan Hasil Belajar Merupakan Suatu Perubahan Tingkah Laku, Lihat Asmani Jamal Ma’mur, 42.
5
Asmani Jamal Ma’mur, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional ( Yogyakarta: Power
Books, 2009), 42.
6
Andar Gultom, Profesionalisme Standar Kompetensi Dan Pengembangan Profesi Guru PAK
(Bandung: Bina Media Informasi, 2007), 38-39.
7
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan Profesional (Yogyakarta: Power
Books, 2009), 157-157.

Copyright© 2019, ASTEROS | 2


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan


persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.8
Kompetensi Profesional adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas
pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di
dalam proses belajar- mengajar. Nana Sudjana mengemukakan:
1. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran atau bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan
keilmuan sebagai guru, yang memungkinkan guru dapat membimbing peserta
didik untuk dapat memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Pendidikan Nasional. Adanya pengaruh kualitas pengajaran, yaitu khususnya
kompetensi profesional guru terhadap hasil belajar siswa.9
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara mendalam atau
disebut juga dengan bidang studi keahlian. Maka dari itu, dengan kompetensi profesional
seorang pendidik akan dapat mengajar lebih kompeten lagi, sehingga siswa akan
mendapatkan pembelajaran dan ilmu pengetahuan yang baik bahkan dapat meningkatkan
hasil belajar siswa sehingga dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimum siswa dengan
proses belajar mengajar di sekolah.
Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen
Pengertian Kompetensi
Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang
dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Pada dasarnya kompetensi diartikan
sebagai kemampuan atau kecakapan. Suyanto mengemukakan, kompetensi merupakan
kemampuan seseorang dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dalam
pekerjaannya.10 Janawi juga berpendapat bahwa kompetensi merupakan kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh seseorang dalam hal ini adalah guru. Kompetensi mutlak yang
dimiliki oleh guru sebagai kemampuan dasar, keahlian, dan keterampilan dalam proses
belajar mengajar.11
Jamal Ma’mur Asmani mengemukakan, bahwa kompetensi merupakan suatu
keterampilan atau kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dapat dikategorikan mulai
dari tingkat sederhana hingga lebih sulit yang akan berhubungan dengan proses
penyusunan bahan atau pengalaman belajar.12 Mohamad Syarif Sumantri juga
mengemukakan, kompetensi merupakan kemampuan berfikir, bersikap, dan bertindak

8
Penjelasan Lebih Detail Mengenai Profesionalitas Guru Lihat Asmani Jamal Ma’mur, 45-47.
9
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014),
41.
10
Suyanto, bagaimana menjadi Calon Guru dan Guru Profesional (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2013), 3. 11
Janawi, Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran (Yogyakarta: OMBAK, 2013), 107.
12
Ma’mur, 7 Kompetensi Guru, 38.

Copyright© 2019, ASTEROS | 54


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimiliki peserta didik.13
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang
diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan yang berkenaan dengan tugasnya dalam
melaksanakan suatu kewajiban secara bertanggungjawab dalam pekerjaannya.
Pengertian Profesional
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dalam masyarakat
apabila seorang guru dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan bagi masyarakat yang ada di sekelilingnya. Pola tingkah laku guru
yang berhubungan dengan apa yang telah dibicarakan sesuai dengan sasarannya.
Masyarakat akan melihat bagaimana kehidupan seorang pendidik dalam kehidupannya
sehari-hari, yakni sikap profesional keguruan terhadap: peraturan perundang-undangan,
organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin, dan juga
pekerjaan.14
Profesional adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu dan juga memerlukan pendidikan tertentu.15
Sidjabat juga mengemukakan profesional merupakan pribadi yang dapat melihat diri
sebagai orang-orang yang terlatih, mengutamakan kepentingan orang lain dan taat kepada
etika kerja serta selalu siap menempatkan diri dalam memenuhi kebutuhan peserta
didiknya terlebih dahulu.16
Seorang guru profesional tidak cukup hanya tahu banyak bahan pelajaran dan cara
mengerjakannya saja. Tetapi harus tahu pula bagaimana simurid dapat menerima
pembelajaran tersebut, sehingga guru digharapkan dapat mengidentifikasi kemampuan,
watak dan kebiasaan-kebiasaan murid. Karena setiap murid adalah individu-individu yang
berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga guru harus mengenal hal tersebut agar
pelajarannya dapat berhasil.17
Dalam Undang-undang peraturan pemerintahan 74 tahun 2008 tentang guru,
menjelaskan bahwa guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utamanya adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, melatih, mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru adalah jabatan profesional yang hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki latar belakang akademik keguruan.18

13
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 15-22.
14
Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 42-43
15
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), 4.
16
Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 90.
17
Pupuh Fathurrohman, Guru Profesional (Bandung: Refika Aditama, 2012), 128.
18
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2010),
388.

Copyright© 2019, ASTEROS | 55


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa


profesional merupakan pribadi yang dapat melihat diri sebagai orang-orang yang terlatih,
yang memiliki keahlian, kemahiran, dan kecakapan, sehingga dapat menjadi sumber
penghasilan bagi kehidupan yang dapat memenuhi standar mutu dan juga memerlukan
pendidikan tertentu.
Pengertian Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dalam melaksanakan suatu
kewajiban secara bertanggungjawab. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara
profesional dengan memiliki kompetensi. Ada lima kompetensi guru yang dimiliki oleh
seorang pendidik, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi spritual.19 Kompetensi
profesional adalah kompetensi dasar tentang disiplin ilmu yang dipelajarinya atau yang
menjadi bidang spesialisasinya baik penguasaan teoritis maupun praktis, kemampuan
didaktis, metodik, psikologis, keterampilan perencanaan dan pengelolaan, serta
kemampuan mengevaluasi hasil belajar mengajar.20
Asmani mengemukakan bahwa Kompetensi profesional bisa ditempatkan sebagai
kompetensi yang pertama yang harus dikuasai oleh guru, karena guru identik dengan
transfer pengetahuan, memiliki ilmu yang mendalam. Kompetensi profesional merupakan
penguasaan materi pembelajaran secara luas yang mencakup penguasaan materi kurikulum
pelajaran di sekolah, sehingga kompetensi ini juga disebut penguasaan sumber bahan ajar,
atau juga disebut dengan bidang keahlian.21
Djojonegoro dalam buku supardi mengemukakan bahwa profesionalisme dalam
suatu pekerjaan/jabatan atau profesi tertentu di tentukan oleh tiga faktor penting yaitu:
2. (1) Memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan
keahlian dan spesialisasi, (2) Kemampuan untuk memperbaiki kemampuan
(keterampilan dan keahlian khusus) yanng dimiliki, (3) Penghasilan yang
memadai sebagai imbalan terhadap keahllian yang dimiliki itu. Pada prinsipnya,
profesionalisme guru dapat di artikan sebagai guru yang dapat menjalankan
tugasnya secara profesional. Untuk menentukan apakah seorang guru dapat
dikatakan profesional atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,
dilihat dari tingkat pendidikan, minimal dari latar belakang pendidikan untuk
menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola
proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan dan
lain-lain.22
Kompetensi profesional guru menggambarkan tentang kemampuan yang harus dimiliki
oleh seseorang yang mengampu jabatan sebagai seorang guru, yang artinya kemampuan
yang ditampilkan itu menjadi ciri keprofesionalannya. 23 Suryadi dalam buku Rulam

19
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai 5 kompetensi guru lihat Hasugian, 28-50.
20
Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
105.
21
Ma’mur, 7 Kompetensi Guru, 157.
22
Supardi, Sekolah Efektif , 101.
23
Suprihatiningrum, Guru Profesional, 14.

Copyright© 2019, ASTEROS | 56


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

Ahmadi juga mengemukakan bahwa kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan


yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. 24
Dalam Undang-Undang dasar standar pendidikan dan tenaga kependidikan seorang
guru harus memiliki kualifikasi pendidikan yaitu kompetensi profesional.25 Penjelasan
pasal 28 ayat 3, yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan.26 Jamil mengemukakan bahwa Kompetensi profesional
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang
studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi keilmuan yang
menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.27
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas yang
mencakup penguasaan materi kurikulum pembelajaran di sekolah, sehingga kompetensi
profesional juga dapat disebut penguasaan sumber bahan ajar, atau juga disebut dengan
bidang keahlian.
Kompetensi profesional Guru PAK
Kompetensi profesional guru PAK adalah seorang guru PAK yang memiliki
kemampuan khusus dalam bidang ilmu yang diajarkannya yaitu, Pendidikan Agama
Kristen.28 Kompetensi guru PAK mampu meneladani Yesus Kristus sebagai guru Agung,
yaitu kemampuan guru dalam mencapai tingkat profesionalitas sebagai seorang guru PAK.
Kompetensi yang mampu menjadi teladan dan panutan moral bagi peserta didik dan
lingkungan sekitar, yaitu merupakan kemampuan seorang guru dalam membentuk karakter
dan integritasnya sebagai seorang guru.
Istilah guru Kristen memiliki tiga segi yakni, guru dalam perspektif Kristen, guru
yang Kristen dan guru yang hanya memeberi pengajaran yang berkaitan dengan Iman
Kristen baik itu di gereja, di sekolah, dan ditempat pelayanan lainnya. Sebagai guru
profesional pendidikan Agama Kristen, guru terpanggil untuk bertumbuh ke arah
pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus,
selanjutnya kebenaran yang harus di kejar oleh guru Kristen adalah kebenaran dalam
tindakan yang nyata lewat profesinya.29
Kompetensi guru PAK merupakan kompetensi guru yang mampu mengembangkan
inovasi PAK secara kreatif dan relevan, serta mampu dalam melahirkan berbagai gagasan
positif, konstruktif, serta kreatif dalam rangka mencari dan menemukan bentuk atau model
pembelajaran yang kreatif, selalu baru, serta juga mampu menentang peserta didik supaya
24
Rulam Ahmadi, Profesi Keguruan (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2018), 32.
25
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai kompetensi profesional yang dituliskan dalam Undang-
Undang, lihat UUD RI BAB VI pasal 28 ayat 3, 73.
26
Mulyasa, Standar Kompetensidan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya), 135.
27
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), 14-15.
28
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Kristen lihat Hasugian, 34.
29
Nainggolan, Guru Agama Kristen, 123-124.

Copyright© 2019, ASTEROS | 57


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

semakin mendalami Pendidikan Agama Kristen. Guru PAK yang memiliki kompetensi
dalam mengajar, maka ia akan profesional dalam mengajar, karena sikap profesionalisme
guru menyatu dengan kompetensi profesional.30
Adapun Tugas dan tanggungjawab kompetensi profesional Guru PAK adalah
sebagai berikut:
3. (a) Mampu memahami isi Alkitab secara baik dan benar, (b) Mampu
menjembatani antara perseolan sehari-hari yang dihadapi oleh peserta didik
dengan berita Alkitab, (c) Menguasai bahan ajar, (d) Menguasai prinsip-prinsip
pendidikan, (e) Mampu mengelola program belajar-mengajar, (f) Mampu
menggunakan beragam media dan sumber belajar dalam rangka keberhasilan
proses belajar-mengajar, (g) Mampu mengelola kelas, (h) Mampu membangun
interaksi positif antara pengajar dengan peserta didik, (i) Mampu membimbing
dan mendampingi peserta didik dalam proses mencapai transformasi nilai-nilai
kehidupan sebagai murid Yesus, (j) Mampu menggunakan berbagai hasil
penelitian demi meningkatkan visi dan pengembangan kemampuan metodologi
dalam mengajar, (k) Mampu menguasai prinsip-prinsip evaluasi belajar, (l)
Mampu membangun karakter dan integritas yang baik31.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi
profesional Guru Pendikan Agama Kristen merupakan kompetensi yang memiliki
kemampuan khusus dalam bidang ilmu yang di ajarkannya. Kompetensi profesional Guru
Penddikan Agama Kristen juga harus mampu meneladani Yesus Kristus sebagai guru
Agung dan memiliki sikap yang dapat menjadi teladan bagi orang lain, memiliki
pemahaman mengenai Alkitab secara baik dan benar, mampu memahami persoalan yang
dihadapi oleh peserta didik serta mampu menjembatani antara persoalan sehari-hari yang
dihadapi oleh peserta didik dengan berita Alkitab dan sebagainya.
Komponen-komponen kompetensi profesional
Andar Gultom mengemukakan, secara keseluruhan standar kompetensi profesional
guru PAK terdiri atas 3 (tiga) subkomponen kompetensi. Untuk lebih jelasnya komponen
kompetensi pengembangan potensi guru PAK yang dijabarkan kedalam bentuk indikator
sebagai berikut:32
No Komponen Indikator
1. Penguasaan bahan Memahami struktur pengetahuan
kajian akademik Memahami substansi keilmuan yang terkait dengan materi PAK
Mampu mengkaji isi buku-buku teks dan resensi materi pembelajaran PAK
Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar
Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
Menguasai substansi khusus sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan siswa
2. Menguasai Menguasai ilmu-ilmu yang relevan dengan pendidikan Agama Kristen
pendalaman/aplikasi Mampu mengaplikasikan materi pembelajaran PAK kedalam kelompok
materi pembelajaran mata pelajaran lainnya
PAK

30
Janse Belandina Non-Serrano, Profesionalisme Guru & Bingkai Materi (Bandung: Bina Media
Informasi, 2012), 16-17.
31
Janse Belandina, Profesionalisme Guru, 47-52.
32
Gultom, Profesionalisme, 42-43.

Copyright© 2019, ASTEROS | 58


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

3. Pengembangan Mengikuti informasi perkembangan IPTEK-SENI yang mendukung profesi


profesi dengan melalui berbagai kegiatan ilmiah
menguasai langkah- Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah
langkah penelitian Mengembangkan berbagai model pembelajaran yang relevan dengan mata
dan kajian kritis pelajaran PAK
untuk menambah Menulis makalah yang berkaitan dengan proses serta masalah-masalah
wawasan dan pembelajaran PAK
memperdalam Menulis diktat pelajaran dalam bentuk-bentuk garis besar pengajaran PAK
pengetahuan/ materi Menulis buku pelajaran yang memuat materi dan bahan kajian PAK
bidang studi Menulis modul pelajaran
Menulis karya ilmiah popular
Melakukan penelitian ilmiah menyangkut PAK
Menemukan teknologi tepat guna, dan menerapkannya dalam
pembelajaran PAK
Membuat media/alat peraga pembelajaran dalam rangka memperlancar
proses pembelajaran PAK
Menciptakan karya seni
Mengikuti pelatihan terakreditasi, dalam rangka pengembangan profesi
sebagai guru PAK
Mengikuti pendidikan kualifikasi, untuk memenuhi standar kualifikasi
Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum PAK berbasis kompetensi

Budiman mengemukakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki seorang guru
adalah kompetensi profesional. Secara umum kompetensi profesional dipahami sebagai
kesiapan seorang guru baik secara materi (pengetahuan materi ajar) maupun metodologis,
mampu melaksanakan tugasnya untuk mencapai efektivitas proses pendidikan tersebut
yaitu: Dengan kompetensi-kompetensi tersebut para guru diharapkan dapat menjalankan
tugasnya sebagai seorang pengajar, pendidik, pembimbing dan sekaligus pelatih bagi para
siswa.33
No Komponen Indikator

1. Guru yang memiliki kompetensi Menguasai dasar-dasar filosofi pendidikan.


Menguasai bahan-bahan materi ajar.
Kemampuan mengelola program kegiatan belajar
mengajar.
Kemampuan mengelola kelas.
Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar.
Kemampuan menggunakan media dan sumber belajar.
Kemampuan mengevaluasi hasil belajar siswa.
Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan
administrasi pendidikan.
Kemampuan memahami prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian untuk keperluan mengajar.

Guru Pendidikan Agama Kristen


Pengertian Guru PAK
Guru secara umum merupakan unsur penting dalam kegiatan mengajar. Seorang
gurulah yang membimbing peserta didiknya untuk dapat mengenal, memahami, dan
menghadapi dunia tempat ia berada. John M. Nainggolan mengemukakan bahwa Guru

33
Budiman, Etika Profesi Guru (Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012), 175-176.

Copyright© 2019, ASTEROS | 59


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

Pendidikan Agama Kristen adalah seseorang yang percaya kepada Yesus, serta memiliki
pemahaman akan kebenaran Firman Tuhan dalam melaksanakan tugasnya.34 Johanes W.
Hasugian mengemukakan Guru PAK tidak hanya berperan sebagai seorang pengajar saja,
melainkan juga sebagai pendidik yang dapat menghantarkan peserta didik untuk semakin
mengenal rahasia keselamatan dan janji-janji Allah, agar setiap hari dapat bertumbuh
menjadi semakin sadar akan karunia Iman yang telah diterimanya, sehingga dapat belajar
berbakti kepada Tuhan melalui Roh dan kebenaran. Guru PAK tidak hanya menyampaikan
bahan pelajaran yang sudah direncanakan dan ditentukan dalam kurikulum, namun yang
lebih pentingnya adalah penanaman nilai-nilai Kristiani yang harus menjadi fokus utama
dalam tugas profesinya.35
Syarat-syarat Guru PAK
Tugas guru PAK yang sangat kompleks yakni mendidik bangsa yang bermoral,
berbudi pekerti yang luhur dan meningkatkan kualitas kehidupan, dengan kata lain
dinamika kehidupan bangsa di masa depan sangat dipengaruhi para guru PAK sebagai
pendidik. Mengingat beratnya tugas dan tanggungjawab guru PAK yang meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih, maka untuk melaksanakan tugas sebagai guru PAK,
Andar Gultom mengemukakan adapun persyaratan-persyaratan sebagai guru PAK adalah
sebagai berikut:
a.
Memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai
b.
Memiliki kompetensi
c.
Sehat jasmani dan rohani
d.
Memiliki pengalaman rohani
2) Guru PAK harus percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang
otoritatif dan infabilitas
3) Guru PAK harus mengalami hidup baru
4) Guru PAK harus menerima Yesus sebagai satu-satunya jalan
kebenaran dan hidup
e. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi guru PAK
f. Memiliki karunia khusus
g. Memiliki keteladanan 36
Robert W. Pazmino dalam buku sidjabat mendefinisikan Pendidikan Agama
Kristen sebagai usaha bersengaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan
manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, dan
tingkahlaku yang mengemukakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi,

34
John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media, 2007), 23-
24.
35
Johanes W. Hasugian, Menjadi Guru PAK profesional melalui supervisi Agama Kristen (Medan:
Mitra, 2016), 15-16.
36
Untuk lebih lengkap mengenai penjelasan syarat-syarat guru Pendidikan Agama Kristen yang
profesional lihat buku Andara Gultom, 28-38.

Copyright© 2019, ASTEROS | 60


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

kelompok, bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai
kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.37
Guru Pendidikan Agama Kristen yang baik memiliki pemahaman tentang
kebenaran Firman dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dalam semua pengajarannya
kebenaran firman Tuhanlah yang disampaikan. John M. Nainggolan mengemukakan syarat
guru Kristen yang baik adalah: (1) Lahir baru, (2) Memiliki karakter Kristus, (3) Memiliki
pengetahuan akan kebenaran, (4) Harus memiliki suatu perasaan tanggungjawab, (5) Guru
kristen yanng profesional. 38
Deskripsi Hasil Penelitian
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan
dengan tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama membahas Pertumbuhan Spritual
yaitu bertumbuh dalam Iman dan pertemuan kedua membahas mengenai Takut akan
Tuhan, kemudian pada pertemuan yang ketiga dalam siklus yang pertama mengadakan
evaluasi. Alokasi waktu dalam satu kali pertemuan adalah 3x45 menit.
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan setiap hari kamis dengan materi Pendidikan Agama
Kristen. Pada Penelitian Tindakan Kelas dalam setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan
yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Perencanaan (Planning) Tindakan Kelas Siklus I
Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan perencanaan
tindakan.
1. Tahap persiapan dilakukan dengan konsultasi guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan
selama penelitian.
2. Tahap selanjutnya peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) (lampiran 1) dengan menggunakan Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen. RPP disusun sebagai acuan
dalam pelaksanaan selama pembelajaran di kelas. Siklus Pertama
diselesaikan dengan tiga kali tatap muka.
3. Peneliti menyiapkan Instrumen tes berupa soal objektiv atau pilihan
berganda sebanyak 15 soal (lampiran 2).
4. Peneliti juga menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang
diperlukan untuk menunjang penerapan model pembelajaran dengan
Kompetensi Profesional . Sumber belajar dan media pembelajaran
berupa buku panduan peserta didik. Peneliti juga menyiapkan kamera
yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.
Tindakan (Acting) kelas siklus I
Siklus I yang dilaksanakan peneliti pada pertemuan setiap hari kamis yaitu :

37
Junihot Simanjuntak, Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi, 2013),
115.
38
Penjelasan dari semua syarat-syarat guru Kristen yang baik lihat John M. Nainggolan, 24-25

Copyright© 2019, ASTEROS | 61


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

1. Membuka pertemuan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam


2. Menyanyikan lagu pujian dan membuka pembelajaran dengan berdoa
3. Sebelum melaksanakan dan menjelaskan materi yang sesuai dengan
buku panduan peserta didik. Peneliti terlebih dahulu memberikan soal
free test untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Kemudian
setelah melaksanakan free test, peneliti memberikan apersepsi yaitu
menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari dengan tujuan
membuka memori pengetahuan peserta didik. Beberapa peserta didik ada
yang merespon pertanyaan peneliti.
4. Peneliti mulai menjelaskan materi yang dibahas sesuai dengan buku
panduan peserta didik. Selama penyajian materi, peneliti memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang
belum jelas/ yang belum di pahami.
5. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kembali
membaca dan memahami materi yang telah diajarkan oleh peneliti
dengan maksud agar peserta didik lebih paham lagi.
6. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi
yang telah diajarkan, kemudian peserta didik memberikan respon timbal
balik kepada peneliti dengan memberikan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh si peneliti.
7. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan Kompetensi
Profesional, peneliti juga dibantu oleh observer untuk mengamati
jalannya proses pembelajaran tersebut.
8. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
kepada peneliti.
9. Peneliti menjawab setiap pertanyaan peserta didik dan menyimpulkan
materi pembelajaran tersebut.
Pengamatan (Observasing) Kelas siklus I
Hasil pengamatan menunjukkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dengan kompetensi profesional Guru PAK belum sepenuhnya terlaksana dengan baik,
diakrenakan masih tetap ada peserta didik yang memiliki nilai yang belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pengamatan kuantitas motivasi belajar siswa pada
aktivitas mengerjakan tugas dan menjawab siklus I dilaksanakan setiap pertemuan yang
dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti bahkan sampai penutup. Berikut ini deskripsi dan
hasil pengamatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen kelas X MIA III SMA Negeri 11
Pekanbaru pada siklus I.
Evaluasi siklus I
1. Deskripsi Data Tes Hasil belajar PAK Siklus I

Data Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siklus I


Aspek Nilai
Nilai rata-rata kelas X 80
Simpangan Baku (S) 7,3
Jumlah Siswa 16
Siswa yang mencapai KKM 11 siswa (68,75%)

Copyright© 2019, ASTEROS | 62


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

Siswa yang belum mencapai KKM 5 siswa (31,25%)

Dari hasil belajar siswa pada tabel dapat dijelaskan bahwa masih ada 5 siswa atau
31,25% siswa yang tidak tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum dengan nilai
80≥ dan 11 siswa atau 68,75% yang mencapai ketuntasan klasikal (secara bersama-sama di
dalam kelas) dari 16 siswa, sehingga masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan
minimum yaitu dengan nilai rata-rata kelas 80 dengan simpangan baku 7.
Namun, dapat dikatakan bahwa cara ini cukup berhasil dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dengan membandingkan jumlah siswa yang tidak tuntas ketika belum
menggunakan Kompetensi Profesional. Sebelum menggunakan kompetensi profesional
Guru PAK ada 10 siswa yang tidak tuntas, namun setelah menggunakan kompetensi
Profesional Guru PAK hanya tinggal 5 siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan data perban-
dingan dari siklus I, maka hasil tes belajar dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 1: Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I

Siklus I
100
80
60
40
20 Siklus I
0

Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan sesuai dengan hasil observasi. Keberhasilan dan kelemahan
dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan peneliti dan peserta didik telah mampu melaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan menggunakan komponen-
komponen Kompetensi Profesional dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
observasi yang tergolong amat baik dengan skor rata-rata 80.
Istimewa A 81-100
Amat baik AB 73-81
Baik B 66-73
Cukup baik BC 60-66
Sedang C 55-60
Kurang D 40-55
Gagal E 40
2. Meskipun dalam kategori amat baik namun skor tersebut belum menunjukkan
hasil yang sangat memuaskan untuk upaya hasil peserta didik melalui
penerapan pembelajaran menggunakan komponen-komponen Kompetensi

Copyright© 2019, ASTEROS | 63


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

Profesional. Banyak peserta didik yang merasa bingung ketika guru terlebih
dahulu memberikan soal free test untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik.
3. Pada tahap selanjutnya, peserta didik merasa bingung ketika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membaca Alkitab dan memahami
materi yang telah diajarkan oleh peneliti dengan maksud agar peserta didik
lebih mengerti dengan materi yang akan diajarkan oleh peneliti.
4. Ketika Peneliti mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi
yang telah diajarkan, masih ada beberapa peserta didik yang malu dan ragu
untuk memberikan respon timbal balik kepada peneliti.
5. Dengan hal itu, Selanjutnya peneliti memberikan pemahaman kepada peserta
didik agar percaya diri dalam menyampaikan apa yang mereka pahami dan apa
yang ingin mereka utarakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan
komponen-komponen Kompetensi Profesional, peneliti harus memahami setiap
peserta didik dan peneliti juga kembali menjelaskan kembali mengenai materi
yang telah dipelajari sehingga peserta didik benar-benar paham.
Uraian di atas sebagai dasar pertimbangan penyusunan rencana tindakan yang akan
dilakukan pada siklus II, harapannya adalah kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak
terulang kembali pada siklus yang ke II.
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II
Pada siklus II ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan pembelajaran. Pada
pertemuan pertama membahas pengertian nilai-ilai Kristiani kemuadian pada pertemuan ke
dua membahas mengenai pengertian norma dan perbedaan nilai-nilai kristiani dan norma.
Perencanaan (Planning) Tindakan Kelas Siklus II
Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan perencanaan tindakan.
1. Pada tahap siklus yang ke II ini, masih dengan hal yang sama seperti di siklus I
peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 1)
dengan menggunakan komponen-komponen Kompetensi Profesional sebagai
acuan dalam pelaksanaan selama pembelajaran di kelas. Siklus ke dua
diselesaikan dengan tiga kali tatap muka.
2. Peneliti mengevaluasi diri agar peserta didik mampu mencapai hasil belajar
yang memuaskan.
3. Peneliti juga memberikan penguatan, motivasi dan arahan agar peserta didik
lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran.
4. Peneliti menyiapkan Instrumen tes berupa objektiv atau pilihan berganda
sebanyak 15 soal (lampiran 2).
5. Peneliti juga menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang diperlukan
untuk menunjang penerapan model pembelajaran dengan komponen-komponen
Kompetensi Profesional. Sumber belajar dan media pembelajaran berupa buku
panduan peserta didik. Peneliti juga menyiapkan kamera yang digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan penelitian.
Tindakan (acting) Kelas Siklus I
Siklus II yang dilaksanakan peneliti pada pertemuan setiap hari kamis yaitu :
1. Membuka pertemuan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam

Copyright© 2019, ASTEROS | 64


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

2. Menyanyikan lagu pujian dan membuka pembelajaran dengan berdoa


3. Sebelum melaksanakan dan menjelaskan materi yang sesuai dengan buku
panduan peserta didik. Peneliti terlebih dahulu memberikan soal free test untuk
mengetahui kesiapan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kemudian setelah melaksanakan free test, peneliti memberikan apersepsi yaitu
menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari dengan tujuan membuka
memori pengetahuan peserta didik. Beberapa peserta didik ada yang merespon
pertanyaan peneliti.
4. Peneliti mulai menjelaskan materi yang dibahas sesuai dengan buku panduan
peserta didik. Selama penyajian materi, peneliti memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang belum jelas/yang
belum di pahami.
5. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kembali membaca
dan memahami materi yang telah diajarkan oleh peneliti dengan maksud agar
peserta didik lebih paham lagi.
6. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi yang
telah diajarkan, kemudian peserta didik memberikan respon timbal balik kepada
peneliti dengan memberikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh si
peneliti.
7. Selanjutnya peneliti memberikan penilaian terhadap respon atau jawaban yang
diberikan oleh setiap individu.
8. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan komponen-komponen
Kompetensi Profesional, peneliti juga dibantu oleh observer untuk mengamati
jalannya proses pembelajaran tersebut.
9. Peneliti memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya kepada
peneliti.
10. Peneliti menjawab setiap pertanyaan peserta didik dan menyimpulkan materi
pembelajaran tersebut
Pengamatan (Observasing) Kelas Siklus I
Hasil pengamatan menunjukkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
dengan komponen-komponen kompetensi profesional Guru PAK sudah sepenuhnya terlak-
sana dengan baik, meskipun masih tetap ada peserta didik yang memiliki nilai yang belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Dalam pembelajaran siswa pada aktivitas
mengerjakan tugas, menjawab setiap pertanyaan dan mengikuti setiap materi pembelajaran
pada siklus II dilaksanakan setiap pertemuan yang dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti
bahkan sampai penutup. Berikut ini deskripsi dan hasil pengamatan hasil belajar
Pendidikan Agama Kristen kelas X MIA III SMA Negeri 11 Pekanbaru pada siklus II.
Deskripsi Data Tes Hasil Belajar PAK Siklus II
Data Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siklus II
Aspek Nilai
Nilai rata-rata kelas X 84
Simpangan Baku (S) 6,05
Jumlah Siswa 16
Siswa yang mencapai KKM 15 siswa (93,75%)
Siswa yang belum mencapai KKM 1 siswa (6,25%)

Copyright© 2019, ASTEROS | 65


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

Grafik 2: Grafik Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus II

Siklus II
100
80
60
40
20 Siklus II
0

Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes hasil belajar siswa selama siklus II peneliti dan
observer melakukan refleksi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran siklus II. Dari
data yang diperoleh setelah selesai melaksanakan siklus II, maka tingkat kemampuan siswa
dalam bertanya dan menjawab begitu juga tingkat ketuntasan siswa dalam mencapai KKM
sudah mengalami ketuntasan mencapai 93,75% dari 16 siswa. Dengan penerapan
menggunakan komponen-komponen kompetensi profesional terbukti dapat memeberikan
dampak yang positiv bagi siswa kelas X MIA III.
Deskripsi Data hasil Belajar siklus I dan siklus II
Hasil tes belajar siklus I dan siklus II dapat di lihat pada tabel di bawah ini yang
menggambarkan nilai rata-rata yang telah di peroleh oleh siswa.
Tabel 9: Data Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siklus I dan II
Siklus
No Aspek I II II-I

1 Nilai rata-rata kelas X MIA 3 80 84 4


2 Simpangan Baku 7,3 6,05 -1,25
3 Jumlah Siswa 16 16 0
4 Siswa yang Mencapai KKM 11 (68,75%) 15 (93,75%) 4 (25%)
5 Siswa yang Belum Mencapai KKM 5 (31,25%) 1 (6,25%) -4 (-25%)

Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa kegiatan di siklus II mengalami


peningkatan dengan membandingkannya pada siklus I. Terlihat dari nilai rata-rata pada
siklus I adalah 80 kemudian di siklus II mengalami peningkatan menjadi 84. Peningkatan
nilai rata-rata ini juga berdampak terhadap turunnya nilai simpangan baku di siklus I
adalah 7 kemudian di siklus II turun menjadi 6. Siswa yang mencapai KKM pada siklus I
ialah11 siswa ( 68,75%) kemudian pada siklus ke II adalah 15 siswa (93,75%).
Dalam aktivitas kegiatan proses pembelajaran dari siklus I dan pelaksanaan siklus
II mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada aktivitas kegiatan proses
pembelajaran di siklus II menjadi aktif bertanya maupun menjawab.

Copyright© 2019, ASTEROS | 66


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

Grafik 3: Hasil Tes Belajar Siklus I dan Siklus II

90
80
70
60
50
40 Siklus I
30 Siklus II
20
10
0

PEMBAHASAN HASIL BELAJAR


Pada bagian ini akan membahas mengenai hasil belajar mulai dari siklus I sampai
siklus II. Hasil belajar siswa di ukur dengan keberhasilan siswa yang dilihat dari
ketuntasan hasil belajar individu siswa dalam bidang aspek kognitif dengan melakukan tes
objektif. Pada siklus I hasil belajar siswa sudah amat baik dengan nilai rata-rata 80, namun
masih ada 5 (lima) siswa yang tidak tuntas dalam mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Pada siklus II siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 93,75% atau 15
siswa telah mencapai KKM dengan nilai rata-rata kelas MIA III adalah 84. Simpangan
baku juga mengalami penurunan pada siklus I ialah 7,3 dan di siklus ke II turun menjadi
6,05.
Berdasarkan uraian dari atas dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Kompetensi
Profesional Guru dapat membuktikan hipotesis pada BAB I, bahwa Kompetensi
Profesional Guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA III terhadap
Pendidikan Agama Kristen.
KESIMPULAN
Setelah menerapkan komponen-komponen kompetensi profesional pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas X MIA3. Berdasarkan pembahasan dan
analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan yang dimiliki seorang
pendidik dengan mengikuti kualifikasi pendidikan khusus dalam
pengajarannya. Langkah kegiatan pengajaran yang dilakukan yaitu: guru
terlebih dahulu mempersiapkan bahan materi pembelajaran atau di sebut
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), kemudian alam proses
pembelajaran, guru tidak hanya menjelaskan materi pembelajaran secara teori
saja namun siswa di dorong untuk aktif dalam mempelajari materi pembelajaran
sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya.
2. Kompetensi profesional berdampak positif bagi peserta didik yang menerima
pembelajaran. Karena kompetensi profesional dapat membantu siswa untuk
dapat berinteraksi lebih baik, bahkan dapat berfikir lebih aktif dan lebih kritis
karena diajak untuk dapat menghubungkan materi pembelajaran dengan

Copyright© 2019, ASTEROS | 67


ASTEROS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 7, No 1, Juli 2019

kehidupannya, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat kearah yang lebih
baik.
3. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I dan siklus II pengalami
peningkatan yang sangat baik. Pengaruh kompetensi profesional dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen di kelas X MIA3 SMA
N 11 Pekanbaru.
Penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan di kelas X MIA 3 SMA N 11
Pekanbaru mendapatkan hasil yang meningkat terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat di
lihat dari perolehan nilai yang didapat sebelum menggunakan komponen-komponen
kompetensi profesioanal dan setelah menggunakan komponen-komponen kompetensi
profesioanal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Rulam. Profesi Keguruan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2018.
Alma Buchari. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2009.
Arikunto Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Asep Jihat & Suyanto. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi. 2013.
Asmani Jamal Ma’mur. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan Profesional. Yogyakarta:
Power Books. 2009.
Aqib Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. 2011.
Budiman. Etika Profesi Guru. Yogyakarta: Mentari Pustaka. 2012.
Djamarah Syaiful Bahri. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010.
Enklaar dan Homrighausen. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. 2015.
Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Fathurrohman Pupuh. Guru Profesional. Bandung: Refika Aditama. 2012.
Fati Matur rusydiyah & Ali Mudlofir. Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Teori.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Gultom Andar. Profesionalisme Standar Kompetensi Dan Pengembangan Profesi
Guru PAK. Bandung: Bina Media Informasi. 2007.
Hasugian Johanes W. Menjadi Guru PAK profesional melalui supervisi Agama Kristen.
Medan: Mitra. 2016.
Janawi. Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran. Yogyakarta: OMBAK. 2013.
Mulyasa. Standar Kompetensidan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.
Nainggolan John M. Menjadi Guru Agama Kristen. Bandung: Generasi Info Media. 2007.
Non-Serrano Janse Belandina. Profesionalisme Guru & Bingkai Materi. Bandung: Bina
Media Informasi. 2012.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2010.
Satria Koni & Hamzah. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
Sani Ridwan Abdullah. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara. 2016.
Sanjaya Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. 2009.
Simanjuntak Junihot. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Andi.
2013.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. 2015.
Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Sopia & Etta Mamang Sangadji. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI. 2010.
Sudjana Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
2005.

Copyright© 2019, ASTEROS | 68


Mustikawati, N. Panjaitan: Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama
Kristen…

Sudjana Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2015.

Copyright© 2019, ASTEROS | 69

Anda mungkin juga menyukai