https://e-journal.stt-star.ac.id/index.php/asteros
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen
Siswa Kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Populasi penelitian ini ialah siswa kelas X MIA3
SMA N 11 Pekanbaru yang berjumlah 16 siswa. Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Tulisan ini bertujuan, yang pertama menguraikan kompetensi profesional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Kedua, mendeskripsikan
kompetensi profesional dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11
Pekanbaru. Ketiga, memaparkan hasil penerapan kompetensi profesional dalam meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru. Jenis penelitian yang digunakan adalah
Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah
kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di
kelas X MIA3 SMA N 11 Pekanbaru tahun pelajaran 2018/2019. Data penelitian ini dikumpulkan
melalui observasi, dokumentasi dan hasil tes belajar siswa.
Kata kunci:, guru; hasil belajar; kompetensi; profesional siswa
PENDAHULUAN
Guru memiliki peranan penting terhadap keberhasilan seorang siswa dalam
kegiatan proses belajar mengajar disekolah, salah satunya dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Peranan guru tersebut tidak terlepas dari baik atau buruknya perilaku dan cara
mengajar atau kompetensi yang dimiliki. Sumber daya guru juga harus dikembangkan
melalui pendidikan, pelatihan maupun kegiatan lain agar kompetensi profesionalnya lebih
meningkat. Guru yang profesional akan dapat mengarahkan sasaran pendidikan, bukan
hanya sekedar mengajar saja namun juga harus mampu mendidik, guna membangun
generasi muda menjadi suatu generasi bangsa penuh harapan.1
Salah satu tolak ukur keberhasilan seorang guru terlihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa. Hasil belajar merupakan hal yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu
kemampuan siswa, kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan
lingkungan sekitar siswa. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang
telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari
materi tertentu. Hasil belajar tidak mutlak dari nilai saja, akan tetapi dapat dilihat melalui
2
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010), 42.
3
Sudjana. N, Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005),
55.
4
Untuk Memahami Lebih Lanjut Relasi Antara Nilai Adalah Suatu Hasil Belajar Yang Dicapai
Dengan Hasil Belajar Merupakan Suatu Perubahan Tingkah Laku, Lihat Asmani Jamal Ma’mur, 42.
5
Asmani Jamal Ma’mur, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional ( Yogyakarta: Power
Books, 2009), 42.
6
Andar Gultom, Profesionalisme Standar Kompetensi Dan Pengembangan Profesi Guru PAK
(Bandung: Bina Media Informasi, 2007), 38-39.
7
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan Profesional (Yogyakarta: Power
Books, 2009), 157-157.
8
Penjelasan Lebih Detail Mengenai Profesionalitas Guru Lihat Asmani Jamal Ma’mur, 45-47.
9
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014),
41.
10
Suyanto, bagaimana menjadi Calon Guru dan Guru Profesional (Yogyakarta: Multi Pressindo,
2013), 3. 11
Janawi, Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran (Yogyakarta: OMBAK, 2013), 107.
12
Ma’mur, 7 Kompetensi Guru, 38.
secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimiliki peserta didik.13
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kompetensi merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang yang
diartikan sebagai kemampuan atau kecakapan yang berkenaan dengan tugasnya dalam
melaksanakan suatu kewajiban secara bertanggungjawab dalam pekerjaannya.
Pengertian Profesional
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik dalam masyarakat
apabila seorang guru dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi
panutan atau teladan bagi masyarakat yang ada di sekelilingnya. Pola tingkah laku guru
yang berhubungan dengan apa yang telah dibicarakan sesuai dengan sasarannya.
Masyarakat akan melihat bagaimana kehidupan seorang pendidik dalam kehidupannya
sehari-hari, yakni sikap profesional keguruan terhadap: peraturan perundang-undangan,
organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin, dan juga
pekerjaan.14
Profesional adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu dan juga memerlukan pendidikan tertentu.15
Sidjabat juga mengemukakan profesional merupakan pribadi yang dapat melihat diri
sebagai orang-orang yang terlatih, mengutamakan kepentingan orang lain dan taat kepada
etika kerja serta selalu siap menempatkan diri dalam memenuhi kebutuhan peserta
didiknya terlebih dahulu.16
Seorang guru profesional tidak cukup hanya tahu banyak bahan pelajaran dan cara
mengerjakannya saja. Tetapi harus tahu pula bagaimana simurid dapat menerima
pembelajaran tersebut, sehingga guru digharapkan dapat mengidentifikasi kemampuan,
watak dan kebiasaan-kebiasaan murid. Karena setiap murid adalah individu-individu yang
berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga guru harus mengenal hal tersebut agar
pelajarannya dapat berhasil.17
Dalam Undang-undang peraturan pemerintahan 74 tahun 2008 tentang guru,
menjelaskan bahwa guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utamanya adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, melatih, mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru adalah jabatan profesional yang hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki latar belakang akademik keguruan.18
13
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), 15-22.
14
Soetjipto, Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 42-43
15
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana, 2009), 4.
16
Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, 2011), 90.
17
Pupuh Fathurrohman, Guru Profesional (Bandung: Refika Aditama, 2012), 128.
18
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Bandung: Citra Umbara, 2010),
388.
19
Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai 5 kompetensi guru lihat Hasugian, 28-50.
20
Supardi, Sekolah Efektif Konsep Dasar dan Praktiknya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
105.
21
Ma’mur, 7 Kompetensi Guru, 157.
22
Supardi, Sekolah Efektif , 101.
23
Suprihatiningrum, Guru Profesional, 14.
semakin mendalami Pendidikan Agama Kristen. Guru PAK yang memiliki kompetensi
dalam mengajar, maka ia akan profesional dalam mengajar, karena sikap profesionalisme
guru menyatu dengan kompetensi profesional.30
Adapun Tugas dan tanggungjawab kompetensi profesional Guru PAK adalah
sebagai berikut:
3. (a) Mampu memahami isi Alkitab secara baik dan benar, (b) Mampu
menjembatani antara perseolan sehari-hari yang dihadapi oleh peserta didik
dengan berita Alkitab, (c) Menguasai bahan ajar, (d) Menguasai prinsip-prinsip
pendidikan, (e) Mampu mengelola program belajar-mengajar, (f) Mampu
menggunakan beragam media dan sumber belajar dalam rangka keberhasilan
proses belajar-mengajar, (g) Mampu mengelola kelas, (h) Mampu membangun
interaksi positif antara pengajar dengan peserta didik, (i) Mampu membimbing
dan mendampingi peserta didik dalam proses mencapai transformasi nilai-nilai
kehidupan sebagai murid Yesus, (j) Mampu menggunakan berbagai hasil
penelitian demi meningkatkan visi dan pengembangan kemampuan metodologi
dalam mengajar, (k) Mampu menguasai prinsip-prinsip evaluasi belajar, (l)
Mampu membangun karakter dan integritas yang baik31.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi
profesional Guru Pendikan Agama Kristen merupakan kompetensi yang memiliki
kemampuan khusus dalam bidang ilmu yang di ajarkannya. Kompetensi profesional Guru
Penddikan Agama Kristen juga harus mampu meneladani Yesus Kristus sebagai guru
Agung dan memiliki sikap yang dapat menjadi teladan bagi orang lain, memiliki
pemahaman mengenai Alkitab secara baik dan benar, mampu memahami persoalan yang
dihadapi oleh peserta didik serta mampu menjembatani antara persoalan sehari-hari yang
dihadapi oleh peserta didik dengan berita Alkitab dan sebagainya.
Komponen-komponen kompetensi profesional
Andar Gultom mengemukakan, secara keseluruhan standar kompetensi profesional
guru PAK terdiri atas 3 (tiga) subkomponen kompetensi. Untuk lebih jelasnya komponen
kompetensi pengembangan potensi guru PAK yang dijabarkan kedalam bentuk indikator
sebagai berikut:32
No Komponen Indikator
1. Penguasaan bahan Memahami struktur pengetahuan
kajian akademik Memahami substansi keilmuan yang terkait dengan materi PAK
Mampu mengkaji isi buku-buku teks dan resensi materi pembelajaran PAK
Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar
Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait
Menguasai substansi khusus sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan siswa
2. Menguasai Menguasai ilmu-ilmu yang relevan dengan pendidikan Agama Kristen
pendalaman/aplikasi Mampu mengaplikasikan materi pembelajaran PAK kedalam kelompok
materi pembelajaran mata pelajaran lainnya
PAK
30
Janse Belandina Non-Serrano, Profesionalisme Guru & Bingkai Materi (Bandung: Bina Media
Informasi, 2012), 16-17.
31
Janse Belandina, Profesionalisme Guru, 47-52.
32
Gultom, Profesionalisme, 42-43.
Budiman mengemukakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki seorang guru
adalah kompetensi profesional. Secara umum kompetensi profesional dipahami sebagai
kesiapan seorang guru baik secara materi (pengetahuan materi ajar) maupun metodologis,
mampu melaksanakan tugasnya untuk mencapai efektivitas proses pendidikan tersebut
yaitu: Dengan kompetensi-kompetensi tersebut para guru diharapkan dapat menjalankan
tugasnya sebagai seorang pengajar, pendidik, pembimbing dan sekaligus pelatih bagi para
siswa.33
No Komponen Indikator
33
Budiman, Etika Profesi Guru (Yogyakarta: Mentari Pustaka, 2012), 175-176.
Pendidikan Agama Kristen adalah seseorang yang percaya kepada Yesus, serta memiliki
pemahaman akan kebenaran Firman Tuhan dalam melaksanakan tugasnya.34 Johanes W.
Hasugian mengemukakan Guru PAK tidak hanya berperan sebagai seorang pengajar saja,
melainkan juga sebagai pendidik yang dapat menghantarkan peserta didik untuk semakin
mengenal rahasia keselamatan dan janji-janji Allah, agar setiap hari dapat bertumbuh
menjadi semakin sadar akan karunia Iman yang telah diterimanya, sehingga dapat belajar
berbakti kepada Tuhan melalui Roh dan kebenaran. Guru PAK tidak hanya menyampaikan
bahan pelajaran yang sudah direncanakan dan ditentukan dalam kurikulum, namun yang
lebih pentingnya adalah penanaman nilai-nilai Kristiani yang harus menjadi fokus utama
dalam tugas profesinya.35
Syarat-syarat Guru PAK
Tugas guru PAK yang sangat kompleks yakni mendidik bangsa yang bermoral,
berbudi pekerti yang luhur dan meningkatkan kualitas kehidupan, dengan kata lain
dinamika kehidupan bangsa di masa depan sangat dipengaruhi para guru PAK sebagai
pendidik. Mengingat beratnya tugas dan tanggungjawab guru PAK yang meliputi
mendidik, mengajar, dan melatih, maka untuk melaksanakan tugas sebagai guru PAK,
Andar Gultom mengemukakan adapun persyaratan-persyaratan sebagai guru PAK adalah
sebagai berikut:
a.
Memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai
b.
Memiliki kompetensi
c.
Sehat jasmani dan rohani
d.
Memiliki pengalaman rohani
2) Guru PAK harus percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang
otoritatif dan infabilitas
3) Guru PAK harus mengalami hidup baru
4) Guru PAK harus menerima Yesus sebagai satu-satunya jalan
kebenaran dan hidup
e. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap profesi guru PAK
f. Memiliki karunia khusus
g. Memiliki keteladanan 36
Robert W. Pazmino dalam buku sidjabat mendefinisikan Pendidikan Agama
Kristen sebagai usaha bersengaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohani dan
manusiawi untuk mentransmisikan pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan, dan
tingkahlaku yang mengemukakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi,
34
John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi Info Media, 2007), 23-
24.
35
Johanes W. Hasugian, Menjadi Guru PAK profesional melalui supervisi Agama Kristen (Medan:
Mitra, 2016), 15-16.
36
Untuk lebih lengkap mengenai penjelasan syarat-syarat guru Pendidikan Agama Kristen yang
profesional lihat buku Andara Gultom, 28-38.
kelompok, bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai
kehendak Allah, sebagaimana dinyatakan Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.37
Guru Pendidikan Agama Kristen yang baik memiliki pemahaman tentang
kebenaran Firman dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dalam semua pengajarannya
kebenaran firman Tuhanlah yang disampaikan. John M. Nainggolan mengemukakan syarat
guru Kristen yang baik adalah: (1) Lahir baru, (2) Memiliki karakter Kristus, (3) Memiliki
pengetahuan akan kebenaran, (4) Harus memiliki suatu perasaan tanggungjawab, (5) Guru
kristen yanng profesional. 38
Deskripsi Hasil Penelitian
Sebelum melakukan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan
observasi. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan
dengan tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama membahas Pertumbuhan Spritual
yaitu bertumbuh dalam Iman dan pertemuan kedua membahas mengenai Takut akan
Tuhan, kemudian pada pertemuan yang ketiga dalam siklus yang pertama mengadakan
evaluasi. Alokasi waktu dalam satu kali pertemuan adalah 3x45 menit.
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan setiap hari kamis dengan materi Pendidikan Agama
Kristen. Pada Penelitian Tindakan Kelas dalam setiap siklusnya terdiri atas empat tahapan
yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Perencanaan (Planning) Tindakan Kelas Siklus I
Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan perencanaan
tindakan.
1. Tahap persiapan dilakukan dengan konsultasi guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Kristen mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan
selama penelitian.
2. Tahap selanjutnya peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) (lampiran 1) dengan menggunakan Kompetensi
Profesional Guru Pendidikan Agama Kristen. RPP disusun sebagai acuan
dalam pelaksanaan selama pembelajaran di kelas. Siklus Pertama
diselesaikan dengan tiga kali tatap muka.
3. Peneliti menyiapkan Instrumen tes berupa soal objektiv atau pilihan
berganda sebanyak 15 soal (lampiran 2).
4. Peneliti juga menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang
diperlukan untuk menunjang penerapan model pembelajaran dengan
Kompetensi Profesional . Sumber belajar dan media pembelajaran
berupa buku panduan peserta didik. Peneliti juga menyiapkan kamera
yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.
Tindakan (Acting) kelas siklus I
Siklus I yang dilaksanakan peneliti pada pertemuan setiap hari kamis yaitu :
37
Junihot Simanjuntak, Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Andi, 2013),
115.
38
Penjelasan dari semua syarat-syarat guru Kristen yang baik lihat John M. Nainggolan, 24-25
Dari hasil belajar siswa pada tabel dapat dijelaskan bahwa masih ada 5 siswa atau
31,25% siswa yang tidak tuntas atau mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum dengan nilai
80≥ dan 11 siswa atau 68,75% yang mencapai ketuntasan klasikal (secara bersama-sama di
dalam kelas) dari 16 siswa, sehingga masih ada siswa yang belum mencapai ketuntasan
minimum yaitu dengan nilai rata-rata kelas 80 dengan simpangan baku 7.
Namun, dapat dikatakan bahwa cara ini cukup berhasil dalam meningkatkan hasil
belajar siswa dengan membandingkan jumlah siswa yang tidak tuntas ketika belum
menggunakan Kompetensi Profesional. Sebelum menggunakan kompetensi profesional
Guru PAK ada 10 siswa yang tidak tuntas, namun setelah menggunakan kompetensi
Profesional Guru PAK hanya tinggal 5 siswa yang tidak tuntas. Berdasarkan data perban-
dingan dari siklus I, maka hasil tes belajar dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Grafik 1: Hasil Tes Belajar Siswa Pada Siklus I
Siklus I
100
80
60
40
20 Siklus I
0
Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan sesuai dengan hasil observasi. Keberhasilan dan kelemahan
dalam siklus I adalah sebagai berikut:
1. Secara keseluruhan peneliti dan peserta didik telah mampu melaksanakan
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dengan menggunakan komponen-
komponen Kompetensi Profesional dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
observasi yang tergolong amat baik dengan skor rata-rata 80.
Istimewa A 81-100
Amat baik AB 73-81
Baik B 66-73
Cukup baik BC 60-66
Sedang C 55-60
Kurang D 40-55
Gagal E 40
2. Meskipun dalam kategori amat baik namun skor tersebut belum menunjukkan
hasil yang sangat memuaskan untuk upaya hasil peserta didik melalui
penerapan pembelajaran menggunakan komponen-komponen Kompetensi
Profesional. Banyak peserta didik yang merasa bingung ketika guru terlebih
dahulu memberikan soal free test untuk mengetahui kemampuan awal peserta
didik.
3. Pada tahap selanjutnya, peserta didik merasa bingung ketika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membaca Alkitab dan memahami
materi yang telah diajarkan oleh peneliti dengan maksud agar peserta didik
lebih mengerti dengan materi yang akan diajarkan oleh peneliti.
4. Ketika Peneliti mengajukan pertanyaan kepada peserta didik mengenai materi
yang telah diajarkan, masih ada beberapa peserta didik yang malu dan ragu
untuk memberikan respon timbal balik kepada peneliti.
5. Dengan hal itu, Selanjutnya peneliti memberikan pemahaman kepada peserta
didik agar percaya diri dalam menyampaikan apa yang mereka pahami dan apa
yang ingin mereka utarakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan
komponen-komponen Kompetensi Profesional, peneliti harus memahami setiap
peserta didik dan peneliti juga kembali menjelaskan kembali mengenai materi
yang telah dipelajari sehingga peserta didik benar-benar paham.
Uraian di atas sebagai dasar pertimbangan penyusunan rencana tindakan yang akan
dilakukan pada siklus II, harapannya adalah kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak
terulang kembali pada siklus yang ke II.
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II
Pada siklus II ini dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan pembelajaran. Pada
pertemuan pertama membahas pengertian nilai-ilai Kristiani kemuadian pada pertemuan ke
dua membahas mengenai pengertian norma dan perbedaan nilai-nilai kristiani dan norma.
Perencanaan (Planning) Tindakan Kelas Siklus II
Sebelum tindakan dilaksanakan, peneliti melakukan perencanaan tindakan.
1. Pada tahap siklus yang ke II ini, masih dengan hal yang sama seperti di siklus I
peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (lampiran 1)
dengan menggunakan komponen-komponen Kompetensi Profesional sebagai
acuan dalam pelaksanaan selama pembelajaran di kelas. Siklus ke dua
diselesaikan dengan tiga kali tatap muka.
2. Peneliti mengevaluasi diri agar peserta didik mampu mencapai hasil belajar
yang memuaskan.
3. Peneliti juga memberikan penguatan, motivasi dan arahan agar peserta didik
lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan proses pembelajaran.
4. Peneliti menyiapkan Instrumen tes berupa objektiv atau pilihan berganda
sebanyak 15 soal (lampiran 2).
5. Peneliti juga menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang diperlukan
untuk menunjang penerapan model pembelajaran dengan komponen-komponen
Kompetensi Profesional. Sumber belajar dan media pembelajaran berupa buku
panduan peserta didik. Peneliti juga menyiapkan kamera yang digunakan untuk
mendokumentasikan kegiatan penelitian.
Tindakan (acting) Kelas Siklus I
Siklus II yang dilaksanakan peneliti pada pertemuan setiap hari kamis yaitu :
1. Membuka pertemuan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam
Siklus II
100
80
60
40
20 Siklus II
0
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan tes hasil belajar siswa selama siklus II peneliti dan
observer melakukan refleksi dari setiap pelaksanaan proses pembelajaran siklus II. Dari
data yang diperoleh setelah selesai melaksanakan siklus II, maka tingkat kemampuan siswa
dalam bertanya dan menjawab begitu juga tingkat ketuntasan siswa dalam mencapai KKM
sudah mengalami ketuntasan mencapai 93,75% dari 16 siswa. Dengan penerapan
menggunakan komponen-komponen kompetensi profesional terbukti dapat memeberikan
dampak yang positiv bagi siswa kelas X MIA III.
Deskripsi Data hasil Belajar siklus I dan siklus II
Hasil tes belajar siklus I dan siklus II dapat di lihat pada tabel di bawah ini yang
menggambarkan nilai rata-rata yang telah di peroleh oleh siswa.
Tabel 9: Data Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siklus I dan II
Siklus
No Aspek I II II-I
90
80
70
60
50
40 Siklus I
30 Siklus II
20
10
0
kehidupannya, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat kearah yang lebih
baik.
3. Hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I dan siklus II pengalami
peningkatan yang sangat baik. Pengaruh kompetensi profesional dapat
meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen di kelas X MIA3 SMA
N 11 Pekanbaru.
Penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilakukan di kelas X MIA 3 SMA N 11
Pekanbaru mendapatkan hasil yang meningkat terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat di
lihat dari perolehan nilai yang didapat sebelum menggunakan komponen-komponen
kompetensi profesioanal dan setelah menggunakan komponen-komponen kompetensi
profesioanal.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Rulam. Profesi Keguruan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2018.
Alma Buchari. Guru Profesional. Bandung: Alfabeta. 2009.
Arikunto Suharsimi. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Asep Jihat & Suyanto. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Esensi. 2013.
Asmani Jamal Ma’mur. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan Dan Profesional. Yogyakarta:
Power Books. 2009.
Aqib Zainal. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. 2011.
Budiman. Etika Profesi Guru. Yogyakarta: Mentari Pustaka. 2012.
Djamarah Syaiful Bahri. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010.
Enklaar dan Homrighausen. Pendidikan Agama Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. 2015.
Faisal Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Fathurrohman Pupuh. Guru Profesional. Bandung: Refika Aditama. 2012.
Fati Matur rusydiyah & Ali Mudlofir. Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Teori.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2016.
Gultom Andar. Profesionalisme Standar Kompetensi Dan Pengembangan Profesi
Guru PAK. Bandung: Bina Media Informasi. 2007.
Hasugian Johanes W. Menjadi Guru PAK profesional melalui supervisi Agama Kristen.
Medan: Mitra. 2016.
Janawi. Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran. Yogyakarta: OMBAK. 2013.
Mulyasa. Standar Kompetensidan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2008.
Nainggolan John M. Menjadi Guru Agama Kristen. Bandung: Generasi Info Media. 2007.
Non-Serrano Janse Belandina. Profesionalisme Guru & Bingkai Materi. Bandung: Bina
Media Informasi. 2012.
Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2010.
Satria Koni & Hamzah. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.
Sani Ridwan Abdullah. Penilaian Autentik. Jakarta: Bumi Aksara. 2016.
Sanjaya Wina. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. 2009.
Simanjuntak Junihot. Filsafat Pendidikan dan Pendidikan Kristen. Yogyakarta: Andi.
2013.
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. 2015.
Soetjipto. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
Sopia & Etta Mamang Sangadji. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: ANDI. 2010.
Sudjana Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
2005.
Sudjana Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2015.