net/publication/342380787
CITATIONS READS
0 18,104
1 author:
Baren Sipayung
Badan Pemeriksa Keuangan
37 PUBLICATIONS 20 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Baren Sipayung on 23 June 2020.
Sumber: https://bit.ly/370YiGQ
1
UU Perkawinan, Pasal 1.
2
Muhammad Yasin, 2019, Revisi UU Perkawinan Disetujui, Dua Putusan MK Ini Terlewat,
diakses dari https://bit.ly/2BGVTpd, pada tanggal 07 Juni 2020 pukul 03.50 WITA.
II. PERMASALAHAN
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang akan menjadi
pokok pembahasan adalah:
1. Bagaimana persyaratan, tata cara, dan perijinan perkawinan bagi seorang PNS?
2. Bagaimana pengaturan terkait pemberian tunjangan keluarga dan tunjangan
pangan?
III. PEMBAHASAN
A. Persyaratan Perkawinan
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1), (2), dan Pasal 6 ayat (1) UU Perkawinan
menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan berdasarkan
kesepakatan kedua calon mempelai menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu serta dicatat perkawinannya menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya, seorang warga negara dinilai
kecakapan bertindak hukum apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan sebelum berumur 21 (dua puluh satu) tahun harus
3
UU ASN, Pasal 1 angka 3.
kedua orang tua telah meninggal dunia diperoleh dari wali, orang yang memelihara
atau dalam keadaan tidak mampu untuk atau keluarga yang mempunyai hubungan
menyatakan kehendaknya darah dalam garis keturunan lurus ke atas
selama mereka masih hidup dan dalam
keadaan dapat menyatakan kehendaknya
Jika ada perbedaan pendapat antara Pengadilan dalam daerah hukum tempat
orang tua/wali, atau salah seorang atau tinggal orang yang akan melangsungkan
lebih diantara mereka tidak menyatakan perkawinan atas permintaan orang tersebut
pendapatnya dapat memberikan izin/dispensasi setelah
lebih dahulu mendengar orang tua/wali
Selain sebagaimana telah disebutkan di atas, terdapat larangan perkawinan
antara dua orang yang:7)
1. berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas;
2. berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara
saudara, antara seorang dengan saudara orang tua dan antara seorang
dengan saudara neneknya;
3. berhubungan semenda, yaitu mertua,anak tiri menantu dan ibu/bapak tiri;
4. berhubungan susuan, yaitu orang tua susuan, anak susuan, saudara susuan
dan bibi/paman susuan;
5. berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan dari
isteri, dalam hal seorang suami beristeri lebih dari seorang;
4
UU Perkawinan, Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1).
5
UU Perkawinan, Pasal 7 ayat (1) dan (2).
6
UU Perkawinan, Pasal 6 ayat (3), (4), dan (5).
7
UU Perkawinan, Pasal 8 s.d. 11.
8
PP 9/1975, Pasal 10 dan 11.
9
PP 10/1983, Pasal 2.
10
PP 10/1983, Pasal 1 huruf b.
11
SE Ka. BAKN 8/1983, Bagian II Angka 5 dan 7.
12
PP 10/1983, Pasal 4 ayat (1), (4), dan Pasal 5 ayat (1).
13
PP 10/1983, Pasal 5 ayat (2) jo. SE Ka. BAKN 48/SE/1990 Bagian III Angka 4.
14
PP 10/1983, Pasal 12.
15
Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (1) UU Perkawinan jo. Pasal 9 ayat (1) PP 10/1983 jis.
SE Ka. BAKN 8/SE/1983.
Hal sebaliknya berlaku bagi seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri
kedua/ketiga/keempat dilarang menjadi PNS dan selanjutnya PNS wanita tidak
diijinkan menjadi istri kedua/ketiga/keempat.16)
D. Sanksi
Dalam hal seorang PNS yang tidak patuh terhadap ketentuan
kepegawaian terkait perkawinan dapat dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil (dhi. telah dicabut dengan Peraturan Pemerintah
16
SE BAKN 48/SE/1990, Bagian IV angka 1 dan 2.
Sedangkan jenis hukuman disiplin berat yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
PP 53/2010 terdiri dari:
1. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
3. pembebasan dari jabatan;
4. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS;
5. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 10 angka 13 PP 53/2010, salah satu
alasan dijatuhkannya hukuman disiplin berat adalah karena pelanggaran
terhadap kewajiban menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang. Dengan demikian, ketidakpatuhan terhadap peraturan
kedinasan terkait perkawinan dapat dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat.
17
PP 10/1983, Pasal 15.
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, Pasal 16 ayat (1).
19
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, Pasal 16 ayat (2).
20
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, Pasal 16 ayat (3).
21
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1992 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977, Pasal 16 ayat (5).
22
Keppres 42/2002, Pasal 31 ayat (1).
23
Keppres 42/2002, Pasal 31 ayat (2).
24
Keppres 42/2002, Pasal 31 ayat (3).
25
PP Gaji PNS, Pasal 18.
IV. PENUTUP
Ketentuan terkait persyaratan, tata cara, dan perijinan perkawinan bagi
seorang PNS telah diatur dalam UU Perkawinan jo. PP 10/1983 jis. SE Ka. BAKN
08/SE/1983 dan SE Ka. BAKN 48/SE/1990. Walaupun telah berlaku sejak tahun
1983 dan terdapat dinamika peraturan perundang-undangan, ketentuan PP 10/1983
masih berlaku dan belum dicabut oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil. Dengan demikian, ketentuan dalam SE Ka. BAKN
08/SE/1983 dan SE Ka. BAKN 48/SE/1990 sebagai peraturan pelaksanaannya masih
berlaku sebagai petunjuk pelaksanaan persyaratan, tata cara, dan perijinan
perkawinan bagi seorang PNS. Adapun, dijelaskan bahwa berdasarkan Pasal 10
angka 13 PP 53/2010, ketidakpatuhan terhadap peraturan kedinasan terkait
perkawinan dapat dijatuhi salah satu hukuman disiplin berat sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 ayat (4) PP 53/2010.
Setelah perijinan perkawinan PNS disetujui oleh Pejabat, maka bagi PNS
yang bersangkutan dan keluarganya diberikan hak administratif berupa tunjangan
keluarga dan tunjangan pangan. Ketentuan terkait tunjangan keluarga dan tunjangan
pangan telah diatur dalam PP Gaji, Keppres 9/1982, Keppres 42/2002, dan Perdirjen
PER-3/PB/2015. Merujuk pada kriteria dimaksud, pemberian tunjangan anak dan
pangan dibatasi hanya untuk 2 orang anak saja ditambah 1 orang istri/suami dan
besaran tunjangan pangan yang disetarakan dengan uang senilai Rp72.420,00 per
orang dengan maksimal 4 orang dalam 1 keluarga.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana telah
dirubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1983 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedelapan Belas atas
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1982 tentang Tunjangan Pangan
bagi Pegawai Negeri dan Penerima Pensiun, Penyediaan Pangan bagi Pegawai
Perusahaan dan untuk Keperluan Khusus serta Operasi Pasar
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983
48/SE/1990 tanggal 26 April 1983 tentang Ijin Perkawinan dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil
Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor: 48/SE/1990
tanggal 22 Desember 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1983
Internet
Yasin, Muhammad. (2019, 20 September). Revisi UU Perkawinan Disetujui, Dua Putusan
MK Ini Terlewat. Diunduh 07 Juni 2020, dari situs World Wide Web:
https://bit.ly/2BGVTpd
Disclaimer:
“Seluruh informasi yang disediakan dalam Tulisan Hukum adalah bersifat umum dan
disediakan untuk tujuan pemberian informasi hukum semata dan bukan merupakan
pendapat instansi”.