Athallah.23096@mhs.unesa.ac.id eka.23241@mhs.unesa.ac.id
Abstrak: Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk memahami teori perkembangan
sosial Erikson dan perkembangan moral Kohlberg. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk teori perkembangan sosial Erikson dan perkembangan moral Kohlberg. Dalam
penelitiannya, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi literatur.
Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah teori perkembangan sosial Erikson dan
perkembangan moral Kohlberg. Hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwasannya
perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan
secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap
tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap “Epigenetic Principle” yang
sudah dewasa/matang..
Latar Belakang
Saat ini, ada cukup banyak literatur yang membahas tentang teori perkembangan
sosial Erikson dan perkembangan moral Kohlberg. Beberapa studi telah penulis
temukan. Studi pertama yaitu berjudul Perkembangan Moral Menurut Kohlberg dan
Implementasinya Dalam Perspektif Kristen Terhadap Pendidikan Moral Anak di
Sekolah Dasar. Studi ini ditulis oleh Romirio Torang Purba. Terbit di Jurnal Aletheia
Christian Educators Journal, Vol. 3, No. 1, April 2022. Tujuan dari studi ini yaitu
untuk mendeskripsikan perkembangan moral anak menurut Kohlberg dan
implementasinya dalam perspektif Kristen terhadap pendidikan moral anak di sekolah
dasar
Studi kedua yaitu berjudul Perkembangan Sosial Anak Usia Sekolah Dimasa Pandemi
Covid-19 Dengan Pendekatan Teori Erik H. Erikson. Studi ini ditulis oleh Romirio
Tri Mukti Wulandari*1, Zuhrotul Eka Yulis Anggraini2, Resti Utami3. Terbit di
Jurnal MEDICAL JOURNAL OF AL-QODIRI Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Vol. 7, No. 2 Oktober 2022. Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengetahui bagaimana
perkembangan anak-anak tersebut dalam hal sosialisasi, kedisiplinan, dan
keterampilan anak
Studi ketiga yaitu berjudul Tahapan Perkembangan Moral Santri Mahasiswa Menurut
Lawrenc Kohlberg. Studi ini ditulis oleh Anata Ikrommullah. Terbit di Jurnal Jurnal
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Th. 28, Nomor 2, Agustus 2015. Tujuan
dari studi ini yaitu untuk mendeskripsikan langkah perkembangan moral santri
pesantren mahasiswa Al-Hikam Malang, analisis tingkat perkembangan moral santri
mahasiswa pesantren Al-Hikam Malang. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif, peneliti mendeskripsikan hasil tahap perkembangan moral santri
mahasiswa tingkat IV.
Studi keempat yaitu berjudul Psikososial Remaja: Sebuah Sintesa Teori Erick Erikson
Dengan Konsep Islam. Studi ini ditulis oleh Izzatur Rusuli. Terbit di Jurnal Jurnal As-
Salam, Vol. 6 No. 1Januari -Juni2022. Tujuan dari studi ini yaitu untuk mengisi
kekosongan yang ada dimana perkembangan psikososial remaja terutama yang
berkaitan dengan identitas diri berimplikasi terhadap perilaku remaja dalam
kehidupannya. Secara khusus tulisan ini menjawab kebingungan identitas yang
dialami selama masa remaja. Dengan demikian, tulisan ini mencoba
mengkaitkan tahapan perkembangan psikososial remaja menurut Erick H.
Erikson dengan konsep yang ada dalam Islam. Selain itu, tulisan ini juga
mencoba memberikan cara bagaimana remaja menemukan identitasnya.
Studi kelima yaitu berjudul Perkembangan Sosial Emosi Anak Usia Dini. Studi ini
ditulis oleh Nazia Nuril Fuadia. Terbit di Jurnal Jurnal Kediklatan Balai Diklat
Keagamaan JakartaVolume 3 Nomor 1 Tahun 2022. Tujuan dari studi ini yaitu untuk
mendeskripsikan teori perkembangan sosial dan emosi anak.
Studi delapan yaitu berjudul Nilai - Nilai Karakter Dalam Film Animasi The Good
Dinosaur dan Relevansinya Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini. Studi ini ditulis
oleh Husnil Hafidhoh Husnul, Raden Rachmy Diana. Terbit di Jurnal Vol. 3 No. 2
(2021): Incrementapedia: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Tujuan dari studi ini
yaitu untuk memfokuskan pada nilai-nilai karakter yang terkandung dalam film
animasi The Good Dinosaur dan relevansinya terhadap perkembangan anak usia dini
Studi sepuluh yaitu berjudul Pengaruh metode reward dan punishment terhadap
perkembangan moral siswa sekolah dasar. Studi ini ditulis oleh Nayla Rizqiyah,
Triana Lestari. Terbit di Jurnal Vol 5, No. 2 (2021): Edumaspul: Jurnal Pendidikan.
Tujuan dari studi ini yaitu untuk menelusuri fenomena penyimpangan atau perilaku
moral siswa Sekolah Dasar dan bagaimana metode reward and punishment yang
diterapkan oleh guru memberikan pengaruh terhadap perkembangan moral siswa
Sekolah Dasar.
Kebaruan/Gap
Dari sepuluh artikel yang peneliti gunakan sebagai referensi terdapat artikel
yang memiliki kekurangan, yaitu “Studi delapan yaitu berjudul Nilai - Nilai Karakter
Dalam Film Animasi The Good Dinosaur dan Relevansinya Terhadap Perkembangan
Anak Usia Dini. Studi” yang ditulis oleh Husnil Hafidhoh Husnul, Raden Rachmy
Diana. Terbit di Jurnal Vol. 3 No. 2 (2021): Incrementapedia: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini.. Pembahasan di artikel cukup luas, tidak begitu spesifik membahas tentang
teori perkembangan sosial Erikson dan perkembangan moral Kohlberg. Pada artikel
tersebut juga tidak menjelaskan teori perkembangan sosial Erikson dan perkembangan
moral Kohlberg.
Apakah teori perkembangan sosial Erikson dan perkembangan moral Kohlberg saling
berkaitan satu sama lain pada penerapannya?
Tujuan
Lokasi
Responden
Tidak ada responden yang dilibatkan dalam studi satu ini. Sebab, metode yang
digunakan yakni pendekatan kualitatif melalui studi literatur.
Hasil
Temuan
Teori perkembangan moral Kohlberg terinspirasi dari hasil kerja psikologi Swiss yaitu
Jean Piaget (1896 –1980) tentang perkembangan moral kognitif, selain Piaget, pemikiran –
pemikiran Kohlberg melalui tahap –tahap yang syarat dipengaruhi oleh John Dewey,
Baldwin, dan Emile Durkheim.
Perkembangan Sosial Menurut Erikson
Pada teori Erikson tersebut kepribadian dan keterampilan sosial anak tumbuh dan berk
embang di lingkungan sekitar. Pada fase ini anak juga diharapkan dapat menerima dan
menanggapi apa yang keluarga, masyarakat, dan orang disekitar inginkan.
Menurut Erikson, tahap kedua adalah tahap psiko - sosial kritis. Mulanya
mungkin anak akan terlihat seperti pembangkan yang setiap saat selalu memiliki kein
ginan berbeda dengan kita, orang tuanya. Wajar jika pada awal tahap ini, ib
u sering menyebut anak sebagai " the Terrible Twos ". Namun, justru inilah awa
l ia menuju perkembangan psiko - sosial yang lebih matang. Jadi, jika sekarang ib
u sering merasa kesal bila melihat tingkah anak usia 2 tahun, bersabarlah. Ia s
edang belajar mengekspresikan keinginannya serta melihat bagaimana lingkun
gan akan menanggapinya.
c. Tahap perkembangan III: initiative vs guilt (3 - 6 tahun)
Pada tahap ketiga, anak - anak akan belajar untuk menghadapi emosi
ketika maksudnya diterima atau ditolak. Usia 3 - 6 tahun, adalah masa bermai
n untuk anak - anak. Ketika ia bermain, secara naluriah terkadang anak - anak me
ngambil inisiatif untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ketika dia mengamb
il inisiatif, dia akan belajar apakah lingkungan akan merespons dengan baik, atau bah
kan diabaikan.
Jika sambutan baik yang ia terima, maka anak akan belajar 3 hal, yaitu:
1. Mampu berimajinasi, mengembangkan ketrampilan melalui bermain aktif, termas
uk berfantasi.
2. Mampu bekerjasama bersama teman.
3. Mampu menjadi "pemimpin" dalam permainan, seperti ia menjadi "pengikut" per
mainan.
Sebaliknya, ketika inisiatif selalu ditolak, anak akan selalu merasa takut, sa
ngat tergantung pada kelompok, dan tidak berani mengembangkan pikirannya.
d. Tahap perkembangan IV: Industry vs Inferiority (6 - 12 tahun)
Tahap ini berkembang pada usia sekolah. Di sini, anak akan belajar bag
aimana berkompetensi dalam kelompok, dengan mengembangkan 3 keterampilan s
osial, seperti:
1. Bagaimana mematuhi aturan dan hubungannya dengan persahabatan. Mis
alnya ketika mendapat tugas piket, bagaimana dia akan mengingatkan te
mannya yang terlambat tanpa menimbulkan konflik, berpartisipasi aktif dalam
tugas kelompok, dan sebagainya.
2. Belajar bagaimana bermain dengan struktur dan aturan tertentu. Misalnya,
ketika anak aktif berpartisipasi dalam permainan kasti. Di sana ia akan belaj
ar bagaimana menang dengan tetap berpegang pada aturan dan kerja tim.
3. Belajar bagaimana menguasai mata pelajaran di sekolah dan disiplinkan diri
untuk mempelajari materi. Jika emosi - sosial seorang anak berkembang deng
an baik, percaya dan merasa aman dengan lingkungannya, pandai berinisiatif,
maka ia akan memiliki kompetensi yang unggul dalam lingkungan sosialnya.
Sebaliknya, seorang anak yang ragu - ragu akan selalu merasa tidak aman,
malu, selalu merasa bersalah sampai akhirnya ia menjadi orang yang inferior
(kalah).
e. Tahap perkembangan V : Identity vs Role Confusion (12 – 18 tahun)
Tahap ini adalah tahap ketika seorang anak mencari jati diri mereka . Dalam
tahap ini mereka memegang peranan penting dalam perkembangan identitas diri, oleh
karena itu pada tahap inilah remaja mulai mengeksplorasi kemandiriannya dan menge
mbangkan rasa kemampuan diri sebenarnya. Jika berhasil, ia akan mampu
mempertahankan identitasnya secara konsisten. Bagaimana jika gagal? Seorang
remaja bisa mengalami krisis identitas dan bingung akan masa depan yang ia
inginkan. Selain itu, kegagalan bisa saja menimbulkan keraguan tentang kemampuan
diri sendiri.
f. Tahap perkembangan VI : Intimacy vs Isolation (18 - 40 tahun)
Tahapan ini adalah ketika seseorang membangun hubungan jangka panjang
dengan orang lain. Anda akan mulai mengenal pacaran, pernikahan, membangun
keluarga, dan persahabatan. Ketika hubungan cinta dengan orang lain berhasil, Anda
dapat mengalami cinta dan menikmati keintiman (hubungan yang sangat dekat).
Sementara yang gagal akan merasa terisolasi. Contoh : Bergabung dengan suatu kelo
mpok atau organisasi dapat memberikan rasa memiliki dan koneksi, namun juga dapat
menimbulkan perasaan dikucilkan atau konflik jika individu tidak merasa diterima ata
u dihargai.
g. Tahap Perekembangan VII : Generativitas vs Stagnasi (40 – 65 tahun)
Di tahap dewasa, Anda akan berfokus pada kontribusi kepada masyarakat dan
generasi berikutnya, termasuk membesarkan anak. Seseorang akan merasa puas
mengetahui bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga, komunitas, ataupun tempat
kerjanya. Bila seseorang gagal memenuhi tahapan ini, maka seseorang akan
merasa unproductive dan akan merasa disconnect dengan masyarakat.
h. Tahap Perkembangan VII : Ego Integrity vs Despair (65 Tahun keatas)
Tahapan ini adalah ketika seseorang melihat kembali kehidupan mereka
sampai saat ini. Bila mereka beerhasil memenuhi tahapan-tahapan sebelumnya,
mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, ketidakberhasilan akan berujung pada
penyesalan. Contoh : Seorang lansia yang tidak terhubung dengan anggota keluargany
a selama bertahun -tahun kini dapat mengingat kembali masa itu dengan penyesalan d
an harapan untuk mendapatkan kesempatan kedua. Orang seperti itu mengembangkan
rasa putus asa karena tidak mencapai kepuasan yang diharapkannya.
Simpulan
Daftar Rujukan
Sacco RG. (2013). Re-envisaging the eight developmental stages of Erik Erikson: The
Fibonacci Life-Chart Method (FLCM).
Apriastuti, Dwi Anita.Vol. 4 No. 1 Edisi Juni 2013. Analisis Tingkat Pendidikan Dan
Polaasuh Orang Tua Dengan Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan Tahun 2013.
Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Wahyuni, S., Syukri, M., dan Miranda, D. 2015. Peningkatan Perkembangan Sosial
Emosional melalui Pemberian Tugas Kelompok pada Anak Usia 5-6 Tahun.
Putra, Nusa dan Ninin Dwilestari. 2013. Penelitian Kualitatif Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mayar, Farida. 2013. Perkembangan Sosial Anak Usia Dini sebagai Bibit untuk Masa
Diponegoro.