Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

PISIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN : DR. NI PUTU SUWARDANI, M.PD

Oleh :
Ayu WidhaErlia
2006020820

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA HINDU


PASCASARJANA UNIVERSITAS HINDU INDONESIA
2021
1. Permasalahan Yang Ada Di lingkungan Keluarga
Ini terjadi pada salah satu keluarga saya, yang ibunya yaitu adik kandung saya selalu
mengungkapkan (curhat) kekesalannya kepada keadaan yang ada pada kelaurganya.
Dimana keadaannya adalah sebagai berikut :
Anaknya yang berumur 2,5 th selalu diminta agar selalu ikut persembahyangan
bersama keluarganya yang terdiri dari (kakek, nenek, suami, dia, kakak ipar laki – laki,
kakak ipar perempuan dan anak dari kakak iparnya yang sudah berumur 5 th) dengan
jumlah keseluruhan anggota keluarganya ada 8 orang.
Sang Kakek adalah seoarang prajuru di desanya, dimana setiap persembahyangan
pasti akan selalu mengajak seluruh anggota keluarganya. Dan ia mengeluh anaknya yang
berusia 2,5 th selalu dipaksa untuk melaksanakan persembahyangan layaknya seperti
orang dewasa yaitu tetap melaksanakan panca sembah, yang di bantu oleh ibunya. Dan
pada suatu ketika, pada saat persembahyangan berlangsung dengan suara hening dan
khusuk, anak ini menangis berteriak- teriak dan dilihat oleh semua orang yang ada di pura
tersebut. Semua keluarga tetap melaksanakan persembahyangan, dan ibunya
menenangkan anaknya agar tetap tenang, namun anak ini tetap berteriak – teriak sampai
akhir persembahyangan.
Setelah selesai persembahyangan, kakeknya memarahi ibu dari anak ini, “bapak
tidak habis fikir, kenapa anak mu selalu menangis pada saat persembahyangan. Lihat
ponakanmu saja tidak menangis” ibu ini terdiam, dan tidak ingin memperkeruh keadaan
dengan tetap terdiam.

2. Analisa Permasalahan
Dari permasalahan tersebut diatas maka dapat saya analisa, yaitu sebagai berikut :
1. Mengapa Pendidikan agama sangat penting untuk diterapkan kepada anak sejak dini
didalam lingkungan keluarga?
2. Bagaimanakah Pendidikan agama diterapkan kepada anak sejak dini di lingkungan
keluarga?
3. Apakah implementasi dan aplikasi pendidikan agama diterapkan sejak dini di
lingkungan keluarga?
Untuk menjawab dari keseluruhan analisa permasalahan yang ada maka saya
menggunakan beberapa teori pisikologi Pendidikan yang ada. Berikut ini beberapa teori

1
pisikologi Pendidikan dari beberapa ahli yang sesuai dengna permasalahan tersebut. Yaitu
sebagai berikut :
A. DEMOCRITUS
Filsuf pertama yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dan suasana rumah
terhadap perkembangan kepribadian seseorang, sehingga lingkungan dan suasana
rumah perlu dibina sebaik mungkin agar suasananya kondusif (menguntungkan) bagi
perkembangan anak.
B. JOHAN AMOS COMENIUS, seorang ahli pendidikan dari Cekho.
1) Anak jangan dianggap sebagai miniatur orang dewasa;
2) Pembelajaran hendaknya dapat menarik perhatian anak, lakukanlah dengan
menggunakan alat peraga sehingga anak dapat mengamati, mengalami, dan
menyelidiki.
C. JEAN JAQUES ROUSSEAU, seorang pemikir dari Perancis.
1) Segala-galanya baik ketika datang dari tangan Sang Pencipta, segala-galanya
memburuk dalam tangan manusia.
2) Campur tangan orang tua/orang dewasa terhadap. Perkembangan anak dapat
menimbulkan masalah jika hal itu tidak dilakukan dengan hati-hati.
3) Para pendidik hendaknya membekali dirinya dengan pengetahuan tentang kejiwaan
peserta didik.
Peran Pendidikan Agama Hindu dalam Keluarga terutama orang tua merupakan
unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat yang di dalamnya hubungan-
hubungan yang terdapat bersifat di dalamnya langsung. Seorang anak di lahirkan dan di
besarkan dalam keluarga.orang tua memiliki tugas untuk menanamkan pendidikan agama
yaitu pendidikan agama Hindu di dalam keluarga. Orang tua memberikan teladan atau
contoh kepada anak, cara berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan mengajarkan
cara sikap sembahyang yang baik seperti sikap tangan dan kaki pada saat sembahyang.
Memberikan contoh saling menghargai terhadap orang lain dengn cara menolong orang
yang kesusahan. Di dalam kitab suci Veda dijelaskan bahwa peranan orang tua kepada
anaknya, sebagai berikut : Sa vahnih putrah pitroh pavitravan Punati dhiro bhuvanani
mayaya (Rgveda I.160.3) Putra dari orang tua (ayah) yang mulia, saleh, gagah-berani, dan
berseri-seri bagaikan Sang Hyang Agni membersihkan (menyucikan) dunia ini dengan
perbuatan-perbuatannya yang mulia. Yato virah karmanyah sudakso Yuktagrava jayate
devakamah (Rgveda III.4.9) Tuhan Yang Maha Esa, berkahilah kami agar seorang putra
yang gagah berani, giat, cerdas, yang mampu memeras Soma dan percaya terhadap Tuhan
2
Yang Maha Esa lahir dari kami Pisangarupah subharo vayodhah Srusti viro jayate
devakamah (Rgveda II.3.9) Tuhan Yang Maha Esa, semoga kami memperoleh seorang
putra yang berkulit kuning langsat, yang berpotongan bagus yang panjang umur, yang
patuh, yang berani, dan bajik Melihat mantra-mantra di atas, peran orang tua sangat
penting karena dari orang tua akan terlahir seorang anak yang menjadi kebanggaan bagi
kedua orang tuanya.orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
membimbing anak-anaknya.maka orang tua sejak dini menumbuhkan sikap spiritual
kepada anaknya agar nantinya seorang anak dapat hormat, taat dan bhakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena beliau yang menciptakan kita serta bhakti kepada orang tua Peran
Pendidikan Agama Hindu di Lingkungan Sekolah Sekolah dapat digolongkan lembaga
pendidikan kedua setelah keluarga.sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan
karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Karena itu di samping keluarga sebagai
pusat pendidikan, sekolah mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan kepribadian anak (Abdul Kadir, 2012 : 163).

3. Teori Pendukung
A. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan
tingkahlakusebagai hasil dari pengalaman. Teori ini mulai berkembang menjadi
aliranpsikiologibelajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori,
praktikpendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.Peneliti mengadopsi teori behavioristik dari Edwin Guthrie,
untukmenganalisis rumusan masalah yang pertama. Menurut Guthrie (dalam
Thobroni,2015:64) menyatakan bahwa, tingkah laku manusia secara keseluruhan
dapatdipandang sebagai deretan-deretan tingkah laku yang terdiri dari unit-unit.
Unit-unit tingkah laku tersebut merupakan reaksi atau respons dari
stimulussebelumnya, kemudian unit tersebut menjadi stimulus pula yang
akhirnyamenimbulkan respons bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Guthrie
mengemukakan tiga metode untuk mengubah kebiasaan terutama kebiasaan
buruk, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Ambang (The Threshold Method)
Metode ambang adalah metode mengubah tindak balas denganmenurunkan
atau meningkatkan ransangan secara berangsur.
3
b. Metode Meletihkan (The Fatigue Method)
Metode meletihkan adalah menghilangkan tindak balas yang
tidakdiinginkan dengan menggalakkan individu mengulangi tindak balas
itu sampaiakhirnya ia letih.
c. Metode Ambang Rangsangan Tak Serasi (The Incompatible Response
Method).
Metode rangsangan tak serasi adalah dengan memasangkan ransanganyang
menimbulkan tindak balas yang tidak diinginkan.
Teori Behavioristik akan digunakan sebagai pedoman analisis untuk membedah
rumusan masalah pertama yaitu, Mengapa Pendidikan agama sangat penting
untuk diterapkan kepada anak sejak dini didalam lingkungan keluarga?.

B. Teori Fungsional Struktural


Teori Fungsional struktural adalah salah satu paham atau perspektif di dalam
sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri daribagian-
bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat
berfungsi tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain. Asumsi dasar teori ini ialah
bahwa semua elemen atau unsur kehidupan masyarakat harus berfungsi atau
fungsional sehingga masyarakat secara keseluruhan bisa mejalankan fungsidengan
baik (dalam Raho, 2007: 48). Teori fungsionalisme struktural yang mempunyai latar
belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antar kehidupan
organisme biologis dengan struktur sosial dan berpandangantentang adanya
keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan
dipopulerkan oleh Talcott Parsons.
Teori fungsional struktural dari Talcott Parsons (1902-1979) untuk menganalisis
rumusan masalah yang kedua. Menurut Parsons (dalam Raho, 2007: 53) ada empat
persyaratan agar masyarakat bisa berfungsi yang disebut AGIL. AGIL yang
dimaksudkan adalah (A) Adaptation (adaptasi), (G)Goal Attainment (pencapaian
tujuan), (I) Integration (integrasi), dan (L) Latency(pemeliharaan pola). Kemudian
Raho (2007: 54) menjabarkan maksud dari skema AGIL, sebagai berikut:
1. Adaptasi: Supaya masyarakat bisa bertahan, ia harus mampumenyesuaikan
dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.
2. Pencapaian tujuan: Sebuah sistem harus mampu menentukantujuannya dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.
4
3. Integrasi: Masyarakat harus mengatur hubungan diantara komponen-komponen,
supaya ia bisa berfungsi secara maksimal.
4. Latensi atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiapmasyarakat harus
mempertahankan, memperbaiki, dan memperbaharuibaik motivasi individu-
individu maupun pola-pola budaya yangmenciptakan dan mempertahankan
motivasi tersebut.
Teori fungsional struktural dari Parsons dengan analisis AGIL akan digunakan
sebagai pedoman analisis untuk membedah rumusan masalah kedua yaitu
Bagaimanakah Pendidikan agama diterapkan kepada anak sejak dini di lingkungan
keluarga?

C. Teori Resepsi
Definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (latin), reception (inggris)yang
berarti sebagai penerimaan atau penyambutan pembaca. Dalam arti luasdidefinisikan
sebagai pengolahan teks, cara-cara pemberian makna terhadap karyasehingga dapat
memberikan respons terhadapnya (dalam Ratna, 2007: 203).Resepsi sastra dapat
melahirkan tanggapan, reaksi atau respon terhadap sebuahkarya sastra dikemukakan
oleh pembaca sejak dulu sehingga sekarang akanberbeda-beda antara pembaca yang
satu dengan yang lain. Begitu juga dengan tiapperiode berbeda dengan periode
lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaancakrawala harapan, cakrawala harapan
ini adalah harapan-harapan seorangpembaca terhadap karya sastra (dalam Pradopo,
2007: 207).
Dengan mengadopsi teori resepsi dari Hans Robert Jauss (1967) untukmenganalisis
rumusan masalah ketiga. Menurut Jauss telah mencoba menemukancara-cara yang
berbeda, sejarah sastra sebagai rangkaian tanggapan pembaca,yang dikenal sebagai
teori resepsi. Resepsi sinkronis yang paling mudahdilakukan melalui tanggapan
siswa, mahasiswa atau orang-orang yang dengansengaja dikelompokkan dalam
rangka memberikan penilaian terhadap karyasastra. Namun resepsi diakronik yang
lebih menarik minat sekaligus memberikanpemahaman yang signifikan. Alasannya,
didalam kaitannya dengan studi kultural,pertama adalah perubahan pandangan
terhadap karya sebagai akibat perubahanhorison harapan, paradigma, dan sudut
pandang. Kedua, pergeseran penilaian inimerupakan tolok ukur untuk mengetahui
seberapa jauh masyarakat telah berubah.Teori resepsi dari Hans Robert Jauss akan
digunakan sebagai pedoman analisis untuk membedah rumusan masalah ketiga
5
yaitu, Apakah implementasi dan aplikasi pendidikan agama diterapkan sejak dini di
lingkungan keluarga?

4. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Yang Dapat Diterapkan Dalam


Lingkungan Keluarga
a. Metode Penanaman nilai dalam bentuk cerita
Metode bercerita sangat kaya dengan nilai-nilai kehidupan dan hal-hal
penting lainnya dalam perkembangan anak usia dini. Melalui buku tersebut
dikemukakan pula sejumlah teknik untuk bercerita sebagai berikut:
1. Teknik bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita.
2. Teknik bercerita dengan menggunakan ilustrasi dari buku.
3. Teknik menceritakan dongeng.
4. Teknik bercerita dengan menggunakn papan flannel.
5. Teknik bercerita dengan menggunakan media boneka.
Metode bercerita merupakan suatu cara menyampaikan materi
pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian
peserta didik. Bercerita sangatlah diperlukan dalam dunia pendidikan,
khususnya pendidikan anak usia dini. Metode bercerita ini dapat dijadikan
salah satu metode pembelajaran ataupun sebaliknya dapat dijadikan materi ajar.
b. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak berpikir, bersikap, bertindak sesuai dengan ajaran
agama. Metode ini sangat praktis dalam pembinaan pembentukkan karakter
anak usia dini dalam meningkatkan pembiasaan-pembiasaan dalam
melaksanakan suatu kegiatan dalam hal ini adalah membiasakan anak untuk
bersembahyang dirumah, dengan membiasakan bersembahyang bersama
dengan anggota keluarga. Seperti contohnya tri sandya dengan menerapkan
3 waktu, pagi, siang, malam. Berdoa sebelum makan, dan sebelum tidur.
Sehingga pada saat dipura anak tidak kaget. Dengan metode pembiasaan ini
maka anak dapat senantiasa menerapkan seluru ajara orang tua atau praktek
secara langsung bagaimana cara bersembahyang yang baik, namun di usianya
2,5 th ini anak tidak perlu di paksa untuk melaksanakan sesuatu.

6
c. Metode Keteladanan
Metode keteladanan adalah metode influittif yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk karakter pada anak.
Sebab, pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang akan
ditiru dimulai dari sikap, prilaku, etika yang mencangkup pendidikan
karakter. Metode ini sesuai digunakan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter pada anak usia dini. Orang tua dapat memberikan contoh bagaimana
proses persembahyangan di rumah, bagaimana cara meminta tolong, makan
dengan menggunakan tangan kanan dan etika kehidupan lainnya.

5. Media Belajar Yang Dapat Digunakan Dirumah


a. Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu contoh media pembelajaran visual.
Media gambar dapat digunakan untuk menyajikan pembelajaran yang lebih efektif,
terutama untuk kelas rendah. Perlu diperhatikan dengan baik penggunaan media
gambar harus disesuaikan dengan karakteristik dan usia anak. Terdapat beberapa
syarat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai melalui pemanfaatan media gambar,
antara lain: gambar harus autentik, ukuran gambar relative sederhana, komposisinya
tidak berlebihan, hendaknya bagus dari sudut seni. Selain itu gambar haruslah jujur
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak membingungkan siswa
dalam mengubah pandangan yang abstrak ke dalam pandangan yang kongkrit.
Dengan media ini kita dapat mengajarkan anak usia dini tempat ibadah,
bagaimana orang melaksanakan persembahyangan, dan lain sebagainya.
b. Media Lagu
Orang tua juga dapat menerapkan moral Pendidikan agama dang berprilaku
yang baik melalui lagu, saat ini banyak media yang dapat orang tua peroleh
dengan lagu – lagu anak saat ini. Anak dapat dengan mudah untuk mengerti
dengan menyanyikan lagu.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. 2012. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Santrock, John W. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Susanti & Suastawa. Pisikologi Agama. Denpasar : Widya Dharma.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun


Karakter di Usia Emas). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai