Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KADAR AIR DAN MINYAK ATSIRI

KHAERUNNISA
N011 22 1104
KELOMPOK III
GOLONGAN JUMAT SIANG

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Setiap obat yang berasal dari tumbuhan maupun obat sintetis harus

memenuhi persyaratan dasar agar aman dan efektif. Dalam beberapa

kasus, tidak diketahui kandungan senyawa spesifik yang menghasilkan

efek terapeutik tertentu. Oleh karena itu, penting untuk melakukan

standarisasi pada bahan baku obat tradisional atau dikenal dengan

standarisasi simplisia (Ernest, 2004).

Penetapan kadar air simplisia sangat penting untuk memberikan

batasan maksimal kandungan air di dalam simplisia, karena jumlah air yang

tinggi dapat menjadi media tumbuhnya bakteri dan jamur yang dapat

merusak senyawa yang terkandung di dalam simplisia. Penentuan kadar air

juga terkait dengan kemurnian ekstrak. Kadar air yang terlalu tinggi (> 10%)

menyebabkan tumbuhnya mikroba yang akan menurunkan stabilitas

ekstrak (Pratiwi dkk., 2017).

Minyak atsiri atau yang dikenal dengan volatile oils merupakan

minyak yang diperoleh dari tumbuhan. Minyak atsiri efektif dan bersifat

aman dan tidak toksik terhadap organisme bukan sasaran serta lingkungan

dan kesehatan manusia. Salah satu famili tumbuhan yang berpotensi

sebagai penghasil minyak atsiri yaitu Rutaceae yang dimana salah satu

tumbuhan dari keluarga ini adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang

tumbuh di daerah subtropis dan tropis (Wibaldus dkk., 2016).


I.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum yaitu untuk mengetahui cara menetapkan kadar air

dari suatu simplisia, mengetahui cara menetapkan kadar minyak dari suatu

simplisia, dan mengetahui cara mengidentifikasi minyak atsiri dari suatu

simplisia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales Gambar 1. Jeruk nipis


(Citrus aurantifolia)
Famili : Rutaceae (Sarwono, 2001)

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia (Narang dan Jiraungkoorskul,

2016)

II.1.2 Morfologi tanaman

Jeruk nipis memiliki tinggi sekitar 150-350 cm dan buah berkulit tipis

serta bunga berwarna putih (Prastiwi dan Ferdiansyah, 2013). Jeruk nipis

memiliki sistem perakaran tunggang, buahnya berbentuk bola berwarna

kuning setelah tua atau masak dan berwarna hijau ketika masih muda

dengan diameter 3,5-5 cm, bunganya muncul di ketiak-ketiak daun atau

pucuk-pucuk ranting yang masih muda dan berwarna agak kemerahan

hingga keunguan serta berbau harum karena mengandung banyak nektar

atau madu (Liana, 2017).

Batang jeruk nipis tergolong batang berkayu yang berbentuk bulat,

berduri pendek, kaku dan tajam. Arah tumbuh batangnya mengangguk,


batangnya tumbuh tegak lurus ke atas tetapi ujungnya membengkok

kembali ke bawa. Sifat percabangan batangnya adalah monopodial. Daun

jeruk nipis berwarna hijau dan ketika sudah tua akan menjadi warna kuning.

Helaian daunnya berbentuk jorong, pangkal bulat, ujung tumpul, tepi

beringgit, permukaan atas berwarna hijau tua mengkilap, permukaan daun

bagian bawah berwarna hijau muda, dan tulang daunnya mengirip

(Boekoesoe dan Jusuf, 2015).

II.1.3 Kandungan kimia tanaman

Kulit buah pada jeruk nipis mengandung semacam minyak atsiri

yang pahit rasanya (Liana, 2017). Tanaman jeruk nipis mengandung

limonene, linalin asetat, geranil asetat, asam sitrat, Vitamin C, kalsium,

fosfor, Vitamin B1, zat besi, fellandren, dan sitral (Muhlisah, 2007). Pada air

jeruk nipis mengandung asam sitrat, asam malat, dan asam suksinat.

Dalam perasan air jeruk nipis juga mengandung senyawa nitrogen, lipid,

senyawa fenolik, vitamin C, vitamin B, dan senyawa anorganik. Buah jeruk

nipis memiliki rasa dan aroma yang lebih khas dibandingkan jenis buah

jeruk lainnya terutama apabila digunakan pada tahap kulit jeruk nipis masih

berwarna hijau. Bagian flavedo pada kulit jeruk nipis mengandung banyak

kelenjar minyak yang mengandung minyak atsiri. Komponen minyak atsiri

yang paling melimpah adalah D-limonene (Cabrera, dkk., 2010).

II.1.4 Manfaat tanaman

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah spesies jeruk yang sangat

bernilai dan popular kerena kaya akan nutrisi, rasanya yang khas, dan
manfaatnya bagi kesehatan. Berbagai bagian dari tanaman jeruk nipis

digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati katarak, pilek, sakit

tenggorokan, demam, nyeri dada, sakit tenggorokan, dan lain-lain. Jeruk

nipis juga digunakan sebagai antiseptik, pengusir nyamuk, anti kudis, dan

lain-lain. Minyak atsiri jeruk nipis juga banyak digunakan dalam industri

makanan, obat-obatan, dan kosmetik karena khasiat dan aromanya (Al-

Aamri dkk., 2018).

II.2 Penetapan Kadar Air dan Minyak Atsiri

II.2.1 Penetapan kadar air

Kadar air merupakan parameter non spesifik untuk menetapkan

residu air setelah proses pengeringan (Pratiwi dkk., 2017). Tujuan dari

penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau

rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait

dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut.

Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna

untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia

dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari atau sama dengan

10%. Apabila kadar air lebih besar dari 10% akan menyebabkan terjadinya

proses enzimatik dan kerusakan oleh mikroba (Handayani dkk., 2017)

II.2.2 Penetapan minyak atsiri

Definisi minyak atsiri menurut Farmakope Indonesia adalah cairan

jernih yang mempunyai bau seperti tumbuhan asalnya. Minyak atsiri dikenal

juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile
oil) yang dihasilkan oleh tanaman, mempunyai rasa getir, berbau wangi

sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut

organik dan tidak larut dalam air (Nadia, 2010).

Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan cara destilasi

menggunakan alat. Metode yang digunakan hampir sama dengan metode

penetapan kadar air, tetapi pada metode ini pelarut yang digunakan adalah

air, sehingga air dan minyak atsiri akan menguap secara bersama-sama.

Setelah terjadi kondensasi, minyak akan ditampung dan terpisah dari air.

Minyak dapat berada di atas air atau di bawah air tergantung bobot jenis

minyak yang terdestilasi. Volume minyak diukur dan dihitung kadarnya per

gram sampel (Sudarsono dan Purwantini, 2022).

II.3 Metode Penetapan Kadar Air

II.3.1 Penentuan kadar air dengan pengeringan

Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan

pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang

berarti semua air sudah diuapkan. Untuk mempercepat penguapan air serta

menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun

reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan dengan suhu

rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang

lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya (Mukhriani, 2014)

II.3.2 Penentuan kadar air dengan destilasi azeotrop

Destilasi azeotrop digunakan untuk menghasilkan campuran

azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan)


mengunakan tekanan tinggi. Azeotrop adalah campuran dari dua / lebih

komponen yang memiliki titik didih konstan. Komposisi azeotrop tetap

konstan dalam penambahan tekanan, tetapi ketika tekanan total berubah,

kedua titik didih dan komposisi azeotrop berubah. Akibatnya, azeotrop

bukan komponen tetap yang komposisinya harus selalu konstan dalam

interval suhu dan tekanan, tetapi ke campuran yang dihasilkan karena

pengaruh kekuatan intramolekuler dalam larutan. Azeotrop dapat di

destilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya

penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air. Prinsip dari

metode ini yaitu campuran pelarut yang memiliki titik didih dan kepolaran

berbeda akan menguap pada suhu yang sama, yaitu diatas atau dibawah

titik didih kedua pelarut (Nadia, 2010)

II.4 Metode Penetapan Kadar Minyak

II.4.1 Metode Destilasi

Pada metode destilasi terdiri dari beberapa tahapan dalam

menentukan kadar minyak atsiri yang meliputi (Aryani, dkk., 2020):

a. Penyulingan dengan Air (Hydrodistillatiaon)

Prinsip kerja penyulingan dengan air adalah bahan yang akan

disuling berhubungan langsung dengan air mendidih. Bahan yang

akan disuling kemungkinan mengambang/mengapung di atas air

atau terendam seluruhnya atau tergantung pada berat jenis dan

kuantitas bahan yang akan diproses air dapat didihkan dengan api

secara langsung.
b. Penyulingan dengan Uap dan Air (Hydro Steam Distillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap air

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah. Bagian bawah

alat penyulingan diisi air sedikit di bawah di mana bahan ditempatkan

penyulingan minyak atsiri dengan cara ini memang sedikit lebih maju

dan produksi minyaknya pun relatif lebih baik. Prinsip kerja dari

penyulingan macam ini adalah ketel penyulingan diisi air sampai batas

saringan. Bahan baku diletakkan di atas saringan sehingga tidak

berhubungan langsung dengan air yang mendidih, tetapi akan

berhubungan dengan uap air. Air yang menguap akan membawa

partikel-partikel minyak atsiri dan dialirkan melalui pipa ke alat

pendingin sehingga terjadi pengembunan dan uap air yang bercampur

minyak atsiri tersebut akan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke

alat pemisah untuk memisahkan minyak atsiri dan air. c.

c. Penyulingan Dengan Uap (Steam Distillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap

langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyulingan

sebelumnya, hanya saja tidak ada air di bagian alat. Uap yang

digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan

atmosfer dan dihasilkan dari penguapan air yang berasal dari suatu

pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke

dalam alat penyulingan.


II.4.2 Metode penyarian dengan menggunakan pelarut penyari yang

cocok

Dasar dari metode ini adalah adanya perbedaan kelarutan. Minyak

atsiri sangat mudah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.

Digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan pemanasan, seperti

cendana. Kebanyakan dipilih metode ini apabila kadar minyak di dalam

tanaman sangat rendah atau kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain,

minyaknya akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak

atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri

yang larut sempurna di dalam bahan pelarut organik nonpolar (Endarini,

2016).

II.4.3 Metode pengepresan atau pemerasan

Metode ini hanya bisa dilakukan terhadap simplisia yang

mengandung minyak atsiri dalam kadar yang cukup besar. Bila tidak,

nantinya hanya akan habis di dalam proses. Digunakan untuk jenis minyak

atsiri yang mudah mengalami dekomposisi senyawa kandungannya karena

pengaruh suhu, dapat disari dengan metode pengepresan, yaitu

pemerasan bagian yang mengandung minyak. Contohnya adalah minyak

atsiri yang terdapat di dalam jeruk (Endarini, 2016).

II.4.4 Metode Perlekatan Bau dengan Menggunakan Media Lilin

(enfleurage)

Metode ini disebut juga metode enfleurage. Cara ini memanfaatkan

aktivitas enzim yang diyakini masih terus aktif selama sekitar 15 hari sejak
bahan minyak atsiri dipanen. Minyak atsiri yang terdapat dalam jumlah kecil

di dalam bagian tertentu tanaman, misalnya kelopak bunga, dapat diperoleh

dengan metode enfleurage. Metode ini menggunakan minyak lemak yang

dioleskan secara merata membentuk lapisan tipis pada lempeng kaca.

Selanjutnya bagian tanaman yang sudah diiris-iris ditaburkan di atas lapisan

tersebut dan dibiarkan selama waktu tertentu. Secara teratur, bahan

tanaman diganti dengan yang baru sampai minyak lemak jenuh dengan

minyak atsiri. Selanjutnya minyak lemak dikumpulkan dan dilakukan

penyarian minyak atsiri dengan pelarut organik (Endarini, 2016).

II.5 Alat Destilasi

Gambar 3. (A) Labu alas bulat 500 mL; (B) Alat penampung; (C) Kondensor atau
pendingin; (D) Tabung penyambung; (E) Tabung penerima (Mukhriani, 2014)

Komponen alat destilasi meliputi (Mukhriani, 2014):

a. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah untuk penyimpanan sampel.

b. Alat penampung berfungsi untuk untuk menampung destilat yang

diperoleh dari proses destilasi.


c. Kondensor atau pendingin berfungsi untuk mendinginkan uap destilat

yang melewati kondensor sehingga menjadi cair.

d. Tabung penyambung (adaptor) berfungsi untuk menghubungkan

antara kondensor dan wadah penampung destilat (Erlenmeyer)

sehingga cairan destilat yang mudah menguap akan tertampung dalam

erlenmeyer dan tidak akan menguap keluar selama proses destilasi

berlangsung.

e. Tabung penerima berfungsi untuk melihat jumlah atau volume air


BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat penampung

destilasi air (Sterling-Bidwell), cawan petri, klem, kondensor, labu alas bulat,

pemanas listrik, pompa air, statif, dan timbangan.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air suling, alkohol,

asam klorida, simplisia daun jeruk (Citrus aurantifolia) dan toluene

III.2 Prosedur Kerja

III.2.1 Penetapan kadar air

Dijenuhkan toluene dengan air dengan perbandingan toluene dan air

sebesar 1:10. Dimasukkan toluene dan air ke dalam toples kemudian

digojok lalu didiamkan hingga toluene jenuh. Langkah selanjutnya,

ditimbang sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan

ditambahkan batu didih. Dimasukkan toluene sebanyak 200 mL pada alat

penampung. Sampel dipanaskan dengan mantel heater selama 15 menit

hingga toluene mulai mendidih, kemudian dilanjutkan penyulingan selama

15 menit. Dicatat volume air yang tertera pada buret kemudian dihitung

persen kadar air dengan rumus %v/b.


III.2.2 Penetapan kadar minyak atsiri

Dirangkai alat destilasi, lalu dibersihkan buret pengaman dengan

alkohol dan asam klorida selanjutnya dibilas dengan air hingga bebas

asam. Kemudian ditimbang satu bagian sampel dan dimasukkan ke dalam

labu alas bulat dan ditambahkan dengan 200 ml air suling. Dipanaskan labu

dan dilakukan penyulingan. Setelah penyulingan selesai, dibiarkan selama

tidak kurang dari 15 menit kemudian dicatat volume minyak atsiri yang

terdapat pada buret dan dihitung kadar dengan rumus %v/b.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil penetapan persen kadar air


Sampel Bobot sampel (g) Volume air (ml) Kadar air (%)

Jeruk nipis
5 0,5 10
(Citrus aurantifolia)

Tabel 2. Hasil penetapan persen kadar minyak atsiri


Sampel Bobot sampel (g) Volume air (ml) Kadar air (%)

Jeruk nipis
10 3,4 34
(Citrus aurantifolia)

IV.2 Pembahasan

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode

azeotropi atau destilasi toluene dengan memasukkan sampel ke dalam labu

alas bulat yang dimana di dalam labu alas bulat ini ada batu dirih yang

dimasukkan juga yang berfungsi untuk memanaskan sehingga

mengeluarkan uap. Dimasukkan juga toluene. Uap naik melewati tabung

penyambung ke kondensor sehingga terjadi proses kondensasi dimana

adanya perubahan dari gas ke cair. Cairan turun ke alat penampung dan

turun ke tabung penerima. Hitung hasil persen kadar.

Prinsip dasar dari destilasi adalah mendestilasi campuran senyawa

di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya yang

dimana dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di

semua termperatur (Asfiyah dan Supaya, 2020).


Kadar air merupakan parameter untuk menetapkan residu air setelah

proses pengeringan. Pada pengujian kadar air yang diperoleh pada

simplisia jeruk nipis sebanyak 10%. Syarat kadar air untuk simplisia pada

umumnya yaitu tidak lebih dari 10% (Departemen Kesehatan RI, 2017).

Sehingga, hasil pegujian kadar air yang diperoleh sesuai dengan pustaka.

Penetapan kadar minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan

metode destilasi atau penyulingan. Sampel berupa minyak atsiri, batu didih,

dan air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Terjadi pemanasan

hingga air mendidih dan uapnya naik ke kondensor melewati tabung

penyambung. Terjadi kondensasi di kondensor yang dimana adanya

perubahan dari gas ke cair. Cairan tersebut kemudian turun ke alat

penampung dan tabung penerima.

Pada pengujian kadar minyak atsiri yang diperoleh pada simplisia

jeruk nipis sebanyak 34%. Berdasarkan pustaka menyatakan bahwa kadar

minyak atsiri pada daun jeruk nipis sebesar kurang dari 15% (Kawiji dkk.,

2015). Hal ini tidak sesuai dengan pengujian yang didapatkan karena lebih

dari 15%.

Bebedanya hasil kadar minyak dari simplisia mungkin karena bahan

tanaman berbeda, memiliki komposisi kimia yang berbeda, atau sifat tanah

dan kondisi agroklimatik. Selain itu, terdapat beberapa faktor lainnya seperti

kondisi dan ukuran serbuk rempah, pemilihan pelarut, kondisi ekstraksi dan

proses penguapan pelarut (Kawiji dkk., 2015).


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar air

dan penetapan kadar minyak digunakan sebagai paramater untuk

mengetahui jumlah kandungan air pada simplisia setelah pengeringan serta

kandungan minyak atsiri pada simplisia. Didapatkan bahwa kandungan air

yang diperoleh sebanyak 10% yang sudah sesuai dengan pustaka.

Sedangkan, kandungan minyak atsiri sebesar 34% yang tidak sesuai

dengan pustaka karena beberapa faktor salah satunya kandungan kimia

yang berbeda.

V.2 Kritik dan Saran

Untuk laboratorium, sebaiknya fasilitas laboratorium lebih

ditingkatkan lagi, sehingga setiap kelompok dapat menggunakan alat

destilasi tanpa harus menunggu. Untuk asisten laboratorium, sebaiknya

lebih ditingkatkan lagi kinerjanya. Untuk praktikan, sebelum memasuki

laboratorium sebaiknya terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi

yang berhubungan dengan kegiatan laboratorium, pada saat berdiskusi

bersikap pro-aktif sehingga suasana diskusi lebih hidup


DAFTAR PUSTAKA

Al-Aamri, M. S., Al-Abousi, N. M., Al-Jabri, S. S., Alam, T., dan Khan, S. A.
2017. Chemical Composition and In-Vitro Antioxidant and Antimicrobal
Activity of Essential Oil of Citrus aurantifolia L. Leaves Grown in
Eastern Oman. Journal of Taibah University Medical Sciences. 13(2):
108-112.

Aryani, dkk. 2020. Pengenalan Atsiri (Melaleuca cajuputi). Prospek


Pengembangan, Budidaya, dan Penyulingan. Samarinda: Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.

Boekoesoe dan Jusuf. 2015. Pembuatan Larvasida dari Daun Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia) sebagai Pengganti Bubuk Abate. Gorontalo: LPM
Universitas Negeri Gorontalo.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2017). Farmakope Herbal


Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Ditjen POM RI

Endarini, L. H. 2016. Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta Selatan: Pusdik


SDM KBPP SDM Kesehatan.

Ernest, E. 2004. Prescribing Herbal Medications Appropriately. Journal of


Family Practice. 53(12): 985-986.

Kawiji, Utami, L.U., Utami, R., dan Aryani, N.T. 2015. Ekstraksi Maserasi
Oleoresin Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc): Optimasi Rendemen
Dan Pengujian Karakteristik Mutu. Agritech. 35(2): 178-184.

Khasanah, L. U., Utami, K. R., dan Aji, Y. M. 2015. Pengaruh Perlakuan


Pendahuluan Terhadap Karakteristik Mutu Minyak Atsiri Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix DC). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 4(2): 48-
55.
Liana, E. 2017. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti.
Mataram: FITK IAIN Mataram.

Nadia, L. 2010. Praktikum Kimia dan Analisis Pangan. Tangeran Selatan:


Universitas Terbuka.

Prastiwi, S. S. dan Ferdiansyah, F. 2013. Kandungan dan Aktivitas


Farmakologi Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia S.). Farmaka. 15(2): 1-8.

Sudarsono dan Purwanti, I. 2022. Standarisasi Obat Herbal. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Wibaldu. 2016. Aktivitas Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) Terhadap Rayap Tanah (Coptotermes sp.). JKK. 5(1): 44-
51.

Zufahmi dan Nurlaila. 2018. Hubungan Kekerabatan Famili Rutaceae


Berdasarkan Karakter Morfologi di Kecamatan Bandar Baru. Prosiding
Seminar Nasional Biotik. 6(1): 90-96.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Praktikum


Penetapan kadar air
Ditimbang sampel dan
dimasukkan ke dalab labu alas
bulat

Dimasukkan batu didih

Masukkan toluene jenuh 200 ml

Panaskan selama 15 menit

Dilanjutkan penyulingan selama


15 menit

Mengitung %kadar air

Penetapan kadar minyak atsiri

Rangkai alat destilasi

Bersihkan buret pengaman dengan


alkohol dan asam klorida dan bilang
dengan air

Timbang satu bagian sampel dan


masukkan kedalam alas bulat dan
tambahkan 200 ml air

Panaskan dan lakukan penyulingan

Biarkan kurang dari 15% dan hitung %


kadar minyak atsiri
Lampiran 2. Perhitungan kadar air dan kadar minyak

Penetapan kadar air

Volume air
%Kadar air = x 100%
Bobot sampel

0,5 ml
%Kadar air = x 100%
5g

= 10%

Penetapan kadar minyak atsiri


Volume minyak
%Kadar minyak atsiri = x 100%
Bobot sampel

3,4 ml
%Kadar minyak atsiri = x 100%
10 g

= 34%

Anda mungkin juga menyukai