Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Teknologi Bahan Konstruksi ini dengan baik. Laporan ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi sekaligus sebagai syarat untuk
mendapat mendapat surat puas, yang merupakan syarat mengikuti UAS. Laporan
ini terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan agregat halus,
pemeriksaan agregat kasar, pemeriksaan beton, dan pemeriksaan baja.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan praktikum Teknologi
Bahan Konstruksi ini. Terkhusus, saya mengucapkan terima kasih kepada :
Saya mohon maaf apabila ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas laporan-laporan berikutnya yang akan saya buat. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita dan kemajuan almamater kita Universitas
Diponegoro.
Penyusun
ii | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS 1
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DAN KOTORAN ORGANIS AGREGAT HALUS 3
ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS 10
PERCOBAAN KADAR AIR DAN KADAR AIR SSD (ABSORBSI) AGREGAT HALUS 16
PERCOBAAN BERAT JENIS DAN BERAT ISI AGREGAT HALUS 21
BAB II PEMERIKSAAN AGREGAT KASAR 27
ANALISIS SARINGAN AGREGAT KASAR 28
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR AGREGAT KASAR 33
PERCOBAAN KADAR AIR ASLI DAN KADAR AIR SSD AGREGAT KASAR 36
PERCOBAAN BERAT JENIS DAN BERAT ISI AGREGAT KASAR 40
PERCOBAAN KEAUSAN AGREGAT KASAR 46
IMPACT TEST 50
BAB III PEMERIKSAAN BAHAN BETON 54
KUAT TEKAN MORTAR 55
PERCOBAAN FAKTOR AIR SEMEN DAN NILAI SLUMP 59
KUAT TEKAN BETON 64
KUAT TEKAN BETON DENGAN HAMMER TEST 73
BAB IV UJI TARIK BAJA 82
PERCOBAAN UJI TARIK BAJA 83
LAMPIRAN 86
DAFTAR PUSTAKA 152
iii | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
DAFTAR TABEL
iv | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Table 31 Mutu Pelaksanaan Berdasarkan PBI N.1-2 70
Table 32 Pengujian Hammer Test 74
Table 33 Pengujian Hammer Test 77
Table 34 Pengujian Kuat Tarik Baja 84
Table 35 Standar Baja 85
vi | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Kuat Tekan Beton 66
vii | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
BAB I
Latar Belakang
Fungsi terpenting dari agregat halus itu sendiri adalah untuk mengisi
kekosongan rongga pada campuran beton. Salah satu hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan beton adalah gradasi agregat halus dan agregat kasar. Gradasi
agregat yang baik akan mengakibatkan seluruh rongga terisi. Sehingga, beton
memerlukan gradasi agregat yang bervariasi dan sesuai supaya beton yang
dihasilkan tidak memiliki banyak rongga yang dapat menurunkan mutu beton.
Tujuan gradasi ini juga tidak lain untuk mengurangi regangan seminimum
mungkin.
Agregat Halus
A. Dasar Teori
Sebuah bangunan akan tergolong kedalam kategori kualitas bagus dan awet
jika menggunakan material berkualitas tinggi, contohnya pada bangunan yang
menggunakan struktur beton yang akan menggunakan agregat halus sebagai salah
satu bahan material utama. Salah satu pedoman dalam memilih agregat yang bagus
adalah kadar kandungan lumpur dari agregat tersebut. Lumpur adalah agregat halus
yang lolos saringan berdiameter 0,063 mm. Menurut SK SNI S - 01 - 1989 - F,
agregat halus yang akan digunakan dalam adonan beton tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5%. Pada proses pencampuran, lumpur tidak bisa bersatu dengan
semen. Oleh karena itu, pemeriksaan kandungan lumpur harus dilakukan karena
keberadaan lumpur membuat proses pengikatan terganggu. Akibatnya, kuat tekan
beton pun berkurang. Pemeriksan kandungan lumpur pada agregat dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu sistem kocokan dan sistem cucian.
Prosedur Pelaksanaan:
a. Masukkan pasir kering ke dalam gelas ukur sebanyak ± 130 cc.
b. Tuangkan air ke dalam gelas ukur sampai meresap setinggi ± 200 cc.
c. Tutup mulut gelas ukur dengan plastik sampai rapat.
d. Kocok-kocok gelas ukur selama ± 30 menit.
e. Diamkan selama ± 5 jam. Maka akan terlihat bahwa material yang berat
mengendap dibagian bawah dan lumpur akan mengendap di atasnya.
f. Amati dan catat tinggi endapan pasir dan lumpur (dalam cc).
Cara ini lebih akurat bila dibandingkan dengan cara pertama, karena sistem
cucian bersifat kuantitatis atau berdasarkan hasil hitungan. Sedangkan sistem
kocokan berdasarkan hasil pengamatan.
B. Analisis Data
i. Tabel 1 Pemeriksaan Kadar Lumpur Dengan Cara Kocokan
Presentase Kandungan
Tinggi Pasir Mula-Mula Tinggi Lumpur
Lumpur
130 cc 6 cc 4,6%
Presentase
Berat Pasir Berat Setelah Berat
Berat Rata-
Mula-Mula Dicuci Lumpur
Rata
Percobaan I 100 gram 98 gram 2 gram
3,5%
Percobaan II 100 gram 95 gram 5 gram
Pembahasan Percobaan I
Berat pasir mula-mula = 100 gram
Berat setelah dicuci = 98 gram
Berat lumpur = 2 gram
Pembahasan Percobaan II
Berat pasir mula-mula = 100 gram
Berat setelah dicuci = 95 gram
Berat lumpur = 5 gram
2+ 5
Berat rata-rata lumpur = x 100% = 3,5%
200
A. Dasar Teori
Prosedur Pelaksanaan:
a. Siapkan pasir kering sebanyak 1 s/d 1.5 kg.
b. Timbang masing-masing saringan dalam keadaan kosong dan bersih.
c. Susun saringan secara urut, diameter lobang terbesar diatas.
d. Tuangkan pasir kedalam saringan paling atas. Penyaringan dilakukan
dengan menggoyangkan saringan selama 30 menit bila secara manual
dan 10 menit bila menggunakan mesing goyang.
e. Diamkan kurang lebih selama 5 menit setelah proses penggoyangan
selesai, maksudnya membiarkan kesempatan pada debu/pasir sangat halus
mengendap.
10 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
f. Sisa pasir diatas masing-masing saringan ditimbang dengan ketelitian 1
gram.
g. Catat hasil percobaan saringan dalam daftar tabel.
h. Lakukan 2 kali percobaan dengan kehilangan berat max. 1%
B. Analisis Data
i. Tabel 3 Analisa Saringan untuk Agregat Halus
Rata−rata(gram)
Rata-rata (%) = x 100%
∑ Rata−rata( gram)
185
= x 100% = 14,9%
1241
11 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Jumah sisa komulatif (%) = Jumlah sisa komulatif saringan 0,6 (%) +
Rata-rata saringan 0,25 (%)
= 75,04% + 14,9% = 89,94%
315
= 3,15
100
SYARAT SK
SISA DI ATAS HASIL
SNI S – 01 – KESIMPULAN
SARINGAN PERCOBAAN
1989 - F
Tidak
4 mm Min. 2% berat 0,32%
Memenuhi
1 mm Min 10% berat 54,13 % Memenuhi
Antara 80%-
0,25 mm 89,94% Memenuhi
90%
12 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Berat mula-mula = 1250 gram
Berat setelah disaring = 1241 gram
Kehilangan berat = 9 gram
9
Persentase kehilangan berat = x 100% = 0,72%
1250
Pembahasan:
13 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Susunan butir agregat halus mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-
3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya. Apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Sisa diatas ayakan 4,8 mm, harus minimum 2%
2. Sisa diatas ayakan 1,2 mm, harus minimum 10%
3. Sisa diatas ayakan 0,30 mm, harus minimum 15%
14 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
presentase sisa di atas saringan 4 mm, SK SNI S-04-1989-F karena tidak
memenuhi persentase sisa di atas saringan 4,8 mm, dan ASTM C33-03
Pasal 6.1 karena tidak memenuhi persentase sisa diatas saringan 1,18 mm
dan 0,6 mm.
Sebaiknya pasir disarankan untuk disimpan di tempat yang tidak
lembab dan tetap kering. Untuk pasir gradasi halus, dapat dicampur dengan
mutu pasir yang bagus sehingga dapat menaikkan mutu pasir.
E. Lampiran
15 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN KADAR AIR DAN KADAR AIR SSD (ABSORBSI)
AGREGAT HALUS
A. Dasar Teori
Kadar air merupakan besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering dan dinyatakan
dalam persen. Hasil pengujian kadar air agregat dapat digunakan dalam
pekerjaan perencanaan proporsi campuran dan pengendalian mutu beton.
Kadar air yang di uji dilakukan pada 2 benda uji, yaitu pada agregat halus
dan agregat halus SSD. Apabila kadar air pada agregat terlalu tinggi, maka
saat beton mengeras air akan keluar dari agregat. Air tersebut lamalama
akan menguap, sehingga menimbulkan rongga. Ronggarongga inilah yang
menurunkan kualitas beton. Apabila kadar air terlalu rendah, agregat akan
menyerap air yang digunakan untuk adonan, sehingga air yang seharusnya
bereaksi dengan semen menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan reaksi
menjadi tidak maksimal.
Alat dan Bahan:
1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram kapasitas 20 kg.
2. Oven pengering.
16 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
3. Silinder berlubang.
4. Batang besi diameter 16 mm dan panjang 60 cm.
5. Cawan.
6. Agregat halus.
500 gr asli.
500 gr SSD.
Prosedur Pelaksanaan:
a. Timbang berat cawan ( W1 ).
b. Masukkan benda uji dalam cawan dan menimbang beratnya ( W2 ).
c. Hitunglah berat benda uji ( W3 = W2 - W1 ).
d. Keringkan benda uji berikut cawan dalam oven dengan
suhu (110±5)˚C sampai berat tetap.
e. Timbang berat cawan dan benda uji yang telah dikeringkan ( W4 ).
f. Hitunglah berat benda uji kering oven ( W5 = W4 - W1 ).
g. Hitunglah kadar air agregat halus.
B. Analisis Data
i. Tabel 5 Kadar Air Agregat Halus Asli
Pembahasan:
Percobaan pertama
Berat cawan (W1) = 47 gram
Berat benda uji dan cawan (W2) = 547 gram
Berat benda uji (W3=W2-W1) = 500 gram
Berat cawan dan benda uji kering oven (W4) = 545 gram
17 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Berat benda uji kering oven (W5=W4-W1) = 498 gram
Percobaan kedua
Berat cawan (W1) = 47 gram
Berat benda uji dan cawan (W2) = 547 gram
Berat benda uji (W3=W2-W1) = 500 gram
Berat cawan dan benda uji kering oven (W4) = 539 gram
Berat benda uji kering oven (W5=W4-W1) = 492 gram
Berat kering rata-rata = berat rata-rata W5
498+ 492
= = 495 gram
2
Berat air = W3 – W5rata-rata
= 500 - 495 = 5 gram
5
Kadar air = x 100% = 1%
500
Pembahasan:
Percobaan pertama
Berat cawan (W1) = 53 gram
Berat benda uji dan cawan (W2) = 553 gram
Berat benda uji (W3=W2-W1) = 500 gram
Berat cawan dan benda uji kering oven (W4) = 543 gram
Berat benda uji kering oven (W5=W4-W1) = 490 gram
18 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Percobaan kedua
Berat cawan (W1) = 53 gram
Berat benda uji dan cawan (W2) = 553 gram
Berat benda uji (W3=W2-W1) = 500 gram
Berat cawan dan benda uji kering oven (W4) = 544 gram
Berat benda uji kering oven (W5=W4-W1) = 491 gram
Walaupun memiliki kadar air yang berbeda-beda, agregat halus tetap bisa
digunakan namun harus tetap memperhatikan syarat dan ketentuan yang
berlaku. Agregat juga harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup
19 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
supaya tidak ada perubahan kadar air pada agregat akibat hujan atau udara
lembab.
E. Lampiran
1. Data analisa agregat halus
2. Foto-foto alat yang digunakan
3. ACI Education Bulletin EI-99
20 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN BERAT JENIS DAN BERAT ISI
AGREGAT HALUS
A. Dasar Teori
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat agregat kering dengan
berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh. Berat jenis
tidak memiliki satuan atau dimensi. Jika berat jenisnya makin kecil, maka
volume benda makin besar, sehingga diperlukan lebih banyak agreat halus
dalam pembuatan beton. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan
menentukan berat jenis dari beton sehingga secara langsung menentukan
banyaknya campuran agregat dalam adonan beton. Pada agregat halus terdapat
jumlah rongga atau pori yang mampu menyerap air dan dapat memberikan efek
buruk pada kualitas beton. Pori yang berlebihan dapat menyerap air dalam
adonan beton, sehingga susah untuk dicampur antara air dan semen dan
menjadi tidak maksimal karena air yang seharusnya digunakan untuk reaksi
diserap oleh agregat.
Berat isi adalah perbandingan berat agregat dengan volumenya.
Pemeriksaan berat isi dibagi menjadi dua, yaitu berat isi gembur dan berat isi
padat. Perbedaannya yaitu pada berat isi gembur diuji dengan menghentakkan
21 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
silinder berlubang ke tanah sebanyak 25 kali setiap mencapai ketinggian
sepertiga dari tinggi silinder tersebut. Sedangkan pada berat isi padat diuji
dengan menumbuk sebanyak 25 kali setiap mencapai ketinggian sepertiga dari
tinggi silinder berlubang tersebut.
1. Berat Jenis Agregat Halus
Alat dan Bahan:
1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram.
2. Kerucut terpancung.
3. Picnometer gelas.
4. Penumbuk besi.
5. Oven.pengering.
6. Agregat halus kering (setelah di oven).
7. Air bersih.
Prosedur Pelaksanaan:
a. Timbang agregat dalam keadaan SSD sebesar 500 gr
dan masukkan kedalam picnometer/gelas ukur.
b. Masukkan air bersih mencapai 90% isi picnometer
putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung
udara didalamnya.
c. Tambahkan air sampai pada tanda batas (sesuaikan
dengan volume picnometer / gelas ukur).
d. Timbang picnometer berisi air dan benda uji (B1).
e. Keluarkan benda uji lalu keringkan dalam oven dengan
suhu 110 ± 50˚C sampai berat tetap kemudian
dinginkan benda uji dalam desikator lalu timbang
beratnya (B2).
f. Isi kembali picnometer dengan air sampai tanda batas lalu
timbang beratnya (B3).
g. Menghitung volume benda uji V = B1 – B2.
A
h. Berat jenis Agregat halus 𝐵𝐽 =
V
22 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
2. Berat Isi Agregat Halus
Prosedur Pelaksanaan:
1. Masukkan aggregat halus kedalam silinder berlubang
hingga sepertiga bagian.
2. Tumbuk dengan batang besi sebanyak 25 kali.
3. Masukan lagi dua pertiga bagian lalu tumbuk lagi
dengan batang besi sebanyak 25 kali.
4. Masukan lagi pasir hingga penuh lalu tumbuk lagi
dengan batanng besi sebanyak 25 kali.
5. Ratakan permukaan dengan batang besi.
6. Timbang berat pasir yang ada dalam silinder.
berat pasir
7. Berat isi =
volume slinder
8. Untuk berat gembur tidak ditumbuk dengan tongkat
baja, tetapi hanya diketukkan ke tanah sebanyak 25 kali.
B. Analisis Data
i. Tabel 7 Berat Jenis Agregat Halus Asli
23 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Pembahasan:
24 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
iv. Tabel 10 Berat Isi Agregat Halus SSD
Pembahasan:
Pasir dipadatkan dengan menggunakan batang besi diameter 16 mm,
panjang 60 cm sebanyak 25 kali disetiap sepertiga lapisan. Untuk
volume tabung diketahui 1/4πD2t = 2941,67 cm3.
Berat Isi Asli
Gembur = 4649 gram / 2941,67 cm3 = 1,58 kg/dm3
Padat = 4813 gram / 2941,67 cm3 = 1,63 kg/dm3
Berat Isi SSD
Gembur = 4872 gram / 2941,67 cm3 = 1,65 kg/dm3
Padat = 5069 gram / 2941,67 cm3 = 1,72 kg/dm3
25 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
menandakan agregat halus yang telah diuji memiliki kualitas yang
sangat baik untuk dipakai sebagai campuran bahan penyusun beton.
E. Lampiran
26 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Gambar 12 Silinder berlubang Gambar 13 Pinometer
BAB II
Latar Belakang
27 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
beton. Penggunaan agregat dalam adonan beton berfungsi untuk mengurangi
penggunaan PC atau semen dan mengurangi penyusutan beton.
A. Dasar Teori
Sama hal nya seperti agregat halus, dalam pembuatan beton gradasi
agregat kasar juga harus diperhatikan. Pengujian ini bertujuan untuk
membuat suatu distribusi ukuran agregat kasar dalam bentuk grafik yang
dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu agregat dengan
menggunakan saringan. Selain itu pengujian ini juga digunakan untuk
mendapatkan presentase agregat kasar dalam campuran.
Alat dan Bahan:
1. Satu set saringan berdiameter 38,1 mm; 25,4 mm; 19,1 mm; 12,7 mm;
9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,25 mm; 0,15 mm;
0,075 mm; 0,00 mm.
28 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
2. Cawan
3. Timbangan
4. Oven pengering
5. Stopwatch
6. Agregat kasar, split 2/3
Prosedur Pelaksanaan:
a. Menyiapkan agregat kasar dengan menggunakan splitter sampler atau
sistem perempat sebanyak 5000 gram.
b. Mencuci agregat tersebut kemudin mengeringkan satu per satu dengan
menggunakan kain lap
c. Angin-anginkan agregat sampai kering.
d. Menimbang masing-masing saringan yang masih bersih dan kosong.
e. Menyusun saringan secara urut dengan diameter terbesar di atas dan
saringan diameer lebih kecil di bawah.
f. Memasukkan agregat kasar ke dalam saringan palng atas.
g. Menggoyangkan saringan secara manual selama 30 menit.
h. Diamkan selama 5 menit supaya debunya mengendap.
i. Menimbang setiap saringan beserta agregat yang tertahan pada masing-
masing saringan. Lalu mecatat setiap hasil yang diperoleh.
B. Analisis Data
29 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
7
12,7 1566 1578 1572 31,4 59,94 40,06
4
9,5 1233 1218 1225,5 24,5 84,45 15,55
1
4,75 645 640 642,5 12,8 97,3 2,7
5
2,36 52 62 57 1,14 98,44 1,56
1,18 5 7 6 0,14 98,56 1,44
0,6 1 2 1,5 0,12 98,59 1,41
0,25 4 5 4,5 0,03 98,68 1,32
0,15 27 30 28,5 0,09 99,25 0,75
0,075 24 23 23,5 0,57 99,72 0,28
0 11 14 12,5 0,25 99,97 0,03
Jumlah 4999 4998 4998,5 99,9
7
i. Tabel 11 Analisa Saringan Agregat Kasar
Pembahasan:
Modulus Kehalusan dari agregat kasar tersebut adalah
Jumlah % komulatif di atas ayakan 0,15
=
100
11,43+ 28,5+59,94+84,45+ 97,30+98,44+ 98,56+98,59+ 98,68+99,25
=
100
775,14
=
100
= 7,75
30 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
( gram ) rata−rata
Persentase sisa rata-rata = x 100%
∑ ( gram) rata−rata
853,5
= x 100%
4998,5
= 17,07%
= (11,43+17,07) %
= 28,5%
= 100% - 28,5%
= 71,5%
31 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
C. Syarat dan Ketentuan
Menurut SK SNI S-04-1989-F, agregat kasar harus terdiri dari
butirbutir yang beraneaka ragam besarnya, dan apabila diayak dengan
susunan yang ditentukan, susunan butir mempunyai modulis kehalusan
antara 6,0 sampai 7,1.
32 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Gambar 1 Timbangan Gambar 2 Satu set saringan
dengan ketelitian 1 gram agregat kasar
Gambar 3 Cawan
33 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Pemeriksaan Kandungan Lumpur Agregat Kasar
A. Dasar Teori
Prosedur Pelaksanaan:
a. Siapkan agregat kasar yang telah kering oven sebanyak 1500 gram
untuk 3 buah cawan masing-masing 500 gram (Ba)
b. Timbang satu-persatu cawan yang digunakan sebagai wadah agregat
kasar (C)
c. Cuci agregat kasar tersebut dengan cara meremas-remas kemudian
didiamkan selama 5 menit lalu dibuang air cuciannya.
34 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
d. Lakukan hal yang sama sampai air rendaman terlihat jernih
e. Kemudian dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100±5˚C
f. Timbang agregat kasar bersih yang telah dioven (Bb)
g. Lalu hitung persentase lumpur agregat tersebut
B. Analisis Data
Pembahasan:
500−(Bb−C)
Persentase lumpur = x 100%
100
500−(640−169)
= x 100%
500
= 5,8%
5,8 %+2,8 % +3,4 %
Hasil rata-rata kandungan lumpur =
3
= 4%
35 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
D. Kesimpulan dan Saran
E. Lampiran
Gambar 15 Pencucian
agregat kasar
Gambar 14 Cawan
36 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN KADAR AIR ASLI DAN KADAR AIR SSD
AGREGAT KASAR
A. Dasar Teori
Pada dasarnya, agregat kasar sama seperti agregat halus, memiliki
pori-pori walaupun kecil. Pori-pori tersebut dapat menyerap air dengan
maksimal. Oleh karena itu diperlukan pengujian kadar air asli maupun SSD
dalam pembuatan adonan beton supaya kualitas beton yang dihasilkan dapat
maksimal dan memiliki daya kuat tekan yang tinggi. Jika kadar air agregat
kasar tinggi, maka air akan keluar. Dan lama-kelamaan air akan menguap dan
menimbulkan rongga pada beton. Jika kadar airnya terlalu sedikit, pori-pori
akan menyerap air, sehingga mengaduknya menjadi susah.
Alat dan Bahan:
1. Timbangan dengan ketelitian 1 gram.
2. Oven pengering
3. Cawan
4. Agregat kasar
Prosedur Pelaksanaan:
1. Kadar Air Asli
a. Menimbang berat cawan (W1)
37 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
b. Memasukkan benda uji dalam cawan dan menimbang beratnya
(W2)
c. Menghitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)
d. Mengeringkan benda uji berikut cawan dalam oven
dengan suhu (110±5)˚C sampai berat tetap
e. Menimbang berat cawan dan benda uji kering (W4)
f. Menghitung berat benda uji kering oven (W5 = W4 - W1)
B. Analisis Data
1. Analisa Kadar Air Asli
Tabel 14 Analisa Kadar Air Asli
Berat Kering
Berat Contoh Berat Kering Berat Air Kadar Air
Rata-Rata
(gram) (gram) (gram) Asli
(gram)
Percobaan 1 910 900
902 8 0,8%
Percobaan 2 910 904
38 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Pembahasan:
Berat contoh = 910 gram (1) 910 gram (2)
Berat kering = 900 gram (1) 904 gram (2)
Berat kering rata-rata = 902 gram
Berat air = 910 gram – 902 gram
= 8 gram
Berat air
Kadar air asli = × 100%
Berat contoh
8
= × 100%
910
= 0,8%
2. Analisa Kadar Air SSD
Tabel 15 Analisa Kadar Air SSD
Berat Kering
Berat Contoh Berat Kering Berat Air Kadar Air
Rata-Rata
(gram) (gram) (gram) SSD
(gram)
Percobaan 1 916 879
890,5 25,5 2,78%
Percobaan 2 916 902
Pembahasan:
Berat contoh = 916 gram (1) 916 gram (2)
Berat kering = 879 gram (1) 902 gram (2)
Berat kering rata-rata = 890,5 gram
Berat air = 916 gram – 890,5 gram
= 25,5 gram
Berat air
Kadar air SSD = × 100%
Berat contoh
25,5
= × 100%
916
= 2,78%
39 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
C. Syarat dan Ketentuan
Menurut revisi SNI 03-1737-1989, kadar air pada agregat kasar asli dan
agregat kasar SSD sebesar maksimum 3%
Sesuai dengan data yang telah diperoleh yaitu 0,8%, kadar air asli pada
agregat kasar telah memenuhi syarat dan ketentuan revisi SNI 03-1737-1989 yaitu
maksimum 3%. Sedangkan kadar air pada agregat kasar SSD yang telah diperoleh
yaitu 2,78% juga telah memenuhi syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Kadar air SSD lebih besar dari kadar air asli, karena agregat SSD telah
direndam selama 24 jam, sehingga agregat menyerap lebih banyak air dibandikan
dengan agregat asli.
E. Lampiran
40 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN BERAT JENIS DAN BERAT ISI
AGREGAT KASAR
A. Dasar Teori
Berat isi adalah perbandingan berat agregat dengan volumenya.
Pemeriksaan berat isi dibagi menjadi dua, yaitu berat isi gembur dan berat
isi padat. Perbedaannya yaitu pada berat isi gembur diuji dengan
menghentakkan silinder berlubang ke tanah sebanyak 25 kali setiap
mencapai ketinggian sepertiga dari tinggi silinder tersebut. Sedangkan pada
berat isi padat diuji dengan menumbuk sebanyak 25 kali setiap mencapai
ketinggian sepertiga dari tinggi silinder berlubang tersebut.
Berat jenis merupakan perbandingan antara berat agregat kering
dengan berat air yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh.
Berat jenis berbanding terbalik dengan volume benda. Jika berat jenisnya
kecil, maka volume benda makin besar sehingga dalam pembuatan beton
diperlukan agregat kasar yang banyak pula.
Alat dan Bahan:
1. Timbangan
41 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
2. Oven pengering
3. Cawan
4. Slinder berlubang
5. Bejana gelas
6. Kain penyerap
7. Agregat kasar diperoleh dengan menggunakan splitter
sampler atau sistim perempat ( quatering ) sebanyak ± 500
gram
Prosedur Pelaksanaan:
1. Berat Isi Agregat Kasar
a. Masukkan agregat kasar kedalam silinder berlubang hingga
sepertiga bagian
b. Tumbuk dengan batang besi sebanyak 25 kali
c. Masukan lagi dua pertiga bagian lalu tumbuk lagi dengan
batang besi sebanyak 25 kali
d. Masukan lagi agregat kasar hingga penuh lalu tumbuk
lagi dengan batang besi sebanyak 25 kali
e. Ratakan permukaan dengan batang besi
f. Timbang berat agregat kasar yang ada dalam silinder
g. Berat isi = berat agregat kasar dibagi dengan volume silinder
h. Untuk berat gembur tidak ditumbuk dengan tongkat baja,
tetapi hanya diratakan dengan menggunakan batang besi
42 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
e. Keluarkan benda uji dari air , lalu buatlah kering permukaan
(SSD) untuk butiran yang besar pengeringan dengan lap harus
satu persatu
f. Timbang berat benda uji dalam keadaan jenuh air kering
permukaan (BJ)
g. Masukkan benda uji dalam bejana dan tambahkan air
hingga benda uji terendam permukaan air pada tanda batas
h. Timbang berat bejana yang berisi benda uji dan air (W1)
i. Bersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi air sampai
permukaannya ada pada tanda batas, timbang beratnya (W2)
B. Analisis Penelitian
i. Tabel 16 Berat Isi Agregat Kasar Asli
Pembahasan:
43 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Kerikil dipadatkan dengan menggunakan batang besi diameter 16
mm, panjang 60 cm sebanyak 25 kali disetiap sepertiga lapisan. Untuk
volume tabung diketahui 1/4πD2t = 2941,67 cm3.
44 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
iv. Tabel 19 Berat Jenis Agregat Kasar SSD
Pembahasan:
Berat jenis asli
Berat contoh = 500 gram (1) 500 gram (2)
Rata-rata (A) = 500 gram
Berat dalam air = 304 gram (1) 308 gram (2)
Rata-rata (B) = 306 gram
Isi contoh (C) = (A-B)
= 194 gram
A 500
Berat jenis asli = = = 2,57
C 194
45 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Menurut penelitian yang telah dilakukan, hasil percobaan berat isi pada
agregat kasar asli maupun SSD baik pada keadaan padat maupun gembur sudah
memenuhi syarat dan ketentuan ACI EI-07 yaitu 1,47 dan 1,76. Sedangkan hasil
percobaan berat jenis pada agregat kasar asli maupun SSD juga telah memenuhi
syarat dan ketentuan SNI 03-1737-1989 pasal 5.1a ayat 6 dan ACI EI-03 yaitu 2,57
dan 2,54.
E. Lampiran
46 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Gambar 17 Silinder berlubang Gambar 18 Penumbukan
pada agraegat kasar
47 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Alat dan Bahan:
Prosedur Pelaksanaan:
a. Ambilah benda uji yang akan diperiksa lalu dicuci sampai bersih.
b. Keringkan benda uji dalam oven selama 24 jam pada suhu
110˚C sampai beratnya konstan/tetap.
c. Pisahkan agregat tersebut sesuai dengan kelompoknya, lalu
mencampurkannya sesuai dengan kombinasi yang diinginkan
dengan berat total disesuaikan dengan tabel terlampir (A gram).
d. Hidupkan power mesin, lalu memutar drum abrasi dengan
menekan tombol inshing sehingga tutupnya mengarah keatas dan
tutupnya dibuka, kemudian masukkan agregat yang telah
dipersiapkan.
e. Masukkan bola baja sebanyak yang disyaratkan kemudian
menutup kembali drum tersebut
f. Atur conter sampai angka 500 atau 1000. Tekan tombol counter
dan drum akan berputar dan berhenti setelah 500 atau 1000 kali
putaran disesuiakan untuk gradasi A, B, C, D, E, F, G
g. Pasanglah talang dibawah.
h. Bukalah tutup drum lalu tekan tombol sehingga drum berputar dan
agregat serta bola baja tertampung didalam talang yang ada
dibawahnya.
48 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
i. Saringlah agregat tersebut dengan saringan nomor 12 dan
agregat yang tertahan dicuci sampai bersih
j. Keringkan lagi agregat yang dicuci tadi kedalam oven selama 24
jam dengan suhu 110˚C
k. Timbang berat keringnya (B gram)
l. Keausan sama dengan selisih berat dibagi berat semula kali 100 %
49 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
6.35 4.75 2500
4.75 2.36 5000
Jumlah bola 12 11 8 6 12 12 12
Berat bola (gram) 5000 4584 3350 2500 5000 5000 5000
B. Analisis Data
Pembahasan:
Agregat kasar mula-mula 5000 gram dari dua kelompok ukuran yang
berbeda dan dijadikan satu. Lalu agregat dimasukan ke mesin Los Angeles dan
diputar sebanyak 500 kali bersama 11 bola baja dan dihasilkan berat kering
sebanyak 2625 gram.
a−b
Keausan = × 100%
a
2375
= × 100% = 47,5%
5000
Menurut PBI 1971, jika agregat kasar diperiksa keausannya, tidak boleh
kehilangan berat > 50%.
Menurut PBI 1971, agregat kasar yang diuji dapat digunakan dalam
pembuatan beton karena prosentase keausannya < 50 %
D. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan data yang diperoleh, agregat kasar yang di uji telah memenuhi
syarat dan ketentuan PBI 1971 yaitu sebesar 47,5%.
50 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Saat memilih agregat lebih baik memilih agregat yang kuat dan keras
supaya prosentase keausan yang diperoleh < 50%.
E. Lampiran
Gambar 3 Timbangan
dengan ketelitian 1 gram Gambar 4 Oven Pengering
IMPACT TEST
A. Dasar Teori
Impact test merupakan pengujian ketahanan agregat terhadap tekanan.
Prinsip percobaan ini adalah benda uji agregat diberi kenaikan tekanan sepuluh kali
dengan menggunakan alat. Agregat kasar akan dijatuhi beban secara tiba-tiba
sehingga dapat diketahui daya tahan agregat terhadap tumbukan.
51 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
a. Satu set alat impact test yang dilengkapi dengan penumbuk seberat
15 lbs (15 × 0.45 kg = 6.75 kg) dengan tinggi jatuh 12 inc (12 × 2.54
= 30.48 ≈ 30 cm)
b. Saringan No 12, 3/8 “, 1/2 “
c. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
d. Agregat kasar yang lewat saringan 1/2 “ dan tertahan 3/8 “
sebanyak 50 × berat jenisnya ( sesuai dengan hasil praktikum
sebelumnya
Prosedur Pelaksanaan:
B. Analisis Penelitian
52 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
(B1) (gram) No. 12 (B2) (gram) No. 12 (B3) (gram)
1. 128,5 110,5 18
2. 128,5 112,5 16
Pembahasan:
B1 = Berat contoh
B2 = Berat contoh tertahan saringan nomor 12
B3 = Berat contoh lolos saringan nomor 12
Pecobaan 1 Percobaan 2
B1 = 128,5 gram B1 = 128,5 gram
B2 = 110,5 gram B2 = 112,5 gram
B3 = 18 gram B3 = 16 gram
Ketahanan agregat terhadap impact
B3 18
x 100% = x 100%
B1 128,5
= 14,007%
B3 16
x 100% = x 100%
B1 128,5
= 12,45%
( 14,007+12,45 ) %
Ketahanan impact rata-rata =
2
= 13,2285%
53 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Menentukan kekuatan agregat akibat adanya tumbukan, sehingga dapat
diketahui besar daya tahan agregat terhadap tumbukan.
Satu set Impact Test dilengkapi dengan berat tumbukan 15 lbs = 6,75 kg.
dan tinggi jatuhnya 12” = 30 cm.
Berat benda uji diperoleh dari besar berat jenis x 50
Prosentase hancur diperoleh dari berat benda uji yang lolos saringan no. 12
mm dibagi berat mula-mula x 100%
E. Lampiran
54 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Gambar 20 Alat Impact Test
BAB III
Latar Belakang
55 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Beton adalah campuran antara agregat halus, agregat kasar, semen portland
dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk masa padat.
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang banyak digunakan di Indonesia,
karena bahan dasarnya sangat banyak di Indonesia. Beton biasa digunakan untuk
bangunan gedung, jembatan, jalan dan lain-lain. Beton merupakan satu kesatuan
yang homogen. Campuran tersebut akan mengeras yang terjadi karena terjadinya
reaksi kimia antara semen dengan air.
Beton yang sudah mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan,
dengan rongga-rongga antara butiran yang besar (agregat kasar atau batu pecah),
dan di isi oleh batuan kecil (agregat halus atau pasir), dan pori-pori antara agregat
halus di isi oleh semen dan air (pasta semen). Pasta semen juga berfungsi sebagai
perekatan pengikat dalam proses pengeringan, sehingga butiran-butiran agregat
saling terikat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu kesatuan yang padat dan
tahan lama.
A. Dasar Teori
56 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Mortar adalah campuran antara semen dan agregat halus yang akan
menyatu dan mengeras apabila semen tersebut direaksikan dengan air dalam
perbandingan tertentu. Perbedaan antara mortar dengan beton hanya terletak pada
bahan penyusunnya, yaitu kalau beton menggunakan agregat kasar dan mortar tidak
menggunakan agregat kasar. Oleh karena itu, kuat tekan mortar jauh lebih rendah
dari kuat tekan beton.
1. Timbangan
2. Spatula
3. Compression Test Apparatus
4. Cetakan kubus 5 × 5 × 5 cm
5. Semen
6. Air bersih
7. Pasir
8. Alat Penumbuk
Prosedur Pelaksanaan:
57 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
g. Buka cetakan dan ukur beratnya. Lalu rendam dalam air bersih untuk
meredam temperaturnya supaya tidak mengalami keretakan. Kemudian
periksa kekuatan mortar dengan umur 3 hari, 5 hari, 7 hari, dan 14 hari.
B. Analisis Penelitian
1 260 4 160
2 1 PC : 2 PS 2/11/2017 8/11/2017 260 6 25 240
3 260 6 240
Tabel 22 Pemeriksaan Kuat Tekan Mortar
Keterangan:
PC : 525 gram
Pembahasan:
gaya tekan(F)
Kuat tekan mortar = luas penampang (A )
4000
a. Benda uji 1 = = 160 kg/cm2
25
6000
b. Benda uji 2 = = 240 kg/cm2
25
6000
c. Benda uji 3 =
25
= 240 kg/cm2
160+240+240
Rata-rata kuat tekan = = 213,3 kg/cm2
3
58 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Dalam MPa = 213,3/10 × 0,83 = 17,70 MPa
massa (m)
berat isi ( ∂ ) =
volume (v )
260
berat isi rata-rata ( ∂ ) = = 2,08 kg/cm3
125
59 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
E. Lampiran
60 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN FAKTOR AIR SEMEN DAN NILAI SLUMP
A. Dasar Teori
Faktor Air Semen (FAS) adalah perbandingan antara berat air
dengan berat semen. Biasanya, dalam membuat beton FAS yang digunakan
berkisar antara 0,4 – 0,6. Semakin tinggi FAS, maka semakin rendah kuat
tekan beton. Dalam membuat campuran beton diperlukan perbandingan atau
takaran yang pas agar beton yang dihasilkan tidak terlalu lama mengering
ataupun terlalu cepat mengering dan agar memiliki kuat tekan yang tinggi.
Sedangkan pengujian dengan alat slump bertujuan untuk menguji
flowability dari adonan penyusun beton.
Alat dan Bahan:
1. Kerucut Abrams dan perlengkapannya
2. Timbangan
3. Stop watch
4. Bak pencampur / loyang
5. Cetok, cangkul / sekop
6. Penggaris
7. Mixer beton / Molen
8. Semen (Semen Gresik), Pasir Muntilan, kerikil, dan air.
Prosedur Pelaksanaan:
61 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
d. Setelah adukan homogen, tuangkan dalam loyang / bak pengaduk.
e. Campuran tersebut dimasukkan dalam alat slump test secara
bertahap sebanyak tiga lapisan dengan ketinggian sama. Setiap
lapisan ditusuk dengan cara menjatuhkan secara bebas tongkat baja
diameter 16 mm, panjang 60 cm setinggi 50 cm sebanyak 25 kali
untuk setiap lapisnya.
f. Setelah bidang atas dari kerucut Abrams diratakan, adukan dibiarkan
selama 30 detik, sambil menunggu bersihkan sisa-sisa kotoran yang
ada di sekitar kerucut abrams tadi.
g. Kerucut diangkat pelan-pelan secara vertikal. Segera setelah itu
penurunan tinggi puncak di ukur. Pengukuran minimal dilakukan
pada tiga tempat dan dibuat rata-rata.
h. Dari hasil pengukuran ini dapat dihitung nilai slump yang
menunjukan kekentalan adukan.
B. Analisis Data
Tabel 24 Hasil Pengujian Nilai Slump
Nilai
No. Perbandingan Campuran Slump
(cm)
1 1 PC : 2 PS : 3 SP 7
2 (7,1 kg semen :10,5 kg pasir : 15,6 7
3 kg split) 7
7+7+7
Rata-rata nilai slump = = 7 cm
3
Pembahasan:
Perbandingan campuran pada benda uji sebagai berikut :
PC : PS : SP =1:2:3 = (7,1 : 10,5 : 15,6) kilogram
FAS = 0,55 dan berat semen 7100 gram
62 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Maka jumlah air yang dipakai untuk campuran beton adalah:
FAS × berat semen = 0,55 x 7,1 = 3,9 kilogram
Pengukuran nilai penurunan slump dari yang diketahui di 3
tempat adalah 7 cm, 7 cm, dan 7 cm untuk 30 detik pertama.
7+7+7
Maka nilai rata-rata penurunan slumpnya = = 7 cm.
3
C. Syarat dan Ketentuan
Menurut PBI 1971 N.I-2 pasal 4.4 :
Kekentalan adukan beton bergantung pada berbagai hal, antara
lain jumlah dan jenis semen, nilai FAS, jenis dan susunan butir
dari agregat serta penggunaan bahan-bahan pembantu
Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian
slump dengan menggunakan kerucut Abrams;
Tabel 25 Nilai slump untuk berbagai perkerjaan beton, menurut PBI 1971 N.I-2
Slump Slump
Jenis Perkerjaan Beton
Maksimum (cm) Minimum (cm)
63 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Tabel 26 Jumlah semen minimum dan jumlah FAS maksimum untuk berbagai jenis
pekerjaan beton, menurut PBI N.I-2
Jumlah semen
Nilai FAS
Jenis perkerjaan beton min 1 m3
maksimal
beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,6
b. Keadaan keliling korosif disebabkan 325 0,52
oleh kondensasi/uap korosif
Beton di luar ruang bangunan
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik
325 0,6
matahari langsung
275 0,6
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
a. Mengalami keadaan basah dan kering
302 0,55
berganti-ganti
375 0,52
b. Mendapat pengaruh sifat alkali dari
tanah atau air tanah
Beton yang kontinu berhubungan dengan air
275 0,57
a. Air tawar
375 0,52
b. Airlaut
D. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, nilai slump yang di
dapat yaitu sebesar 7 cm. Maka campuran tersebut dapat digunakan untuk
dinding, pelat pondasi, dan pondasi telapak bertulang ataupun tidak
64 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
bertulang, kaison, konstruksi bawah tanah, pengerasan jalan, dan
pembetonan massa.
E. Lampiran
65 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
KUAT TEKAN BETON
A. Dasar Teori
Beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan di
Indonesia. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi. Sedangkan kuat tariknya
rendah, yaitu sepersepuluh kuat tekannya. Bahan penyusun beton adalah
pasir, split, dan semen ditambah air sesuai dengan takaran yang sudah
diperhitungkan. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas
yang akan hancur jika diberi gaya dengan beban tertentu (dari mesin tekan).
Alat dan Bahan:
1. Timbangan
2. Bak pencampur / loyang
3. Sekop / cangkul sebagai pengaduk
4. Penggaris
5. Compression apparatus
6. Cetakan kubus dengan ukuran 15 × 15 × 15 sebanyak 3 buah
7. Semen
8. Pasir, kerikil dan air
9. Oli
Prosedur Pelaksanaan:
66 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
4. Ratakan bagian atas cetakan dengan adukan beton tadi dan beri tanda
kelompok dan tanggal pembuatan.
5. Biarkan selama 24 jam setelah itu buka cetakan lalu rendam sampel
beton tersebut kedalam air sampai dengan umur beton yang dikehendaki
atau sampai saat akan dilakukan pengujian kuat tekannya .
6. Pengujian kuat tekan pada beton bisa dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21
atau 28 hari, atau sesuai petunjuk dari pihak laboratorium.
B. Analisis Data
2-11 - 2017
8-11 - 2017
2 1 PC : 2 PS : 3KR 7 8140 15×15×15 225 262,22
Keterangan :
Tanggal Cor : 2 November 2017
Tanggal Uji : 8 November 2017
Pembahasan :
1. Berat Isi
massa (m)
berat isi ( ∂ ) =
volume (v )
Benda Uji No 1
8130
berat isi ( ∂ ) = = 2,409 gr/cm3
3375
Benda Uji No 2
8140
berat isi ( ∂ ) = = 2,412 gr/cm3
3375
67 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Benda Uji No 3
7930
berat isi ( ∂ ) = = 2,35 gr/cm3
3375
Kuat Tekan
1.2
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
Untuk mencari koefisien kuat tekan pada hari ke-6, maka gunakan
rumus yang tersedia pada grafik, yaitu y=0,0023x2+0,0975x
68 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
y=0,0023(6)2+0,0975(6)
y = 0,6678
Keterangan :
x = umur beton
y = kuat tekan beton
Pembahasan:
Hasil percobaan :
222,22
1. Beton I : σ 28 hari = = 332,7676 kg/cm2
0,6678
262,22
2. Beton II : σ 28 hari = = 392,6658 kg/cm2
0,6678
69 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
235,55
3. Beton III : σ 28 hari = = 352,7337 kg/cm2
0,6678
Standar deviasi beton adalah :
√
n
s= ∑ (σbi−σbm)2
1
n−1
Keterangan:
S = Standar deviasi
σbi = kekuatan tekan beton masing-masing benda uji (kg/cm2)
σbm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
σbm = σbi / n
n = jumlah benda uji yang diperiksa
σ bm =
∑ σ bi = 332,7676+392,6658+352,7337 = 359,38 kg/cm2
n 3
No Uji
Beton
σ bi ¿ σ bi-σ bm| (σ -σ bm)2
bi Standar Deviasi (s)
√
1 332,7676 26,61 708,1 1859,88
S= =
2 392,6658 33.28 1107,56 3−1
3 352,7337 6,65 44,22 30,49
302,34785
Dalam Mpa = × 0,83 = 25,094 Mpa
10
70 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
C. Syarat dan Ketentuan
Table 29 Perbandingan Kekuatan Beton Pada Berbagai Umur
Menurut PBI 1971
Umur Beton
3 7 14 21 28 90 365
(hari)
PC biasa 0,4 0,65 0,88 0,95 1 1,2 1,33
PC dengan
kekuatan awal 0,55 0,75 0,9 0,95 1 1,15 1,2
tinggi
√
n
s= ∑ (σbi−σbm)2
1
n−1
Keterangan :
s = standar deviasi
σ bi = kuat tekan beton masing-masing benda uji (kg/cm2)
σ bm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)
n = jumlah benda uji (minimal 20 benda uji)
Pengawasan
(kg/cm) (kg/cm) Terhadap
Kelas Mutu Tujuan
minimal maksimal Mutu Kekuatan
Agregat Tekan
Non
I B0 - - Ringan Tanpa
Struktural
B1 - - Struktur Sedang Tanpa
K125 125 200 Struktur Ketat Tanpa
II
K175 175 250 Struktur Ketat Kontinu
K225 225 300 Struktur Ketat Kontinu
III K>225 >225 >300 Struktur Ketat Kontinu
72 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
- Tidak boleh mengandung lumpur
- Agregat halus tidak boleh lebih 5% dan kasar tidak boleh lebih
dari 1%)
73 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
E. Lampiran
74 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
KUAT TEKAN BETON DENGAN HAMMER TEST
A. Dasar Teori
Kuat tekan beton juga dapat diperiksa menggunakan Hammer Beton.
Menurut SNI 03- 4430-1997, palu beton adalah palu baja yang digerakkan oleh
gaya pegas yang apabila dilepaskan akan memukul peluncur baja ke permukaan
beton kekerasan permukaan adalah kekerasan yang ditunjukkan oleh besarnya nilai
lenting, dengan nilai lenting adalah nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh alat
setelah peluncuran baja memukul permukaan beton. Pemeriksaan kuat tekan beton
menggunakan Hammer Beton memberikan banyak keuntungan, yaitu tidak
merusak beton atau benda uji itu sendiri, waktu pelaksanaan pemeriksaan kuat
tekan singkat, dan biaya relatif murah, karena tidak memerlukan listrik untuk
menghidupkan alatnya.
75 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
8. Bacalah nilai rebound R yang ditunjukkan oleh jarum pada hammer
untuk setiap pengujian.
9. Tentukan pula sudut yang dibentuk oleh sumbu hammer terhadap
garis horizontal.
10. Dengan menunggunakan daftar tabel konversi, maka tentukan besarnya
kuat tekan elemen beton.
B. Analisis Data
76 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
3 48 2,3 50,3 59,2
48 2,3 50,3 59,2
49 2,25 51,25 61,1
48 2,3 50,3 59,2
57,933333
47 2,35 49,35 57,3
3
46 2,4 48,4 55,4
47 2,35 49,35 57,3
47 2,35 49,35 57,3
46 2,4 48,4 55,4
4 48 2,3 50,3 59,2
55 1,95 56,95 72,8
51 2,15 53,15 65
51 2,15 53,15 65
54 2 56 70,9 64,6
48 2,3 50,3 59,2
48 2,3 50,3 59,2
47 2,35 49,35 57,3
55 1,95 56,95 72,8
5 49 2,25 51,25 61,1
55 1,95 56,95 72,8
49 2,25 51,25 61,1
52 2,1 54,1 67
71,788888
52 2,1 54,1 67
9
56 1,9 57,9 74,8
58 1,8 59,8 85,7
59 1,75 60,75 87,7
53 2,05 55,05 68,9
6 51 2,15 53,15 65
66,744444
49 2,25 51,25 61,1
4
50 2,2 52,2 63,1
77 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
52 2,1 54,1 67
55 1,95 56,95 72,8
49 2,25 51,25 61,1
53 2,05 55,05 68,9
53 2,05 55,05 68,9
55 1,95 56,95 72,8
7 42 2,6 44,6 48,8
48 2,3 50,3 59,2
47 2,35 49,35 57,3
46 2,4 48,4 55,4
56,566666
48 2,3 50,3 59,2
7
47 2,35 49,35 57,3
48 2,3 50,3 59,2
47 2,35 49,35 57,3
46 2,4 48,4 55,4
8 49 2,25 51,25 61,1
50 2,2 52,2 63,1
56 1,9 57,9 74,8
48 2,3 50,3 59,2
61,166666
46 2,4 48,4 55,4
7
46 2,4 48,4 55,4
51 2,15 53,15 65
49 2,25 51,25 61,1
46 2,4 48,4 55,4
9 49 2,25 51,25 61,1 66,555555
52 2,1 54,1 67 6
54 2 56 70,9
50 2,2 52,2 63,1
52 2,1 54,1 67
54 2 56 70,9
78 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
51 2,15 53,15 65
52 2,1 54,1 67
52 2,1 54,1 67
79 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Tabel 33 Data Pengujian Hammer Test Arah Horizontal ( 0°)
80 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
57 0 57 72,8
4 56 0 56 70,9
56 0 56 70,9
56 0 56 70,9
57 0 57 72,8
72,522222
55 0 55 68,9
2
57 0 57 72,8
55 0 55 68,9
57 0 57 72,8
59 0 59 83,8
5 56 0 56 70,9
50 0 50 59,2
59 0 59 83,8
60 0 60 85,7
81,133333
60 0 60 85,7
3
59 0 59 83,8
60 0 60 85,7
62 0 62 89,7
60 0 60 85,7
6 59 0 59 83,8
58 0 58 74,8
60 0 60 85,7
61 0 61 87,7
86,066666
60 0 60 85,7
7
64 0 64 93,7
62 0 62 89,7
62 0 62 89,7
59 0 59 83,8
7 53 0 53 65 66,977777
52 0 52 63,1 8
81 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
55 0 55 68,9
53 0 53 65
54 0 54 67
54 0 54 67
53 0 53 65
56 0 56 70,9
56 0 56 70,9
8 59 0 59 83,8
59 0 59 83,8
60 0 60 85,7
56 0 56 70,9
78,711111
54 0 54 67
1
59 0 59 83,8
58 0 58 74,8
58 0 58 74,8
59 0 59 83,8
9 57 0 57 72,8
55 0 55 68,9
54 0 54 67
58 0 58 74,8
76,488888
59 0 59 83,8
9
58 0 58 74,8
59 0 59 83,8
58 0 58 74,8
61 0 61 87,7
82 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Pembahasan:
Rata-rata pada tabel vertikal
63,01+ 56,47+57,9+64,6+71,79+66,74 +56,57+61,17+ 66,55
9
= 62,77 Mpa
83 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
E. Lampiran
84 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
BAB IV
Latar Belakang
Beton dan baja merupakan dua jenis bahan material yang umum digunakan
dalam konstruksi suatu bangunan. Kedua jenus material tersebut sering kali saling
membantu satu sama lain, namun bisa juga berdiri sendiri-sendiri. beton merupakan
material yang relatif kuat terhadap beban tekan namun lelah dengan beban tarik.
Maka dari itu, untuk mengantisipasi hal tersebut ditambahkan baja tulangan di
dalamnya. Kombinasi antara beton dan baja tulangan biasa dikenal dengan beton
bertulang sebagai struktur yang optimal pada konstruksi suatu bangunan. Hal ini
bukan karena sifat mekaniknya saja yg baik, tetapi beton bertulang juga memiliki
sifat yang tahan lama.
Beton bertulang pada bangunan gedung terdiri dari beberapa elemen struktur,
misalnya balok, kolom, plat lantai, pondasi, sloof, ring balok ataupun plat atap.
Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen yang dominan memikul momen
lentur. Tulangan lentur digunakan untuk menahan pembebanan momen lentur yang
terjadi pada balok.
85 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
PERCOBAAN UJI TARIK BAJA
A. Dasar Teori
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya
tegangan leleh dan kuat tarik baja.
Alat dan Bahan:
1. Batang baja deform
2. Timbangan
3. Penggaris
4. Selotip
5. Mesin uji tarik yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan
sebagai berikut:
Mesin uji harus dapat menarik batang percobaan dengan
kecepatan merata dan dapat diatur sehingga kecepatan naiknya
tegangan tidak melebihi 1 kg/mm2 tiap detik.
Ketelitian pembacaan sebaiknya mencapai 1/10 × beban
maksimum menurut skala penunjuk beban pada mesin uji tarik.
Prosedur Pelaksanaan:
a. Batang baja diukur ( sekitar 300 mm – 400 mm ) dan ditimbang.
b. Tetapkan panjang ukur, 1o = 10 × de.
c. Tandai batang baja yang telah ditimbang dan diukur pada kedua
ujungnya dengan selotip, sedemikian hingga ukur 1o tepat sama
dengan 10 kali diameternya.
d. Jepit batang baja yang telah disiapkan tersebut tepat pada bagian
yang telah ditandai pada kedua ujungnya.
e. Bebani (tarik) batang baja yang telah dijepit dan kemudian catat
beban yang mengakibatkan batang tersebut leleh dan putus.
Tariklah benda uji dengan kecepatan tarik 1 kg/mm2 tiap detik
dan amatilah kenaikan beban dan kenaikan panjang yang terjadi
sampai benda uji putus.
f. Batang baja yang telah putus disambung dan diukur panjangnya
sebagai panjang setelah putus (l1).
86 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
B. Analisis Data
Dimensi Diameter Lo ΔLu Elongation Fyield Fmax σ yield σ max
Pengujian Pengujia (mm) (mm) (%) (KN) (KN) (N/mm2) (N/mm2)
(mm) n (mm)
D-10 9,63 85 43 0,51 25 238 343,42 521,99
D-13 9,87 43,82 18,00 0,41 29 46,5 379,22 608,06
Keterangan :
Pembahasan:
D-10
ΔLu
1. ε = x 100%
Lo
43
= x 100%
85
= 0,51 %
1 2 1
2. A = πd = × 3,14 × (9,63)2 = 72,798 mm2
4 4
F yield 25000
3. σ yield = = 72,798 =343,42 N/mm2
A ¿
¿
Fmax 38000
4. σ max = = = 521,99 N/mm2
A 72,798
87 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
D-13
ΔLu
5. ε = x 100%
Lo
18
= x 100%
43,82
= 0,41 %
1 2 1
6. A = πd = × 3,14 × (9,87)2 = 76,798 mm2
4 4
F yield 29
7. σ yield = = 76,798 =379,22 N/mm2
A ¿
¿
Fmax 46,5
8. σ max = = = 608,06 N/mm2
A 76,472
88 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
D. Kesimpulan dan Saran
Dalam percobaan Uji Baja Polos D-10 didapatkan σ yield = 343,42 N/mm2
atau σ yield = 3434,2 kg/cm2 sehingga menurut PBI 1971 N.I-2 termasuk di dalam
mutu U-34 yaitu baja sedang dan tegangan putus σ ultimate = 521,99 N/mm2 atau σ ultimate
= 5219,9 kg/cm2.Dan dalam percobaan Uji Baja Ulir D-13 didapatkan σ yield =
379,22N/mm2 atau σ yield = 3792,2 kg/cm2 sehingga menurut PBI 1971 N.I-2
termasuk di dalam mutu U-37 yaitu baja sedang dan tegangan putus σ ultimate = 608,06
N/mm2 atau σ ultimate = 6080,6 kg/cm2.
Pengujian sebaiknya dilakukan lebih dari dua kali untuk mendapatkan hasil
yang lebih akurat dan dalam pengambilan nilai ΔLu angka yang ditunjukkan oleh
mesin tarik baja dikurangi 1 mm. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh gaya
terhadap mesin yang mempengaruhi gerak jarum penunjuk hasil.
E. Lampiran
89 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
90 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
91 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
92 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
93 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
94 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
95 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
96 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
97 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
98 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
99 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
100 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
101 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
102 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
103 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
104 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
105 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
106 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
107 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
Lampiran SNI dan PBI
108 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
109 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
110 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
{[Jp c33-03
Sieve (Specjfication E '11) Percent Passing
aggtagate to obtai! a desired grading" provided 9.5-mm (%-in.) 100
that the 4.75-mm (No. 4) 95 to 100 2.36-mm
{No. 8) 80 to ]00
gradiugs are not othetwise restricted by the
1.18-mm (No. 16) 50 to 85
project specifler aad the nominal maximum size 600-um {No. 30) 25 to e0
indicated by the size number is not exceecled, 300-um (No 50) 5to 30 '150-Um
'Ihe 0io 10
4.3.3.2 class designation (see i1.1 and {No. 100)
Table 3),
Norr 2 Ci:,ucrcle * ith iirrc tllgreg:rl. gxariirigs n'-tr tlte
4.3.1.3 Whetlrer the restriction on reactive
iniltinrutts flx pcrce,nrt passing the 3ii[] ;lri (No.5()) arid i -s0 prn
materials 111 11.2 applies, somclimas hare drfTicuhie:r s'ith v,orkabiiit-r-.
(No.l{ti-}l
pumpine, or exc!'s1ive bleeding. The addiri*n o1'cntr:rireil
4.3.3.4 In the case oi &e sulfate soundness test
:rir. :rddiijone.l ..Iil!,trt- or the nlliijii6l lf'ar iipprovecl tiiirtotr,,l
(see Table 3), u'hich salt is to be used. If none is
:xlrlir:ure 1{) suFpiv i}re deficienl liler- ltre 1ne1hr){{s ultd to
stated, either sodium sult'aie or magnesiun sulfate alle-.,iate such iiilliruiti c-s.
shall be used, and '1'he
6.? iin* aggirrgat* shall h:iirc ttot rnor*
4.3.4 The person responsible fcr selectii:g the than '15 !16 passing iiir! sielc, antl retaint-rri on the netl
concrete proportions if other than the ccncrete colisecutive sie',"e i,'1.' {hose shorlt in (!. }. and its
producer. lincncss modulus sliail he nitt lc:i:; than 2.3 nof
4.3.5 A.ny exceptions or additions to this rllorc than 1.1.
specification (see Note 1). 6..1 l;rre aggi'rgatc thiling to rntet these
grarlu:g rcqliucrl*n1.s sha11 me ei the requircmeir{s ol
I.INE AGGREGA E lhis se,rtirxr prr-rr,'icle ci that rhe stLpplier i:an
ileinoiislraie kr 1lie pruchaser or specilier that
1. General Charaeteristics conercle olthe eiass slrer.:jfied" niade i.l'itli fiac
aggreg.itLer urder r,onsiiicral.icl- ui1l hale reler;airl
1.1 Fine aggregate shail cousist of Nolt
natural sand, manut'acti,red sand, or a Fropelties (see 'l.l ai 1eas1 equal 1o those iil
combilation thereai coliurote tlacic r',itir thr: sillc ir-rgredierrts, rl,rtLr ihe
exception thai the reit:retce finc aggregale siiaii hc
2. Grading l;elecir:rl. {iuli ;r sourcc har:ing al acr:ep1i;ble
2.1 Sieve Analysis*$tn* aggregate, perlbnlalic:e 1('roI'.1 r)r rrlllilll (lr)nilul.! !r'llslllLLtir'll.
except as provided in
2.2 arrd 6.3 shatrl be graded wiiirin ir,rli, ii
the following limits:
111 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
112 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
4#r'* c33-03
aggtogato to ottaiu a desired gradi*g, prowided aggregate under oonsideration, will have relevant
the properties (see Note 4) at least equal to flrose cf
t&at concrete made r,vitir the same ingtetli' ents, with the
gradings ats oot otherrarise restricled by the exception that the reference {ine aggregate sliail be
project specif,er aad the nominal maximum size fr*m a source having an acceptable
selecxed
indicated by the size number is not exceeded,
performance record in similar concrete cooskuction.
4.3.3.2 The class designaticrn {see 11.i and
Tabie 3), Nore 3-Fine ?Lggragete that confoms talbe gadtng
requirements of a specification, prepared by ancther
4.3.3.3 Wheilrer the restriction on reactive organization such as a state transporlation agercy, which is in
materials 11:r 11 .2 applies, ge*eml uscr in the area, should be consideted as having a
regard
4.3.3.4 In the case of flre sulfate soundness test satisfactary service racord with to those concrete
properties affected by gradilg.
(see Table 3), wfuch salt is to be used. If none is
stated, either sodium sulfate or magnesium sulfate Nr:rr.s 4
l{elevant propcilies atl liliige nropefiics oi the
shall be used, and to the parricular application
cotrcrelc: ihirt arc irllportallt
bcirls cousidcred. S'fP l69Ct
4.3.4 The person responsible for selecting
1r1r,r rclui rr rlr.,.{r:'i.tll .,1 lnll'uflf,lrl L''rilL|ulL pr''1'. rfru'
the concrele proportions if other than the concrete
producer. (i.4 Fol oorriiiruing shipnierils olfrn* aggreg'lte
Ilrrlrr
4.3.5 tuty exceptions or additions to thi.s 'r sl\ .1, source^ the tiueness Ilodulus sha11
speciflcatio$ (see Note 1). not var! inore than 0.2i.) irorrt tire tr;rse lineness
trloduitls.
ilie irase l]nerierss tuoilulr;s shali be tiiat
tr'INE AGGR.EGATE source. 'I'tre
valLLe that is tvprcal r-il'tlie purchaser or
113 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
7.2.1 iise r:l'' a lltie aggicgate lailirrg irr thc pel'cent irassing thc .1011 and 150 pn.] (No. 51)
lest is mrt prohlt,itcd. pror,irled that- rvhcr-r test,i:il rind i!0) sioves kr be recluccd to 5 and 0.
1br tht *ttc11 r:ri'orgatlic irriruriiics on tiir*itgtl'r respectivc'ly. A pt'ecartlionitly uote iti AS'I'M t,l
o1'mcrlili, the rclatile rtrelrgili at 7 dalil. calculirle,"i ,j:i stittcs lhirt to itlleviate potonlial ploblems
rvith rlcci'eased t'iucs. one cail rrdd entr-aiLtccl
in i'.,4e1hoci {l 87, i: not less
aoetxclancc rvith'ft:st alr. arldit-ional cenlcnt. or a supplctnental
thau !i tlur. centetttilioiis niatetial to suppl,v lhe clelicicnt
fines.
1. !-ine ilsgrcgate lbr Lul: in r:r:lcrr:tc tliat u'i1l hc f'he k:wcr lirnits givcn prer,iottsly tna,v b*
suhiect to
ldeqtliite [i]r
1l'etttng, exletlded c,{p(-1suro to Lrurnid atnlosphBre" easl' 1-dacirr--u collclitions or lirr mechanicail-v
r:r contact *.'rtir tiioist groutri shail not conl-ain tinished collcretc. Iri:r hanrl-linislteil conct'ctc
anv inril-crjals il'rat ale rleleterir:us1-v rcac[il,e x'itir lloors r:l wliet'e a smootli texture is nci:dr:d,
i]re alkllies iu thr: i:ttLruttt iu xrt amoltllt sr- liowever. iine irgglr-'gilte lr,ith al icas'. 1.-5--'r
c\acisi\t erprritsic,tt ()i'lnonilr l-u end
rLhr:icnt 1.(l ilai.1ic p.rssin.: thc:ii){i pLrn (No. -i{-)) -cieve ill
illncretc, er-cepl llat il such matcrialt afe preseir pas-,ring the i50 pi tn
in ilijlir-i|r-L-' amc,llnts, trse ol ihe iilc a.ggrcgilte is {'No. 100) sleve is sometirlcs rei:ontmettded.
rrot proliiritecl t'liettr lisei-l wiih ii ceitelt coniaitririg When ct)ncrele is to bc pirmped lhrou-qh llles
less thau (1.(ri) 9/o alkalies calcLrli.rlecl as sodii-ur less than 150 Intn (6 ilt.) itl
oxide eipiivalettt (Nai(l r 1.i.6581i..C)) or rlith the Lliiirneler. i5 to.30!i sfiould pass ttie 300 Ltln
arlditic;n ot'a material &at has becl'i shori'n to (l.lr).
prevellt harmfirl ertrlnnsi,.in ducl t,r 1.hc a1kali- 5i)) sicve. xpsl .5 to l0'l shorild pass the
aggrcgate reaction. (Scc r\.pilciicli,r i-50 pirn (Nr.r, lilO) sieve. l{enrerrber,
horver.eL. that with tt irxed w/r:n. use oi
Xl I grcatet't.han-plcviousl--v-stirted anrorirtts oithesc
fittei'triictirtns illeie,rscs thc surl'acc area ard
2. Soundn*ls thcteiirre'. increlscs ihe ami)unl ol pastr''
giveir rvorliabiliLy lbr tlte
2.1 1-lrccpt as proylelcd in 8.2 ami S.3-
coltcrcL:. 'fltis is ueederi to rnaiutain a
fine "lgErii2iltc sublrcied to flr,r: c),'cies ()I thc soi- pirltrcular'ly tnii: Lil'high-strength c()ttcretc rvith a
tndness li:st shall itnle a ueighted avcJ'age loss ltigLt cenleilt colllciil, r.virere a ci)iu"scr liire
trot grealr:r than 1{.1tl6 r'l"hcn sodirtm sLillaie is Llrcd agglegatc wilh minitlal maleriiii passlng ri No.
100 material rna-v bc pt'cI'ctred"
or li oir
t'.hcru M3;111es1u111 suii'ate: is Llr-;trti.
3"1..1 Pernri.tsi/tle t:arialkln.r irt grculing---\
2.2 l:ile aggregate laillng lo mcet iI* 4an1'specit'icatiotrs 1'rt:r'mi1 a lelativelv lviile:
rerrrilciu*nls of 1.i sha1l br: i'egtrtlerl as nieet.ing ihe rauge i-rl grading 1-tt' hotlr llnc anri c()arse
rcil.lirenlent'i oi' lhis rr:i:lict'i prcvrd.ed thai 1he l
irggregales. AS'lh.{ (-13. lb| exatrple. slaie"q lhat
supplier dctnix;lliites to the pulciras*r itr line aggregatc tiiiling to tnecrt the sicYe
AGGHEGATES FOR COhICBETE E1-7 anai,vsis lo(iuirirnleLlis
'I-his
ilomflessive strength. is especialiy true itt 1na-v hc accepted if it is derronstrateci thal
stretlgth ranges in exccss of .l-5 N'IPa (5 100 cLrnciete made lvith thc firrc aggrega.te under
psi). Ait aggregirte having a maxirnum size of consieielatioil will htrve t'elevatil poperties at
19.0 rirm (3/4 ilt.l or smaller mir,v be thc mosi leiist equal tr) timse ol sin-ri1ar cottctttc] containittg
a iine ag5u'egatc fhat c{-\
etficient in that its use will require lhc least
amlrullt of certent to pr(]duce ilte required
strengrh.
()ue i)1'the mosl impot'iant
chal'actetisiics of thc line aggregarij grading
is thc irinount ol matcrial passirlg the -100 and l-
50 pLm il.{c.. -50 arrd 100) -sieves. Inaderlurle
antouttts of maierials in these sizr: range: rtrr
!;ruse ex(csslvc bleeding.^ dil f icultics in punrping
c..x]trclc. and dii't-iculties in obl.ailiittg surooth
{rou'clci,l surlaces. Mitst speciliclrtjorls allor,,'
l.i) t.r l09i' kr pass the 300 prm (No. 5()) sieve- attd
I(r
2 to iOf i r)irrs thc 150 plr (Nir. 1001 sicve.
,rr.S'I'M {l 3,1 pet'niits the lori'er iir-nits ior
114 | L A P O R A N P R A K T I K U M T E K N O L O G I B A H A N
SHEYNA DWIPUTRI P – KEL.30
SK SNI :- - G.l - 1989 - I.
L5.1 Pcrsyararan
Pasir :r.:nd:r unruk nrcnguji scmen p.nl-.n<J rian fly as-b harus
dfuunakan pa.sir k-*'a;53,1a,r,.
bcrbaruk bula( l:t'rsii,,kcn5, 5..,'1, mcmenuhi rcEnlual tcrs.bul
dr-barvah ini
O)
3
E
<e
x
-U
.D
sq
dS.
4CL
€.
ei
s:
9.;
s^
anc
eLl
5:
B*
Ed
=-
C.
ore
s;
AE
:=
*.4
*s
-:
El!
(EH
xid
c5
#'r
*, |,
6N
me
sSl
(ll J
{,
r
{<
B
a
3)
4"h
lcs 91.100.30 l
SNI 1972:2008
Daftar isi
*
r*"
.6,
Daftar isi
?rakata ii g
Pendahuluan................ iii i
'i"
/tq =
1 Ruang lingkup ItD
Sc,
2 Acuan normatif ' s* c1
'A
) 5G3
3 lstilah dan definisi Fsl
4 Rangkuman dari cara uji L &=
6 Contoh uji a SE
*&
8 Laporan ., #a
BA
s:- 5
Gg
€#
F=
6-g
{5P
xd
::(D
E-E
FO
ar
w.I.
ar !l
(I:r
f,J
e"3
ru
*s
rF
il
r,
s
g
*
SNI 1972:2008
Pendahuluan
eara uji slump beton ini bertujuan untuk menyediakan langkah kerja bagi para
pengguna s
ts
unruk menentukan slump dari beton semen hidrolis plastis. Cara uji ini memuat ruang &r
;ingkup, arti kegunaan, rangkuman dari cara uii, peralatan, langkah kerja, laporan serta
-r
ketelitian dan PenYinrpangan.
pengendalian
Hasil uji ini digunakan dalam pekerjaan, perencanaan campuran beton dan s10()
E't3
mutu beton pada pelaksanaan pembetonan' sq
lfis
_39
.13 tr.
:<
cr !a
=6'
9w
,74
Ez
q'.*
ul*^
aro
c; aP
'oB
od.
gN
o3
3&
&l at
:-*
sX(i
:l
!" d,
-3
*t5
v)s
#d
=6,
co=
&*
,xs
xid
rlo
tx
-,e
6r- 9t
rt
q
A1
g.
*
lil
a) bila tidak ada ketentuan lain konversi kuat tekan beton dari bentuk kubus
ke bentuk silinder, maka gLmakan angka perbandingan kuat tekan seperli
berikut:
Daftar Konversi
20 cm - tinggi sillncier
5
) pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya pada urnur 3 l'tart, 7 hari, dan
28 hari.
6) hasrl pemeriksaatr diambil nrlai rata-rata dari rninimum 2 buah benda qii.
http://www.dataarsitek.com/2017/01/pengertian-agregat-jenis-dan-klasifikasi-Kasar-
Halus.html
http://projectmedias.blogspot.co.id/2013/10/agregat-halus-dan-agregat-kasar.html
https://lauwtjunnji.weebly.com/pbi--sni--satuan-dan-benda-uji.html
https://laporantekniksipil.wordpress.com/2012/06/26/pemeriksaan-keausan-agregat-
dengan-mesin-los-angeles/
http://www.alatuji.com/article/detail/591/tujuan-pengujian-impact-test-uji-
dampak#.WlRciKiWa01
5. SII 0136-80