Anda di halaman 1dari 10

KONSERVASI LAHAN BASAH

DI DAERAH DATARAN RENDAH

Dani Dian Nurullah 150510200003


Viki Prasetya Aji 150510200036
Salma Mawarnis 150510200037
Peni Tirtaningsih 150510200050
Devinta Dwi Afrilianti 150510200051
Cipto Sunarso 150510200055
Meira Oktaviani 150510200058
Fitri Intan Mufidah 150510200061

KONSERVASI TANAH DAN AIR


KELAS A
Pendahuluan
Konservasi dan pemanfaatan yang bijaksana pada lahan basah sangat penting bagi
masyarakat
Penelitian terletak di daerah Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang, dimana lahan
merupakan lahan konservasi ditemukan di kawasan penelitian sebagian wilayahnya
khususnya di sebelah selatan selalu tergenang air, dikarenakan hujan dan drainase buruk
(sebagian lahan tergenang).
Kondisi tanah pada daerah tersebut terdiiri dari lempung berpasir, laterit, dan sebagian
gambut. Sarana irigasi seperti saluran dan bangunan air layaknya daerah rawa dan irigasi
belum ada.
Hasil survei lapangan diperoleh informasi setempat, bahwa permasalahan utama daerah
yang akan dikembangkan adalah genangan air dilahan
Lahan Basah
Lahan basah mencakup pedalaman, pantai, dan marin
yang memiliki tampakan sama. Konvensi Ramsar 1971
menakrifkan lahan basah secara internasional sebagai
wilayah rawa, lahan gambut, dan air, baik alami maupun
buatan, bersifat tetap atau sementara, berair ladung
(stagnant, static) atau mengalir yang bersifat tawar,
payau, atau asin, mencakup wilayah air marin yang di
dalamnya pada waktu surut tidak lebih daripada enam
meter (Dugan, 1990).

Agriculture
App
Dimensi Saluran
Saluran terbuka yang mempunyai penampang trapesium adalah yang banyak digunakan di dalam praktek (Gambar).
Penampang trapesium yang terbaik adalah yang mempunyai kemiringan tebing membentuk sudut θ = 60° dengan dasar
saluran. Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi penampang saluran menggunakan rumus Manning,
Konservasi
Menurut Parish et al. (2008) dalam Wiranda et al. (2019), menyatakan bahwa
konservasi dan pengelolaan yang tepat terhadap areal hutan rawa gambut adalah hal
yang penting untuk menghindarkan dampak-dampak degradasi.

Pembatasan Pembangunan sekat kanal Pembasahan gambut


drainase (canal blocking)
Revegetasi
Revegetasi merupakan upaya memperbaiki vegetasi yang telah rusak melalui penanaman serta pemeliharaan
sehingga kondisi vegetasi dapat kembali baik. Revegetasi berperan dalam mencegah terjadinya erosi,
memperbaiki produktivitas lahan, dan memperbaiki kondisi lingkungan.

Tahap revegetasi gambut sebagai berikut:

Pembuatan Pembibitan Penanaman


Persemaian

Dalam pelaksanaan revegetasi perlu memperhatikan lokasi penerapan dalam tahap


persemaian dan jenis tanaman yang digunakan.
Hasil dan Pembahasan

Replanting dan Pelebaran Saluran


Pembuatan Sekat Kanal
Pembuang Air

Dilakukan dengan melalui rehabilitasi lahan Ditujukan untuk dapat menahan air sehingga
dengan penanaman kembali atau dari areal kondisi tanah gambut tetap berada dalam
yang miskin vegetasi akan menjadi areal yang keadaan basah.
kaya akan keanekaragaman hayati Sekat kanal yang dibangun ialah jenis sekat
Diharapkan akan terjadi perbaikan kualitas semi permanen yang dirancang dengan umur
lahan, yaitu dari areal kosong dan sisa konstruksi selama 2-5 tahun.
pembakaran areal bervegetasi Pemeliharaan sekat dapat dilakukan dengan
Agar mampu menampung limpasan air hujan penambahan material pengisi, penggantian
untuk mendukung dalam memperbaiki dan bahan kayu sekat yang rusak, serta
memulihkan vegetasi yang rusak penanaman tanaman lokal.
KESIMPULAN
Konservasi dan pemanfaatan yang bijaksana pada lahan basah sangat penting bagi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 5 saluran pembuang air di lahan konservasi rawa Nanga
Tayap semuanya tidak mampu menampung dan mengalirkan beban debit limpasan pada waktu
hujan maksimal disebabkan kapasitas saluran tersebut sempit dan menyebabkan efek back water.
Selain itu, dari hasil kondisi lapangan dapat terdapat 12 jenis pohon lokal yang berpotensi untuk
digunakan dalam revegetasi lahan basah konservasi nanga tayap yaitu belangiran/kahui Shorea
belangeran, gelam Melaleuca cajuputi, gerunggang Cratoxylum glaucum, jambu-jambu Syzygium
sp., jelutung Dyera polyphylla, mahang Macaranga pruinosa, mendaharan Horsefeldia crassifolia,
pulai Alstonia pneumatophora, tumih Combretocarpus rotundatus, perupuk Lophopetalum
multinervium, sagu Metroxylon spp., dan terentang Campnosperma coriaceum.
Daftar Pustaka

Amin, M. (2020). Potensi, eksploitasi, dan konservasi lahan basah Indonesia berkelanjutan.
Dugan, P. (Eds.). (1990). Wetland Conservation. Gland, Switzerland: IUCN -The World Conservation Union
Simanungkalit, P., Sadikin, D. N., Candraqarina, W., & Dhiaksa, A. (2017). Penerapan Sekat Kanal. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air.

Wiranda, J., Wibowo, H., & Yulianto, E. (2019). Kajian Revegetasi Lahan Basah Konservasi (Studi Kasus
Sungai Kelik 2600 Ha). Jurnal Mahasiswa Teknik Sipil …, 6(3), 1–7.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/article/view/38943
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai