Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS KASUS ETIKA PROFESI HUKUM

DOSEN PENGAMPU :

Dr Vita Cita Emia Tarigan S.H.,L.LM

DISUSUN OLEH :

Tasya Amalya

210200628

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
• KASUS YANG DIANGKAT

“Hakim Dipecat Usai Selingkuh dengan Panitera hingga Punya Anak”

Komisi Yudisial (KY) dan Mahkamah Agung (MA) memberhentikan Hakim


Pengadilan Negeri (PN) Serang berinisial SWP. Juru bicara hakim tersebut Miko
mengatakan bahwa Ia diberhentikan karena terbukti selingkuh.Hakim SWP dianggap
Majelis terbukti melakukan perselingkuhan dengan cara menikah siri dengan Panitera
serang dan dari kabar yang berderar perselingkuha ini hingaa memiliki anak.
"Pernikahan siri tersebut tanpa izin istri sah/pertama Terlapor dan istri siri Terlapor
ternyata masih terikat dalam pernikahan yang sah dengan suami sebelumnya," kata Miko
dalam keterangan tertulisnya,

Hakim SWP beralasan bahwa istri sirinya sudah berpisah dengan suami sebelumnya.
Tetapi SWP tidak meminta bukti otentik perceraian.ia menambahkan sebelum menikah siri,
Hakim SWP sering menggunakan alibi ke MA, karena tugas setiap hari Jumat, tetapi cepat
pulang untuk menemui istri sirinya di Serang. Terlapor mengaku sudah menalak istri
sirinya melalui chat online atau biasa yang kita sebut melalui chat Whatsapp.
Dalam sidang terbuka untuk umum tersebut, dihadirkan saksi meringankan Hakim
SWP, yaitu istri sah/pertama, ibu Terlapor, dan hakim rekan kerja terlapor semasa bertugas
di MA.Setelah mendengarkan keterangan Terlapor, para saksi, dan pembelaan dari
pendamping Terlapor (IKAHI), Majelis akhirnya menjatuhkan putusan setelah melakukan
musyawarah.
"Satu, Hakim Terlapor terbukti telah melanggar huruf c, angka 5 dan 8 Keputusan
Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Kedua, menjatuhkan sanksi disiplin berat kepada Terlapor dengan pemberhentian tetap
dengan hak pensiun sesuai Keputusan Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim," demikian bunyi putusan MKH.

1
• ANALISIS KASUS
Dalam kasus yang telah diuraikan sebelumnya hakim SWP terbukti telah
melanggar huruf c, angka 5 dan 8 Keputusan Bersama Ketua MA dan Ketua KY
tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.dengan adanya pelanggaran terhadap
kode etik ini,hakim SWP tidak menunjukan adanya nilai intergritas yang ia tanamkan di
dalam diri dia sebagai seorang hakim.

• KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU HAKIM YANG DILANGGAR


Kode etik dan pedoman perilaku kehakiman mengandung 10 aturana pokok dan
menurut saya berdasarkan kasus yang diuraikan hakim tersebut melanggar pedoman
sebagai hakim:
1. Berperilaku arif dan bijaksana
Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-norma
yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma
keagamaan, kebiasan-kebiasan maupun kesusilaan
2. Berintegritas tinggi
Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan
tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap setia
dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam
melaksanakan tugas.
3. Menujunjung tinggi harga diri
Prinsip menjunjung tinggi harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong
dan membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi
yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai aparatur Peradilan.
4 . Bersikap profesional
Sikap profesional akan mendorong terbentuknya pribadi yang senantiasa
menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta berusaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya
mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien.

2
• PELANGGARAN TERHADAP NILAI PANCASILA
Dalam kasus yang telah saya uraikan menurut saya jaksa tersebut telah melanggar
2 sila yang terdapat dalam Pancasila,yaitu :

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA.

Hal ini dikarenakan sang hakim telah berselingkuh kepada rekan kerjanya yaitu
panitera hingga mempunyai anak hal ini tentus saja dengan melakukan perzinahan dan
sudah jelas ada diatur didalam ajaran agama.serta hakim tersebut telah melanggar
sumpah yang diucapkan saat melakukan pernikahan dengan istrinya.maka dari itu sang
hakim telah melakukan pelanggaran terhadap sila pertama yaitu “Ketuhanan yang maha
esa”

2.KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Menurut saya sang hakim juga telah melanggar sila kedua yaitu
kemanusiaan yang hadil dan ebradap.hal ini dikarenakan tidak adanya nilai
kemanusiaan yang terdapat dari tindakannya ini.nilai kemanusiaan merupakan nilai
mengenai ahrkat dan martabat manusia.namun tindakan yang telah dilakukan sang
hakim dan panitera malah sebaliknya dapat merendahkan harkat dan martabat
mereka.serta hal ini menimbulkan ketidak adilan terhadap keluarga dari kedua belah
pihak terutama istri dan anak sang hakim.

Anda mungkin juga menyukai