Anda di halaman 1dari 6

Beranda ▼

Jenis-jenis jamur yang bisa dikonsumsi


JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI,- www.jamurtiramjawabarat.com
1. Jamur Kancing atau Champignon (Agaricus bisporus)

Jamur kancing merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38%
dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing (Agaricus bisporus) atau champignon merupakan
jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau
coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom, white mushroom, common
mushroom atau cultivated mushroom. Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur
kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan
Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik,
sebagian orang ada yang menyebutnya sedikit manis atau seperti daging. Jamur kancing segar
bebas lemak, bebas sodium, serta kaya vitamin dan mineral, seperti vitamin B dan potasium.
Jamur kancing juga rendah kalori, 5 buah jamur ukuran sedang sama dengan 20 kalori.
2. Jamur Tiram (Pleurotus sp.)

Tiongkok merupakan produsen jamur tiram yang utama. Sekitar 25% dari total produksi jamur
dunia berupa jamur tiram.
Jamur tiram/ shimeji dikenal pula dengan nama populer Oyster Mushroom dan nama ilmiah
Pleurotus ostreatus. Tangkai tudungnya menyerupai cangkang tiram dengan bagian tengah agak
cekung dan berwarna putih hingga krem, simak asal usul jamur tiram Ada beberapa jenis jamur
tiram yaitu jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur tiram kelabu, dan jamur tiram coklat
dan lainnya, simak Jenis-jenis jamur tiram. Jamur tiram yang dikenal paling enak dan paling
disukai masyarakat sehingga paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih. Di alam bebas,
jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh
buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok
batang pohon yang sudah ditebang. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram
biasanya dipelihara dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung
plastik.
3. Jamur Merang (Volvariella volvaceae)

Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa jamur merang. Jamur merang (Volvariella
volvacea, sinonim: Volvaria volvacea, Agaricus volvaceus, Amanita virgata atau Vaginata virgata)
atau kulat jeramoe dalam bahasa Aceh merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak
dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau subtropis.
Jamur ini telah lama dibudidayakan sebagai bahan pangan karena spesies ini termasuk golongan
jamur yang paling enak rasanya dan mempunyai tekstur yang baik.

4. Jamur Shitake (Lentinus edodes)

Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar 10%
dari total produksi jamur dunia berupa jamur shiitake. Shiitake disebut juga, Chinese Black
Mushroom, Jamur jenis ini sudah dikenal sebagai jamur konsumsi sejak 2000 tahun yang silam di
dataran Asia. Produksi jamur Shiitake secara industri massal pertama kali dilakukan di Jepang
pada tahun 1940an. Namun budidaya secara traditional sudah dimulai sejak 900 tahunan yang
silam di Cina.

5. Jamur Kuping
Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa, terdiri dari jamur kuping putih (Tremella
fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur kuping merah (Auricularia
auricula-judae) Jamur Kuping merupakan jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum
jamur Shiitake di Cina. Di Indonesia jamur Kuping sangat lumrah dikenal di kalangan masyarakat
menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat tradisional masih sering mengambil
jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh pada batang-batang yang sudah lapuk. Jamur Kuping
terutama jenis jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) saat ini sudah banyak dibudidayakan
secara modern dalam log-log serbuk kayu. Menurut data statistik, produksi segar jamur kuping
(worldwide) menempati urutan keempat (346.000 ton) setelah Champignon, Tiram dan Shiitake
pada tahun 1991.
6. Jamur Enokitake (Flammulina velutipes)

Dikenal juga sebagai jamur musim dingin (winter mushroom). Di wilayah dunia beriklim sejuk,
jamur ini tumbuh di alam bebas pada suhu udara rendah mulai musim gugur hingga awal musim
semi. Jamur ini juga diketahui tumbuh di bawah salju. Jamur Enokitake biasanya tumbuh di
permukaan batang pohon Celtis sinensis (bahasa Jepang: Enoki) yang sudah melapuk, sehingga
disebut Enokitake (jamur Enoki). Jamur Enokitake hasil budidaya bisa dipanen sepanjang tahun.
Tubuh buah Enokitake hasil budidaya terlihat beda dari Enokitake yang tumbuh di alam bebas.
Jamur hasil budidaya dilindungi dari sinar matahari sehingga berwarna putih, sedangkan jamur di
alam bebas berwarna coklat hampir merah jambu.
7. Jamur Maitake (Grifola frondosa)
Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of the
woods.

8. Jamur Matsutake (Tricholoma matsutake (S.Ito et Imai Sing.)

Jamur langka yang belum berhasil dibudidayakan dan diburu di hutan pinus wilayah beriklim sejuk.
Dipanen pada musim gugur dan merupakan jamur berharga sangat mahal di Jepang. Di Jepang,
matsutake adalah bahan makanan mewah yang berharga sangat mahal. Jamur ini memiliki wangi
harum yang kuat, dan dimakan setelah dipanggang sedikit di atas api, ditanak bersama beras
menjadi nasi matsutake (matsutake gohan), dan sebagai campuran dobinmushi (sup dalam teko).

9. Jamur Truffle (Tuber magnatum, Tuber aestivum, Tuber melanosporum, dan Tuber brumale)
Jamur langka yang sulit ditemukan, sehingga menemukannya butuh bantuan anjing dan babi yang
memiliki penciuman tajam. Jamur truffle adalah jamur termahal di dunia (artikel dari The
Telegraph) , digunakan dalam jumlah sedikit sebagai penyedap pada masakan Perancis seperti
masakan Foie gras.

10. Jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum)

Menurut sejarah Cina, ling zhi ditemukan oleh seorang petani bernama Seng Nong. Ia dijuluki
sebagai petani yang suci (holyfarmer). Seng Nong menyatakan, kriteria unggul nilai atau manfaat
dari sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan
efek samping.

Pada zaman Dinasti Shu, sekitar 2400 tahun lalu, ling zhi hanya dikonsumsi untuk pengobatan
para maharaja dan bangsawan di negeri Cina. Pada masa itu, ling zhi masih langka. Sejak tahun
1971, seorang peneliti dari Universitas Kyoto, Jepang, bernama Yukio Naoi mulai
membudidayakan ling zhi.

Melalui eksperimen- eksperimennya, akhirnya ia berhasil menemukan cara menumbuhkan ling zhi
menggunakan limbah pertanian dan kayu-kayu yang telah lapuk. Ling zhi memiliki sifat rasa pedas,
pahit, dan hangat. Mengonsumsi ramuan dari ling zhi memiliki efek bersifat melindungi organ
tubuh, membangun (constructive), mengobati, dan berdampak positif terhadap penyembuhan
organ lain yang sakit. Sejauh ini belum pernah ditemukan efek negatif yang ditimbulkan setelah
mengonsumsi ramuan ling zhi.

Dari berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai negara, ling zhi berkhasiat sebagai herbal anti-
diabetes, anti- hipertensi, anti-alergi, antioksidan, anti-[inflamasi], anti-hepatitis, analgesik, anti-
HIV, serta perlindungan terhadap liver, ginjal, hemoroid atau wasir, anti- tumor, dan sistem
imunitas (kekebalan tubuh).

The Nature

Berbagi 1

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

‹ Beranda ›
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai