Jawaban Terbaik
Pada manusia
1. influenza virus = penyebab flu
2. Human Immunodeficiency (HIV) = pnyebab AIDS mnyerang kekebalan tubuh
3. Hepatitis virus = penyebab hepatitis B
4. Ebola virus = penyebab pnyakit ebola yg mematikan, mnyerang prthanan tubuh
5. Polio virus = pnyebab pnyakit polio, mnyerang sistem saraf pusat
6. Human papillomavirus = penyebab penyakit kutil
7. Adenovirus = menyebabkan infeksi usus & alat pernapasan
8. Herpesvirus = penyebab infeksi mulut & alat kelamin
9. Proxvirus = penyebab campak, cacar
10. Ortho myxovirus = penyebab influenza
11. Togovirus = penyebab demam berdarah
12. Rhinovirus = demam dan pilek
13. Herpes simpleks I = luka di sekeliling mulut
14. Herpes simpleks II = perlukaan genital
15. Reovirus = diare
16.Virus demam kuning = penyakit kuning
17. DHF = demam berdarah
18. Virus mumps = menebabkan penyakit gondonk
19. RSV (rous sarcoma virus) = menyebabkan penyakit tumor
20. Konjuctivis = radang pada mata
Pada Tumbuhan
1. Tobacco mosaic virus (TMV), virus ini menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman
tembakau.
2. Virus Tungro, menyerang tanaman padi.
3. Citrus vein phloem degeneration (CVPD), menyebabkan penyakit degenerasi pembuluh tapis
pada jeruk.
4. Tristeza pada jeruk oleh virus tristeza. penyebarannya oleh kutu daun
5. Bercak kuning atau mosaik, contohnya pada tembakau, mahkota bunga
Pada hewan
1.poxvirus: menyebabkan adanya penyakit pada kelinci dan pada burung hantu.
2.papovavirus : menyebabkan kanker pada hewan
3.paramyxovirus : NCD (tetelo pada ayam)
4.H5N1: penyakit flu burung
5.Retrovirus : sarkoma rous pada ayam
Secara garis besar, virus dibagi menjadi dua bagian, yaitu virus DNA dan virus RNA.
Virus DNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai
ganda berpilin. Di dalam sel inangnya, DNA pada virus akan mengalami replikasi menjadi
beberapa DNA dan juga akan mengalami transkripsi menjadi mRNA. mRNA akan mengalami
translasi untuk menghasilkan protein selubung virus. Masih di dalam sel inang, DNA dan protein
virus mengkonstruksikan diri menjadi virus – virus baru. mRNA juga akan membentuk enzim
penghancur (Lisozim) sehingga sel inang lisis (hancur) dan virus – virus keluar untuk
menginfeksi sel inang lainnya. Contoh Virus ini :
1. Papiloma
2. Poliloma
3. Parvovirus B19
4. Adenovirus
5. Herpes simpleks I (luka di sekeliling mulut)
6. Herpes simpleks II (perlukaan genital)
7. Varicella zoster (cacar air)
8. Virus Epstein-Barr
9. Cytomegalovirus
10. Vaccinia
11. Roseola
12. Cacar sapi
13. Cacar
14. Bakteriofag
15. Hepatitis B virus
16. Smallpox virus
17. Transfusion Transmitted Virus
18. JC virus (progressive multifocal leukoencephalopathy)
19. Anellovirus
20. Salterprovirus
Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai
tunggal atau ganda tidak berpilin. Di dalam sel inangnya, RNA pada virus akan mengalami
transkripsi balik menjadi Hibrid RNA-DNA dan akhirnya membentuk DNA. Selanjutnya DNA
virus akan masuk ke inti sel inangnya, menyisip ke dalam DNA inangnya. DNA virus akan
merusak DNA inangnya dan membentuk mRNA. mRNA akan mengalami translasi untuk
menghasilkan protein selubung virus untuk menbentuk virus – virus baru. Contoh Virus ini :
1. HIV AIDS
2. Influenza
3. Virus Hepatitis E
4. Poliovirus
5. Paramyxovirus Paramyxovirus
6. Virus enterik
7. Virus rubella
9. Virus ensefalitis
12. Rabies
13. Campak
16. Gondong
17. Rotavirus
18. Enterovirus
19. Hepatovirus
Jika virus ini memasuki vagina anda, maka ada kemungkinan virus ini menyebabkan kerusakan sel dalam
vagina anda tersebut sehingga pertumbuhannya menjadi tidak normal (displasia). Kondisi tidak normal
ini bisa berubah menjadi kanker serviks (cervical cancer). Kebiasaan merokok dapat menyebabkan
perubahan sel abnormal menjadi sel kanker ini semakin cepat. Begitu juga dengan tidak rutin
memeriksakan kesehatan vagina (Pap smear test), pemeriksaan ini penting minimal dua tahun sekali
untuk mengetahui adakah sel yang tidak normal dalam rahim. Anjuran pemeriksaan kesehatan bukan
hanya pada wanita, pada pria yang sering melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan pun
perlu memeriksakan kesehatan kulit sekitar kemaluan/penis. Jika seorang pria nantinya menikah,
kemudian istrinya suatu saat mengalami kanker serfiks maka ada kemungkinan si suami (yang dulu atau
sekarang masih sering berganti-ganti pasangan itulah) yang membawa HPV ke dalam vagina istrinya. Jadi
jangan hanya bisa menyalahkan istri, kadang suami juga perlu introspeksi.
HPV menimbulkan kutil pada anggota tubuh khususnya tangan dan kaki karena kedua bagian
inilah yang sering bersentuhan dengan kulit pasangan seksnya. Jika pada penis ditemukan kutil
maka sebaiknya diperiksakan ke dokter karena ada kemungkinan itu adalah displasia akibat HPV
tadi. HPV juga bisa menyebabkan kerusakan sel pada mulut dan bibir. Hal ini akan semakin
parah pada seseorang yang mengidap HIV/AIDS (ODHA) yaitu memunculkan luka pada daerah
yag terinfeksi karena kekebalan tubuh ODHA tersebut sangat lemah.
Ada sekitar seratus jenis virus yang digolongkan sebagai HPV. Kebanyakan menular karena
bersentuhan kulit antara pembawa virus dengan orang yang sehat. Sesama pembawa pun akan
bisa bertukar jenis virus. Sehingga efeknya akan semakin bertambah pada sel tubuh. Virus ini
bisa dengan mudah menular pada hubungan seksual. Diperkirakan 75% orang yang aktif secara
seksual yang berusia 15-50 tahun di AS mengalami sedikitnya satu jenis infeksi HPV. Oleh
sebab itu sebaiknya kita menghindari berhubungan seks dengan siapapun kecuali hanya pada
satu pasangan seks kita. Sekali lagi, kondom tidak bisa mencegah penularan virus ini.
Tidak ada gejala khusus pada orang yang telah terinfeksi virus ini, bisa saja seorang wanita yang
memiliki displasia/kutil pada vaginanya tidak berubah menjadi kanker serfiks karena memang
daya tahan tubuhnya kuat.
Belum ada obat yang bisa memberantas HPV. Hanya kekebalan tubuh kita lah yang bisa
melakukannya, namun kekebalan tubuh setiap orang berbeda-beda, jika memang bagus maka
penyakit ini akan cepat bisa dihilangkan atau dilemahkan dari tubuh kita (bagi pengidap
HIV/AIDS virus yang lemah ini bisa menjadi kuat kembali jika kekebalan tubuhnya sangat
rendah). Displasia dan kutilnya dapat dicabut. Ada beberapa cara untuk melakukan ini: Ditembak
dengan laser, membekukannya dengan nitrogen cair, memotongnya/ bedah, dan mengobatinya
dengan zat kimia tertentu. Sekali lagi hal ini hanya untuk menghilangkan kutil/displasia saja
bukan menghilangkan virus yang mungkin sudah tersebar ke sekitar daerah terinfeksi atau ke
tempat lain melalui peredaran darah. Jadi jagalah kondisi tubuh anda tetap sehat supaya
kekebalan tubuh anda pelan- pelan bisa memberantas virus ini sehingga tidak membahayakan
tubuh anda.
Herpes simpleks
eMedicine med/1006
MeSH D006561
Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) adalah sejenis penyakit yang
menjangkiti mulut, kulit, dan alat kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa
sakit pada otot di sekitar daerah yang terjangkit. Hingga saat ini, penyakit ini masih belum dapat
disembuhkan, tetapi dapat diperpendek masa kambuhnya.
Virus varicella zoster (VZV) merupakan salah satu dari lapan virus herpes yang diketahui menjangkiti
manusia (dan haiwan vertebrat). Ia biasanya menyebabkan cacar air pada kanak-kanak dan kedua-dua
kayap dan neuralgia lepas herpes pada orang dewasa. Waktu terdedah sampai kena penyakit adalah
dalam tempoh 2 sampai 3 minggu.Isi kandungan:
1. Gejala
2. Waktu kuarantin yang disarankan
3. Pencegahan
4. Pengobatan
Pengelasan virus
Famili: Herpesviridae
Subfamili: Alphaherpesvirinae
Genus: Varicellovirus
Spesies
1. Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan
nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit
yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting
ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam
sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam.
Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh “Virus Hepatitis B” (VHB), suatu
anggota famili Hepadnavirus[1] yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati.[2] Mula-
mula dikenal sebagai “serum hepatitis” dan telah menjadi epidemi pada sebagian Asia dan
Afrika.[3] Hepatitis B telah menjadi endemik di Tiongkok dan berbagai negara Asia.[4]
Penyebab Hepatitis ternyata tak semata-mata virus. Keracunan obat, dan paparan berbagai
macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor, dan zat-
zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, bisa juga menyebabkan Hepatitis.
Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita.
Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali
zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat lagi
menetralkan racun-racun lain.[5]
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
varicella-zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Masa inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa sitandai dengan
badan yang terasa panas dingin.
Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan
nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit
yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting
ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam
sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam.
Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama
masa karantina sebaiknya penderita tetap mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada
kulit akan dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya
bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika
mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras.
Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol sehingga
mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang
memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung
mentol. Pastikan anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses
penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti
jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.
Influensa
Flu
Influensa
Flu :
• Influensa
• Virus
• Flu burung
• Flu babi
• Flu musiman
• Riset
• Vaksin
• Perawatan
• Pandemik
ICD-10 J10.,J1 1 .
ICD-9 487
DiseasesDB 6791
MedlinePlus 000080
MeSH D007251
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit menular burung dan mamalia
yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan
dengan medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah
demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta
rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia.
REOVIRIDAE
Reoviridae merupakan golongan virus yang yang mempunyai virion tak berselubung dengan
simetris ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm mempunyai genom RNA untai ganda,
bersegmen. Golongan virus tersebut memiliki meliputi 3 genus yaitu :
Ukuran diameter virion 60-80 nm dan memiliki dua kulit kapsid yang terpusat (kosentris),
dimana tiap virion berbentuk ikosahedral (rotavirus mempunyai tiga lapisan). Rotavirus
mempunyai 132 kapsomer, dan tidak beramplop. Partikel virus ini berkulit tunggal dan tidak
mempunyai kapsid luar berdiameter 50-60 nm. Core bagian dalam dari partikel berdiameter 30-
40 nm. Partikel berkulit ganda merupakan bentuk infeksi virus yang sempurna.
Genom mengandung RNA untai ganda dalam 10-12 segmen tersendiri dengan ukuran total 16-27
kbp, tergantung genusnya. Rotavirus mengandung 11 segmen genom, dimana orthoreovirus dan
orbivirus masing-masing memiliki sepuluh segmen dan coltivirus mempunyai 12 segmen.
Segmen RNA individual memiliki ukuran yang beragam mulai dari 680 bp (rotavirus) sampai
3900 bp (orthoreovirus). Core virion mengandung beberapa enzim yang dibutuhkan untuk
transkripsi dan capping RNA virus. Reovirus biasanya tidak stabil terhadap panas, pH 3,0-9,0
dan pelarut lemak, tetapi dapat di inaktivasi oleh ethanol 95%, fenol, dan chlorin. Sedikit
perlakuan dengan enzim proteolitik akan menambah infektivitasnya.
• Virion
Berbentuk ikosahedral yang berdiameter 60-80 nm, memiliki dua kulit kapsid yang terpusat atau
konsentris
• Komposisi
Hepatovirus
Virus classification
Order: Picornavirales
Species : Hepatitis A
Unclassified Hepatovirus
Hepatitis is a genus of viruses belonging to the family Picornaviridae. It encompasses the Hepatitis A
with one unclassified virus.[1]
Ebola
Klasifikasi virus
Famili: Filoviridae
Genus: Ebolavirus
ICD-10 A98.4
ICD-9 065.8
DiseasesDB 18043
MedlinePlus 001339
eMedicine med/626
MeSH D019142
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari
penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Gejala-
gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam.
Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di
Kongo.
Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa
inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah
dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun vaksin untuk
manusia belum ditemukan.
Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat
menular, yang ditandai dengan demam,batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva)
dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan
infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun,
terutama pada anak- anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita
campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
DEMAM BERDARAH
Gambaran Klinis
Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala ? gejala berikut :
nyeri kepala, , nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi
perdarahan dan leukopenia.
Kriteria Untuk Diagnosa Laboratorium Satu atau lebih dari hal-hal berikut :
Isolasi virus dengue dari serum, plasma, leukosit ataupun otopsi. Ditemukannya anti bodi IgG
ataupun AgM yang meningkatkan tinggi titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau
lebih antigen dengue dalam spesimen serta
berpadangan.
Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan
cara immuno-flouresens, ataupun didalam spesimen serum dengan uji ELISA Dibuktikan dengan
keberadaan gambaran genomic sekuen virus dari jaringan otopsi, sediaan serum atau cairan
serebro spinal (CSS), dengan uji Polymerase Chain Reaction ( PCR).
Klarifikasi Kasus
Dicurigai sebagai kasus : Yaitu kasus yang jelas dengan melihat gejala klinisnya.
Kemungkinan sebagai Kaus : ialah kasus yang menunjukkan gejala klinis dan didukung
oleh satu atau lebih dari ;
Uji serologi berupa munculnya titer anti bodi dengan hemaglutinasi ? inhibisi 1280 atau lebih
yang sebanding dengan titer positif IgG dengan uji ELISA, ataupun titer positif zat anti bodi IgM
pada fase akhir yang akut pada fase konvalesens.
Munculnya kasus DD lain dilokasi dan waktu yang sama
Kasus yang Pasti : ialah kasus yang secara klinis benar, serta didukung pula kebenarannya secara
laboratoris.
Kriteria Untuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kasus tersangka ataupun kasus yang pasti dari
dengue dengan kecenderungan perdarahan disertai adanya satu atau lebih dari hal ? hal
berikut :
Demam kuning adalah penyakit demam akut yang ditularkan oleh nyamuk. Demam ini dikenali
sebagai penyakit untuk pertama kalinya pada abad ketujuh belas, namun baru pada tahun 1900
sampai 1901 Walter Reed dan rekan-rekannya menemukan hubungan antara virus demam
kuning dengan nyamuk Aedes aegypti dan penemuan ini membuka jalan bagi pengendalian
penularan penyakit demam kuning ini.
Demam kuning merupakan penyakit yang gawat di daerah tropika. Selama lebih dari 200 tahun
sejak diketahui adanya perjangkitan di Yukatan pada tahun 1648, penyakit ini merupakan salah
satu momok terbesar di dunia. Pada tahun 1905, New Orleans dan kota-kota pelabuhan di
Amerika bagian Selatan terjangkit epidemi demam kuning yang melibatkan sekurang-kurangnya
5000 kasus dan menimbulkan banyak kematian.
Pengertian Cacar Air
vericella zoster
Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus varicella-zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.
Masa inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan.
Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan
nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit
yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu
diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting
ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-
kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam
sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam.
Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit
menghilang.
1. Lebih baik jika perawatan anak dilakukan oleh orang yang sudah pernah terjangkit cacar.
Karena biasanya orang yang sudah pernah terkena penyakit ini akan kebal.
2. Untuk anggota keluarga yang belum terkena cacar, sebaiknya jangan terlalu dekat dengan
anak, agar tidak menghirup nafasnya.
3. Pisahkan barang-barang yang digunakan, seperti baju, handuk, peralatan makan, dan lain-lain.
Bersihkan peralatan tersebut secara terpisah. Tempatkan pula anak dalam tempat tidur terpisah,
dang anti seprai setiap hari.
4. Jaga kualitas dan kuantitas makanan anak. Berikan makanan yang mengandung banyak zat
yang diperlukan tubuh.
5. Istirahat yang cukup. Jangan biarkan anak keluar bermain sementara bintil cacar masih terus
tumbuh.
6. Minta kepada anak untuk tidak menggaruk bintil yang gatal. Potong kukunya atau pakaikan
sarung tangan untuk mengurangi akibat garukan. Cairan yang terdapat di dalam bintil bersifat
menular. Dan jika terjadi infeksi luka maka penyembuhannya akan lebih sulit, juga
meninggalkan bekas (kropeng).
7. Oleskan obat gatal, seperti bedak calamine untuk mengurangi gatal dan mempercepat proses
pengeringan luka.
8. Mandikan anak dengan antiseptik, dan pergunakan baju yang berbeda setiap harinya.
9. Perhatikan kondisi dan suhu tubuh anak setiap hari. Bila perlu, berikan anak obat untuk
meredakan demam yang dideritanya.
10. Waspada akan keadaan darurat. Segeralah ke dokter bila bintil / vesikel terinfeksi kuman,
misalnya berwarna merah, bengkak, dan bernanah. Dan juga bila anak menderita demam tinggi,
sakit kepala, muntah, gatal yang tidak hilang-hilang, saat bintil-bintil telah menyebar ke seluruh
tubuh dan keadaan anak sudah membaik.
Pencegahan
Menggunkan Imunisasi bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini
dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat
kaitannya dengan kekebalan tubuh.
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin.
Vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi bagi orang yang belum
pernah mendapatkan (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster.
Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan
Serta tidak melakukan kontak dengan orang yang terkena cacar air agar tidak tertular virus
varisela zoster.
Pengobatan
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan
tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan “Asiklovir” berupa tablet 800 mg per hari
setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang
mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama
6 hari. Larutan “PK” sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa
didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang
mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut
Penanganan
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya, penanganan cacar air
terutama ditujukan untuk meringankan gejala.1 Yang dapat dilakukan adalah:1
• Tirah baring secukupnya
• Parasetamol untuk menurunkan demam
• Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal
• Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada anak-anak
yang sangat kecil.
• Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam mulut.5
Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:2
• Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti chlorpheniramine. Obat golongan ini
tidak signifikan untuk menangani rasa gatal pada cacar air.2
• Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa komplikasi. Bahkan jika
mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama kali muncul, antivirus hanya mengurangi satu
hari dari lamanya sakit. Penelitian yang dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir (salah
satu antivirus) tidak bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada cacar air. Selain itu
penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya respon kekebalan tubuh sehingga virus
dapat teraktivasi kembali lebih cepat dalam bentuk herpes zoster (cacar ular).6 Antivirus dapat
dipertimbangkan untuk digunakan pada cacar air dengan komplikasi yang berat, cacar air pada
bayi di bawah usia 28 hari, atau pada orang dedngan sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Pemberian antivirus ini harus dilakukan dalam jangka waktu 48 jam setelah ruam pertama kali
muncul.
• Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.5
Komplikasi
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada oramg dewasa maupun
penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini berat atau bahkan berakibat fatal
Adapun komplikasi yang ditemukan pada cacar air adalah :
Peradangan jantung
Peradangan sendi
Peradangan Hati
Sampai dengan satu minggu sebelum ruam muncul, pasien dapat menderita pilek ringan, terdiri
dari batuk dan sakit tenggorokan atau bengkak di leher dan dasar tengkorak (karena pembesaran
kelenjar getah bening).
Penyakit Rubella tidak memerlukan perawatan khusus (kecuali mungkin untuk istirahat beberapa
hari di tempat tidur). Tapi manajemen penatalaksanaan harus mempertimbangkan fakta bahwa
penyakit ini menular dan dapat dengan mudah menyebar ke anggota lain dari orang terdekat.
Demam dan nyeri otot atau sendi bisa diobati dengan parasetamol dan ibuprofen.
Masa infeksi biasanya berlangsung dari seminggu sebelum ruam muncul, tetapi paling parah saat
ruam pada puncaknya. Jika seorang wanita hamil yang terinfeksi dengan rubella ada risiko
kerusakan pada janin. Dalam beberapa kasus, bahaya yang begitu tinggi sehingga aborsi
dianjurkan. Untungnya, ini sangat jarang terjadi. Perempuan yang mendapatkan vaksinasi rubella
disarankan untuk tidak mulai kehamilan sampai tiga bulan setelah vaksinasi.
Tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang menderita penyakit rubella
karena banyak orang bahkan tidak menyadari penyakit ini. Jika berada dalam keraguan apakah
terinfeksi penyakit rubella, pemeriksaan antibodi dalam darah akan memberikan jawabannya.
Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga
Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus campak hanya menginfeksi manusia, dimana
virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki
waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.
Virus rubela adalah virus yang menyebabkan terjadinya campak jerman (jerman hanya simbol)
yang menyerang anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu hamil.[1] Virus rubela dapat menyerang
bagian saraf atau otak yang kemudian menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah
seperti campak biasa.[1] Virus ini berasal dari keluarga virus Togaviridae dan genus Rubivirus.[1]
Daftar isi
1 Habitat
2 Penularan
3 Masa inkubasi
4 Efek
5 Referensi
Habitat
Pada umumnya, virus rubela hidup di daerah tropis, subtropis, dan pada daerah yang memiliki
musim semi.[1]
Penularan
Virus rubela menular melalui dahak penderita yang masuk ke tubuh orang lain.[2] Selain itu, virus
ini juga menular melalui cairan tubuh seperti keringat.[2] Jika daya tahan tubuh kuat, maka virus
tersebut akan mati.[2] Namun sebaliknya, jika daya tahan tubuh lemah maka virus akan masuk
dalam tubuh.[2] Virus rubela tidak memiliki perantara dalam penularannya, tetapi penularan dapat
terjadi melalui udara.[2] Virus rubela akan berkembang biak dalam sel-sel yang melapisi bagian
belakang tenggorokan dan hidung.[2] Virus ini juga dapat menyebar melalui aliran darah atau
sistem getah bening ke bagian tubuh lain, seperti:[2]
Sendi.
Timus.
Mata.
Testis.
Limpa.
Amandel.
Paru-paru.
Masa inkubasi
Masa inkubasi virus ini diawali dengan gejala flu ringan hingga muncul bintik-bintik merah pada
kulit.[1] Masa inkubasi dapat terjadi dalam waktu 7-20 hari.[1]
Efek
Efek yang ditimbulkan virus rubela adalah demam yang berkepanjangan dengan suhu yang tidak
tinggi, flu, pusing-pusing, mual, lemah, nyeri otot, dan menimbulkan bercak merah pada kulit.[3]
Pada umumnya, bercak merah yang ditimbulkan berawal dari wajah, kemudian menyebar ke
seluruh tubuh.[3] Kelenjar getah bening yang terletak di belakang telinga (poustauricula), tengkuk
(subbocipital), dan leher (cervical) akan membesar.[3]
Referensi
Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:
Virus Rubela
Artikel bertopik penyakit ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
Dermatologi
Obstetrik & Ginekologi
Penyakit Menular
Pediatri
Dermatologi Pediatri
Kedokteran Neonatal-Perinatal
Dermatologi Keluarga
Kedokteran Pariwisata
Demam
Kehilangan selera makan
Kelenjar getah bening bengkak
Menderita Konjungtivitis
Mual
Nyeri mata
Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada bagian putih mata, yang menyebabkan mata
terlihat merah (mata merah)
Infeksi virus
Sakit tenggorokan
Hindari berhubungan dengan orang yang terinfeksi oleh kondisi medis ini
Melakukan vaksinasi Rubella
Penanganan dan pengobatan Rubella dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan
penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
Antihistamin
Mandi Tepung
Obat Anti Peradangan Non-Steroid
Terapi Imunoglobulin
Angka kejadian infeksi rubela pada wanita hamil di Indonesia masih sering didapatkan.
Tetapi diagnosis dan penanganannya masih menjadi kontroversi seperti interpretasi hasil
serologi, kapan terjadi infeksi akut, berapa besar kemungkinan janin terinfeksi dan
menjadi cacat, perlu tidaknya pengobatan terminasi dan lain-lain. Infeksi rubela
ditegakkan dengan pemeriksaan serologi yaitu serokonversi IgG atau 1GM spesifik sedang
pada fetus bila menemukan 1gM. Virus rubela sangat teratogen dengan akibat berbagai
kelainan kongenital seperti antara lain tuli sensorik, Ventrikel Septal Defect, katarak,
mental retardasi. Pencegahan dengan memberikan vaksinasi sebelum hamil pada ibu yang
belum kebal.
Rubella yang juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya
menyerang ibu hamil, tetapi efek yang diakibatkan virus ini patut diwaspadai oleh ibu hamil
karena bisa menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya
kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang
menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.
Untuk itu sebelum merencanakan kehamilan ada baikny mendeteksi terlebih dahulu ada tidaknya
virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes TORCH. Namun bagi
seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka ketika hamil ia malah
memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si ibu terhadap Virus Rubella
itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan terkena Rubella hingga
kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.
Pada dewasa gejala awal tersebut sifatnya ringan bahkan sama sekali tidak timbul. Ruam
(kemerahan pada kulit) pada awalnya muncul di wajah dan leher lalu menyebar ke seluruh
badan, dan berlangsung 3 hari. Dan Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.
Rubella yang juga sangat berbahaya bagi ibu hamil. Virus Rubella memang tidak hanya
menyerang ibu hamil, tetapi efek yang diakibatkan virus ini patut diwaspadai oleh ibu hamil
karena bisa menyebabkan keguguran, terganggunya perkembangan pada janin, hingga terjadinya
kelainan saat proses kelahiran. Dan terakhir, ada dugaan sementara bahwa Virus Rubella yang
menyerang ibu hamil dapat menyebabkan anak mengalami autisme.
Untuk itu sebelum merencanakan kehamilan ada baiknya Anda mendeteksi terlebih dahulu ada
tidaknya virus ini dalam tubuh dengan melakukan serangkaian tes yang disebut tes TORCH.
Namun bagi seorang ibu yang sudah terkena Virus Rubella sebelum hamil maka ketika hamil ia
malah memiliki kekebalan tubuh terhadap virus tersebut, kekebalan tubuh si ibu terhadap Virus
Rubella itu akan ikut masuk ketubuh janin dengan begitu, janin tidak akan terkena Rubella
hingga kemudian si anak lahir dan berusia satu tahun.
Pada dewasa gejala awal tersebut sifatnya ringan bahkan sama sekali tidak timbul. Ruam
(kemerahan pada kulit) pada awalnya muncul di wajah dan leher lalu menyebar ke seluruh
badan, dan berlangsung 3 hari. Dan Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.
infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan
terhadap janin. Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-
apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan
agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan
sendirinya setelah beberapa hari. Dokter tentunya juga tidak curiga bila tidak mendapat laporan
dari ibu. Walaupun ibu tidak merasa apa-apa, tetapi akibatnya dapat fatal bagi janin.
Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom Rubella Kongenital terjadi
setiap tahun di negara-negara berkembang dan dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi
epidemi. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12
minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-
30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular
meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Sindrom
Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih
kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan
terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa.
Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak
nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan
sendirinya setelah beberapa hari. Dokter tentunya juga tidak curiga bila tidak mendapat laporan
dari ibu. Walaupun ibu tidak merasa apa-apa, tetapi akibatnya dapat fatal bagi janin.
Rubela kongenital
Rubela kongenital adalah Infeksi transplasenta pada janin dengan rubela, biasanya pada
kehamilan trimester pertama, yang disebabkan oleh infeksi maternal. Rubela kongenital adalah
suatu infeksi oleh virus penyebab rubela (campak jerman) yang terjadi ketika bayi berada dalam
kandungan dan bisa menyebabkan cacat bawaan. Istilah jerman tidak ada hubungannya dengan
negara jerman, tetapi kemungkinan berasal dari bahasa perancis kuno “germain” dan bahasa latin
“germanus”, yang artinya adalah mirip atau serupa. Bila sudah terjadi Sindrom Rubella
Kongenital bisa mengakibatkan kefatalan pada bayi berupa mengalami katarak pada lensa mata,
gangguan pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi
juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan
dan gangguan syaraf (pan-encephalitis).
Rubela kongenital adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik intrauterine dan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin. Selama infeksi wanita hamil, virus rubela
dapat menimbulkan infeksi pada janin melalui plasenta. Akibatnya janin meninggal dalam
kandungan atau lahir dengan rubela kongenital. Bayi yang menderita infeksi kronik (infeksi
dalam kandungan) merupakan sumber penularan bagi orang sekitarnya.
Berdasarkan data dari WHO, paling tidak 236.000 kasus Sindrom Rubella Kongenital terjadi
setiap tahun di negara-negara berkembang dan dapat meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi
epidemi. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12
minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-
30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen. Namun, risiko janin tertular
meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu.
Risiko tertularnya janin yang dikandung oleh ibu terinfeksi Rubella bervariasi, tergantung kapan
ibu terinfeksi. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin
tertular 80-90%. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin
terinfeksi turun yaitu 10-20%. Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100% jika ibu
terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Janin yang tertular berisiko mengalami Sindrom
Rubella Kongenital, terutama bila infeksi terjadi pada usia janin < 4 bulan. Sindrom Rubella
Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang
dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Tetapi, sekali terjadi Sindrom
Rubella Kongenital akibatnya mengerikan. Bayi mengalami katarak pada lensa mata, gangguan
pendengaran atau tuli, gangguan jantung, dan kerusakan otak. Di samping itu, bayi juga berisiko
lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan
syaraf (pan-encephalitis).
Penyebab
virus rubella merupakan virus RNA tergolong genus Rubivirus dalam famili Togaviridae. Virus
rubela berbentk bulat (sferis) dengan diameter 60-70 nm dan memiliki inti (core) nukleoprotein
padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung glicoprotein envelope E1 dan E2. Virus
bersifat termolabil, cepat menjadi tidak aktif pada temperatur 37◦C dan pada temperatur -20◦C
dan relatif stabil selama berbulan bulan pada temperatur -60◦C. Virus rubela dapat dihancurkan
oleh enzim proteinase dan pelarut lemak tetapi relatif rentan (resistent) terhadap pembekuan,
pencairan dan sonikasi tampaknya rubela stabil secara antigen dan berbeda dari semua virus lain
yang telah dikenal. Berbeda dengan togavirus yang lain, virus rubela hanya terdapat pada
manusia. Penularan virus ini terjadi terutama melalui kontak langsung atau droplet dengan sekret
nasofaring dari penderita. virus biasanya diisoloasikan pada biakan jaringan.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, tahun 1964-1965 rubela merupakan penyakit endemik, lebih 20.000 bayi
dilahirkan cacat, 10.000 kasus keguguran dan bayi lahir mati saat dilahirkan. Diperkirakan 25 %
bayi yang terinfeksi rubela pada tiga bulan pertama usia kandungan dilahirkan dengan satu jenis
atau lebih kecacatan. Setelah program imunisasi rubela pada tahun 1969, jumlah kasus rubela
menurun. Berdasarkan data WHO, ± 236.000 kasus rubela kongenital terjadi setiap tahun di
negara-negara berkembang dan meningkat 10 kali lipat pada saat terjadi endemic. Resiko
penularan rubela dari ibu ke janin adalah jika wanita hamil terinfeksi saat usia kehamilannya <
12 minggu maka risiko janin tertular 80-90%. Jika infeksi dialami dialami ibu saat usia
kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20%. Selanjutnya menjadi
6% setelah usia kehamilan > 36 minggu.
Patofisiologi
Sumber infeksi rubela janin adalah dari plasenta wanita hamil yang menderita viremia. Viremia
maternal bisa dimulai 1 minggu sebelum serangan ruam dan dapat menimbulkan infeksi
plasenta. Di awal kehamilan infeksi ini tidak menetap di jaringan plasenta ibu (desisua), tapi
menetap di vili korion. Viremia janin kemudian bisa menimbulkan infeksi janin diseminata.
Waktu sangatlah penting. Pembentukan organ terjadi dalam minggu kedua sampai keenam
setelah konsepsi, sehingga infeksi sangat berbahaya untuk jantung dan mata pada saat itu. Dalam
trimester kedua, janin mengalami peningkatan kemampuan imunologi dan tidak lagi peka
terhadap infeksi kronis yang merupakan khas rubella intrauterin dalam minggu-minggu awal.
Manifestasi Klinis
Adenopati (khas) terutama nodus limfatikus belakang telinga, oksipital dan leherbelakang
Sakit kepala
Sakit tenggorokan
Ruam Ruam rubela bermacam-macam bentuknya. Ruam menetap selama 2 sampai 3 hari dalam
pola yang disebut kaledidoskopik karena perubahan bentuknya. Mula- mula makula merah
muda yang ireguler (biasanya dalam 24 jam) timbul di leher, badan, lengan dan akhirnya di kaki.
Pada hari berikutnya lesi ini menyatu, membentuk komponen makulopapular dan menjadi skar;
atiniformis. Muka sering bebas ruam pada saat ruam penuh sampai tungkai bawah. Jarang
terjadi deskuamas.
Demam (39 C-39C)
Poliartralgia dan poliartritis (khas untuk wanita). Keluhan yang paling khas muncul dengan ruam
atau dalam beberapa hari setelah serangan ruam. Sendi yang dikenai sering simetris bisa
berkisar mulai dari kaku waktu pagi sampai keluhan artritis yang diti dengan pembengkakan,
kemerahan, nyeri tekan. Manifestasi sendi pada rubela bersifat sementara dan tidak
menimbulkan kerusakan sendi.
Serologi: IgM : Terdeteksi pada 1-5 hari setelah muncul ruam dan betahan hingga 1-4 minggu.
Titer turun, tidak terdeteksi setelah 6-12 minggu. IgG : Dapat di deteksi pada 1-3 hari setelah
muncul gejala, bertahan seumur hidup.
Diagnosa dan Mendeteksi Infeksi Rubella Pada Ibu Hamil atau Janinnya
Wanita hamil Rubela bila mengenai wanita hamil, terutama pada awal kehamilan, dapat
mendatangkan bahaya bagi janin yang dikandungnya seperti terjadi abortus (keguguran), bayi
meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindrom Rubela Kongenital.
Lebih dari 50% kasus infeksi Rubella pada Ibu hamil bersifat subklinis atau tanpa gejala sehingga
sering tidak disadari. Karena dapat berdampak negatif bagi janin yang dikandungnya maka
deteksi infeksi Rubella pada ibu hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi Rubella
sangat penting.
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi Rubella, yang lazim
dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti Rubella IgG pada contoh darah dari ibu
hamil.
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella
dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion) atau darah janin. Pengambilan sampel air ketuban atau pun darah janin harus
dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan hanya dapat dilakukan setelah usia
kehamilan di atas 22 minggu.
Labolatorium Hemaglutinasi pasif Hasil: Bila terdapat aglutinasi maka tedapat antibodi spesifik
terhadap rubela
Uji Hemolisis Radial Hasil : Zona >5 mm pada lempengan tes menunjukan adanya imunitas
antibodi terhadap virus rubela (Zona hemolisis pada lempengan kontrol terentang antara 3,5-5
mm).
Uji Aglutinasi latek Tes ini dipakai untuk uji saring imunitas.
Uji Inhibisi Hemaglutinasi (HI = Hemagglutinattion Inhibition).
HI- test atau fiksasi Komplemen sekarang dianggap kurang efisien karena harus di tunggu 4x
kenaikan liter ab masa tenggang 1 bulan.
Untuk menentukan kadar antibodi terhadap virus rubela dipakai uji IFA (Indirect Fluorescent
Antibody Test).
Imunoasai Enzim (EIA) Imunoasai enzim yang dipakai untuk menentukan kadar antibodi
terhadap virus rubela ada 2 jenis yaitu : 1. IgM captured ELISA: untuk menentukan kadar IgM
Antirubela 2. ELISA tak langsung untuk menentukan kadar IgG Antirubela Kira-kira 1/3 sampai ½
kasus wanita hamil yang menderita rubela tidak terdiagnosis. Bila ibu sedang hamil mengalami
demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar terkena rubela, cara yang cepat
adalah dengan memeriksa anti-Rubela IgG dan anti-Rubela IgM setelah 1 minggu. Pemeriksaan
Anti-rubela IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan <
18 minggu dan risiko infeksi rubela bawaan. Bila wanita hamil mengalami rubela, pastikan
apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka
dilakukan pendeteksian virus rubela dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan
pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus
dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia
kehamilan lebih dari 22 minggu.
Hasil pemeriksaan janin terinfeksi virus rubela dengan diti adanya virus rubela pada
pemeriksaan PCR. # Pada bayi Pemeriksaan Laboratorium Bayi yang terkena infeksi rubela
kongenital bisa tetap terinfeksi kronis selama berbulan-berulan setelah lahir. Virus rubela dapat
ditemukan dari sekresi nasofaring ± 80% pada pada bayi dengan rubela kongenital usia kurang
dari 1 bulan, 62% usia 1-4 bulan, 33% usia 5-8 bulan, 11% usia 9-12 bulan dan 3% usia tahun
kedua. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan biakan virus dari sekret faring, urin, cairan
serebrospinalis dan dari setiap organ.
Penatalaksanaan
Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara
bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan dosis
besar (0,25?0,50 mL/kg atau 0,12?0,20 mL/lb) dalam 7?8 hari pasca pemajanan.
Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung. pada kadar antibodi
produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan
karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal
walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi,
kecuali pada wanita hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap rubella. Di
Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki?laki dan wanita umur 12 dan 15
bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur
12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin MMR.
Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada
setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa mereka
mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin diperlukan, tetapi harus
diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan selama 3 bulan sesudah
imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil memecahkan siklus epidemic rubella yang
biasa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkan
pada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan
presentase wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.
Sebelum hamil pastikan bahwa Anda telah memiliki kekebalan terhadap virus Rubella dengan
melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM.
Jika hasil keduanya negatif, sebaiknya Anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi, namun Anda
baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi
Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, dokter
akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi dan antibodi yang terdapat
dalam tubuh Anda dapat melindungi dari serangan virus Rubella. Bila Anda hamil, bayi Anda pun
akan terhindar dari Sindroma Rubella Kongenital.
Bila Anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh Anda telah terlindungi dari infeksi
Rubella maka Anda dianjurkan melakukan pemeriksaan anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM :
Jika Anda telah memiliki kekebalan (anti-Rubella IgG positif), berarti janin Anda pun terlindungi
dari ancaman virus Rubella
Prognosis
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang kadang terjadi. Resistensi
terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan ensefalitis yang
ditemukan pada rubeola yangterjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital bervariasi menurut
keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak terbebas dari defisit
neuromotor, termasuk sindrom autistik. Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali
dan mempunyai kekebalan seumur hidup terhadap penyakit ini.
Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik penyakit ini, yaitu kemampuannya
menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu yang menderita rubella. Cacat bawaan yang
dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa mata, gangguan pigmentasi retina, tuli,
dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula membuat terjadinya keguguran.
Mencegah Rubella Pada Kehamilan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan virus Rubella
telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah
infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella). Vaksin
Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun.
Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun,
bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya memeriksa kekebalan
tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi
terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin 100% aman.
Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti
anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan
Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan
terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda
kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda
kehamilan atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella
Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa anda berusaha menghindari tertular Rubella
dengan cara berikut:
Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya
Playgroup, sekolah TK dan SD Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak
dapat 100% dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum
tentu menunjukkan gejala demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20
minggu.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar
Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif, berarti benar
infeksi Rubella baru.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak
Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella
dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan &
kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu.
Bagi wanita usia subur bisa menjalani pemeriksaan serologi untuk Rubella. Vaksinasi sebaiknya
tidak diberikan ketika si ibu sedang hamil atau kepada orang yang mengalami gangguan sistem
kekebalan akibat kanker, terapi kortikosteroid maupun penyinaran. Jika tidak memiliki antibodi,
diberikan imunisasi dan baru boleh hamil 3 bulan setelah penyuntikan