Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan Wawasan Kebangsaan dengan Pendekatan Bayani di Pondok Pesantren

Darul Falah Bangsri Jepara


Pendidikan Wawasan Kebangsaan dengan Pendekatan Bayani di Pondok Pesantren
Darul Falah Bangsri Jepara adalah suatu pendekatan dalam proses pendidikan yang
bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai kebangsaan kepada para santri (peserta didik) di
Pondok Pesantren Darul Falah yang terletak di Bangsri, Jepara. Pendekatan ini mencakup
penggunaan metode dan pendekatan yang berbasis teks keagamaan (Bayani) dalam
mengajarkan wawasan kebangsaan kepada santri.
Tujuan utama dari pendidikan ini adalah membentengi dan memberi pemahaman yang
kuat kepada santri mengenai nilai-nilai Pancasila dan identitas nasional Indonesia. Hal ini
dilakukan untuk merespons adanya propaganda atau pandangan kelompok-kelompok yang
menganggap bahwa Pancasila bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam upaya mengatasi
pandangan tersebut, Pondok Pesantren Darul Falah menggunakan pendekatan Bayani,
yang menempatkan teks-teks keagamaan sebagai landasan utama dalam pembelajaran
wawasan kebangsaan.
Implementasi dari pendekatan Bayani ini termasuk penggunaan kitab Mitsaq al-
Madinah karya KH. Taufiqul Hakim sebagai materi pembelajaran. Materi-materi wawasan
kebangsaan disampaikan satu per satu dengan merujuk pada dalil al-Qur'an atau Hadits,
kemudian dirangkum menjadi bait nadham. Metode pembelajaran yang digunakan meliputi
bandongan, hafalan, dan takraran.
Meskipun pendekatan Bayani ini memiliki kelebihan dalam menjaga integritas teks-teks
agama dan nilai-nilai keagamaan, ada juga kelemahan yang perlu diatasi, seperti minimnya
peluang bagi santri untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan afektif. Oleh
karena itu, pendekatan ini mencoba untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran dengan
penggunaan metode yang lebih beragam dan pengayaan media pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi lebih hidup dan bermakna tanpa harus meninggalkan teks-teks
agama sebagai landasan utama.
Secara keseluruhan, pendidikan wawasan kebangsaan dengan pendekatan Bayani di
Pondok Pesantren Darul Falah Bangsri Jepara merupakan upaya untuk mengintegrasikan
nilai-nilai kebangsaan dengan tradisi pendidikan pesantren, dengan tetap memegang teguh
prinsip-prinsip agama Islam dalam pengajaran dan pemahaman kebangsaan.
Tiga konsep yang dapat diidentifikasi dari materi ini ialah:
1- Pendidikan Wawasan Kebangsaan: Konsep ini mencakup upaya untuk mengajarkan
nilai-nilai kebangsaan kepada santri di Pesantren. Tujuan dari pendidikan wawasan
kebangsaan adalah untuk memastikan bahwa santri memiliki pemahaman yang
kuat tentang Pancasila dan identitas nasional Indonesia. Hal ini menjadi penting
karena ada propaganda yang menyatakan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidikan wawasan kebangsaan dilakukan untuk
membentengi santri dan meyakinkan mereka tentang kebenaran Pancasila sebagai
dasar negara.
2- Pendekatan Bayani: Konsep ini mencakup pendekatan dalam mengajarkan
wawasan kebangsaan dengan menggunakan teks keagamaan, terutama kitab Mitsaq
al-Madinah karya KH. Taufiqul Hakim. Pendekatan Bayani menempatkan teks
agama sebagai landasan utama dalam pembelajaran wawasan kebangsaan. Materi-
materi wawasan kebangsaan disampaikan satu persatu dengan mengacu pada dalil
al-Qur'an atau Hadits, kemudian dirangkum menjadi bait nadham. Metode
pembelajaran yang digunakan meliputi bandongan, hafalan, dan takraran.
3- Pengayaan Media Pembelajaran: Konsep ini merujuk pada upaya untuk mengatasi
kelemahan dalam pendekatan Bayani yang cenderung terfokus pada teks dan
kurang memberi peluang kepada santri untuk berpikir analitis dan afektif. Untuk
mengatasi hal ini, disarankan untuk memodifikasi kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran. Tujuannya adalah
membuat pembelajaran menjadi lebih hidup dan berarti tanpa harus keluar dari
teks sebagai landasan utama.
Deskripsi dari ketiga konsep ini menggambarkan pendekatan khusus yang digunakan
dalam pendidikan wawasan kebangsaan di pesantren, yang menggabungkan elemen-
elemen agama (Bayani) dengan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai
kebangsaan. Ini juga menekankan pentingnya pengembangan metode pembelajaran yang
lebih beragam untuk memungkinkan santri untuk menggali pemikiran analitis dan afektif,
sambil tetap berpegang pada tradisi pesantren. Pendekatan semacam ini bisa menjadi
rujukan bagi pesantren lain dalam upaya mendidik santri tentang kebangsaan.Pendekatan
ini mengutamakan teks sebagai sumber utama pengetahuan dan nilai-nilai agama, dengan
penekanan pada pemahaman teks, penghafalan, dan pemeliharaan transmisi teks. Ini
mencerminkan pengaruh kuat tradisi nalar Bayani dalam membentuk pola pembelajaran
dan pemikiran dalam pendidikan agama Islam di pesantren.
Kontekstualisasi pemaparan materi dengan realitas social
Kontekstualisasi atas pemaparan materi "PENDIDIKAN WAWASAN KEBANGSAAN
DENGAN PENDEKATAN BAYANI DI PONDOK PESANTREN DARUL FALAH BANGSRI
JEPARA" dalam realitas sosial dapat diuraikan sebagai berikut:
Pendekatan Bayani dalam Pendidikan Wawasan Kebangsaan:
- Konteks Sosial: Pemaparan materi ini berkaitan dengan konteks sosial di
Indonesia, di mana ada kelompok umat Islam yang menganggap bahwa
Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Propaganda tersebut dapat memicu
perpecahan dan ketidakpahaman antara komunitas Islam dengan nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara.
- Tujuan: Penerapan pendekatan Bayani dalam pendidikan wawasan kebangsaan
bertujuan untuk mengatasi propaganda tersebut. Hal ini mencakup upaya
membentengi santri (peserta didik di pesantren) dan masyarakat dari
pandangan bahwa Pancasila bertentangan dengan Islam, serta untuk
meyakinkan mereka tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar negara.
Implementasi Pendekatan Bayani:
- Kitab Mitsaq al-Madinah: Penggunaan kitab Mitsaq al-Madinah karya KH.
Taufiqul Hakim sebagai materi pembelajaran adalah contoh konkret dari
implementasi pendekatan Bayani. Kitab ini digunakan sebagai landasan untuk
menjelaskan nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila dengan merujuk pada teks-
teks agama, terutama dalil al-Qur'an dan Hadits.
- Pola Pembahasan: Materi-materi wawasan kebangsaan disampaikan secara
bertahap dengan merujuk pada teks-teks agama. Setiap materi dibahas dengan
ulasan dalil al-Qur'an atau Hadits, dan kemudian dirangkum menjadi bait
nadham. Pola pembahasan ini mencerminkan pendekatan Bayani yang
menekankan penggunaan teks keagamaan sebagai landasan utama.
Kelemahan dan Tantangan:
- Minimnya Eksplorasi Ranah Analitis dan Afektif: Salah satu kelemahan dari
pendekatan ini adalah minimnya peluang bagi santri untuk mengembangkan
kemampuan berpikir analitis dan afektif. Hal ini disebabkan oleh fokus yang kuat
pada teks sebagai sumber utama pembelajaran.
- Solusi: Solusi yang disarankan adalah memodifikasi kegiatan pembelajaran
dengan penggunaan berbagai metode dan media pembelajaran. Dengan cara ini,
pembelajaran akan menjadi lebih beragam dan hidup, sambil tetap berpegang
pada teks sebagai landasan utama.
Signifikansi dan Pengaruh:
- Pentingnya Pendekatan Bayani: Pendekatan Bayani memiliki signifikansi dalam
konteks pendidikan di pesantren dan dalam upaya menjaga integritas nilai-nilai
agama sambil mengajarkan nilai-nilai kebangsaan. Ini mencerminkan cara di
mana nilai-nilai agama Islam dan Pancasila dapat beriringan dalam pemahaman
dan pendidikan.
- Rujukan untuk Pesantren Lain: Pendekatan yang digunakan oleh PP. Darul Falah
dalam pendidikan wawasan kebangsaan dengan pendekatan Bayani dapat
dijadikan rujukan oleh pesantren lain dalam upaya mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini relevan mengingat masih jarangnya
pesantren yang memiliki format baku dalam melaksanakan pendidikan
wawasan kebangsaan dengan pendekatan Bayani.
Secara keseluruhan, pemaparan materi ini mencerminkan bagaimana pesantren di
Indonesia merespons isu-isu sosial dan politik, serta bagaimana mereka mengintegrasikan
pendekatan agama (Bayani) dalam upaya membentuk pemahaman dan kepatuhan
terhadap nilai-nilai kebangsaan, terutama Pancasila, dalam masyarakat yang beragam.
Refleksikan hasil kontekstualisasi materi dalam pembelajaran bermakna.
Refleksi terhadap hasil kontekstualisasi, berdasarkan konteks tulisan "PENDIDIKAN
WAWASAN KEBANGSAAN DENGAN PENDEKATAN BAYANI DI PONDOK PESANTREN
DARUL FALAH BANGSRI JEPARA" oleh Fathur Rohman, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tanggapan terhadap Propaganda: Tulisan ini merespon adanya propaganda yang
menyebarkan pandangan bahwa Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam
konteks ini, pendekatan Bayani digunakan untuk membentengi santri dan
masyarakat dari propaganda tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan
bermakna harus merespons isu-isu sosial dan politik yang relevan. Kontekstualisasi
materi bahan ajar dapat membantu dalam mengatasi pandangan yang salah atau
potensial memecah belah masyarakat.
2. Pendekatan Bayani: Penerapan pendekatan Bayani dalam pendidikan wawasan
kebangsaan di pondok pesantren menekankan pentingnya teks keagamaan sebagai
landasan utama. Dengan merujuk pada dalil al-Qur'an atau Hadits, materi wawasan
kebangsaan disampaikan satu persatu. Pendekatan ini mencoba untuk menjaga
integritas teks agama sambil mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini
menggambarkan bahwa dalam pembelajaran bermakna, kontekstualisasi materi
harus mempertimbangkan nilai-nilai dan keyakinan yang ada dalam komunitas
target.
3. Kelemahan dalam Pembelajaran: Meskipun pendekatan Bayani memiliki kelebihan
dalam menjaga integritas teks agama, ada juga kelemahan yang perlu diatasi, yaitu
minimnya peluang bagi santri untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis
dan afektif. Hal ini mengingat hampir semua aktifitas pembelajaran sangat
bertumpu pada teks. Dalam refleksi ini, perlu dipertimbangkan bahwa
pembelajaran bermakna tidak hanya harus mencakup aspek kognitif (pengetahuan),
tetapi juga aspek afektif (perasaan dan nilai-nilai) serta psikomotor (keterampilan).
4. Modifikasi Pembelajaran: Salah satu solusi yang diajukan dalam tulisan ini adalah
memodifikasi kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode yang lebih
beragam dan pengayaan media pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran
dapat menjadi lebih hidup dan berarti tanpa harus meninggalkan teks sebagai
landasan utama. Ini mencerminkan prinsip bahwa pembelajaran bermakna harus
mencakup variasi metode dan penggunaan media yang relevan dengan kebutuhan
dan karakteristik peserta didik.
5. Potensi Rujukan: Terlepas dari kelemahan-kelemahan yang ada, tulisan ini
menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan wawasan kebangsaan dengan
pendekatan Bayani dapat dijadikan sebagai potensi rujukan oleh pesantren lain
dalam upaya mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini
mencerminkan pentingnya berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam konteks
pendidikan, sehingga pembelajaran bermakna dapat berkembang dan disesuaikan
dengan konteks sosial yang berbeda.
Dalam keseluruhan refleksi ini, kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran
bermakna menjadi penting untuk mengatasi tantangan dan merespons isu-isu yang ada
dalam masyarakat. Pendekatan Bayani dalam pendidikan wawasan kebangsaan adalah
contoh bagaimana nilai-nilai agama dan kebangsaan dapat diintegrasikan dalam proses
pembelajaran, meskipun perlu pertimbangan untuk memperluas metode pembelajaran
agar mencakup aspek-aspek lainnya yang diperlukan dalam pendidikan bermakna.

Anda mungkin juga menyukai