Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Elya Rahmawati
NIM 202110101127
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAGIAN 1. RUANG LINGKUP TELAAH KRITIS
Telaah kritis atau critical appraisal merupakan sebuah penilaian untuk mengevaluasi
artikel ilmiah secara cermat dan sistematis guna melihat dan menilai kelayakan artikel sebagai
sumber referensi penelitian selanjutnya (1). Sumber lain mengatakan telaah kritis merupakan
sebuah aplikasi untuk membuktikan suati studi/penelitian dengan menilai validitas data,
kelengkapan pelaporan, metode dan prosedur, kesimpulan dan kesesuaiannya terhadap standar
etik dan lain-lain (2). Untuk menentukan validitas suati penelitian/karya ilmiah maka diperlukan
beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh pembaca artikel ataupun jurnal. Telaah kritis meliputi
semua komponen mulai dari pendahuluan, metode, hasil dan diskusi/pembahasan. Masing-
masing komponen tersebut memiliki kepentingan yang sama besarnya untuk menilai apakah
penelitian tersebut layak atau tidak (3) Terdapat banyak kuestioner yang digunakan sebagia tool
dalam telaah kritis atau critical appraisal. Beberapa tools diantaranya yaitu JBI (Joanna Briggs
institute) dan CEBM (centre for Evidence-Based Medicine). Kedua tools tersebut dapat
digunakan tergantung dari masing-masing preferensi reviewer.
A. JBI (Joanna Briggs institute) adalah sebuah organisasi penelitian yang terkenal dalam
pengembangan metode penelitian, guideline, dan alat-alat penilaian kritis untuk studi
klinis dan penelitian. organisasi penelitian internasional yang berbasis di Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Kedokteran di Universitas Adelaide, Australia Selatan. JBI sering terkait
dengan alat penelitian yang lebih spesifik dikembangkan untuk jenis penelitian tertentu
serta tools yang digunakan lebih rinci dan spesifik. Berikut adalah beberapa alat penilaian
kritis yang dikembangkan oleh JBI (4):
1. JBI Critical Appraisal Checklist for Analytical Cross-Sectional Studies: Alat ini
digunakan untuk menilai studi cross-sectional yang bertujuan untuk
mengidentifikasi kelemahan metodologis dalam studi-studi ini. Ini termasuk
penilaian terhadap representativitas sampel, validitas instrumen pengukuran,
analisis data, dan faktor-faktor lain yang relevan.
2. JBI Critical Appraisal Checklist for Case Control Studies: Checklist ini digunakan
untuk mengevaluasi studi kasus kontrol yang berfokus pada pertanyaan penelitian,
metode pemilihan kasus dan kontrol, serta pengendalian variabel pengganggu.
3. JBI Critical Appraisal Checklist for Cohort Studies: Alat ini digunakan untuk
mengevaluasi studi kohort dan membantu penilai dalam menilai apakah studi
tersebut memenuhi kriteria desain penelitian yang kuat.
4. JBI Critical Appraisal Checklist for Quasi-Experimental Studies: Checklist ini
digunakan untuk menilai studi quasi-eksperimental, yang sering digunakan dalam
penelitian intervensi di mana randomisasi mungkin tidak mungkin.
5. JBI Critical Appraisal Checklist for Randomized Controlled Trials (RCTs): Alat
ini digunakan untuk mengevaluasi RCT, yang dianggap sebagai desain penelitian
paling kuat dalam penelitian intervensi.
6. JBI Critical Appraisal Checklist for Systematic Reviews and Research Syntheses:
Ini adalah alat untuk menilai kualitas sistematik review dan meta-analisis. Ini
mencakup penilaian terhadap pencarian literatur, kriteria inklusi, penilaian risiko
bias, analisis statistik, dan lainnya.
7. JBI Qualitative Appraisal Tool: Alat ini digunakan untuk menilai studi kualitatif.
Ini mencakup penilaian terhadap kualitas desain penelitian, pemilihan partisipan,
pengumpulan data, analisis data, dan representasi temuan.
8. JBI Critical Appraisal Checklist for Text and Opinion: Alat ini digunakan untuk
menilai studi berbasis teks, seperti editorial, ulasan buku, pendapat para ahli.
Pedoman telaah kritis yang digunakan yaitu questioner dari JBI Cross Sectional Studies (6).
Reviewer ______________________________________
Date_______________________________
Jawaban Ya (yes), Tidak (No), Tidak Jelas (unclear), Tidak dapat diterapkan (not applicable)
1. Apakah kriteria untuk dimasukkan ke dalam sampel didefinisikan dengan jelas? (Were
the criteria for inclusion in the sample clearly defined?)
Penulis harus memberikan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas yang mereka
kembangkan sebelum pemilihan sampel penelitian. Kriteria inklusi/eksklusi harus dirinci
(misalnya risiko, tahap perkembangan penyakit) dengan rincian yang cukup dan semua informasi
penting yang diperlukan untuk penelitian.
2. Apakah subjek penelitian dan latarnya dijelaskan secara rinci? (Were the study subjects
and the setting described in detail?)
Sampel penelitian harus dijelaskan secara cukup rinci sehingga peneliti lain dapat
menentukan apakah sampel tersebut sebanding dengan populasi yang mereka amati Penulis
harus memberikan gambaran yang jelas tentang populasi dari mana peserta penelitian dipilih atau
direkrut, termasuk demografi, lokasi, dan periode waktu.
3. Apakah paparan diukur dengan cara yang valid dan dapat diandalkan? (Was the
exposure measured in a valid and reliable way?)
Penelitian tersebut harus menjelaskan dengan jelas metode pengukuran paparan. Menilai
validitas memerlukan adanya 'standar emas' yang dapat digunakan untuk membandingkan
ukuran tersebut. Validitas pengukuran paparan biasanya berkaitan dengan apakah pengukuran
saat ini tepat atau apakah pengukuran paparan di masa lalu diperlukan. Reliabilitas mengacu
pada proses yang termasuk dalam studi epidemiologi untuk memeriksa pengulangan pengukuran
paparan. Hal Ini biasanya mencakup keandalan intra-pengamat dan keandalan antar-pengamat.
4. Apakah kriteria standar dan obyektif digunakan untuk mengukur kondisi? (Were
objective, standard criteria used for measurement of the condition?)
Hal ini berguna untuk menentukan apakah pasien dilibatkan dalam penelitian berdasarkan
diagnosis atau definisi tertentu. Hal ini lebih mungkin mengurangi risiko bias. Karakteristik
adalah pendekatan lain yang berguna untuk mencocokkan kelompok, dan penelitian yang tidak
menggunakan metode diagnostik atau definisi tertentu harus memberikan bukti tentang
pencocokan berdasarkan karakteristik utama.
6. Apakah strategi untuk mengatasi faktor perancu telah disebutkan? (Were strategies to
deal with confounding factors stated?)
Strategi untuk mengatasi dampak faktor perancu dapat dilakukan dalam desain penelitian
atau dalam analisis data. Dengan mencocokkan atau mengelompokkan sampel partisipan,
dampak faktor perancu dapat disesuaikan. Saat menghadapi penyesuaian dalam analisis data,
nilailah statistik yang digunakan dalam penelitian. Sebagian besar akan menggunakan bentuk
analisis regresi multivariat untuk memperhitungkan faktor perancu yang diukur.
7. Apakah hasil diukur dengan cara yang valid dan dapat diandalkan? (Were the outcomes
measured in a valid and reliable way?)
Tentukan apakah alat pengukuran yang digunakan merupakan instrumen yang sudah
divalidasi karena hal ini mempunyai dampak signifikan terhadap validitas penilaian hasil.
Setelah menetapkan objektivitas instrumen pengukuran hasil (misalnya kanker paru-paru),
penting untuk menentukan bagaimana pengukuran tersebut dilakukan. Apakah mereka yang
terlibat dalam pengumpulan data terlatih atau terdidik dalam menggunakan instrumen tersebut?
(misalnya radiografer). Jika terdapat lebih dari satu pengumpul data, apakah mereka serupa
dalam hal tingkat pendidikan, pengalaman klinis atau penelitian, atau tingkat tanggung jawab
dalam penelitian yang dinilai?
8. Apakah analisis statistik yang digunakan sudah tepat? (Was appropriate statistical
analysis used?)
Seperti halnya pertimbangan analisis statistik, pertimbangan harus diberikan pada apakah
ada metode statistik alternatif yang lebih tepat yang dapat digunakan. Bagian metode harus
cukup rinci agar peninjau dapat mengidentifikasi teknik analisis mana yang digunakan
(khususnya regresi atau stratifikasi) dan bagaimana perancu tertentu diukur. Untuk penelitian
yang menggunakan analisis regresi, akan berguna untuk mengidentifikasi apakah penelitian
tersebut mengidentifikasi variabel mana yang dimasukkan dan bagaimana kaitannya dengan hasil
penelitian. Jika stratifikasi adalah pendekatan analitis yang digunakan, apakah strata analisis
ditentukan oleh variabel-variabel tertentu? Selain itu, penting juga untuk menilai kesesuaian
strategi analitis dalam hal asumsi yang terkait dengan pendekatan tersebut karena metode analisis
yang berbeda didasarkan pada asumsi yang berbeda mengenai data dan bagaimana data tersebut
akan merespons.
Daftar Pustaka