Anda di halaman 1dari 126

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA

NN. M UMUR 18 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS


DI UPTD PUSKESMAS NUSUKAN
SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh:
Alexandria Daniyanti Maharani
NIM B13001

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi
pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan
Surakarta”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Siti Nurjanah, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Arista Apriani, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan
kepada penulis.
4. Ibu Sri Wahyuni, SST. M.Kes, selaku Koordinator KIA UPTD Puskesmas
Nusukan Surakarta yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis
dalam melakukan Studi Kasus.
5. Nn. M yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staff Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 2017
Penulis

v
PRODI D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2017
Alexandria Daniyanti Maharani
B13001

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA


NN. M UMUR 18 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS
DI UPTD PUSKESMAS NUSUKAN
SURAKARTA
xi + 75 halaman + 12 lampiran

INTISARI
Latar Belakang : Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan
bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, Salah satu keluhan klinis
dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin adalah keputihan (Flour Albus).
Tujuan Studi Kasus : Penulis karya tulis ilmiah bertujuan agar penulis dapat
memberikan asuhan kebidanan pada Nn. M dengan gangguan reproduksi Flour
Albus dengan menggunakan tujuh langkah Varney dan data perkembangan SOAP,
menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata, memberikanalternatif
pmecahan masalah pada kasus Nn. M dengan gangguan reproduksi Flour Albus.
Metodologi Penelitian :Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam bentuk
laporan kasus. Studi kasus dilakukan di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta
terhadap subyek studi kasus Nn. M umur 18 tahun dengan gaguan reproduksi
Flour Albus pada tanggal 8 maret 2017 – 15 maret 2017 dengan menggunakan
format asuhan kebidanan dan tehnik pengumpulan data antara lain pemeriksaan
fisik, wawancara, observasi, dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilakukan pemeriksaan 1 hari di Puskesmas,
kunjungan ulang setelah 3 hari dan kunjungan ulang ke dua setelah 7 hariyaitu
mengobservasi pengeluaran pervaginam, memberikan KIE tentang perawatan
genetalia, memberikan terapi obat dan menganjurkan klien untuk kunjungan ulang
sebanyak 2 kali. Didapatkan hasil KU baik, kesadaran composmentis, TD 110/80
mmHg, N 80 x/menit, R 20 x/menit, S 36,5 0C, pengeluaran pervaginam Ada cairan
kental, putih keruh, berbau dan gatal. Dan evaluasi setelah pelaksanaan asuhan
yaitu Flour Albus sudah sembuh, klien bersedia tetap menjaga kebersihan
vaginanya dan klien bersedia datang ke tenaga kesehatan bila ada keluhan.
Kesimpulan : Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu dengan
gangguan reproduksi Flour Albus diperoleh bahwa terdapat kesenjangan antara
teori dan kasus antara lain yaitu pada pemeriksaan penunjang seharusnya
dilakukan pemeriksaan pH vagina, tetapi nyatanya pada penanganan kasus
tersebut tidak dilakukan pemeriksaan pH.
Kata Kunci :Asuhan Kebidanan, Gangguan Reproduksi, Flour Albus
Kepustakaan : 22 Literatur (2007 – 2015)

vi
MOTTO
1. ALLAH mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal – soal yang
meragukan dan tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya (nabi
Muhammad SAW)
2. Sesuatu akan menjadi kebanggaan, jika sesuatu itu dikerjakan dan bukan
hanya dipikirkan. Sebuah cita – cita akan menjadi kesuksesan, jika kita
awali dengan bekerja untuk mencapainya, bukan hanya menjadi impian.
3. Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai dengan Doa, karena sesunggunya nasib seseorang manusia tidak
akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan :
1. Ayah, ibu, ibu mertua, adik, suami dan anakku tercinta, terima kasih untuk
segalanya, doa dan dukunganmu sangatlah berarti bagiku hingga aku
melangkah selama ini.
2. Ibu Arista Apriani, SST., M.kes dan Ibu Ika Budi Wijayanti, SST. M.,Sc
terima kasih untuk segala bumbingan dan nasehatnya.
3. Dosen – dosen yang telah memberikan motivasi, selalu peduli dan
perhatian, ucapan terima kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah
kalian berikan.
4. Buat teman – temanku tercinta yang selama ini selalu ada didekatku saat
sedih, susah dan senang.
5. Terima kasih untuk almamaterku tercinta.

vii
CURICULUM VITAE

Nama : Alexandria Daniyanti


Maharani Tempat / Tanggal Lahir : Surakarta, 26 Februari
1990 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banyuagung RT 5 RW II, Kadipiro, Banjarsari,
Surakarta

RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD N Banyuangung I Surakarta LULUS TAHUN 2003
2. SMP Kanisius I Surakarta LULUS TAHUN 2006
3. SMK N 6 Surakarta LULUS TAHUN 2009
4. D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan tahun 2013

viii
DAFTAR ISI

Halama
n HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI .................................................................................... vi
MOTTO .................................................................................... vii
CURICULUM VITAE .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ....................................................................... 3
D. Manfaat Studi Kasus ..................................................................... 4
E. Keaslian Studi Kasus..................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Medis .................................................................................. 7
1. Kesehatan Reproduksi .............................................................. 7
2. Flour Albus............................................................................... 9
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 17
C. Landasan Hukum........................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Jenis Studi Kasus........................................................................... 40
B. Lokasi Studi Kasus........................................................................ 40
C. Subjek Studi Kasus........................................................................ 40

ix
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 41
E. Instrumen Studi Kasus .................................................................. 41
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 41
G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................. 44
H. Jadwal Penelitian........................................................................... 45
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .............................................................................. 40
B. Pembahasan .................................................................................. 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan
Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan
Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Subjek Studi Kasus
Lampiran 7. Surat Persetujuan Subjek Studi Kasus (Informed Concent)
Lampiran 8. Lembar Observasi
Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 10. Leaflet
Lampiran 11. Dokumentasi Studi Kasus
Lampiran 12. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan

hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut

berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam

menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan

demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya dengan angka

kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA). Sebagai ketetapan yang

dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita

untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas)

dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi

tanpa resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan

selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 2009).

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75%

wanita di dunia pasti menderita keputihan / Flour Albus paling tidak sekali

seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau

lebih. Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina memproduksi cairan

yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna dan jumlah tidak

berlebihan. Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan alami,

mengurangi gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan

hubungan seksual. Sedang yang dimaksud dengan keputihan adalah gejala

penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan

1
2

berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang tidak normal.

Ini karena terjadi infeksi yang disebabkan kuman, bakteri, jamur atau infeksi

campuran. Keputihan bisa juga disebabkan adanya rangsangan mekanis oleh

alat – alat kontrasepsi sehingga menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe

keputihan ini, cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi

rasa gatal dan bau tidak sedap (Shadine, 2012).

Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu

infeksi vagina seperti jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli,

Staphy lococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes

serta luka daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke

vagina dan kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2010)

Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja

berusia 15 – 24 tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri

Indonesia dari 23 juta jiwa berusia 15 – 24 tahun 83,3% pernah berhubungan

seksual yang merupakan salah satu terjadinya Flour Albus (BBKN, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21

November 2016 di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta jumlah pasien yang

periksa dari bulan Oktober 2015 sampai Oktober 2016 jumlah pasien yang

periksa gangguan reproduksi sebanyak 348 orang antara lain Flour Albus178

orang (51,1%), infeksi saluran kencing 158 orang (45,4%), gangguan haid 12

orang (3,4%).

Melihat masih tingginya angka gangguan reproduksi dengan Flour

Albus maka penulis tertarik untuk melakukan Studi Kasus dengan judul “
3

Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan

Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Nn. M

Umur 18 tahun dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan dengan

menggunakan manajemen kebidanan tujuh langkah varney ?

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan

pengalaman nyata penulis untuk memberikan asuhan kebidanan gangguan

reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus dengan

menggunakan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu

1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan sistematis pada

Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas

Nusukan Surakarta.

2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa kebidanan,

masalah dan kebutuhan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour

Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. M Umur 18 tahun


4

dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

4) Melakukan antisipasi segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour

Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan atau intervensi

segera pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus di UPTD

Puskesmas Nusukan Surakarta.

6) Melakukan rencana tindakan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan

Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Nn. M Umur 18 tahun

dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

8) Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata

dilapangan pada Nn. M Umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi

Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

9) Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada

kesenjangan antara teori dan praktek pada kasus Nn. M Umur 18

tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus di UPTD Puskesmas

Nusukan Surakarta.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang

penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. M Umur

18 tahun dengan Flour Albus dan dapat menerapkan teori dan praktek
5

kebidanan.

2. Bagi profesi

Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan, memberikan

asuhan kebidanan, khususnya kasus Nn. M Umur 18 tahun dengan

gangguan reproduksi Flour Albus.

3. Bagi Instansi dan Institusi

1) Bagi Puskesmas

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah

ada serta meningkatkan mutu prlayanan kesehatan khususnya untuk

asuhan gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour

Albus.

2) Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus

gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Yunika Wuri Cahyani STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan

judul “ Asuhan Kebidanan pada Ny. D P1 A0 umur 27 tahun

gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus di RS Moewardi

Surakarta 2012. Studi kasus ini menggunakan tujuh langkah Varney

dan data perkembangan SOAP. Hasil dari kasus ini setelah dilakukan
6

pemeriksaan selama 1 hari di Poliklinik, kunjungan ulang setelah 3

hari dan kunjungan rumah 1 hari yaitu mengobservasi pengeluaran

pervaginam, memberikan KIE tentang perawatan genetalia, penjelasan

tentang hubungan seksual, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

terapi dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang. Didapatkan hasil

KU baik, kesadaran composmentis, TD 100


/70 mm Hg, S 36,7 0C, N 80
x
/menit, 20 x/menit, pengeluaran pervagiman ada cairan kental, putih dan

berbau. Dan evaluasi setelah pelaksanaan asuhan yaitu Flour Albus

sudah sembuh, klien bersedia tetap menjaga kebersihan vaginanya dan

klien bersedia datang ke tenaga kesehatan bila ada keluhan.

2. Winda Oktavia Universitas Sebelas Maret dengan judul “ Asuhan

Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S P1 A0 Akseptor IUD

dengan Keputihan di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo 2013.

Studi kasus ini menggunakan tujuh langkah Varney dan data

perkembangan SOAP. Hasil dari kasus ini telah dilakukan

pemeriksaan fisik, didapatkan hasil berupa pengeluaran keputihan

yang berwarna kekuningan, kental, banyak, berbau dan ditegakkan

diagnosa yaitu Ny. S akseptor IUD dengan keputihan. Setelah

dilakukan penatalaksanaan menyeluruh selama 11 hari dengan

kunjungan ulang sebanyak 3 kali dan pemberian terapi Metronidazole

500 mg (3x1), Vitamin B1 50 mg (3x1), Calcium Lactate 500 mg

(3x1), Klorfeniramin Maleat 4 mg (3x1), keputihan yang dialami klien

sembuh dan tidak terjadi komplikasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan

sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran

dan system reproduksi. Kesehatan reproduksi ditujukan bagi pria

maupun wanita namun dalam hal ini wanita mendapatkan perhatian

lebih karena begitu kompleksnya alat reproduksi wanita. Kesehatan

reproduksi membahas berbagai hal yang berhubungan dengan

kesehatan alat reproduksi seseorang, selain itu kesehatan reproduksi

juga membahas tentang siklus hidup serta permasalahan yang

dihadapi oleh pria. Dalam setiap fase atau masanya wanita memiliki

masalah yang berbeda-beda.

Pada umumnya orang beranggapan bahwa siklus menstruasi

seseorang adalah teratur. Tapi fakta menunjukkan sebaliknya. Dari

hasil penyelidikan terhadap 4 ribu wanita ternyata hanya 3% yang

memiliki siklus menstruasi yang teratur, bahkan ini merupakan suatu

kekecualian yang jarang terjadi. Pada umumnya wanita mengalami

siklus menstruasi yang kurang teratur; dari siklus yang satu dengan

siklus berikutnya ada sedikit perubahan. Jangka waktu yang normal

yang berkisar antara 20 hari hingga 36 hari, atau rata-rata 28

7
8

hari.Namun hanya sekitar 30% wanita yang mempunyai siklus dengan

kisaran satu atau dua hari dari statistik rata-rata 28 hari.

Siklus menstruasi yang tidak teratur pada remaja putri adalah

suatu hal yang normal. Karena sedang berkembang menuju arah

kedewasaan. Secara berangsur-angsur siklus akan menjadi teratur

menjelang usia 20 tahun (Koes Irianto. 2015)

b. Macam – macam gangguan reproduksi

Menurut (Varney, 2001) gangguan reproduksi terdiri dari :

1) Amenore

Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa

titik dalam sebagian besar siklus menstruasi.

2) Disminore

Menstruasi yang menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian

bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

3) Menoragi

Menoragi merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi

yang pada awalnya berada di bawah label perdarahan uterus

disfungsional.

4) Metroragi

Metroragi apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur

atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara

menstruasi.
9

5) Oligomenore

Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau

hanya sedikit.

6) Sindrom Pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut

mengembung, perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan)

yang dicerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada

semua wanita beberapa waktu antara menarche dan menopause.

7) Flour Albus

Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang

menimbulkan perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013)

2. Flour Albus

a. Pengertian Flour Albus

Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina

bukan merupakan darah (Sibagariang dkk, 2010).

Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.

Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa

gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap

pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu

berkemih atau bersenggama (Shadine, 2012).


1

b. Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :

1) Flour Albus fisiologis

Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang

berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit

yang jarang. Flour Albus normal dapat terjadi pada masa

menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari

ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan,

stres dan sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil

KB. Flour Albus ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan

tidak menyebabkan rasa gatal.

Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :

a) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan

vagina janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari

mengeluarkan Flour Albus.

b) Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.

c) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan

seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya

pelebaran pembuluh darah, divagina atau vulva, sekresi

kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran

transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk

melancarkan persetubuhan atau koitus.

d) Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut

rahim saat masa ovulasi.


1

e) Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga

menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman

masuk ke rongga uterus.

2) Flour Albus patologis

Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :

a) Infeksi

Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia

Trakomatis, Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan

Virus.

b) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat

bawaan. Cedera persalinan dan radiasi kanker genetalia atau

kanker itu sendiri.

c) Benda asing

Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia

atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.

d) Kanker

Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas,

apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau

seluruhnya memasuki lumen saluran alat – alat genetalia. Sel

akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,

akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan

pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang


1

ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai

darah tak segar.

e) Menopause

Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan

dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon

estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena

tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi

penyerta.

c. Gejala Flour Albus

Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus,

anatara lain :

1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia

menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur

kandida dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan

akseptor pil KB.

2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan

dan berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi

trikomonas atau ada benda asing di vagina.

3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah

atau nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada

organ dalam rongga panggul.


1

4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat

berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan

disebabkan oleh infeksi gonorhoe.

5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan

disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati,

kemungkinan adanya sel – sel kanker pada serviks.

d. Pencegahan Flour Albus

Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari

terjadinya Flour Albus, antara lain :

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.

Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi

tempat sembunyi kuman.

2) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu

dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih

setiap buang air dan mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga

vagina dalam keadaan kering.

3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena

pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak

menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam yang

terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian

celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah

vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.


1

4) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu

harum atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

5) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga

bisa muncul lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi,

ember, ciduk, water torn dan bibir kloset dengan antiseptik untuk

menghindari menjamurkan kuman.

6) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk

menghindari Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh

infeksi yang menular melalui hubungan seks.

e. Patofisiologi Flour Albus

Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme

pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH

vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 –

4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan

selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit).

Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen

tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun

alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal

menandingi bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan

terjadilah keputihan. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi

wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan

paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa

mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine, 2012).


1

f. Penatalaksanaan Flour Albus

Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi

yang serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan

sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya

penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan

gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat

mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi

seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan

untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai

dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi

keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi

infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi

bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet,

kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang

dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang

ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada

pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual

selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga

kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus

mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :


1

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,

istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres

berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit

menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar

tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan

celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian

celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty

liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air

yaitu dari arah depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi

pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap

dudukan kloset sebelum menggunakannya.


1

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam rangkaian /

tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus pada

pasien (Sulistyawati, 2009).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan

tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan

komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan

pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-

pisah menjadi satu kesatuan yang berarti

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

a. Langkah I : Pengkajian

Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah

pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari

semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

1) Data Subjektif

Data yang mencakup identitas pasien


1

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

a) Identitas Pasien

(1) Nama Pasien

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan

sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan

pelayanan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur Pasien

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko

seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum

matang, mental dan psikisnya belum siap

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Agama Pasien

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Pendidikan Pasien

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


1

(5) Suku/bangsa Pasien

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-

hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(6) Pekerjaan Pasien

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasien tersebut

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(7) Alamat Pasien

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan

pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan

(Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus keluhan

utamanya Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan

bahkan terkadang terasa perih (Shadine, 2012).

c) Riwayat Menstruasi

Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan mempunyai

gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya.

Riwayat menstruasi meliputi menarche, siklus, volume,

keluhan (Sulistyawati, 2009) menurut Irianto (2015)

seseorang menjelang dan sesudah haid akan mengalami


2

keputihan. Hal ini disebabkan karena kelenjar didalam

vagina aktif dan pengaruh dari hormon estrogen dan

progesteron.

d) Riwayat Perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status

menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa

status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah

anak,cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,

keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Menurut Shadine (2012) keputihan yang dibiarkan dan tidak

segera diatasi maka dapat menyebabkan kehamilan

prematur, ketuban pecah sebelum waktunya dan berat bayi

lahir rendah.

f) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus

akseptor KB Pil dan IUD juga menimbulkan keputihan pada

wanita (Irianto, 2015).


2

g) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat

ini yang ada hubungannya dengan Flour Albus

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Riwayat penyakit sistemik

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti:

Jantung, DM, Hipertensi, Asma

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui riwayat keturunan kembar dalam

keluarga (Cahyani, 2012)


2

(5) Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi

yang berhubungan dengan kandungan ibu atau tidak

(Cahyani, 2012)

h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan pantangan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi

dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi

frekuensi, warna, jumlah

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Keputihan

menyebabkan peradangan pada saluran kencing

sehingga menimbulkan rasa nyeri dan pedih saat BAK

(Mumpuni dan Andang, 2013).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa

jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya

membaca, mendengarkan musik, kebiasaan


2

mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,

penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Shadine

(2012), pada kasus gangguan reproduksi Flour Albus

biasanya sering dikaitkan dengan perilaku tidak higenis

atau infeksi jamur.

(5) Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Shadine

(2012), selama mengalami keputihan tidak dianjurkan

berolahraga berlebihan dan mengangkat beban berat.

i) Data Psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus

Nn. M merasakan cemas karena daerah genetalia Nn. M

selalu basah dan terasa gatal (Manuaba,2009)

2) Data Objektif

Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data

dalam menegakkan diagnosa (Sulistyawati,2009).


2

a) Pemeriksaan fisik

Langkah-langkah pemeriksaan menurut

(Sulistyawati, 2009)

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati

keadaan pasien secara menyeluruh. Hasil pengamatan

akan dilaporkan dengan kriteria baik atau sedang. Pada

kasus Flour Albus keadaan umum Nn. M baik

(Norma dan Dwi, 2013)

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, bidan dapat melakukan pengkajian derajat

kesadaran pasien dari keadaan composmentis

(kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien

tidak dalam keadaan sadar). Pada kasus Flour Albus

kesadaran Nn. M composmentis

(Norma dan Dwi, 2013).

(3) Tanda vital

(a) Tekanan darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan

menggunakan alat tensimeter dan stetoskop.

Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai

140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90


2

mmHg. Pada kasus Flour Albus tekanan darah Nn.

M normal (Astuti, 2012).

(b) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 –

37,2oC (Astuti, 2012). Menurut Ambarwati dan

Wulandari (2010) pada kasus Flour Albus bila

suhu ibu >380C mengarah ke tanda – tanda infeksi.

(c) Nadi

Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi

pada arteri. Frekuensi nadi normal : 60 – 100 kali /

menit. Pada kasus Flour Albus normal

(Astuti, 2012).

(d) Pernafasan

Frekuensi pernafasan, normal (16 – 24 kali /

menit). Pada kasus Flour Albus pernafasan Nn. M

normal (Astuti, 2012).

b) Pemeriksaan Sistematis

(1) Kepala

(a) Rambut

Untuk mengetahui rambut bersih tidak, rontok atau

tidak, berketombe tidak (Cahyani, 2012).


2

(b) Muka

Untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemia

atau tidak, pucat atau tidak (Cahyani, 2012).

(c) Mata

Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sklera dan

oedema (Astuti, 2012).

(d) Hidung

Meliputi pemeriksaan secret dan polip

(Astuti, 2012).

(e) Telinga

Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen dan

kesimetrisan telinga (Astuti, 2012).

(f) Mulut, gusi

Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis,

epulis, karies dan lidah (Astuti, 2012).

(2) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tyroid (Astuti, 2012).

(3) Dada dan mamae

Menurut Astuti (2012) meliputi pemeriksaan :

(a) Pembesaran, simetris, areola, putting, kolostrum dan

tumor.
2

(b) Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa

dan nyeri tekan.

(4) Ekstremitas

Untuk mengetahui adanya edema pada tanga dan kaki,

pucat pada kuku jari atau tidak, terdapat varises atau

tidak serta reflek patella (Muslihatun dkk, 2009).

c) Pemeriksaan khusus obstetri

(1) Abdomen

Meliputi pemeriksaan perut normal atau tidak, kandung

kemih, ada benjolan atau tidak nyeri / tidak

(Astuti, 2012).

(2) Anogenital

Meliputi pemeriksaan varices, kemerahan, pengeluaran

pervaginam dan bekas luka (Astuti, 2012). Pengeluaran

pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri yang

dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum (kulit

diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri saat

berkemih dan senggama (Shadine, 2013).

(3) Inspeculo

Untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau darah,

luka atau peradangan, tanda – tanda keganasan), serta

untuk mengetahui keadaan dinding vagina terdapat

cairan, darah atau luka (Muslihatun dkk, 2009). Pada


2

kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang

berlebihan dari vagina (Shadine, 2012).

(4) Anus

Untuk mengetahui bersih atau tidak, terdapat haemoroid

atau tidak (Norma dan Dwi, 2013).

d) Pemeriksaan Penunjang

Untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan

keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus Flour

Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain

pemeriksaan melalui, sekret atau cairan pervaginam

(Muslihatun dkk, 2009)

b. Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,

Abortus, Anak hidup, umur Nn. M, dan keadaan Nn. M.

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Diagnosa Kebidanan yang

ditegakkan adalah : Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus.

Menurut Sibagariang dkk (2010), data subyektif dari kasus

Flour Albus antara lain :

(1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M umur 18 tahun


2

(2) Nn. M mengatakan belum pernah melahirkan dan belum

pernah keguguran.

(3) Keluhan Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan

bahkan terkadang terasa perih (Shadine, 2012).

(4) Keputihan yang dibiarkan dan tidak segera diatasi maka

dapat menyebabkan kehamilan prematur, ketuban pecah

sebelum waktunya dan berat bayi lahir rendah

(Shadine,2012).

(5) Pada Flour Albus akseptor KB Pil dan IUD juga

menimbulkan keputihan pada wanita (Irianto,2015).

(6) Keputihan menyebabkan peradangan pada saluran

kencing sehingga menimbulkan rasa nyeri dan pedih

saat BAK (Mumpuni dan Andang, 2013).

(7) Pada Flour Albus biasanya sering dikaitkan dengan

perilaku tidak higenis atau infeksi jamur

(Shadine, 2012).

(8) Selama mengalami keputihan tidak dianjurkan

berolahraga berlebihan dan mengangkat beban berat

(Shadine, 2012).

(9) Pada Flour Albus Nn. M merasa cemas karena daerah

genetalia selalu basah dan terasa gatal

(Manuaba, 2009).
3

a) Data Obyektif

(1) Keadaan umum : Pada kasus Flour Albus keadaan

umumnya baik.

(2) Kesadaran : Pada kasus Flour Albus kesadaran Nn. M

composmentis.

(3) TTV

Pada kasus Flour Albus TTV meliputi tekanan darah,

nadi, suhu dan pernafasan pasien normal

(Ambarwati dan wulandari, 2010).

(4) Pengeluaran pervaginam

Pada kasus Flour Albus didapatkan rasa panas, gatal dan

nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha,

perineum (kulit diantara vagina dan anus), dapat pula

disertai nyeri saat berkemih dan senggama

(Shadine, 2012).

(5) Inspeculo

Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang

berlebihan dari vagina (Shadine, 2012)

(6) Pemeriksaan penunjang

Pada kasus Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan antara lain pemeriksaan melalui, sekret atau

cairan pervaginam (Muslihatun dkk, 2009).


3

2) Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Flour Albus

pasien mengeluh merasakan cemas karena daerah genetalia Nn.

M selalu basah dan terasa gatal (Manuaba, 2009).

3) Kebutuhan

Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan

oleh ibu dengan gangguan reproduksi Flour Albus adalah :

(a) Dukungan moril

(b) KIE cara menjaga personal Hygiene.

c. Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah

atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila

memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal

tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus Flour Albus

yaitu menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga

menimbulkan rasa pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012).

d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah

Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada

beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi)

di
3

mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan

pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang

memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter,

atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan

konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulistyawati, 2009). Pada

kasus Flour albus dilakukan tindakan segera yaitu memberi terapi

obat sesuai dengan kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk

mengatasi infeksi candidia dan golongan metronidazol untuk

mengatasi infeksi bakteri dan parasit (Sibagariang dkk, 2010).

e. Langkah V : Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah

sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa

yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi

pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan

dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa

yang akan teradi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Menurut Sibagariang dkk (2010) rencana asuhan yang diberikan

pada gangguan reproduksi Flour Albus diantaranya :

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan,

istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres

berkepanjangan.
3

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit

menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya

agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan

menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,

hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti

pembalut, panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri

berkembang biak.

4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air

yaitu dari arah depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan

karena dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan

konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih

vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi

pada daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan

seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap

dudukan kloset sebelum menggunakannya.


3

8) Berikan terapi pada keputihannya

Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan

terapi golongan Flukonazol dan infeksi bakteri dan parasit

diberikan terapi Metronidazol.

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan

penyuluhan pada klien dan keluarga

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan kebidanan

gangguan reproduksi Flour Albus sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat (Sibagariang, 2010) yaitu :

1) Menjelaskan pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah

raga ringan, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta

hindari stres berkepanjangan.

2) Menjelaskan setia kepada pasangan untuk mencegah penularan

penyakit menular seksual.

3) Menjelaskan selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan

menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan

menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,

hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk

mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk

mencegah bakteri berkembang biak.

4) Menjelaskan biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap

kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.


3

5) Menjelaskan kenggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya

tidak berlebihan karena dapat memastikan flora normal vagina.

Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum

menggunakan cairan pembersih vagina.

6) Menjelaskan hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun

dengan pewangi pada daearah vagina karena dapat

menyebabkan iritasi.

7) Menjelaskan hindari pemakaian barang – barang yang

memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi

dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum

atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunakannya.

8) Berikan terapi pada keputihannya

Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida

diberikan terapi golongan Flukonazol dan infeksi bakteri dan

parasit diberikan terapi Metronidazol.

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan

yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar

terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum

efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada evaluasi kasus gangguan


3

reproduksi dengan Flour Albus diharapkan dalam waktu 2 minggu

Flour Albus sudah berkurang tidak ada infeksi lanjutan, klien merasa

tidak cemas dan nyaman.

Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi

Flour Albus diantaranya :

1) Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.

2) Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah

pribadi dan genetalnya agar tetap bersih dan kering.

3) Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.

4) Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan.

Data Perkembangan SOAP

Menurut (Walyani, 2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subjektif

a) Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien

melalui anamnesa

b) Tanda gejala subjekif yang diperoleh dari hasil bertanya pada

klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat

menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat

persalinan, riwayat KB, penyakit keluarga, riwayat penyakit

keturunan, riwayat psikososial, pola hidup)

c) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat


3

sebagai kutipan langsung atau ringkasan ang berhubungan dengan

diagnosa.

O : Objektif

a) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung assessment.

b) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

(keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).

c) Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa.

A : Assesment

a) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan.

b) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment.
3

a) Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin

b) Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan

mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien

kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan

klien.

c) Evaluasi

Tafsiran dari efek tindakan yang telah di ambil merupakan hal

penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan.Analisis

dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari kecepatan nilai

tindakan.Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat

menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga

mencapai tujuan.

C. Landasan Hukum

Kewenangan bidan yang sesuai dengan kompetensi bidan di Indonesia

dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan indikasi Flour Albus, bidan

memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER /X/2010 tentang

izin dan penyelenggaraan praktek bidan terutama pasal 9 berisi tentang :

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan


3

kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Juga dalam pasal

12 menyebutkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksutkan

dalam pasal 9 huruf c Berwenang untuk :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana, dan

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom (Menkes, 2010).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus dengan menggunakan

metode deskriptif yaitu pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai

faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap kualitas belajar-mengajar,

kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya

terhadap prestasi ilmu kimia (Arikunto, 2013).

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan

menyertakan berbagai sumber informasi (Nasir dkk, 2011).

Studi kasus ini menggambarkan asuhan kebidanan pada Nn. M dengan

Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini akan dilakukan di UPTD Puskesmas

Nusukan, Jl. Sriwijaya Utara III No. 5, Nusukan, Banjarsari, Surakarta.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti

menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013). Subjek dalam

studi kasus ini adalah Nn. M dengan Flour Albus.

40
4

D. Waktu Studi Kasus

Suatu peneliti seringkali memerlukan waktu yang lebih lama dari yang

telah ditentukan, sehingga menjadi kendala bagi semua peneliti terutama

peneliti pemula untuk memperkirakan waktu yang diperlukan

(Nursalam, 2013). Studi kasus ini dilaksanakan pada 8 Maret – 15 Maret

2017.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan

format asuhan kebidanan ibu gangguan reproduksi dengan pendekatan

manajemen 7 langkah Varney dan SOAP untuk data perkembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil

data primer dan data sekunder :

1. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada

subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi
4

Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan

mata (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini inspeksi dilakukan pada

kepala, rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, gigi, gusi,

leher, dada, axilla, abdomen, anus dan ekstremitas.

2) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan,

metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan

atau organ (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini dilakukan

pemeriksaan palpasi pada abdomen, mammae, ekstermitas.

3) Auskultasi

Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan

stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo, 2007).

Pada pengambilan kasus ini penulis melakukan pemeriksaan

auskultasi untuk mendeteksi tekanan darah.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau

informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)

(Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan wawancara ini dilakukan pada

ibu gangguan reproduksi Nn. M dengan Flour Albus, keluarga dan

tenaga kesehatan. Dengan menggunakan format asuhan kebidanan

pada Nn. M dengan gangguan reproduksi sesuai tujuh langkah

varney sebagai pedoman wawancara.


4

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk

mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014).

Pada kasus ini observasi kembali keadaan umum, kesadaran, tanda –

tanda vital dan pengeluaran pervaginam.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitinya. Biasanya berupa

data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono, 2011).

a. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013).

Dalam kasus ini dokumentasi dilaksanakan dengan mengumpulkan

data yang diambil dari catatan medis klien.

b. Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data

yang diambil dari catatan atau status pasien dan rekam medik pasien

umum di UPTD Puskesmas Nusukan.

c. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari

permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi kasus gangguan


4

reproduksi dengan Flour Albus, penulis menggunakan sumber buku

dari tahun 2007-2015.

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai

berikut :

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data (wawancara) :

a. Format pengkajian pada ibu gangguan reproduksi.

b. Buku tulis dan alat tulis

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi :

a. Spigmomanometer

b. Stetoskop

c. Termometer

d. Handscoon steril

e. Kapas dan kassa steril

f. Kom kecil

g. Bengkok

3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian

a. Buku tulis

b. Bolpoint

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus, beserta
4

waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,

2012). Jadwal penelitian ini terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Ruangan : KIA

Tanggal Masuk : 8 Maret 2017

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Tanggal Masuk : 8 Maret 2017 Pukul 08.30 WIB

a. Identitas Pasien

1) Nama : Nn. M

2) Umur : 18 tahun

3) Agama : Kristen

4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

5) Pendidikan : SMA

6) Pekerjaan : Mahasiswa

7) Alamat : Tegalmulyo RT 3 RW I, Nusukan, Surakarta

b. Anamnese (Data Subjektif)

1) Keluhan utama

Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang

lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih

keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya.

46
4

2) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : Nn. M mengatakan haid pertama menstruasi

umur 13 tahun

b) Siklus : Nn. M mengatakan siklus menstruasinya ±

28 hari.

c) Teratur/tidak : Nn. M mengatakan menstruasinya teratur

d) Lama : Nn. M mengatakan menstruasinya 7 hari.

e) Banyaknya : Nn. M mengatakan ganti pembalut 3 – 4

per hari

f) Sifat darah : Nn. M mengatakan sifat darahnya haidnya

encer kadang menggumpal warna merah.

g) Dismenorhoe : Nn. M mengatakan kadang nyeri pada saat

menstruasi

3) Riwayat Perkawinan

Nn. M mengatakan belum menikah.

4) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan

Nifas Nn. M mengatakan belum pernah

hamil.

5) Riwayat Keluarga Berencana :

Nn. M mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

6) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Nn. M mengatakan sedang tidak menderita penyakit apapun.


4

b) Riwayat Penyakit sistemik

(1) Jantung : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau

nyeri pada dada sebelah kiri.

(2) Ginjal : Nn. M mengatakan tidak pernah sakit atau

nyeri pada pinggang kanan maupun kiri.

(3) Asma /TBC : Nn. M mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

(4) Hepatitis : Nn. M mengatakan tidak pernah berwarna

kuning pada mata, ujung kuku dan kulit.

(5) DM : Nn. M mengatakan tidak pernah merasa

sering haus, sering lapar dan sering BAK

pada malam hari.

(6) Hipertensi : Nn. M mengatakan tidak pernah memiliki

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

(7) Epilepsi : Nn. M mengatakan tidak pernah kejang

sampai mengeluarkan busa dari mulut.

(8) Lain-lain : Nn. M mengatakan tidak pernah mengalami

riwayat penyakit sistemik lain maupun

penyakit kelamin.

c) Riwayat penyakit keluarga

Nn. M mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat

penyakit menurun seperti hipertensi, jantung, asma dan riwayat

penyakit menular seperti TBC, hepatitis.


4

d) Riwayat keturunan kembar

Nn. M mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki riwayat

keturunan kembar.

e) Riwayat operasi

Nn. M mengatakan belum pernah melakukan operasi apapun.

7) Pola kebiasaan sehari – hari

a) Nutrisi

Nn. M mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang dengan

menu nasi, sayur, lauk dan minum 7-8 gelas sehari dan tidak

ada perubahan sebelum dan saat ini.

b) Eliminasi

Nn. M mengatakan sebelum mengalami keputihan BAK 5-6

kali sehari warna kuning jernih dan BAB 1 kali sehari

konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun sebelum dan

saat ini.

c) Istirahat

Nn. M mengatakan tidur siang kadang – kadang dan tidur

malam ± 8 jam.

d) Personal Hygiene

Nn. M mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari,

ganti baju 2x sehari dan keramas 3x seminggu.

Sebelum : Nn. M mengatakan ganti celana dalam 2x sehari

serta membersihkan genetalianya setiap habis


5

BAB dan BAK ceboknya hanya dengan air tanpa

sabun pencuci vagina, tetapi cara ceboknya masih

belum benar dari arah depan kebelakang.

Saat ini : Nn. M mengatakan setelah BAK cebok hanya

dengan air saja dan selama mengalami keputihan

menggunakan pantyliner dan menggantinya 4 jam

sekali.

e) Aktivitas

Nn. M mengatakan kuliah di Universitas Kristen Surakarta.

8) Data Psikologis

Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan

keadaannya.

c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20x/menit

N : 80 x/menit S : 36,50 C

d) BB : 52 kg

2) Pemeriksaan Sistematis

a) Kepala

Rambut : Bersih tidak berketombe dan tidak

rontok
5

Muka : Tidak pucat, tidak oedem

b) Mata :Sklera putih, conjungtiva merah

muda

c) Hidung : Simetris, tidak ada benjolan

d) Telinga : Simetris, tidak ada serumen

e) Mulut/gigi/gusi :Tidak stomatitis, tidak berdarah,

tidak ada caries.

f) Leher

(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran

(2) Tumor : Tidak ada benjolan

(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

g) Dada dan Axilla

(1) Dada

(a) Membesar : Tidak dilakukan

(b) Tumor : Tidak dilakukan

(c) Simetris : Tidak dilakukan

(d) Putting susu : Tidak dilakukan

(e) Kolostrum : Tidak dilakukan

(2) Axilla

(a) Benjolan : Tidak dilakukan

(b) Nyeri : Tidak dilakukan

(3) Abdomen

(a) Pembesaran hati : Tidak dilakukan


5

(b) Benjolan / Tumor : Tidak dilakukan

(c) Nyeri Tekan : Tidak dilakukan

(d) Luka Bekas Operasi : Tidak dilakukan

(4) Anogenital

(a) Vulva vagina

1. Varices : Tidak dilakukan

2. Luka : Tidak dilakukan

3. Kemerahan : Tidak dilakukan

4. Nyeri : Tidak dilakukan

5. Pengeluaran pervaginam

Ada cairan kental, putih keruh, berbau dan gatal.

(b) Inspeculo

Portio / Serviks : Tidak dilakukan

(c) Pemeriksaan dalam

Portio / servik : Tidak dilakukan

Tumor / Benjolan : Tidak dilakukan

Nyeri : Tidak dilakukan

(d) Anus

Haemoroid : Tidak dilakukan

Lain-lain : Tidak dilakukan

(5) Ekstremitas

(a) Varices : Tidak dilakukan


5

(b) Oedema : Tidak dilakukan

(c) Reflek patella : Tidak dilakukan

d. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

2) Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

Tanggal 8 Maret 2017 Pukul 09.00 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus.

Data Dasar :

Data Subjektif

1) Nn. M mengatakan bernama Nn. M dan berumur 18 tahun

2) Nn. M mengatakan belum pernah menikah.

3) Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu

sering keluar kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau

dan merasa gatal pada alat genetalianya.

4) Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan

keadaannya.

Data Objektif

1) Keadaan umum: Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 36,50 C
5

4) BB : 52 Kg

5) Pemeriksaan PPV : ada cairan lendir kental berwarna putih keruh,

berbau dan gatal.

b. Masalah

Nn. M mengatakan merasa cemas dengan keadaannya

c. Kebutuhan

1) Beri support mental pada Nn. M.

2) KIE cara menjaga personal hygiene.

3. Diagnosa Potensial

Infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan terdapat

jaringan luka.

4. Antisipasi / Tindakan Segera

Pemberian terapi obat oral antara lain :

R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

5. Perencanaan

Tanggal 8 Maret 2017 Pukul 09.20 WIB

a. Pukul 09.20 WIB : Beritahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan.

b. Pukul 09.22 WIB : Beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya agar tetap bersih dan kering

c. Pukul 09.24 WIB : Berikan support mental pada Nn. M.

d. Pukul 09.26 WIB : Beri penjelasan moril pada Nn. M agar tidak

menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal.


5

e. Pukul 09.27 WIB : Berikan terapi obat pada Nn. M

f. Pukul 09.28 WIB : Anjurkan pada Nn. M untuk kontrol 3 hari lagi.

6. Pelaksanaan

Tanggal 8 Maret 2017 Pukul 09.30 WIB

a. Pukul 09.30 WIB : Memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan,

yaitu TTV: TD : 110/80 mmHg, R: 20 x/menit, N : 80 x/menit, S : 36,50 C dan

mengalami keputihan yaitu keluarnya cairan kental yang berlebihan,

berwarna putih keruh, berbau dan gatal didaerah kewanitaan.

b. Pukul 09.32 WIB : Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan

daerah kewanitaannya yaitu cebok dengan benar dari depan

kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah ke vagina,

menggunakan celana yang pas, berbahan katun, selalu mengganti

celana dalam minimal 2 kali sehari / celana dalam basah dan

menghindari handuk yang berganti – ganti dengan orang lain.

c. Pukul 09.34 WIB : Memberikan support mental pada Nn. M supaya

tidan cemas bahwa keputihannya akan sembuh.

d. Pukul 09.36 WIB : Memberikan penjelasan pada Nn. M agar tidak

menggaruk apabila kewanitaannya terasa gatal, hal ini dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.

e. Pukul 09.38 WIB : Memberikan terapi obat oral yaitu :

R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore


5

f. Pukul 09.42 WIB : Menganjurkan pada Nn. M untuk kontrol ulang 3

hari lagi yaitu pada tanggal 11 Maret 2017.

EVALUASI

Tanggal 8 Maret 2017 Pukul 09.45 WIB

a. Pukul 09.45 WIB : Nn. M telah mengetahui hasil pemeriksaan

b. Pukul 09.47 WIB :Nn. M mengerti dan paham cara menjaga

kebersihan kewanitaannya.

c. Pukul 09.49 WIB : Nn. M sudah diberikan support mental dan Nn. M

merasa lebih tenang.

d. Pukul 09.51 WIB : Nn. M bersedia untuk tidak menggaruk daerah

kewanitaannya saat terasa gatal.

e. Pukul 09.53 WIB : Terapi obat sudah diberikan dan Nn. M bersedia

minum obat secara teratur.

f. Pukul 09.55 WIB : Nn. M bersedia kontrol ulang 3 hari lagi pada

tanggal 11 Maret 2017.


5

DATA PERKEMBANGAN I

(KUNJUNGAN ULANG I)

DI UPTD PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA

Tanggal 11 Maret 2017 Pukul 08.30 WIB

S : Subyektif

1. Nn. M mengatakan setelah keputihannya diobati dan minum obat secara

teratur keputihannya sedikit berkurang, tetapi masih terasa gatal dan

sedikit berbau.

2. Nn. M mengatakan sudah cebok dengan benar yaitu cebok dari depan

kebelakang.

3. Nn. M mengatakan sudah menjaga kebersihan kewanitaannya sesuai

anjuran Bidan secara teratur.

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/80 mmHg R: 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 36,40 C

4. Pengeluaran pervaginam : masih ada sedikit lendir putih, sedikit berbau

dan masih terasa gatal.

A : Asessment

Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus hari ke – 3.


5

P : Planning

1. Memberitahu pada Nn. M bahwa keputihannya sejauh ini membaik

dilihat dari pemeriksaan yang dilakukan.

2. Memberitahu pada Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya secara rutin dengan cara yang sudah dianjurkan.

3. Memberikan terapi obat oral (melanjutkan) yaitu :

R/ Calcium lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

Metronidazole 500 mg 2 x 1 (10 tablet) diminum pagi dan sore

4. Menganjurkan Nn. M untuk kontrol ulang 4 hari lagi 15 Maret 2017.

EVALUASI

Tanggal 11 Maret 2017 Pukul 09.00 WIB

1. Nn. M sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Nn. M bersedia untuk menjaga kebersihan kewanitaannya.

3. Nn. M bersedia untuk minum obat secara teratur.

4. Nn. M bersedia untuk kontrol ulang 4 hari lagi pada tanggal 15 Maret

2017.
5

DATA PERKEMBANGAN II

(KUNJUNGAN RUMAH)

Tanggal 13 Maret 2017 Pukul 16.00 WIB

S : Subyektif

1. Nn. M mengatakan keputihannya sudah berkurang, sedikit berbau dan

gatal sudah mulai berkurang.

2. Nn. M mengatakan sudah membersihkan alat genitalianya dengan

benar.

3. Nn. M mengatakan sudah minum obatnya secara teratur.

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 36,40 C

4. Pengeluaran pervaginam : Masih ada sedikit lendir putih, sedikit


berbau dan sedikit gatal.

A : Asessment

Nn. M umur 18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus hari ke - 5.

P : Planning

1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. M saat ini dalam keadaan baik.

2. Mengajurkan pada Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya.
6

3. Memberikan support mental pada Nn. M bahwa keadaannya ini akan

sembuh.

4. Mengingatkan Nn. M untuk kontrol ulang pada tanggal 15 maret 2017.

EVALUASI

Tanggal 13 Maret 2017 Pukul 16.15 WIB

1. Nn. M sudah mengetahui keadaannya saat ini.

2. Nn. M bersedia untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.

3. Nn. M merasa tenang bahwa keadaannya ini akan sembuh.

4. Nn. M bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 15 Maret 2017.


6

DATA PERKEMBANGAN III

(KUNJUNGAN ULANG II)

DI UPTD PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA

Tanggal 15 Maret 2017 Pukul 08.30 WIB

S : Subyektif

1. Nn. M mengatakan keputihannya sudah benar – benar berkurang, tidak

merasa gatal lagi dan keputihannya tidak berbau.

2. Nn. M mengatakan sudah merasa lebih tenang.

3. Nn. M mengatakan sudah membersihkan genetalianya dengan benar.

4. Nn. M mengatakan sudah minum obatnya secara teratur.

O : Obyektif

1. Keadan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20 x/menit

N : 80 x/menit S : 36,40 C

4. Pengeluaran pervaginam : keluar lendir kental berwarna putih,

tidak berbau dan tidak gatal.

A : Asessment

Nn. M umur 18 tahun dengan post gangguan reproduksi Flour Albus.


6

P : Planning

1. Memberitahu Nn. M hasil pemeriksaan bahwa keputihan yang dialami

oleh Nn. M sudah membaik dan tidak ada tanda – tanda yang mengarah

ke infeksi genetalia.

2. Mengajurkan Nn. M untuk tetap menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya secara rutin.

3. Menganjurkan Nn. M untuk datang kembali jika ada keluhan.

EVALUASI

Tanggal 15 Maret 2017 Pukul 08.45 WIB

1. Nn. M sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan Nn. M merasa lebih

nyaman.

2. Nn. M bersedia untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaannya secara

rutin.

3. Nn. M bersedia datang kembali jika ada keluhan.


6

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang ada

dengan cara membandingkan teori yang ada dengan praktek yang dilakukan

dilahan. Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis menggunakan

langkah – langkah dalam manajemen kebidanan yaitu pengkajian ,

interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan

pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan

sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif

dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn.

M umur 18 tahun dengan Flour Albus.

1. Pengkajian

a. Data Subyektif

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), pengkajian adalah

langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pengkajian meliputi data

subyektif dan obyektif.

Pengkajian pada kasus dilakukan pada tanggal 8 maret 2017

didapatkan Data Subyektif adalah data yang mencakup identitas pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Data identitas pasien Nama Nn. M ,

umur 18 tahun. Keluhan utama adalah mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus


6

keluhan utamanya Nn. M merasa tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan

terkadang terasa perih (Shadine, 2012). Pada kasus keluhan utama yaitu Nn.

M mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar

lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau dan gatal pada

genetalianya, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

dilahan.

Riwayat Menstruasi menurut Irianto (2015) seseorang menjelang

dan sesudah haid akan mengalami keputihan. Hal ini disebabkan karena

kelenjar didalam vagina aktif dan pengaruh dari hormon estrogen dan

progesteron. Pada kasus Nn. M mengatakan menjelang dan sesudah haid

mengalami keputihan, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek dilahan.

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas menurut Shadine (2012)

yaitu keputihan yang dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dapat

menyebabkan kehamilan premature, ketuban pecah sebelum waktunya dan

berat bayi lahir rendah. Pada Nn. M belum pernah hamil, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Irianto (2010) riwayat KB pada kasus Flour Albus

akseptor KB Pil dan IUD juga menimbulkan keputihan pada wanita. Pada

Nn. M belum pernah menggunakan KB apapun, sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Mumpuni dan Andang, 2013 untuk pola eliminasi,

keputihan menyebabkan peradangan pada saluran kencing sehingga


6

menimbulkan rasa nyeri dan pedih saat BAK. Pada Nn. M sebelum

mengalami keputihan BAK 5 – 6 kali sehari warna kuning jernih dan BAB 1

kali sehari konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun sebelum dan

saat ini, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Shadine, 2012 pola personal hygiene biasanya sering

dikaitkan dengan perilaku tidak higenis atau infeksi jamur. Pada Nn. M

mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti baju 2x sehari dan keramas 3x

seminggu untuk sebelum mengalami keputihan ganti celana dalam 2x sehari

serta membersihkan genetalianya setiap habis BAB dan BAK ceboknya

hanya dengan air tanpa sabun pencuci vagina, tetapi cara ceboknya masih

belum benar dari arah depan kebelakang dan saat ini setelah BAK cebok

hanya dengan air saja dan selama mengalami keputihan menggunakan

pantyliner dan menggantinya 4 jam sekali, sehingga terdapat kesenjangan

antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Shadine, 2012 pola aktivitas selama mengalami keputihan

tidak dianjurkan berolahraga berlebihan dan mengangkat beban berat. Pada

Nn. M aktivitas sehari – hari yaitu kuliah di Universitas Kristen Surakarta.

sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

Menurut Manuaba, 2009 data psikologis merasa cemas karena

darah genetalia selalu basah dan terasa gatal. Pada Nn. M merasa cemas dan

khawatir dengan keadaannya, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.


6

b. Data Obyektif

Pada kasus Nn. M data Obyektif adalah data yang didapatkan untuk

melengkapi data dalam menegakkan diagnosa (Sulistawati, 2009).

Pemeriksaan tanda – tanda vital TD 110


/ 80 mmHg, Nadi 80 x
/menit,

Pernafasan 20 x/menit, Suhu 36,50 C. Pada pemeriksaan anogenital menurut

Shadine, 2013 yaitu pengeluaran pervaginam didapatkan rasa panas, gatal

dan nyeri yang dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum (kulit

diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri saat berkemih dan

senggama. Pada kasus Nn. M tidak dilakukan pemeriksaan anogenital tetapi

Nn. M mengatakan ada pengeluaran pervaginam berupa cairan kental, putih

keruh, berbau dan gatal. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek dilahan.

Inspekulo dilakukan untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau

darah, luka atau perdagangan, tanda – tanda keganasan), serta untuk

mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan, darah atau luka

(Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan

yang berlebihan dari vagina (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. M tidak

dilakukan pemeriksaan inspekulo. Sehingga terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

Pemeriksaan penunjang yaitu untuk melengkapi data yang telah

dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis pasien. Pada kasus

Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain

pemeriksaan melalui sekret atau cairan pervaginam (Muslihatun dkk, 2009).


6

Pada kasus Nn. M tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sehingga

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah

dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data

yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2009).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang bekaitan dengan Para, Abortus,

Anak hidup, umur dan keadaan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M Umur 18 tahun

dengan gangguan reproduksi Flour Albus.

b. Masalah

Menurut Manuaba (2009), masalah yaitu pasien mengeluh

merasakan cemas karena daerah genetalia yang selalu basah dan terasa

gatal. Masalah yang muncul pada Nn. M merasa cemas dengan

keadaannya.

c. Kebutuhan

Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan

oleh ibu dengan gangguan reproduksi Flour Albus yaitu dukungan

moril dan KIE cara menjaga personal hygiene. Sedangkan pada Nn. M

kebutuhan yang diberikan yaitu memberi support mental dan KIE cara

menjaga personal hygiene.


6

Sehinggan pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan anatara teori dan

praktek dilahan.

3. Diagnosa Potensial

Pada diagnosa potensial yang mungkin terjadi dari Flour Albus yaitu

menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa

pedih saat buang air kecil (Shadine, 2012). Pada kasus Nn. M dengan

gangguan reproduksi Flour Albus diagnosa yang ditegakkan adalah

menimbulkan infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina, nyeri dan

terdapat jaringan luka, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

yang ada dilahan.

4. Antisipasi

Menurut Sibagariang dkk (2010), antisipasi yaitu memberi terapi obat

sesuai dengan kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi

candidia dan golongan metronidazole untuk mengatasi infeksi bakteri dan

parasit. Pada kasus Nn. M antisipasi yang diberikan yaitu Calcium lactate 500

mg 2x1, Metronidazole 500 mg 2x1, sehingga terdapat kesenjangan teori dan

praktek dilahan.

5. Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi

atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi


6

wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi berikutnya (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Menurut Sibagariang dkk (2010) rencana asuhan yang

diberikan pada gangguan reproduksi Flour Albus diantaranya :

a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

b. Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular

seksual.

c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap

kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.

Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk

mencegah bakteri berkembang biak.

d. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari

arah depan ke belakang.

e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena

dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi

medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

f. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada

daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

g. Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas

kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum

menggunakannya.
7

h. Berikan terapi pada keputihannya

Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan terapi

golongan Flukonazol dan infeksi bakteri dan parasit diberikan terapi

Metronidazol.

Pada kasus Nn. M yaitu diberitahu tentang hasil pemeriksaan,

diberi KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar

tetap bersih dan kering, diberi support mental, diberi penjelasan moril agar

tidak menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan terapi

obat calcium lactate 500 mg 2x1 (10 tablet), metronidazole 500 mg 2x1

(10 tablet), anjurkan untuk control 3 hari lagi. Sehingga pada langkah ini

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.

M gangguan reproduksi dengan Flour Albus belum sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat diatas. Ada langkah ini penulis menemukan

kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

7. Evaluasi

Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi Flour

Albus diantaranya :

a. Flour Albus dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.

b. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan

genetalianya agar tetap bersih dan kering.


7

c. Klien bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh Bidan.

d. Klien bersedia datang kembali jika ada keluhan.

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 7 hari pada tanggal 8

Maret 2017 sampai tanggal 15 Maret 2017 pada Nn. M umur 18 tahun dengan

gangguan reproduksi Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta,

maka hasil asuhan yang didapat yaitu keputihan sembuh, Nn.M bersedia

untuk menjaga kebersihan daerah genetalianya dan Nn. M bersedia untuk

kontrol ulang 3 hari setelah pemeriksaan. Penanganan yang diberikan kepada

klien maka dari hasil evaluasi tidak ditemukan kesenjangan anatar teori dan

praktek dilapangan.
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. M dengan

gangguan reproduksi Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta, maka

dapat ditarik kesimpulan sebai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Maret 2017 didapatkan data Identitas

Pasien Nama Nn. M umur 18 tahun. Keluhan utama yaitu Nn. M

mengatakan mengalami keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar

lendir kental yang berlebihan, berwarna ptih keruh, berbau dan merasa

gatal pada alat genetalianya. Data Psikologis Nn. M mengatakan merasa

cemas dan khawatir dengan keadaannya.

2. Interpretasi Data Diagnosa Kebidanan pada kasus didapatkan Nn. M umur

18 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus. Data Subjektif Nn. M

mengatakan bernama Nn. M dan berumur 18 tahun, Nn. M mengatakan

belum pernah hamil, Nn. M mengatakan mengalami keputihan sejak 1

minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna

ptih keruh, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya, data psikologis

Nn. M mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya. Data

Objektif Keadaan umum Baik, Kesadaran Composmentis TTV meliputi

tekanan darah /80 mmHg, Nadi 80 x/menit, Pernafasan 20 x/menit, Suhu


110

36,50C, keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna putih keruh, berbau

dan terasa gatal pada alat genetaliannya. Masalah yang timbul adalah Nn.

72
7

M merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan yang diberikan yaitu beri

Support mental dan KIE cara menjaga personal hygiene.

3. Diagnosa Potensial yaitu infeksi genetalia seperti bengkak pada vagina,

nyeri dan terdapat jaringan luka.

4. Antisipasi pada kasus dilakukan pemberian terapi obat oral berupa

Calcium Lactate 500 mg 2 x 1 (10 tablet) dan Metronidazole 500 mg 2 x 1

(10 tablet) diminum pagi dan sore.

5. Perencanaan pada kasus memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan,

beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar

tetap bersih dan kering, berikan support mental, beri penjelasan agar tidak

menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal, berikan terapi obat,

anjurkan untuk kontrol 3 hari lagi.

6. Pelaksanaan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi Nn. M telah mengetahui hasil pemeriksaan, Nn. M mengerti dan

paham cara menjaga kebersihan kewanitaannya, Nn. M sudah diberikan

support mental dan merasa lebih tenang, Nn. M bersedia untuk tidak

menggaruk daerah kewanitaannya saat terasa gatal, terapi obat sudah

diberikan dan Nn. M bersedia minum obat secara teratur, Nn. M bersedia

kontrol ulang 3 hari lagi.

8. Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu

: Pada asuhan gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan

Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta didapatkan

kesenjangan yaitu pada penulisan subyektif, pada keluhan tidak merasakan


7

perih, belum pernah hamil, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

apapun, tidak terjadi peradangan yang menimbulkan rasa perih dan pedih

saat BAK, tidak ada infeksi jamur, tidak melakukan olahraga berlebihan

dan mengangkat beban berat. Pada data obyektif pengeluaran pervaginam

tidak terdapat rasa panas dan nyeri didaerah vagina dan paha, tidak

dilakukan pemeriksaan inspeculo dan tidak dilakukan pemeriksaan

penunjang melalui secret atau cairan pervaginam. Pada diagnosa potensial

tidak terjadi peradangan di saluran kencing yang menimbulkan rasa perih

saat BAK. Pada antisipasi tidak diberikan terapi obat golongan flukanazol.

9. Penulis memberikan pemecahan masalah terhadap kesenjangan teori dan

praktek yaitu : Penulis memberikan saran untuk lahan agar pelayanan yang

diberikan sesuai standar operasional pelayanan sesuai asuhan kebidanan

gangguan reproduksi dengan Flour Albus.

B. Saran

1. Bagi Pasien

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dengan banyak membaca dan mempraktekkan pola hidup yang

sehat.

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan

mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi

dengan Flour Albus.


7

3. Bagi Institusi Puskesmas

Diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu

pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada kasus gangguan

reproduksi dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan,

terutama asuhan kebidanan dalam penanganan Flour Albus.


7
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :


Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


RINEKA CIPTA.

Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta :


Rohima Press.

Cahyani, Y. W. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ny. D P1 A0 umur 27 tahun


gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus di RS Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan.

Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan


Praktikum. Bandung : Alfabeta.

Jamaan, T. 2013. Panduan Praktis Mengatasi Penyakit pada Wanita. Jakarta :


Onbloss Creative Mandiri.

Manuaba, I. A. C, Manuaba, I. B. G. F, Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami


Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.

MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.

Muslihatun, W. N, et al. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Nasir, A, Muhith, A, Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.

Norma, N. D, Dwi, M. S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan


Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA


CIPTA.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta


Selatan : Salemba Medika.
Oktavia, W. 2013. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S P1 A0
Akseptor IUD dengan Keputihan di Puskesmas Grogol Kabupaten
Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan.

Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : MITRA


CENDIKIA Press.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka.

Sibagariang, E. E, Pusmaika, R, Rismalinda. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta :


EGC.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press.
Lampiran 1
JADWAL PENYUSUNAN PROPOSAL KTI
PRODI D III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2016/2017
NO Kegiatan Penelitian Tahun 2016 Tahun 2017
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembagian dosen
pembimbing
2 Pengajuan judul KTI
Persetujuan judul oleh
pembimbing
Pengumpulan Acc judul
KTI
3 Pembagian panduan KTI
4 Pembuatan proposal KTI
Penyusunan proposal KTI
Acc proposal KTI
5 Ujian proposal KTI
6 Ujian Ulang proposal
KTI
7 Revisi proposal KTI
Penggumpulan proposal
KTI
8 Pelaksanaan studi
kasus/penelitian
Pembuatan dan penulisan
hasil kasus/penelitian
KTI
Konsul KTI
Acc/persetujuan KTI
9 Pengumpulan draft KTI
10 Ujian KTI
11 Uji ulang KTI
12 Revisi/perbaikan KTI
Penjilidan KTI
Pengumpulan KTI
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI SUBYEK STUDI KASUS

Kepada :
Calon Responden
Di UPTD Puskesmas Nusukan
Surakarta

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alexandria Daniyanti Maharani
NIM : B13001
Mahasiswa Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang akan
mengadakan study kasus yang berjudul “ Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Nn. M umur
18 tahun dengan Flour Albus di UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta “ sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan di Prodi Diploma III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam
study kasus ini dibutuhkan partisipasi Nn. M yang mengalami gangguan reproduksi Flour Albus di
UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta. Informasi yang diberikan nanti akan dijamin kerahasiaannya dan
tidak ada orang lain yang membacanya kecuali peneliti sendiri dan semua data digunakan untuk
kepentingan studi kasus.
Apabila Nn. M setuju berpartisipasi maka saya mohon untuk bersedia menandatangani lembar
persetujuan mengenai ketersediaan menjadi responden.
Atas perhatiaan dan kesediannya peneliti ucapkan terima kasih.

Surakarta, 8 Maret 2017


Peneliti

Alexandria D.M
Lampiran
Lampiran
Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Kesehatan Reproduksi Remaja

Subpokok bahasan : Keputihan / Flour Albus

Tempat : UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta

Waktu : 15 menit

Hari / Tanggal : Rabu, 8 Maret

2017 Sasaran : Klien

Penyuluh : Alexandria Daniyanti Maharani

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan peserta dapat mengerti dan

memahami tanda dan bahaya dari keputihan dan mengetahui cara menjaga diri agar keputihan tidak

menjadi hal yang serius khususnya bagi remaja putri.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, diharapkan remaja akan dapat:

1. Memahami pengertian keputihan

2. Memahami penyebab keputihan

3. Memahami tanda dan bahaya dari keputihan

4. Tertarik untuk melaksanakan pencegahan dari tanda dan bahaya keputihan.

C. Metode : Ceramah

D. Media : Leaflrt

E. Materi : Terlampir
F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 3 menit Pembukaan: Menjawab salam

a) Memberi salam Melakukan kontrak waktu

b) Melakukan kontrak waktu Mendengarkan dan

c) Menjelaskan maksud dan memperhatikan

tujuan penyuluhan

d) Menyebutkan materi/pokok

bahasan yang akan disampaikan

2 7 menit Pelaksanaan: Menyimak, memahami dan

Menjelaskan materi berurutan dan memperhatikan

teratur.

Materi:

1. Pengertian Keputihan

2. Jenis-jenis keputihan

3. Tanda dan Gejala keputihan

4. Penyebab keputihan

5. Cara Mengatasi

3 3 menit Evaluasi Merespon dan bertanya

1. Memberi kesempatan kepada

peserta untuk bertanya


4 2 menit Penutup Mnyimpulkan bersama-

Mengakhiri penyuluhan sama

Kesimpulan Menjawab salam

Mengingatkan materi pertemuan

selanjutnya

Mengucapkan terimakasih

salam

G. Evaluasi

1. Pengertian Keputihan / Flour Albus ?

2. Gelaja Keputihan / Flour Albus karena fisiologi dan patologis ?

Jawab :

1. Pengertian Keputihan / Flour Albus ?

Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah.

2. Gelaja Keputihan / Flour Albus karena fisiologi dan patologis ?

a. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :

1) Cairan yang keluar encer

2) Berwarna bening/krem/tidak berwarna

3) Tidak berbau

4) Tidak gatal

5) Jumlahnya sedikit atau cukup banyak

b. Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :


1) Cairan yang keluar bersifat keruh dan kental

2) Berwarna putih susu, kekuningan, keabu-abuan atau kehijauan

3) Terasa gatal

4) Berbau tidak sedap, busuk atau amis

5) Menyisakan bercak pada pakaian dalam

6) Jumlahnya

banyak 7)

H. Referensi

http://akubaiq.blogspot.co.id/2012/11/sap-keputihan-pada-remaja.html

Surakarta, 8 Maret 2017

Alexandria Daniyanti Maharani


MATERI

A. Pengertian

Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan bukan

penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan.

B. Terjadinya Keputihan

Pada daerah kewanitaan terdapat bakteri yang baik yang disebut dengan basil Doderlein.

Dalam keadaan normal jumlah basil ini cukup dominan dan membuat lingkungan vagina bersifat

asam sehingga vagina mempunyai daya proteksi yang cukup kuat. Disamping itu vagina juga

mengeluarkan sejumlah cairan yang berguna untuk melindungi diri terhadap infeksi.

C. Jenis-jenis keputihan

Jenis keputihan dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Bersifat FISIOLOGIS (keputihan normal) adalah keputihan yang terjadi pada masa

ovulasi yaitu kurang lebih 12 - 14 hari setelah menstruasi. Pada saat terangsang seksual

atau mengalami stres emosional. Keputihan seperti ini wajar terjadi pada wanita.

2. Bersifat PATOLOGIS (Keputihan abnormal atau penyakit keputihan) adalah gejala

keluarnya lendir secara berlebihan, berwarna putih dan berbau, gatal, jarang terjadi rasa

nyeri.

D. Tanda dan Gejala keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan tersebut dapat

disebabkan oleh:

1. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :


a. Cairan yang keluar encer

b. Berwarna bening/krem/tidak berwarna

c. Tidak berbau

d. Tidak gatal

e. Jumlahnya sedikit atau cukup banyak

2. Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :

a. Cairan yang keluar bersifat keruh dan kental

b. Berwarna putih susu, kekuningan, keabu-abuan atau kehijauan

c. Terasa gatal

d. Berbau tidak sedap, busuk atau amis

e. Menyisakan bercak pada pakaian dalam

f. Jumlahnya banyak

E. Penyebab keputihan

1. Jamur Candidas atau Monilia

Warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan.

Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, penyakit kencing

manis dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu.

2. Parasit trichomonas vaginalis

Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset. Cairan keputihan

sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena

parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.
3. Bakteri Gardnella

Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan kebauan, berair, berbuih,

dan berbau amis. Dapat memicu munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoe.

4. Faktor hygiene yang jelek

Kebersihan yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi karena

kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen penyebab infeksi mudah

menyebar.

5. Pemakaian obat-obatan (antibiotik) dalam waktu lama.

Pemakaian obat- obatan khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem

imunitas dalam tubuh. wanita yang mengkonsumsi antibiotik timbul keputihan.

6. Stres

Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami stress maka

hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan

timbulnya keputihan. wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi / keputihan yang

disebabkan oleh stres.

7. Alergi

Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan secara sengaja

atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, rambut kemaluan, benang yang berasal

dari selimut, celana dan lainnya. Bisa juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan

atau iritasi yang berlangsung lama.

8. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya peradangan,

Tumor (misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer, jernih, dan tidak
berbau), kanker rahim atau kanker serviks (leher rahim) (cairan yang keluar bisa banyak

disertai bau busuk dan kadang disertai darah).

9. Keluarnya mucus servix (tidak haid).

Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam sehingga vagina dan uretra

mudah terinfeksi dan sering timbul gatal. Akibat rasa gatal divagina, maka garukan yang

sering dilakukan menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah terinfeksi dan

menyebabkan keputihan. Kekurangan atau hilangnya estrogen karena remaja putri masih

mengalami ketidak seimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh

keputihan selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama)

F. Cara Mengatasi

1. Menjaga kebersihan, diantaranya:

a. Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk

mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur.

b. Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab.

c. Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina.

d. Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan

bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan

dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri.

e. Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke belakang

untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina.

f. Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat garukan pada

kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke

vagina saat mandi atau cebok.


2. Memperhatikan pakaian, diantaranya:

a. Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti dengan

yang kering dan bersih. Minimal sehari 2 kali.

b. Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat karena dapat

meningkatkan kelembaban organ kewanitaan.

c. Tidak duduk dengan pakaian basah(misalnya: selesai olahraga dan selesai renang karena

jamur lebihsenang pada lingkungan yang basah dan lembab.

d. Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan

menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

3. Mengatur gaya hidup, diantaranya:

a. Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa menggunakan alat pelindung

seperti kondom.

b. Mengendalikan stres

c. Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi.

d. Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan

karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan.

e. Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang.Kegemukan dapat membuat kedua paha

tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban sekitar

vagina.

f. Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral (yang

diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan yang

diresepkan agar bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi.
Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERSONAL HYGIENE

Pokok bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sub Pokok bahasan : Personal Hygiene

Tempat : UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta

Waktu : 30 menit

Hari / Tanggal : Rabu, 8 Maret 2017

Sasaran : Klien

Penyuluh : Alexandria Daniyanti Maharani

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai personal hygiene diharapkan klien memahami mengenai

personal hygiene yang harus diperhatikan oleh masing – masing.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dapat menjelaskan kembali tentang :

1. Pengertian personal hygiene.

2. Macam-macam personal hygiene.

3. Tujuan perawatan personal hygiene.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene.

5. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

C. Metode : Ceramah
D. Media : Leaflet
E. Materi : Terlampir
F. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap/waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens

1. Pembukaan -Mengucapkan salam -Menjawab salam

(5 menit) -Menjelaskan tujuan -Mendengarkan dan

penyuluhan memperhatikan

2. Penyajian (20 menit) -1-Defenisi personal Mendengarkan

hygiene Memperhatikan

-- - Jenis-jeneis personal

hygiene

3. -Tujuan perawatan

personal hygiene

4. -Faktor-faktor yang

mempengaruhi personal

hygiene,

3. Penutup -Memberikan kesempatan Bertanya dan

untuk bertanya dan memperhatikan

menjawab jawaban

-Menanyakan kembali

materi yang disampaikan

-Mengulangi atau

menyimpulkan hal-hal

yang penting
-Salam penutup

G. Evaluasi

1. Pengertian Personal Hygiene ?

2. Tujuan Personal Hygiene ?

Jawab :

1. Pengertian Persoal Hygiene ?

Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

2. Tujuan Personal Hygiene ?

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

b. Memelihara kebersihan diri seseorang

c. Memperbaiki personal hyiene yang kurang

d. Mencegah penyakit

e. Menciptakan keindahan

f. Meningkatkan rasa percayadiri

H. Referensi

http://geeeta.blogspot.co.id/2015/06/satuan-acara-penyuluhan-sap-personal.html

Surakarta, 8 Maret 2017

Alexandria Daniyanti Maharani


MATERI

A. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan

hygiene berarti sehat. Personal hygiene (kebersihan perorangan) adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Pemeliharaan

hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Seperti pada

orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau kelainan fisik

memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin.

B. Jenis-Jenis Personal Hygiene

1. Perawatan Kulit Rambut dan Kepala.

Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan

perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan mencegah klien untuk

memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat, menyisir dan bersampo (minimal 2 kali

seminggu) adalah cara-cara dasar higienis untuk perawatan kulit rambut dan kepala.

2. Perawatan Mata.

Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan dengan

washlap bersih yang dilembabkan kedalam air. Sabun yang menyebabkan panas dan iritasi

biasanya dihindari. Perawat menyeka dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah sekresi

dari pengeluaran ke dalam kantong lakrimal. Bagian yang terpisah dari washlap digunakan

sekali waktu untuk mencegah penyebaran infeksi. Jika klien memiliki sekresi kering yang tidak

dapat diangkat dengan mudah dengan menyeka, maka dapat meletakkan kain yang lembab atau
kapas pada margin kelopak mata pertama kali untuk melunakkan sekresi. Tekanan langsung

jangan digunakan diatas bola mata karena dapat meyebabkan cedera serius.

3. Perawatan Hidung.

Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke

dalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Cegah klien jangan

mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat mencenderai

gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif. Perdarahan hidung

adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan.

4. Perawatan Telinga.

Bersihkan telinga dengan menggunakan washlap yang dilembabkan, dirotasikan ke daun

telingan dengan lembut.

5. Perawatan Kuku Kaki dan Tangan.

Potonglah kuku kaki dan tangan yang pendek dan memperhatikan sudut – sudutnya.

6. Perawatan Genitalia.

a. Bersihkan daerah genitalia mengunakan air atau sabun

b. Gunakan celana dalam yang bahan kainnya dapat menyerap keringat serta jangan ketat

(kalau bisa terbuat dari katun) serta ganti ketika terasa lembab.

c. Pada pasien yang menggunakan kateter atau tidak mampu ke kamar mandi.

d. Ganti celana dalam apabila celana dalam basah dan saat BAK/BAB.

7. Perawatan Kulit Seluruh Tubuh.

Mandi dua kali sehari, yang bertujuan:

a. Membersihkan kulit dari bakteri, mengurangi keringat dan sel kulit yang mati yang

meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan infeksi.


b. Mengurangi bau badan.

c. Peningkatan citra diri.

d. Meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan kenyamanan.

8. Perawatan kebersihan mulut

a. Anjurkan pasien untuk sikat gigi atau kumur - kumur setiap selesai makan.

b. Pada pasien tidak sadar bersihkan mulut pasien menggunakan spatel lidah yang dibasahi

dengan air segar.. Bersihkan permukaan penguyah dan permukaan dalam pertama.

Bersihkan atap mulut dan bagian dalam pipi dan bibir. Gosok lidah tetapi hindari

menyebabkan reflex muntah bila ada. Basahi aplikator bersih dengan air dan gosok mulut

untuk mencuci. Ulangi sesuai kebutuhan.

C. Tujuan Personal Hygiene

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang

2. Memelihara kebersihan diri seseorang

3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang

4. Mencegah penyakit

5. Menciptakan keindahan

6. Meningkatkan rasa percayadiri

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

1. Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena

adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihanny.

2. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi

perubahan pola Personal Hygiene

3. Status sosial-ekonomi

Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat

mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya

4. Pengetahuan

Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti

penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.

7. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk

melakukannya.
Lampiran 11

DOKUMENTASI

Gambar 1.1. Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital

Gambar 1.2. Pengisian Inform Consent


Lampiran 12

Anda mungkin juga menyukai