Anda di halaman 1dari 4

HADIST TARBAWI

RASULULLAH MENGHINDARI CARA PENGAJARAN YANG MEMBOSANKAN

OLEH : DEWI RAHMADHANI


NIM:230502014112
DOSEN PENGAMPU: Dr.H.Faridah Ulfi Na’imah,M.H.I

PROGRAM STUDI MAGISTER


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCASARJANA INSTITUT KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO 2022
RASULULLAH MENGHINDARI CARA PENGAJARAN YANG MEMBOSANKAN

Terjemahan:
Telah menceritakan kepada kami Utsmãn bin Abû Syaibah berkata, telah menceritakan kepada
kami Jarîr dari Manshûr dari AbûWã’il berkata; bahwa Abdullah memberi pelajaran kepada
orang-orang setiap hari Kamis, kemudian seseorang berkata: “Wahai Abû AbdurRahmãn,
sungguh aku ingin kalau anda memberi pelajaran kepada kami setiap hari” dia berkata: “Sungguh
aku enggan melakukannya, karena aku takut membuat kan bosan, dan aku ingin memberi
pelajaran kepada kalian sebagaimana Nabî shallallahu ‘alaihi wasallam memberi pelajaran kepada
kami karena khawatir kebosanan akan menimpa kami”. (H.R Bukhãrî No. 68, Shahîh)

Biografi dan Jarh wa Ta’dîl


1). Nama : Utsmãn bin Muhammad bin Ibrãhîm bin ‘Utsmãn
Wafat : 239 H
Kualitas : TsiqahHãfidz1
Tsiqah hafizh 30Penghafal hadits. Sigat ini tidak cukup untuk menempatkan periwayat yang disifati
dengannya pada derajat siqah, sebab terkadang ada periwayat yang hafiz tapi tidak ‘adil.

2). Nama : Jarîr bin ‘Abdullah bin Qarth


Wafat : 188 H
Kualitas : Tsiqah 2
Tsiqah adalah adil dan dãbit, akan tetapi kata tsiqah juga terkadang tidak bermakna ‘adil dan dabit, seperti
1
Syams al-Din Abû al-Khair Muhammad bin ‘Abd alRahmãn al-Sakhawi, Fath al-Mugis bi Syarh alfiyyah al-Hadits, Juz II, hlm. 115. Lihat juga
‘Abd al-‘Aziz bin Muhammad bin Ibrãhîm al-‘Abd al-Latif, DawAbît al-Jarh wa al-Ta’dîl, hlm.138.

2
Lihat, Abû al-Hasan Musthafã bin Ismã’îl, Syifa’ al-’Alîl bi Alfãz wa Qawã ‘id al-Jarh wa al-Ta’dîl(Kairo; Maktabah Ibn Taimiyyah, 1991),cet.
I, hlm. 326.
apabila dikatakan Tsiqah dha’if tsiqah sayyi’ al-hifz, maka kata tsiqah disini hanya menunjukkkan bahwa
periwayat yang bersangkutan mempunyai agama serta ibadah yang baik tapi buruk dari segi kedabitannya.

3). Nama :Manshûr bin Al-Mu’tamir


Wafat : 132 H
Kualitas : Tsiqah Tsabat3
Tsiqah tsabat yaitu Yang teguh hati dan lisannya juga kitabnya. Periwayat yang disifati dengan sigat ini
setingkat dengan periwayat yang tsiqah menurut Ibn al-Salah.
4). Nama : Syaqîq bin Salamah
Wafat : 82 H
Kualitas : Tsiqah
5). Nama: Abdullah bin Mas’ûd bin Ghafil bin Habîb
Wafat : 32 H
Kualitas : Shahabat.

Hadis ini Shahih, karena para perawi yang meriwayatkan hadis ini berkualitas tsiqah dan satu
orang berkualitas tsiqahHafidz yaitu Utsmãn bin Muhammad bin Ibrahim bin ‘Utsmn dan satu orang
perawi lagi yang berkualitas tsiqahtsabat yakni Manshûr bin Al-Mu’tamir.

c. Syarah Hadîs

Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bãrî 1:163 mengungkapkan, “pelajaran yang dapat dipetik dari
hadîs ini, hendaknya kita tidak terus-terusan mencurahkan tenaga habis-habisan untuk beramal saleh,
sebab dikhawatirkan justru akan membuat kita bosan. Tetapi jika kesinambungan itu harus dilakukan,
maka harus diperhatikan dua hal: pertama, melakukannya setiap hari tetapi tanpa memberikan beban
terlalu berat, dan kedua, melakukannya pada hari berselang-seling, sehingga ada celah untuk beristirahat.
Selain itu harus disesuaikan dengan kondisi, kepribadian dan kebutuhan masing-masing, dengan tetap
memerhatikan adanya semangat.”

3
Abû al-Fadl Zainuddin ‘Abd al-Rahim bin al-Husain al-’Iraqi, Al-Tabsirah wa al-Tazkirah, Juz I, hlm. 371. Lihat juga Abû ‘Amr ‘Usman bin
‘Abd al-Rahmãn , Muqaddimah Ibn al-Salah (Bairut; Dar al-Fikr al-Ma‘asir, 1986), hlm. 122.

Anda mungkin juga menyukai