Makalah Anak Dalam Masalah Gizi
Makalah Anak Dalam Masalah Gizi
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
NAMA :
1. UMI KALSUM
2. SYAHIDUL HAQ
3. SINTA JULI ASMARA
4. MUHAMMAD ZULFADLI MAULANA
TINGKAT : II
AKADEMI KEPERAWATAN
GITA MATURA ABADI KISARAN
T.A 2022-2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah ilmu penyakit mata dengan judul Anak Dalam Masalag Gizi. Selain itu tujuan dari
penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang Gangguan Penglihatan
Akut itu sendiri..
Kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah
selanjutnya menjadi lebih baik.Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan
semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2
A. Hakikat Kesehatan Dan Gizi........................................................................ 2
B. Pola Hidup Sehat......................................................................................... 3
C. Kesehatan Anak........................................................................................... 4
D. Tumbuh Kembang Anak.............................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Salah satu upaya peningkatan kualitas sumber dayamanusia adalah terciptanya
pembangunan kesehatan yang adil dan merata,yang mengupayakan agar masyarakat berada
dalam keadaan sehat secaraoptimal, baik fisik, mental, dan social serta mampu menjadi
generasi yang produktif. Pencapaian pembangunan kesehatan dinilai dengan derajat
kesehatanmasyarakat. Derajat kesehatan digambarkan dengan situasi mortalitas,morbiditas,
dan status gizi masyarakat. etidakseimbangan gizi dapatmenurunkan kualitas SDM. !izi
yang baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik
yang tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlukan mulai dari masa kehamilan, bayi dan
anak balita, prasekolah, anak usia sekolah dasar, remaja dan de"asa, sampai usialanjut. #nak
sekolah dasar merupakan sasaran strategis dalam perbaikan gizimasyarakat karena pada masa
anak fungsi organ otak mulai terbentuk mantapsehingga perkembangan kecerdasan cukup
pesat. #nak Sekolah Dasar (SD)adalah anak usia $%&' tahun. Pertumbuhan dan
perkembangan anak sangatmembutuhkan gizi yang cukup agar tidak terjadi penyimpangan
pada pertumbuhan dan perkembangan anak
5erdasarkan latar belakang diatas, dapt disimpulkan bah"a gizi pada masa pertumbuh
kembangan anak sekolah sangat penting karena pada usia anak sekolah perkembangan
kecerdasan sangat pesat. Maka, dalam hal ini kami akanmembahas mengenai !izi pada #nak
Sekolah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3. Macam-macam Zat Makanan
Menurut Sediaoetama (2000) fungsi zat gizi sebagai sumber energi atau tenaga,
menyokong pertumbuhan badan, memelihara jaringan tubuh, mengatur metabolisme dan
berbagai keseimbangan dalam cairan tubuh (keseimbangan air, asam basa, dan mineral), serta
mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Ada berbagai jenis zat makanan yang dibutuhkan tubuh di antaranya karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral-mineral.
3
yang kurang baik kualitasnya maupun kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan dan
gizi yang tidak seimbang sehingga akan muncul berbagai penyakit, di antaranya penyakit gizi
lebih (obesitas), penyakit gizi kurang, penyakit metabolik bawaan, dan penyakit keracunan
makanan.
Anak Balita pada umumnya merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak Balita dalam periode transisi dari makanan
bayi ke makanan orang dewasa, sering kali tidak lagi begitu diperhatikan dan pengurusannya
sering diserahkan kepada orang lain, dan belum mampu mengurus dirinya sendiri dengan
baik terutama dalam hal makanan.
3. Masalah Gizi Masyarakat
Masalah gizi sekarang ini berkembang pada masyarakat Indonesia, terutama di
daerah-daerah yang terjadi konflik maupun daerah yang terkena bencana alam. Penanganan
masalah gizi masyarakat sebaiknya dilakukan dengan cepat dan menyeluruh di semua lapisan
masyarakat, sebab hal tersebut akan berpengaruh ke dalam kondisi jangka panjang. Gejala
klinis gizi kurang adalah akibat ketidakseimbangan yang lama antara manusia dan
lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup ini mencakup lingkungan alam, biologis, sosial
budaya maupun ekonomi. Secara nasional ada empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu
kurang kalori dan protein (KKP), kekurangan vitamin A, kekurangan garam besi dan anemia
gizi, dan gondok endemik. Pembagian kelompok tersebut berdasarkan tujuan diagnostik,
yaitu identifikasi gejala klinis penyakit sebagai dasar usaha penyembuhan (terapi). Di luar
aspek medik, klasifikasi masalah gizi adalah masalah gizi yang diakibatkan oleh kemiskinan,
sosial budaya, kurangnya pengetahuan dan pengertian, pengadaan dan distribusi pangan, serta
bencana alam.
C. Kesehatan Anak
1. Ciri-ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh dengan
baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif/gesit dan
gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak segar,
pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Sedangkan gambaran anak sehat jika dilihat dari tingkat inteligensinya (IQ), menurut
Sumadi Suryabrata, 1984 dapat dibagi menjadi 9 kategori sebagai berikut.
a. Lebih dari 140 : genius
4
b. Antara 120-139 : veri superior
c. Antara 110-119 : superior
d. Antara 90-109 : normal, rata-rata
e. Antara 80-89 : sub-normal, bodoh
f. Antara 70-79 : garis batas
g. Antara 50-69 : debil (masih dapat dididik dan dilatih)
h. Antara 30-49 : embecil (tidak dapat dididik)
i. Kurang dari 30 : idiot (tidak dapat dididik dan dilatih)
5
pada anak yang sakit di antaranya pilek, suara serak, selera makan berkurang,
muntah, kejang, dan nyeri.
3. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Anak
Pengertian kesehatan anak mencakup kesehatan badan atau pribadi dan lingkungan.
Ciri anak sehat dapat dilihat dari segi fisik dan tingkah lakunya.Berbagai penyakit dapat
diperoleh anak. Masing-masing penyakit memiliki ciri dan akibatnya. Gejala penyakit anak
ini perlu diketahui guru agar dapat memantau dan memberikan informasi kepada orang tua
dalam rangka membantu orang tua untuk pelayanan kesehatan anak. Guru perlu menjelaskan
kepada anak mengenai berbagai pemeliharaan kesehatan, yaitu pemeliharaan kesehatan
lingkungan, mata, telinga, kulit, gigi, dan jasmani. Untuk memudahkan guru dalam
pemeliharaan kesehatan anak, dibuat daftar mengenai penyakit, imunisasi, dan kesehatan
anak.
6
tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak yang mempunyai kelainan dari
mereka yang normal, seperti berat badan menurut tinggi, pengukuran lingkar kepala anak,
kuesioner pra-skrining perkembangan, kuesioner perilaku anak pra-sekolah, tes daya lihat dan
tes kesehatan mata bagi anak pra-sekolah, serta tes daya dengar anak. Ada tiga hal yang dapat
dilakukan pihak sekolah dalam memantau tumbuh kembang anak, yaitu pemantauan
pertumbuhan anak, pemantauan perkembangan anak, dan pembinaan perkembangan anak.
- Permasalahan Tumbuh Kembang Anak
Ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang seorang anak, yaitu
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak
itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor luar, yaitu faktor-faktor
yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan sosial serta
kebutuhan fisik anak. Faktor luar tersebut di antaranya keluarga, gizi, budaya, serta teman
bermain dan sekolah.
Masalah tumbuh kembang anak sendiri dapat diklasifikasikan menjadi gangguan fisik
dan gangguan psikiatrik. Gangguan psikiatrik terdiri dari retardasi mental (kondisi ini
ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata), gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas (ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untuk
memusatkan perhatiannya yang timbul pada lebih dari satu situasi), gangguan tingkah laku
(pada anak yang mengalami gangguan ini sering kali dikatakan sebagai anak nakal, sulit
diatur, suka melawan, sering membolos dan berperilaku antisosial), gangguan depresi,
masalah kesulitan belajar (gangguan perkembangan wicara dan berbahasa, gangguan
kemampuan akademik, gangguan menulis ekspresif, dan gangguan berhitung).
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh dan dan memberi kegiatan pembelajaran yang menghasilkan
kemampuan dan keterampilan pada anak. (depag RI,2003:1) Karakteristik anak usia dini
adalah aktif melakukan berbagai eksplorasi dalam kegiatan bermain, maka sesuai dengan
karakteristiknya tersebut proses pembelajarannya ditekankan pada aktivitas dalam bentuk
belajar sambil bermain menekankan pada pengembangan potensi dibidang fisik, intelegensi,
sosial, emosional, bahasa dan komunikasi menjadi kompotisi/kemampuan yang secara aktual
dimiliki anak. Kesehatan adalah merupakan suatu pandangan akan kondisi yang fleksibel
antara kesehatan badan jasmani dengan kesehatan mental rohani yang dibedakan dalam
sebuah rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak
kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna. Sakit adalah sebagai suatu keadaan
yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan
gangguan aktivitas sehari-hari baik itu dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Usaha
kesehatan sekolah
(UKS) upaya pelayanan ksehatan yang terdapat disekolah, guna menolong murid dan
juga warga sekolah yang sakit dikawasan sekolah lingkungan sekolah. Imunisasi merupakan
prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada anak sejak masih bayi hingga
remaja. Melalui program ini tubuh diperkenalkan dengan bakteri atau virus tertentu yang
sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk meransang seistem imun guna
membentuk antibiodi Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah upaya penyelamatan dasar
terhadap korban kecelakaan atau sakit untuk mencegah semakin parahnya kondisi korban.
P3K ini bukan untuk menyembuhkan penyakit tetapi yang diderita oleh korban, melainkan
hanya penangananpertama yang bisa dilakukanorang disekitar korban sembari mereka
menunggu tim medis resmi datang untuk menangani koraban. Pertolongan pertama pada
kecelakaan harus dilakukan secara cepat dan tepat, jika tidak maka menyebabkan semakin
parahnya kecelakaan atau bahkan ancaman jiwa korban. Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arisman M. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.
Solveig A. Cunningham PD, Michael R. Kramer, Ph.D., and K.M. Venkat
Narayan, M.D. Incidence of Childhood Obesity in the United States. The New England
Journal of Medicine. 2014.
Fordham H. Healthy Food for Young Children. Usborne2008.
Seprianty, Vita. dkk. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 2, No. 1, Januari 2015: 129-
134