Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari tiga komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu yaitu, nuthqun bi al-lisani (mengucapkan dengan lisan), amalun bi al- arkani (melaksanakan sesuai dengan rukun-rukun), dan tashiqun bi al-qalbi (membenarkan dengan hati).Ilmu kalam adalah ilmu yang tergolong eksklisif di kalangan umat Islam. Tidak banyak orang yang tau mengenai seluk beluk ilmu yang langka ini. Kebanyakan para intelektual Muslim, lebih memilih filsafat sebagai pembentuk pola pikir, yang dijadikan sebagai dasar sebagai penentuan segala sesuatu dalam bidang keilmuan. Padahal dalam Islam, kerangka berfikir yang mirip, bahkan lebih kokoh sandarannya, telah tercipta jauh sebelum keilmuan lain dalam Islam itu terbentuk, yaitu ilmu kalam Mengkaji aliran-aliran ilmu kalam pada dasarnya merupakan upaya memahami kerangka berpikir dan proses pengambilan keputusan para ulama aliran teologi dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kalam. Pada dasarnya, potensi yang dimiliki setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun potensi psikologis secara natural adalah Konsep (Beberapa istilah 1 sangat distingtif. Oleh sebab itu, perbedaan kesimpulan antara dan definisi) di KB satu pemikiran dan pemikiran lainnya dalam mengkaji suatu objek tertentu merupakan suatu hal yang bersifat natural pula. Aliran ilmu kalam yaitu: Aliran Khawarij, Aliran Syiah, Aliran Jabbariyah, aliran qaddariyah Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi olehTuhan. Aliran ini juga beranggapan pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak diri sendiri. Abu Musa Hasan al-Asyari adalah tokoh besar yang pemikiran - pemikirannya dijadikan landasan utama bagi mazhab teologi Asyariyah. Mazhab Asyariyah menjadikan pemikiran al-Asyari sebagai pondasi pemikiran mereka. Al-Asyari sebagai pelopor dari mazhab teologi Asyariyah sepakat bahwa Tuhan itu memiliki sifat. Dari sudut pandang golongan Asyariyah yang mengatakan bahwa Tuhan itu memiliki sifat dan itu dapat diketahui dari Al- Qur’an yang banyak menyebutkan tentang sifat - sifat Tuhan, seperti Yang Maha Mendengar, Mengetahui, Melihat, Kuasa, dan lain sebagainya. Kaum Asyariyah juga menetapkan bahwa sifat - sifat Tuhan itu bersifat kekal (qadim) sama kekalnya dengan dzat-Nya. Namun untuk menghindari adanya dua hal yang bersifat kekal mereka berargumen bahwa sifat - sifat Tuhan itu bukan Tuhan dan bukan pula selain Tuhan, yang dalam Bahasa Arab disebutkan seperti “la hiya huwa wa la hiya ghairuh”. Tuhan tidaklah terwujud dalam bentuk materi melainkan immateri. Oleh karena itu golongan Asy’ariyah sepakat bahwa Tuhan itu tidak mungkin memiliki sifat - sifat jasmani sebagaimana yang juga dimiliki oleh manusia. Walaupun di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Tuhan itu seakan memiliki sifat - sifat Jasmaniyah seperti ayat Al-Quran yang mengatakan bahwa ” Tangan Allah di atas tangan-tangan mereka.” dan surat yang lainnya ” Dan tetap kekal wajah Tuhanmu ”. Dalam dua ayat di atas disebutkan bahwa Tuhan memiliki tangan dan wajah. Asy’ariyah sebagai aliran kalam tradisional yang memberikan daya yang kecil kepada akal juga menolak faham Tuhan mempunyai sifat jasmani bila sifat jasmani dipandang sama seperti sifat manusia. Pada ayat –ayat Al – Qur’an yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat – sifat jasmani tidak boleh di ta’wilkan sebagaimana harfiyahnya, oleh sebab itu Tuhan dalam pandangan Asy’ariyah mempunyai mata, wajah, tangan serta bersemayam di singgasana. Namun semua itu dikatakan la yukayyaf wa la yu hadd ( tanpa diketahui bagaimana cara dan batasnya ).
Daftar materi pada KB Materi yang sulit untuk dipahami tentang perbuatan manusia 2 yang sulit dipahami dalam kaitannya dengan perbuatan manusia.
Daftar materi yang sering
3 mengalami miskonsepsi Yang sering menjadi miskonsepsi tentang sifat-sifat tuhan dalam pembelajaran