Anda di halaman 1dari 43

GEJALA KUANTUM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Fisika ini
dengan baik, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini kami buat sebagai tugas mata pelajaran Fisika kelas XII semester genap, dengan
judul makalah “Gejala Kuantum”, yang kami susun dengan semaksimal mungkin dan tak
lepas dari bimbingan Ibu Ni Made Sariasih, S.Pd.,M.Pd. Selaku guru mata pelajaran Fisika
Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun, sangat kami harapkan adanya untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami kedepannya. Semoga makalah Fisika tentang
Gejala Kuantum ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya. Terima Kasih.

Mengwi, 30 Januari 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II 3
PEMBAHASAN 3
A. ANALISIS KI DAN KD 3
B. KONSEP-KONSEP ESSENSIAL 4
C. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN MATERI GEJALA
KUANTUM 16
D. MEDIA PEMBELAJARAN PADA GEJALA KUANTUM 25
E. INSTRUMEN PENILAIAN 26
BAB III 29
PENUTUP 29
KESIMPULAN 29
LAMPIRAN 30
JURNAL 30
INSTRUMEN LENGKAP 31
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era modern saat ini tentu saja manusia tidak bisa lepas dari penggunaan
teknologi terutama “android”. Seiring berjalannya waktu, penggunaan teknologi
menjadi hal yang umum bagi masyarakat karena dengan adanya kecanggihan dari
teknologi tersebut membuat manusia lebih mudah dalam menyelesaikan berbagai
macam pekerjaan. Teknologi tentunya sudah sangat mempengaruhi masyarakat
sekitar dalam berbagai cara. Pengaruh teknologi dalam dunia Pendidikan juga dapat
membantu meningkatkan efesiensi dan efektivitas siswa dalam belajar. Pengaruh
teknologi dalam dunia Pendidikan dapat didapat dari berbagai macam media seperti
penggunaan power point, software, web, dan aplikasi lainnya.
Pentingnya kita memahami dunia Pendidikan dengan teknologi bertujuan
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Dalam pembahasan perihal belajar
mengajar, kita sebagai calon guru fisika dituntut agar dapat merancang sebuah
pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menciptakan generasi yang berkualitas di
masa depan. Pentingnya membahas 5 poin (analisis KI dan KD, konsep-konsep
essensial, pendekatan, model, metode, media dan instrument penilaian) dalam
makalah ini agar kita sebagai calon guru fisika dapat membuat suatu perubahan dalam
perihal mengajar yang tentunya materi yang disampaikan dapat lebih dimengerti
siswa, tercapainya tujuan pembelajaran, membuat suasana pembelajaran yang
menyenangkan, dan juga melatih keterampilan siswa di abad 21 ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah yang penulis susun ini adalah sebagi berikut :
1. Bagaimanakah analisis kurikulum pembelajaran fisika mengenai materi gejala
kuantum?
2. Bagaimanakah konsep yang muncul dalam pembelajaran fisika tentang gejala
kuantum?
3. Bagaimanakah pendekatan, model dan metode yang dipilih pada gejala
kuantum?
4. Bagaimanakah media pembelajaran yang dipilih pada materi gejala kuantum?

1
5. Bagaimanakah bentuk instrument yang digunakan sebagai daya dukung proses
pembelajaran?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menemukan solusi dari
berbagai permasalahan yang ada dalam pembelajaran fisika melalui analisis konsep
gejala kuantum dan membuat suatu rancangan pembelajaran fisika yang membantu
guru dalam meningkatkan kualitas belajar dan membuat pembelajaran menjadi lebih
efektif dan efisien

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. ANALISIS KI DAN KD
Mata Pelajaran : Fisika
Satuan Pendidikan : SMA
Kls : XII MIPA 4

ANALISIS KI
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4 ANALISIS DAN
(PENETAHUAN) (KETERAMPILAN) REKOMENDASI
3. Memahami, menerapkan, Mengolah, menalar, KI-3 Pengetahuan dan
menganalisis dan mengevaluasi menyaji, dan mencipta KI-4 Keterampilan
pengetahuan faktual, konseptual, dalam ranah konkret dan adalah untuk program
prosedural, dan metakognitif ranah abstrak terkait pendidikan 6 tahuan
berdasarkan rasa ingin tahunya dengan pengembangan
tentang ilmu pengetahuan, dari yang dipelajarinya di
teknologi, seni, budaya, dan sekolah secara mandiri KI-3 dan KI-4 tersebut
humaniora dengan wawasan serta bertindak secara sesuai menjadi rujukan
kemanusiaan, kebangsaan, efektif dan kreatif, dan KD-KD mata pelajaran
kenegaraan, dan peradaban mampu menggunakan Fisika (6 tahun)
terkait penyebab fenomena dan metoda sesuai kaidah
kejadian, serta menerapkan keilmuan.
pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minat

ANALISIS KI KD
Rekome Rekomen PPK
Analisis Rekomen Analisis
ndasi dasi KD-
KD dasi KD KD
KD KD pada
Pengete Pengetahu Keteram
Keteram Mapel
Kompet Kompet huan an pilan
pilan
ensi ensi
Dasar Dasar Nilai-nilai
Kesetar ▪ Keterca
Pengeta Keteram Tingkat Kesesuaia Karakter yg
Dimensi Bentuk aan paian
huan pilan n Dimensi dapat
Kogniti Taksono Taksono Dimensi
(KD (KD Kognitif Diimplemen
f dan mi dan mi Kognitif
dari KI dari KI degan dan tasikan dlm
Bentuk Tingkat dengan
3) 4) Bentuk Bentuk Materi dan
Dimensi Taksono KD dari
Pengetahu Pengeta Model
Pengeta mi KI 3
an huan Pembelajar
huan dengan
semua an
KD dari KD-3

3
dalam
Matapel
ajaran

▪ Keterca
paian
KI 4 Semua
Takson
omi
KD-4
dalam
Matapel
ajaran

1 2 3 4 5 6 7 8
3.8. 4.8 Tingkat Menjelaska Menyajika KD-3
Menjelas Menyajika dimensi n(C1) cocok n adalah Menjelask
kan n laporan kognitif dipasangka keterampil an (C1) ▪Aktif
secara tertulis adalah n dengan an tingkat setara
kualitatif dari menjelas gejala Menampil dengan ▪Kerjasam
gejala berbagai kan(C1) kuantum kan Merespon
a
kuantum sumber yang KA2,
yang tentang mencakup sedangak
▪Tanggung
mencaku penerapa radiasi an KD-4
p sifat n efek benda Menyajika jawab
radiasi fotolistrik, hitam, efek n setara
benda efek fotolistrik, dengan
hitam, Compton, efek Menampil
efek dan sinar Compton, kan(KK2)
fotolistrik, X dalam dan sinar X
efek kehidupan dalam
Compton sehari- kehidupan
, dan hari. sehari-hari.
sinar X
dalam
kehidupa
n sehari-
hari.

B. KONSEP-KONSEP ESSENSIAL
Konsep Essensial
4
1. Radiasi benda hitam
2. Efek fotolistrik
3. Efek Compton
4. Sinar X

Ranah kognitif :

Siswa dapat Menjelaskan secara kualitatif gejala kuantum yang mencakup sifat radiasi
benda hitam, efek fotolistrik, efek Compton, dan sinar X dalam kehidupan sehari-hari.

Ranah Psikomotor :

Siswa dapat Menyajikan laporan tertulis dari berbagai sumber tentang penerapan efek
fotolistrik, efek Compton, dan sinar X dalam kehidupan sehari-hari.

Ranah Afektif :

Siswa dapat menunjukkan perilaku Aktif, Tanggung jawab, dan Kerjasama

Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Saintifik

Model Pembelajaran : model pembelajaran inquiry terbimbing

Metode pembelajaran : metode diskusi, metode tanya-jawab

Media pembelajaran : multimedia Interaktif dan Virtual Lab

Pembahasan Materi Gejala Kuantum

A. Radiasi Benda Hitam


a. Benda Hitam
Benda hitam adalah benda yang akan menyerap semua energi yang datang dan
akan memancarkan energi dengan baik. Benda hitam merupakan istilah untuk
suatu benda yang memiliki emisivitas=1. Emisivitas itu sendiri merupakan
kemampuan suatu bahan untuk menyerap radiasi. Benda hitam merupakan
penyerap radiasi yang baik sekaligus pemancar radiasi yang buruk sedangkan
benda putih mengkilap merupakan pemancar radiasi yang baik. Benda dikatakan
hitam sempurna bila seluruh radiasi yang datang kepadanya terserap semuanya
tanpa sedikitpun yang terpancar kembali.
b. Radiasi Benda Hitam

5
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam. Apabila sepotong besi kita panaskan, maka suhu logam
tersebut akanmengalami kenaikan. Makin lama dipanaskan, suhunya semakin
tinggi. Makin tinggisuhu benda akan menimbulkanruangan di sekitar benda itu
menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa benda memancarkan energi kalor ke
sekitarnya. Energi yang dipancarkan benda ke sekitarnya disebut energi radiasi.
Energi radiasi yangdipancarkan sebuah benda dalam bentuk gelombang, yaitu
gelombang elektromagnetik.
Jika kita berada di dekat benda yang panas, maka tubuh kita akan terasa panas.
Tubuh akan terasa semakin panas apabila kita berada di dekat benda yang suhunya
lebih tinggi. Serta panas yang kita rasakan akan semakin kuat jika benda yang
berada di dekat kita berwarna gelap, di samping itu juga makin luas permukaan
benda, maka kita akan semakin merasakan panas. Pernyataan diatas merupakan
faktor yang memengaruhi radiasi suatu benda, bisa juga dsimpulkan faktor yang
mempengaruhi radiasi suatu benda sebagai berikut:

● Suhu benda

● Luas permukaan benda

Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada jenis
bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat permukaanbenda.
Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan benda
yangmemancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda semakin besar
energi yang dipancarkan.

Hubungan antara suhu benda dengan warna benda.

Suhu Benda dalam Warna Benda


Celcius

500-700 Merah tua

700-800 Merah

800-900 Merah jingga

900-1000 Jingga

6
1000-1100 Kuning

1100-1300 Kuning muda

1300-1500 Putih

Ekperimen tentang radiasi kalor benda pertama kali dilakukan oleh Joseph
Stefan dan Ludwig Boltzmann, diperoleh kesimpulan yang dinyatakan dalam
rumus:

4
P=e σ A T

Keterangan :

P= Daya radiasi (watt)

e= emisivitas benda

σ= kontante Stefans–Boltzmann (5,670 x 10-8Wm-2K-4)

A= luas permukaan benda (m2)

T= suhu benda (K)

Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan – Boltzmann. Emisivitas adalah


konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan benda yang
mempunyai nilai antara 0 hingga 1. Untuk benda yang mempunyai emisivitas 1
dinamakan benda hitam, yaitu suatu benda yang mempunyai sifat menyerap
semua kalor. Benda hitam diidentikkan dengan benda berongga yang memiliki
lubang kecil.

c. Model Radiasi Benda Hitam

7
Dilihat pada gambar, lubang itu berwarna hitam karena jika ada cahaya yang
masuk ke lubang tersebut kemungkinannya kecil untuk bisa keluar lagi,
cahayanya akan dipantulkan oleh dinding bagian dalam benda berongga sehingga
akhirnya energi habis terserap. Sebaliknya jika benda tersebut dipanaskan, maka
lubang itu akan menyala lebih terang dibandingkan dengan daerah sekitarnya,
yang berarti memancarkan energi lebih besar dibandingkan dengan yang lain.

Di sini diartikan bahwa benda hitam adalah benda yang akan menyerap semua
energi yang datang dan akan memancarkan energi dengan baik. Dalam hal ini
benda hitam sebenarnya hanya suatu model untuk menggambarkan benda hitam
sempurna yang kenyataannya benda itu tidak ada. Benda yang mempunyai sifat
menyerap semua energi yang mengenainya disebut benda hitam. Benda hitam
jika dipanaskan akan memancarkan energi radiasi. Energi radiasi yang
dipancarkan oleh benda hitam disebut dengan radiasi benda hitam.

d. Sifat Radiasi Benda Hitam


Radiasi yang muncul dari benda hitam mungkin berbeda dengan radiasi
cahaya. Radiasi benda hitam lebih dirasakan, bukan dilihat. Radiasi benda hitam
memiliki sifat tertentu. Sifat- sifat dari radiasi benda hitam ini berasal dari sifat
benda hitam itu sendiri. Sifat dari radiasi benda hitam sebenarnya adalah sifat dari
spektrum cahaya benda hitam yang sifatnya ideal. Beberapa sifat dari spektrum
cahaya benda hitam yang ideal antara lain adalah:

● Benda hitam yang lebih panas akan memancarakan yang lebih banyak yang

memenuhi seluruh panjang gelombang. Hal ini berarti apabila

8
membandingkan dua benda hitam tanpa melihat panjang gelombangnya,
benda hitam yang lebih panas akan mengeluarkan lebih banyak cahaya dari
pada benda hitam yang lebih dingin.

● Spektrum benda hitam bersifat tetap dan memiliki puncak pada panjang

gelombang tertentu. Puncak kurva benda hitam pada sebuah spektrum


bergerak ke panjang gelombang yang lebih pendek untuk benda yang lebih
panas. Benda hitam yang lebih panas, panjang gelombangnya akan lebih
biru dari pada pancaran puncaknya. Contoh peristiwa adalah matahari yang
suhu rata- ratanya adalah 5.800 Kelvin. Benda hitam yang memiliki suhu
yang sama dengan matahari tersebut memiliki puncak rata- rata 500
nanometer dan memiliki panjang gelombang yang berwarna kuning. Lalu
benda hitam lainnya yang memiliki suhu yang besarnya dua kali lipat dari
suhu matahari akan memiliki puncak spektrum sekitar 250 nanometer yang
mana merupakan bagian dari sinat Ultraviolet dari spektrum.

e. Hukum-hukum pada Radiasi Benda Hitam

● Hukum Pergeseran Wien

Hukum pergeseran Wien menjelaskan bahwa panjang gelombang pada


intensitas maksimum akan bergeser ke panjang gelombang yang lebih
pendek (ke frekuensi yang lebih tinggi) apabila suhunya semakin
meningkat. Misalnya pada batang besi yang terus dipanaskan hingga suhu
yang sangat tinggi, awalnya batang besi berwarna kemerahan, karena
suhunya terus naik warna batang besi berubah menjadi kuning kemerahan
dan akhrinya memijar. Panjang gelombang cahaya merah lebih besar
daripada panjang gelombang cahaya kuning, sama artinya dengan
frekuensi gelombang cahaya merah lebih rendah daripada frekuensi
gelombang cahaya kuning.Perubahan warna pada benda menunjukkan
perubahan intensitas radiasi benda. Ketika suhu benda berubah, maka
intensitas benda akan ikut berubah atau terjadi pergeseran, pergeseran ini
dapat digunakan untuk memperkirakan suhu benda atau biasa disebut
Pergeseran Wien.

9
Grafik di atas menunjukkan hubungan intensitas radiasi benda hitam
terhadap panjang gelombang pada suhu yang berbeda. Dapat dilihat bahwa
ketika suhu benda hitam meningkat, panjang gelombang untuk intensitas
maksimum (λmaks) bergeser ke nilai panjang gelombang yang lebih
pendek. Berdasarkan percobaan Wien dapat diperoleh persamaan seperti
berikut:
λmaks T =C
Keterangan:
λmaks = panjang gelombang untuk intensitas maksimum (m)
C = tetapan pergeseran Wien 2,9 x 10-3 mK
T = suhu (K)

● Hukum Radiasi Planck

Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan


bahwa dengan membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik
dia dapat menjabarkan fungsi P (λ,T ) yang sesuai dengan data percobaan
pada seluruh panjang gelombang. Hukum radiasi Planck menunjukkan
distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh sebuah benda hitam.
Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu bahwa
energi merupakan suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda
dalam bentuk paket-paket kecil terputus-putus, bukan dalam bentuk
pancaran molar. Paket-paket kecil ini disebut kuanta dan hukum ini
kemudian menjadi dasar teori kuantum. Hukum tersebut kemudian dikenal
10
dengan hukum radiasi benda hitam Planck. Hukum ini secara matematis
dirumuskan :
E=n . h. v
Keterangan:
h = konstanta Planck (6,626 .10-34 J.s = 4,136-15.10 eV.s)
n = bilangan kuantum (n = 0, 1, 2, 3, dst… )
v = frekuensi radiasi (Hz)
B. Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923.
Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak
memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek
fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923
telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X
dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron
dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf
dan momentum hf/ccocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
a. Penemuan Efek Compton
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X
yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium
sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron
yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan
kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan
sebesar θ terhadap arah semula. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X
yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari panjang
gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh
elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang
terhambur menjadi (hf – hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang
yang terhambur menjadi tambah besar yaitu λ>λ’.
b. Skema Percobaan Efek Compton

11
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi
Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton
terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :
h
λ ’−λ= ( 1−cosθ)
m₀ c

Keterangan:
λ= panjang gelombang sinar X sebelum tumbukan (m)
λ’= panjang gelombang sinar X setelah tumbukan (m)
h= konstanta Planck (6,625 × 10-34 Js)
m₀ = massa diam elektron (9,1 × 10-31 kg)
c= kecepatan cahaya (3 × 108 ms-1)
θ= sudut hamburan sinar X terhadap arah semula (derajat atau radian)

h
Besaran sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi
m₀ c
jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton
dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga
memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat,
yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel
yang sering disebut sebagaidualime gelombang cahaya.
c. Penerapan Efek Compton pada Kehidupan Sehari-hari

12
Nuklir Compton Telescope (NCT) adalah eksperimen balloon-borne untuk
mendeteksi sinar gamma dari sumber astrofisika seperti supernova, pulsar, AGN,
dan lainlain. Teleskop ini diluncurkan dengan balon ketinggian tinggi ke
ketinggian mengambang sekitar 40km.
Teleskop Compton menggunakan sebuah array-12-3D kadar tinggi
Germanium Detektor spektral resolusi untuk mendeteksi sinar gamma. Pada
bagian bawahnya setengah detektor dikelilingi oleh Bismuth germanate sintilator
untuk melindungi dari sinar gamma atmosfer. Teleskop memiliki medan pandang
(FOV) dari 25% dari langit.
Dua prototipe detektor berhasil diuji dan diterbangkan pada tanggal 1 Juni
2005 dari Scientific Balloon Flight Facility, Fort Sumner, New Mexico. Pada
tanggal 19 Mei 2009, instrumen penuh berhasil diluncurkan dari Fort Sumner di
New Mexico dan mampu mengamati kepiting pulsar. Sayangnya itu gagal untuk
memulai pada bulan April 2010 di Alice Springs, Australia, ketika balon pecah
menambatkan untuk derek di angin tinggi (Hasibuan S, 2015)

C. Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik yaitu terlepasnya elektron dari permukaan logam karena logam
tersebut disinari cahaya. Untuk menguji teori kuantum yang dikemukakan oleh Max
Planck, Albert Einstein mengadakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki bahwa cahaya merupakan pancaran paket-paket energi yang kemudian
disebut foton yang memiliki energi sebesar hf. Percobaan yang dilakukan Einstein
lebih dikenal dengan sebutan efek fotolistrik.
a. Percobaan Efek Fotolistrik

13
Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein untuk
mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang
dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber
tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap,
maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat
permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter, maka akan menunjukkan
adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini
terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya
disebut elektron foto) A bergerak menuju B.
Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik
juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif,
ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk
angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron
yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial penghenti (V₀),
yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Besarnya
potensial penghenti ini tidak bergantung pada intensitasnya, tetapi bergantung
pada energi kinetik maksimumnya.
1 2
Ekmaks= m v e V ₀
2
Keterangan:
Ek = energi kinetik elektron foto (J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
Vo = potensial henti (volt)

Ada percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923
dengan menggunakan sel fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa
dihubungkan dengan sumber tegangan searah. Kemudian, pada katoda dikenai
cahaya berfrekuensi tinggi. Maka akan tampak adanya arus listrik yang mengalir
karena elektron dari katoda menuju anoda. Setelah katoda disinari berkas cahaya,
galvanometer ternyata menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada arus listrik
yang mengalir dalam rangkaian. Einstein telah menjelaskan bahwa untuk
mengeluarkan elektron dari permukaan logam dibutuhkan energi ambang. Jika

14
radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton mempunyai enegi yang lebih besar
dibandingkan energi ambang, maka elektron akan lepas dari permukaan logam.
Akibatnya energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan
persamaan:
Ek=h . f – h . f 0
Keterangan:
f, f0 = frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)
h=konstanta Planck (6,63×10-34 Js)
Ek = energi kinetik maksimum elektron ( J)
b. Penerapan Efek Fotolistrik pada Kehidupan Sehari-hari
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik untuk
membangkitkan arus listrik dari cahaya matahari. Efek fotolistrik muncul ketika
cahaya tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya
atau radiasi mendorong elektron keluar dari benda tersebut, yang jumlahnya dapat
diukur dengan meteran listrik.
Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang menerpa
memiliki frekuensi di atas nilai ambang tertentu. Di bawah nilai ambang tersebut,
tidak ada elektron yang terpancar keluar, tidak peduli seberapa banyak cahaya
yang menerpa benda. Frekuensi minimum yang kemunculan efek fotolistrik
tergantung pada jenis bahan yang disinari.
c. Teori Gelombang tentang Efek Fotolistrik
Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan
teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori
gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang
gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang
terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :

● Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah

besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan


bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton
yang dijatuhkan.

15
● Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang

frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek


fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan
untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar
dapat timbul elektron foto.

● Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan

elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron


terlepas dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam
waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.

● Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik

maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan


diperbesar (Kanginan, 2010)

D. Sinar X
Sinar x di temukan rontgen tahun 1895 , secara tak sengaja ketika bekerja
dengan tabung geister dimana garam barium di dekatkan denga tabung akan
berfosforisensi. Rontgen menyimpulkan bahwa penyebab fosforesensi adalah suatu
sinar yang tak tampak di pancarkan oleh anoda tabung geister dikenal dengan sinar-
X ( sinar Rontgen).
a. Sifat-sifat Sinar X
Sifat-sifat sinar X diantara lain ialah:

● Ditimbulkan jika elektron cepat menumbuk materi

● Dapat menjalar menurut garis lurus walau melalui medan listrik dan medan

magnet

● Berdaya tembus sangat besar, mampu menembus logam dan zat padat lainya.

● Meyebabkan fosforesensi dan berkilau

● Dapat menghitamkan plat fotografik

b. Aplikasi Sinar X

16
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan
gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar
lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai
daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian
sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran
nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen
sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan
perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan
fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan
(Computed Tomography Scan).
Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu
dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang
menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena
pesawat radioterapi membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal
sumber listrik di daerah relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini
lebih dititik beratkan pada penggunaan sinarX untuk pesawat Rontgen (Budiyanto,
2008).

C. PENDEKATAN, MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


MATERI GEJALA KUANTUM

a. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih
kegiatan pembelajaran. Pendekatan saintifik merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran ilmiah. Majid (2014) mengungkapkan bahwa penerapan
pendekatan saintifik bertujuan untuk pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung
pada informasi searah dari guru. Dalam pendekatan saintifik ada beberapa
tahap/ kegiatan, yaitu: Observing, Questioning, Associating, Experimenting,
Processing, Conclusing, Presenting.
1) Observing adalah proses mengamati suatu fakta.
2) Questioning adalah proses menanyakan atau membuat hipotesis segala
sesuatu seputar fakta yang diamati.
17
3) Associating adalah menalar atau melakukan asosiasi antara yang
diketahui sebelumnya dengan apa yang baru diketahui.
4) Experimenting adalah menguji pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis
yang muncul dalam questioning.
5) Processing adalah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan
pengetahuan yang diperoleh dari empat proses sebelumnya.
6) Conclusing adalah merumuskan atau menyimpulkan pengetahuan yang
diperoleh.
7) Presenting adalah menyajikan pengetahuan yang diperoleh kepada
orang lain.
(Susilana & Ihsan, 2014)

Pendekatan dalam pembelajaran memiliki dua jenis, yaitu:


pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorien-
tasi atau berpusat pada pendidik (teacher centered approach). Hasil penelitian
yang sudah di publikasikan, mengungkap bahwa pendekatan yang
berorientasi pada siswa secara umum lebih efektif dalam meningkatkan
minat dan penguasaan konsep peserta didik baik dijenjang perguruan
tinggi (mahasiswa), maupung jenjang dibawahnya siswa (Nasution, 2013).
Pendekatan yang dimaksud diantaranya: pendekatan Kontekstual dan
Pendekatan Saintifik (Saregar, Sunarno, & Cari, 2013).
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang secara resmi
diterapkan oleh pemerintah mulai tahun 2013 di sebagian sekolah di
Indonesia sebagai project percontohan. Kurikulum 2013 menghendaki
para peserta didik untuk mempelajari suatu prinsip dan konsep fisika
melalui pendekatan saintifik. Dalam hal ini, pendekatan saintifik
merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Berdasarkan isi Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, tentang
pembelajaran dengan menggunkan pendekatan saintifik, peserta didik
mengkonstruksi kognitif bagi dirinya sendiri. Pendekatan saintifik dalam
pembelajaran merupakan proses ilmiah, dengan langkah-langkah seperti,
mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (applying),
menalar (sinteshis), dan mengomunikasikan (communication). Pendekatan

18
ini dipandang paling sesuai dalam pengembangan minat dan kognitif
peserta didik.

Dalam penelitian terdahulu dalam jurnal “Pembeljaran Pengantar


Fisika Kuantum Dengan Memanfaatkan Media Phet Simulation dan LKM
Melalui Pendekatan saintifik: Dampak Pada Minat dan Penguasaan Konsep
Mahasiswa” yang ditulis oleh Antomi Saregar, pembelajaran dengan saintifik
dimaksudkan untuk menigkatkan minat da penguasaan konsep fisika
mahasiswa. Berdasarkan pelaksanaan pada siklus I 73,33%, mahasiswa
merasa senang dan antusias mengikuti pembelajaran materi efek foto
listrik menggunakan pendekatan saintifik dengan media PhET dan LKM.
Langkah-langkah pendekatan saintifik, mampu menuntun mahasiswa untuk
aktif terlibat langsung dalam proses mengembangkan pengetahuan,
kemampuan berpikir, dan keterampilan menggunakan pengetahuan
mahasiswa melalui interaksi langsung dengan sumber belajar, yang
dirancang dalam silabus dan RPP layaknya parktikum menggunakan alat
praktikum (KIT) laboratotium real. Hal tersebut dapat terjadi, karena
pendekatan saintifik, dalam praktiknya, menstimulus mahasiswa
melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan akhirnya mahasiswa mampu mengomunikasikan hasil
pengalaman belajarnya.
b. Model Pembelajaran
Menurut Wina Sanjaya (2009) model pembelajaran adalah rangkaian
proses pembelajaran yang mencakup pendekatan, strategi, metode, teknik
dan taktik pembelajaran. Model pembelajaran merupakan strategi-strategi
yang berdasar pada teori-teori dan penelitian yang terdiri dari rasional,
seperangkat langkah-langkah dan tindakan yang dilakukan guru dan siswa,
sistem pendukung pembelajaran dan metode evaluasi atau sistem penilaian
perkembangan belajar siswa. Model pembelajaran hakikatnya
menggambarkan keseluruhan yang terjadi dalam pembelajaran dari mulai
awal, pada saat, maupun akhir pembelajaran pada tidak hanya guru namun
juga siswa (Sundari, 2015).

19
Dalam pembelajaran memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan.
Majid (2013: 19) menyatakan terdapat 5 model pembelajaran yang dapat
diterapkan yaitu:
(1) belajar tuntas (mastery learning)
(2) belajar kontrol diri (learning self control),
(3) latihan pengembangan keterampilan dan konsep diri (training for skill and
concept development)
(4) latihan assertif
(5) pembelajaran langsung (explicit instruction)
Model pembelajaran inqury terbagi menjadi dua yaitu:
1) inquiry terbimbing (guided inquiry)
Pada inquiry terbimbing guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberikan pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Inquiry terbimbing bisa dilakukan di awal proses pembelajaran
untuk siswa yang belum terbiasa.
2) inquiry bebas atau inquiry terbuka (open-ended inquiry)
Inquiry terbuka yaitu guru bertindak sebagai fasilitator, dimana
pertanyaan akan diajukan oleh siswa dan pemecahannya pun dirancang
oleh siswa sendiri.
Model pembelajaran inkuiry terbimbing Kuhlthau & Todd (2007)
menyatakan inquiry terbimbing adalah pembelajaran inquiry yang
direncanakan, diawasi, diintervensi. Sund & Trowbridge (1973) menyarankan
penggunaan inquiry terbimbing, sebagai bentuk pelaksanaan yang
menyediakan bimbingan dan petunjuk yang luas, diberikan pada peserta didik
yang belum berpengalaman dengan pendekatan inquiry.
Menurut Jauhar (2011) pembelajaran inquiry terbimbing ada beberapa ciri
utama model pembelajaran inquiry yaitu:
a. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari
dan menemukan artinya menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
b. Seluruh aktivitas siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan suatu
yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap
percaya diri (self-belief), artinya dimana guru hanya sebagai fasilitator
dan motivator belajar siswa, yang dilakukan dengan proses tanya jawab.

20
c. Mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental, artinya siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai pelajaran,
akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya.

Sutiko (2014) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran inquiry


terbimbing sebagai berikut:

● Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik

menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah


yang menjadi fokus penelitian.

● Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau

pedoman di dalam melakukan penelitian.

● Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada

di dalam hipotesis.

● Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam

kerangka validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar


proses pengujian.

● Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang

bersangkut paut dengan esensi hipotesis.

● Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-

benar terbaik dalam pemecahan masalah.

Dalam penulisan makalah ini diterapkan model pembelajaran inquiry


pada proses pembelajarannya. Model pembelajaran inquiry merupakan model
pembelajaran yang berorientasi pada penyelidikan atau penelitian. Model ini
memiliki efektivitas yang tergolong tinggi dalam menanamkan pemahaman
konseptual kepada siswa. Dalam penelitian terdahulu dalam jurnal “Pengaruh
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP” yang
ditulis oleh Muhammad Rizal, berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa

21
diperoleh informasi bahwa IPA merupakan pelajaran yang dianggap paling
sulit. Alasan yang mereka kemukakan adalah banyaknya hafalan konsep-
konsep IPA dan banyaknya rumus-rumus matematis. Mereka
mengungkapkan bahwa banyak sekali informasi yang harus diterima dan
diolah oleh siswa. Pada dasarnya siswa harus dapat memahami konsep atau
materi yang disajikan oleh guru maupun yang dipelajari oleh siswa. Gejala
seperti ini telah dilaporkan oleh Abdurrahman dkk. (2011). Secara umum
ditemukan bahwa penguasaan konsep siswa rendah, kemampuan matematis
lemah, dan siswa kurang mampu dalam mengkonversi satuan (Arief dkk.,
2012). Selain itu, rendahnya kemampuan verbal (menerjemahkan bahasa soal
ke bahasa matematis), menggunakan skema, membuat strategi, dan membuat
algoritma (Rusilowati, 2006). Untuk mengoptimalkan pembelajaran inkuiri
terbimbing dan mengembangkan kemampuan siswa yang telah disebutkan
maka dalam pembelajaran inkuiri terbimbing digunakan multi representasi.
Multi representasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan
format yang berbeda, di antaranya secara verbal, grafik dan mode angka
(Waldrip dkk., 2006). Beberapa tujuan menggunakan multi representasi
dalam proses pembelajaran disajikan berikut ini. Pertama, untuk
mempermudah pemahaman konsep-konsep dan memecahkan masalah-
masalah IPA yang dihadapi siswa (Yusuf dan Setiawan, 2009). Kedua, untuk
dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam mempelajari konsep
IPA (Herawati dkk., 2013). Ketiga, untuk menuntut siswa mempresentasikan
konsep yang dipelajarinya dalam berbagai bentuk, misalnya dalam bentuk
verbal/teks, grafik, diagram, gambar maupun matematis sesuai dengan materi
yang sedang dipelajari.

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata


keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen adalah 78,94 dan pada
kelas kontrol adalah 75,00 dengan nilai thitung 1,235 dengan taraf signifikan
0,220. Nilai rata-rata penguasaan konsep IPA siswa pada kelas eksperimen
adalah 82,47 dan pada kelas kontrol adalah 77,83 dengan nilai thitung 2,350
dengan taraf signifikan 0,021. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
konsep IPA siswa kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol (Rizal,
2014).

22
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dan hasil penelitian terdahulu,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa dikarenakan mengikuti
langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing. Melalui kegiatan
keilmiahan tersebut akan memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa
untuk mencari dan menemukan sendiri fakta, konsep, dan prinsip melalui
pengalaman secara langsung sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
optimal.

Berdasarkan pengalaman proses belajar siswa tersebut, pembelajaran


inkuiri terbimbing lebih menekankan pada keaktifan belajar siswa untuk
menumbuhkan kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan proses
sains dengan merumuskan pertanyaan yang mengarah pada kegiatan
penyelidikan, menyusun hipotesis, melakukan penelitian, mengumpulkan dan
mengolah data, dan mengkomukasikan hasil temuannya dalam proses
pembelajaran. Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan
keterlibatan pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran.

c. Metode Pembelajaran

Dari beberapa definisi menurut para ahli menyebutkan bahwa metode


pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh pendidik dalam
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Berikut definisi-definisi menurut
para ahli :

1. Menurut Sanjaya (2010) “metode adalah cara yang digunakan untuk


melengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.”
2. Hasibuan dan Moedjiono (2013) “metode adalah alat yang dapat
merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan
suatu strategi belajar mengajar.”
3. Warsita (2008) “Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.”

23
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang dapat dilakukan.
oleh guru atau pendidik. Pendidik atau guru memilih metode yang tepat
disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Metode khusus yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat


digolongkan menjadi dua jenis yaitu jenis metode praktek dan jenis metode
teori, diantaranya:

1) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode membelajarkan dengan cara
memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu
kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang
disajikan.
2) Metode Imitasi
Imitasi dapat diartikan sebagai tiruan. Namun menurut Horst Gunter
(dalam Mi’raj, 2009), Gunter mengemukakan bahwa “imitasi meliputi
tindakan mendengar, dan mengamati keterampilan-keterampilan teknik
dan artistic (posisi tubuh, pernafasan, diksi, interpretasi)”
3) Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan
komunikasi lisan. Pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
merupakan seuatu cara belajar-mengajar dimana bahan disajikan oleh
guru secara monologue sehingga pembicaraan bersifat satu arah.
4) Metode Latihan/Drill
Metode latihan (driil) atau metode training merupakan suatu cara
mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
Juga sebagai sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan.

Dalam penulisan makalah ini diterapkan metode pembelajaran diskusi


pada proses pembelajarannya. Metode diskusi adalah suatu metode
mengajar yang dicirikan oleh keterlibatan peserta dalam memecahkan
masalah yang berkaitan dengan suatu topik atau pokok pertanyaan atau

24
problem dimana para peserta diskusi dengan jujur mengemukakan pokok
pokok pikirannya untuk mencapai atau memperoleh suatu kesimpulan
bersama. Metode diskusi cocok dan diperlukan dalam pembelajaran
dengan tujuan : (1) memanfaatkan potensi siswa/mahasiswa, (2)
memberi kesempatan pada mahasiswa untuk berpendapat, (3) mendapatkan
umpan balik untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai,
(4) mendorong mahasiswa berpikir kritis, (5) membantu mahasiswa
menilai dirinya dan teman temannya dengan benar, (6) membantu
mahasiswa memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan
perkuliahan, (7) memotivasi untuk belajar
Metode Tanya-jawab adalah metode mengajar yang miripdengan
metode diskusi tetapi corak pertanvaanyang diajukan oleh dosen pada
hakikatnya bertujuan untukmengetahui apakah mahasiswatelah mengetahui
konsep-konsep tertentu yang sudah diajarkan, disamping itu juga
untukmerangsang mahasiswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari
untuk memecahkansuatupersoalan
Dalam penelitian terdahulu dalam jurnal “Pembelajaran Fisika
Kuantum Melalui Lesson Study Menggunkan Metode Diskusi Kelompok
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNS” yang ditulis oleh Supurwoko,
Nonoh Siti Aminah, Dyah Fitriana M., Dewanto H. W. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Murtiani, Ahmad Fauzan, dan Ratna Wulan (2012)
menunjukkan bahwa LS menggunakan CTL dapat meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh selama pelaksanaan lesson
studyadalah sebagai berikut :
1. Ada perbaikan perangkat pembelajaran yang mengarah pada perbaikan
pembelajaran di kelas.
2. Keaktifan siswa semakin meningkat dalam diskusi dan dalam pengerjaan
tugas, hal ini nampak pada saat “do” penemuan –penemuan yang
menunjukkan mahamahasiswa tidak mencatat, tidak aktif dll semakin
sedikit bahkan cenderung tidak ada.
3. Pembagian kelompok yang bervariasi ternyata cukup membantu siswa
karena tidak membuat bosan meskipun tentunya akan menimbulkan
masalah-masalah baru yang sebelumnya tidak teramati. (Supurwoko,
Aminah, M, & Dewanto, 2013)
25
Berdasarkan hasil analisis dalam penilitian terdahulu, dapat disimpulkan
bahwa metode diskusi merupakan pembelajaran yang tepat untuk menunjang
proses pembelajaran siswa.

D. MEDIA PEMBELAJARAN PADA GEJALA KUANTUM


Media merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat
terjadi. Media merupakan semua objek yang digunakan sebagai perantara untuk
menyampaikan pesan atau informasi agar pesan tersebut dapat diterima dengan
baik oleh penerima pesan. Media pembelajaran pada abad 21 saat ini sangat
dibutuhkan oleh guru dalam mempermudah penyampaian materi pembelajaran
kepada siswa di kelas selama pembelajaran berlangsung. Pengelolaan alat bantu
pembelajaran sudah sangat dibutuhkan khususnya bagi seorang guru. Pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan pengajaran akhirnya menuntut lahirnya media-media
pendidikan yang bervariasi. Karena memang proses belajar mengajar ini
merupakan proses internal dalam diri manusia maka sekarang ini guru bukanlah
satu-satunya sumber bagi siswa dalam masa pembelajaran. Maka dari situlah
media pembelajaran ini sangat penting pada abad 21 ini (Maharani , 2015).
Dalam mewujudkan pembelajaran yang inovatif pada siswa mengenai materi
kuantum, maka media pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai media dengan
materinya. Media pembelajaran yang tepat untuk materi gejala kuantum kali ini
yaitu media pembelajaran interaktif yang di dalamnya terdapat berbagai media
yang mendukung seperti halnya menggunakan PPT/slide. Media pembelajaran
interaktif adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware atau
perangkat keras lainnya yang dapat digunakan sebagai perantara untuk
menyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pembelajar dengan metode
pembelajaran yang dapat memberikan respon balik terhadap pengguna dari apa
yang telah diinputkan kepada media tersebut (Zahrotunnisa, Pranata, Aprianto,
Ruswandi, & Pangestu, 2016).
Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan bahwa saat pembelajaran di
kelas, penyebab rendahnya hasil belajar mata kuliah fisika, salah satunya
dikarenakan kurangnya penggunaan pembelajaran berbasis multimedia interaktif.
Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengembangkan model

26
pembelajaran. Salah satu keuntungannya yaitu dapat diperoleh melalui
pemanfaatan android atau PC sebagai media dalam pembelajaran. Dengan
demikian, siswa mendapat pengalaman baru dan materi yang di ajarkan dapat
tersampaikan dengan baik. Penggunaan media pembelajaran interaktif dapat
membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran pun
dapat tercapai (Nita & Kurniawati, 2018).
Dalam menggunakan media pembelajaran interaktif seorang guru dapat bebas
berkreasi membuat video pembelajaran sendiri sesuai dengan materi/bahan ajar
yang diajarkan kepada siswa. Hal ini tentunya membuat pembelajaran lebih
efektif dan efisien karena guru telah merancang hal apa saja yang akan
disampaikan kepada siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Dampak dari
media pembelajaran interaktif ini tentu saja dapat membuat suasana kelas yang
tidak membosankan, dapat dimengerti siswa dan siswa mendapat contoh inovatif
dari gurunya sendiri (Putri & Sibuea, 2014).
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat
erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari manusia. konten materi pelajaran
fisika kuantum umumnya berkarakteristik abstrak, dan banyak penurunan
persamaan dalam mengkonfirmasi suatu teori. Sedangkan guru jarang
menjelaskan konsep materi fisika secara bervariasi maka dari itulah terkadang
siswa kurang paham dengan materi fisika kuantum yang bersifat abstrak ini.
Perkembangan TIK dalam media pembelajaran interaktif menjadi potensi yang
sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Seiring dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media elektronik dapat menjadi
solusi dari kendala yang ditemui oleh pendidik dan peserta didik saat melakukan
pembelajaran dengan konten materi yang berkarakteristik abstrak. Percobaan yang
sulit dilakukan di laboratorium real, umumnya disebabkan oleh minimnya alat-alat
praktikum yang memadai, karena itulah virtual laboratorium sangat berguna jika
alat praktikum tidak memadai (Saregar A. , 2016).
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari media pembelajaran pada materi
kuantum yaitu materi yang bersifat abstrak akan lebih baik jika disampaikan
dengan media yang bervariasi agar konsep utama materi gejala kuantum dapat
tersampaikan dan siswa pun paham dengan materi tersebut.

27
E. INSTRUMEN PENILAIAN
Instrumen penilaian merupakan bagian integral dari suatu proses penilaian
dalam pembelajaran. Penilaian berperan sebagai program penilaian proses,
kemajuan belajar, dan hasil belajar siswa. Instrumen penilaian meliputi tes dan
sistem penilaian. Instrumen penilaian dirancang untuk mengetahui tingkat
pemahaman peserta didik setelah mempelajari suatu kompetensi . Pencapaian
tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran yang sebenarnya membutuhkan
penggunaan instrumen penilaian yang tidak hanya mencakup hafalan dan
pemahaman, tetapi juga dibutuhkan penilaian yang melatih keterampilan berpikir
kritis.
Instrumen penilaian yang dirancang dengan baik dan sesuai dengan tingkatan
kemampuan berpikir dapat meningkatkan daya berpikir siswa, khususnya berpikir
kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dilatihkan karena keterampilan
berpikir ini tidak dibawa sejak lahir. Karena sekarang sudah memasuki era 4.0,
siswa dituntut untuk memiliki keterampilan abad 21 yaitu berpikir kritis, kreatif,
komunikasi dan kalaborasi. Maka instrumen penilaian yang digunakan pun harus
mencakup keterampilan aba ke 21. Misalnya pada penilaian ranh kognitif, maka
instrumen yang digunakannya pun harus yang mencakup tes kemampuan berpikir
kritis pada siswa.
Penilaian mempunyai tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran,
diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, diagnosisidan prediksi.Sebagai grading, penilaian
ditujukan untuk menentukan atau membedakan kedudukan hasil kerja peserta
didik Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta didik dalam urutan
dibandingkan anak yang lain. Karena itu,fungsi grading ini cenderung
membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada
penilaian acuan norma. Sebagaialat seleksi, penilaian ditujukan untuk
memisahkan antara peserta didik yang masuk dalam kategori tertentudan yang
tidak.
Penilaian hasil belajar oleh guru yang dilakukan secara berkesinambungan
bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar siswa serta untuk
meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh

28
satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa pada
semua mata pelajaran. Penialaian kognitif biasanya dilakukan dengan tes setalah
dilakukannya pembelajaran sebagai evaluasi guru terhadap siswa. (Fika &
Susilaningsih, 2014)
Penilaian pada ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom revisi, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk
dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang berikut diantaranya :
a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
b) Pemahaman (comprehension)
c) Penerapan (application)
d) Analisis (analysis)
e) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
f) Mencipta (create)
(Rahayu & Azizah, 2012)

Penilaian pada ranah afektif merupakan penilaian yang berkaitan dengan


sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ranah afektif terbagi menjadi 5 jenjang, yaitu:

a) Receiving atau attending (menerima atua memperhatikan)


b) Responding (menanggapi)
c) Valuing (menilai/menghargai)
d) Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
e) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu
nilai atau komplek nilai)
(Pratiwi & Fasha, 2015)

29
Penilaian pada ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan dan hasil belajar afektif. Penilaian
psikomotor biasanya dilakukan pada saat praktikum, guru menilai sikap dan
keterampilan siswa berpacu dengan rubrik penilaian yang sudah dibuat.

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Kesimpulan dari semua materi yang telah dipaparkan bahwa pada


pembelajaran itu butuh adanya persiapan berbentuk sebuah rancangan yang disusun
dalam pertimbangan yang matang sehingga pada saat proses pembelajaran, guru dan
siswa dapat mencapai tujuan utama pembelajaran tersebut.

30
LAMPIRAN

JURNAL

Budiyanto, J. (2008). Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan.

Hasibuan S, N. (2015). Fisika : Gejala Kuantum.

Kanginan, M. (2010). Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Bailmu.

Maharani , Y. S. (2015). EFEKTIVITAS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS


KURIKULUM 2013. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies.

Nasution, K. (2013). Aplikasi Pembelajar-an dalam Perspektif Pendekatan Saintifik.

Nita , S., & Kurniawati, I. D. (2018). Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa. Journal of Computer and Information
Technology E-ISSN: 2579-5317 Vol.1, No. 2,.

Putri, I. P., & Sibuea, A. M. (2014). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA
MATA PELAJARAN FISIKA. Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi dalam Pendidikan, Vol. 1.
No. 2.

Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Multi Representasi terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains,
Vol.2, No.3.

Saregar, A. (2016). PEMBELAJARAN PENGANTAR FISIKA KUANTUM DENGAN MEMANFAATKAN


MEDIA PHET SIMULATION DAN LKM MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK: DAMPAK PADA
MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP MAHASISWA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi.

Saregar, A., Sunarno, W., & Cari, C. (2013). Pembelajaran Fisika Kontekstual Melalui Metode
Eksperimen Dan Demonstrasi Diskusi Menggunakan Multimedia Interaktif Ditinjau Dari Sikap
Ilmiah Dan Kemampuan Verbal Siswa. Jurnal Inkuiri, 2(02).

Sundari, H. (2015). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DAN PEMEFOLEHAN BAHASA KEDUA/ASING.


Jurnal Pujangga Volume 1, Nomor 2.

Supurwoko, Aminah, N. S., M, D. F., & Dewanto. (2013). PEMBELAJARAN FISIKA KUANTUM MELALUI
LESSON STUDY MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK DI PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNS.

31
Susilana, R., & Ihsan, H. (2014). PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
BERDASARKAN KAJIAN TEORI PSIKOLOGI BELAJAR. Vol.1, No.2.

Zahrotunnisa, Pranata, J., Aprianto, F. R., Ruswandi, A., & Pangestu, L. (2016). PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM BERBASIS MEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN IPA
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek .

INSTRUMEN LENGKAP
Penilaian Pembelajaran
1. Jenis / Teknik Penilaian
Jenis Bentuk Instrumen
Sikap Lembar pengamatan sikap
Keterampilan Tes penilaian praktek eksperimen
Pengetahuan Tes

1. Bentuk Penilaian
Jenis Bentuk Instrumen
Sikap Penilaian observasi langsung
Keterampilan Rubrik kinerja praktikum
Pengetahuan Tes PG

2. Instrumen
a. Sikap : Penilaian Observasi Langsung
No Nama Peserta Aspek Penilaian Jumlah Nilai
Didik Skor
Aktif Tanggung Kerja
Jawab Sama
1
2
3
4
5
6
7
8

32
9
10

Rubrik Penilaian Sikap

Kriteria Tingkatan
1 2 3
Aktif Tidak aktif dan Tidak aktif tetapi Sangat aktif dan
tidak antusias antusias dalam antusias dalam
dalam melaksanakan melaksanakan
melaksanakan kegiatan kegiatan
kegiatan pembelajaran pembelajaan
pembelajaran
Tanggung Jawab Tidak bertanggung Bertanggung Bertanggung
jawab dan tidak jawab tetapi tidak jawab dan tertib
tertib dalam tertib dalam dalam
melaksanakan melaksanakan melaksanakan
kegiatan kegiatan kegiatan
pembelajaran pembelajaran pembelajaran
Kerja Sama Tidak membantu Membantu tetapi Sangat membanu
dan tidak bekerja tidak bekerja dan bekerja sama
sama dalam diskusi sama dalam dengan anggota
antara kelompok diskusi antara kelompok dalam
kelompok diskusi antara
kelompok
Nilai Siswa = (skor yang diperoleh siswa/ skor maksimum) x 100

b. Keterampilan : Tugas Kinerja Praktikum


Buatlah laporan hasil praktikum Gejala kuantum yang memuat judul praktikum,
hari/tanggal praktikum, tujuan praktikum ( minimal 3), dasar teori, alat dan bahan,
langkah kerja, tabel pengamatan, pembahasan dan kesimpulan,daftar pustaka!
Penilaian ditentukan dari aspek :
1. Proses Praktikum
- Menyiapkan alat dan bahan
- Proses pengamatan
- Data yang diperoleh
- Sikap ilmiah
2. Laporan Praktikum
- Kelengkapan elemen laporan
- Tujuan menggunakan KKO
- Dasar teori sesuai degan teori yang dibutuhkan dan mencantumkan referensi/
daftar pustaka

33
- Langkah kerja menggunakan kata kerja aktif
- Tabel Pengamatan berisi data yang diperlukan
- Pengolahan data
- Perhitungan data
- Kesimpulan
- Struktur kebahasaan baik dan benar

Rubrik Penilaian Keterampilan


Kriteria Tingkatan
1 2 3
Menyiapkan alat Menyiapkan alat Menyiapkan alat Menyiapkan alat
dan bahan dan bahan tidak dan bahan benar, dan bahan benar,
benar, tidak tapi lengkap dan lengkap dan rapih
lengkap dan tidak tapi tidak rapih serta
rapih serta tidak serta emperhatikan
memperhatikan memperhatikan keselamatan kerja
keselamatan kerja keselamatan kerja
Proses Proses Proses Proses
pengamatan pengamatan tidak pengamatan pengamatan
cermat dan tidak cermat tapi tidak cermat dan
memperhatikan memperhatikan memperhatikan
prosedur yang prosedur yang prosedur yang
ada dan benar ada dan benar ada dan benar
Data yang Data tidak Data lengkap Data lengkap dan
diperoleh lengkap tetapi tidak terorganisir
terorganisir
Sikap ilmiah Tidak Kadang-kadang Memunculkan
memunculkan memunculkan sikap ilmiah
sikap ilmiah sikap ilmiah dalam seluruh
rangkaian
prosedur
Kelengkapan Elemen laporan Elemen laporan Elemen laporan
elemen laporan tidak lengkap lengkap tapi tidak lengkap dan
terorganisir terorganisir

Tujuan Berjumlah kurang Berjumlah 3 tapi Berjumlah 3 dan


menggunakan dari 3 dan tidak tidak menggunaan
KKO menggunakan menggunakan KKO
KKO KKO
Dasar teori sesuai Tidak sesuai Sesuai dengan Sesuai dengan
degan teori yang dengan teori yang teori yang teori yang
dibutuhkan dan dibutuhkan dan dibutuhkan dan dibutuhkan dan

34
mencantumkan tidak tidak mencantumkan
referensi/ daftar mencantumkan mencantumkan referensi/daftar
pustaka referensi/daftar referensi/daftar pustaka
pustaka pustaka
Langkah kerja Tidak Menggunakan Menggunakan
menggunakan menggunakan kata kerja aktif kata kerja katif
kata kerja aktif kata kerja aktif tetapi tidak dan sistematika
dan sistematika sistematika
Tabel Tidak berisi data Berisi data yang berisi data yang
Pengamatan yang diperlukan diperlukan dan diperlukan dan
berisi data yang dan tidak tidak mencantuman
diperlukan mencantumkan mencantumkan ketelitian dari alat
ketelitian dari alat ketelitian dari alat ukur yang
ukur yang ukur yang digunakan
digunakan digunakan
Pengolahan data Menyajikan data Menyajikan data Menyajikan data
tidak secara secara lengkap secara lengkap
lengkap rapi dan tapi tidak rapi rapi dan
teroganisir dan teroganisir teroganisir
Perhitungan data Tidak Menggunakan Menggunakan
menggunakan KSR dan KTP KSR dan KTP
KSR dan KTP tetapi tidak dan sistematika
dan tidak sistematika
sistematika
Kesimpulan Keismpulan tidak Kesimpulan benar Kesimpulan benar
benar dan tidak sesuai dengan sesuai dengan
sesuai tujuan tujuan tapi tidak tujuan dan logis
logis
Struktur Kebahasaan tidak Kebahasaan Kebahasaan
kebahasaan baik dimengerti dan dimengerti tetapi dimenegrti dan
dan benar tidak sesuai tidak menggunakan
dengan EBI menggunakan EBI
EBI

Nilai siswa = (skor yang diperoleh siswa / skor maksimum) x 100

Instrumen Penilaian Ranah Kognitif

Nama Sekolah : SMA Negeri Bandung


Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : XII/2

35
Materi : Gejala Kuantum

Rubrik Penilaian
Kompetensi No Indikator Pencapaian Tingkat Jumlah
Indikator Soal Nilai
Dasar Kompetensi Soal Soal

3.8 Menjelaskan 1 3.8.1 Menganalisis Disajikan grafik


secara kualitatif secara kualitatif gejala pergeseran wien dan
gejala kuantum kuantum pada sifat siswa diminta untuk
yang mencakup radiasi benda hitam menganalisis grafik C4 1 2
sifat radiasi tersebut sesuai
benda hitam, dengan pertanyaan
efek fotolistrik, pada soal.
efek Compton,
2 3.8.2 Menerapkan Disajikan soal dalam
dan sinar X
rumus radiasi energi bentuk hitungan dan
dalam kehidupan
siswa diminta untuk
sehari-hari C3 1 2
mengerjakan soal
sesuai dengan
perintah pada soal.

3 3.8.3 Menganalisis Disajikan grafik C4 1 2


secara kualitatif gejala hubungan EK
kuantum yang terjadi (energi kinetik
pada efekfotolistrik. maksimum)
fotoelektron

terhadap f
(frekuensi) dan
siswa diminta untuk
menjawab soal
sesuai dengan
perintah pada soal

36
4 3.8.4 Menganalisis Disajikan soal dan
secara kualitatif gejala siswa diminta untuk
kuantum yang terdapat mengerjakan soal C4 2 2x2
dalam efek compton sesuai dengan
dan sinar x perintah pada soal

Soal Pilihan Ganda


1. Perhatikan grafik Wien dibawah ini

Jika pada grafik tersebut suhu benda dinaikkan, apakah yang akan terjadi ?
a. Frekuensi tetap
b. Panjang gelombang berkurang
c. Panjang gelombang bertambah
d. Panjang gelombang tetap
Jawaban dan pembahasan:
Jawabannya: B
Dari persamaan hukum pergeseran wien λmaks T=C , dapat kita analisis bahwa
hubungan panjang gelombang dengan suhu yaitu berbanding terbalik. Maka jika
pada grafik tersebut ditambahkan suhunya maka terjadi adalah berkurangnya panjang
gelombang.
2. Sebuah kawat lampu dengan emisivitas 0,6 memiliki luas permukaan 50mm kuadrat dan
bersuhu 900 K. Jika 60% daya yang diradiasikan ini diubah menjadi energi listrik. Maka
berapakah daya yang diradiasikan dan daya listrik yang dihasilkan kawat lampu?
a. 1,25 W dan 5,6 W
b. 1,20 W dan 0,67 W
c. 1,15 W dan 0,57 W
d. 1,12 W dan 0,67 W

Jawaban dan pembahasan:


Jawabannya: D

37
Diketahui
e= 0,6
σ= 5,67 x 10-8Wm-2K-4
A= 50mm2
T= 900K
P=e σ A T 4

P= (0,6) (5,67 x 10−8) (50 x 10−6 ) (900¿ 4 = 1,12 W


P listrik = 0,6 x P radiasi = 0,6x1,12 W = 0,67 Watt

3. Perhatikan grafik dibawah ini

Gambar di atas adalah grafik hubungan EK (energi kinetik maksimum) fotoelektron

terhadap f (frekuensi) sinar yang digunakan pada efek fotolistrik. Berapakah nilai P pada

grafik tersebut?

a. 6,5 x 10−20 J
b. 6,6 x 10−20 J
c. 6,6 x 10−34 J
d. 6,5 x 1020 J

Jawaban dan pembahasan:

Jawaban: B

kita bisa gunakan rumus energi kinetik pada peristiwa efek fotolistrik besar energi kinetic

sama dengan besar paket energi cahaya foton dikurangi besar energi ambang logam,

Ek=h . f – h . f ₀
Ek=h .(f −f ₀)

38
−34
Ek=6,6 x 10 ( 6−5 ) x 1014
−20
Ek=6,6 x 10 Joule

4. Pada percobaan efek compton digunakan sinar X dengan panjang gelombang 0,05 A.

Sinar X menabrak elektron dan terhambur dengan besar sudut 60ͦ. Jika massa diam

elektron 9,1 x 10−31 kg, maka berapa panjang gelombang sinar x yang terhambur ?

a. 6,21 x 10−13 m

b. 6,1 x 10−13 m

c. 6,4 x 10−13 m

d. 6,3 x 10−13 m

Jawaban dan pembahasan:

Jawaban: A

Diketahui

λ= 0,05 A

h= 6,63 × 10-34 J/s

m₀ = 9,1 × 10-31 kg

1
θ= 60◦ = cos 60◦ =
2

h
λ ’−λ= ( 1−cosθ)
m₀ c
h
λ’-λ= h/(m₀c λ ’=λ + (1−cosθ)
m₀c
−34
−12 6,63 ×10 1
λ ’=5 x 10 + (1− )
−31 −8
(9,1× 10 )(3 x 10 ) 2

λ ’=6,21 x 10−13 m
5. Gejala apakah yang terjadi pada percobaan efek compton pada gambar dibawah ini ?

39
a. Percobaan harus menggunakan sinar x.

b. Foton adalah partikel yang terhambur.

c. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang

kemudian terhambur dengan sudut sebesar θ.

d. Panjang gelombang sinar x tetap

Jawaban dan pembahasan:

Jawaban: C

Karena skema pada gambar menggambarkan sinar x yang ditembakan menumbuk

elektron akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut

sebesar θ.

40

Anda mungkin juga menyukai