Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TINJAUAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI


BAHASA
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)

Disusun Oleh :
Nama : Deti Asmalasari
NIM : 23810017

Dosen Pengampu :
Bpk. Prof. Dr. Heris Hendriana, M.Pd

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


SILIWANGI (IKIP SILIWANGI)
FAKULTAS MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
Jl. Terusan Jend. Sudirman No.3, Baros, Kec. Cimahi Tengah, Kota Cimahi,
Jawa Barat 40521
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-Nya sehingga


penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Tinjauan Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi Bahasa”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih atas
bantuan seluruh pihak yang berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu. Selain itu, pembuatan makalah juga memiliki tujuan agar
menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini lebih baik.
Akhir kata, semoga makalah dapat bagipenulis khususnya dan pemabaca pada
umumnya.

Cimahi, 12 September
2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ontology, Epistimologi dan Aksiologi 6
2.2 Tinjauan Ontologi Bahasa 7
2.3 Tinjauan Epistimologi Bahasa 8
2.4 Tinjauan Aksiologi Bahasa 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 10

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya karena
memiliki keistimewaan akal budi sebagai karunia Tuhan. Dengan akal dan
budinya manusia memiliki kemampuan berfikir, mencipta dan berkarya. Daya
fikir dan daya cipta manusia menuntun kemampuan bersuara menjadi bahasa
sebagai alat komunikasi. Kemampuan berbahasa ini terjadi karena manusia
memiliki kemampuan untuk menciptakan bunyi-bunyian yang memiliki makna
atau maksud tertentu.
Berbagai literatur menyebutkan bahwa manusia adalah “Homo Sapiens” atau
mahluk pemikir. Sebagai mahluk pemikir manusia memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi. Manusia selalu mencari tahu melalui pertanyaan-pertanyaan hingga
akhirnya memperoleh jawaban atau menemukan jalan menuju kebenaran.
Kegiatan bertanya dan mencari jawaban membawa manusia kea lam filsafat.
Dalam kesehariannya manusia tidak lepas dari kegiatan berfilsafat. Hal ini
sejalan dengan pendapat Magnis-Suseno (2005:36) yang menyatakan bahwa
filsafat memiliki dua arah yang saling melengkapi yaitu filsafat merefleksikan
pengalaman manusia dan filsafat menanggapi pemikirannya. (Warimi, 2016,
p.36). Filsafat memberi makna dan memperdalam pemahaman manusia dalam
kesehariannya, filsafat membimbing manusia untuk mencari tahu kebenaran dan
filsafat menjadi petunjuk manusia dalam menjalani hidup sesuai dengan nilai-nilai
yang dianutnya.
Hanya manusia sebagai mahluk pemikir yang memiliki kemampuan
berbahasa, Bahasa memilik peranan penting dalam filsafat karena bahasa menjadi
alat dalam memperoleh kebenaran-kebenaran dan jawaban yang sering
dipertanyakan manusia. Miftahul Khairan Anwar dalam blog pribadinya
menyampaikan bahwa filsafat adalah suatu aktivtas yang bertujuan menemukan
kearifan hidup, menemukan hakikat realitas dan menyingkap apa yang dibalik
realitas seta menggali nilai sebuah realitas (Anwar, 2023). Sebagai sebuah realitas
bahasa memerlukan filsafat untuk menyingkap apa yang ada di balik bahsa. Oleh

4
karena itu, untuk meninjau dang mengungkap hakikat bahasa tulisan ini
memanfaatkan konsep filsafat ontologis, epistimologi dan aksiologi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1). Bagaimana pengertian ilmu ditinjau secara ontologi, epistimologi dan
aksiologi?
2). Bagaimana bahasa ditinjau secara ontologi?
3). Bagaimana bahasa ditinjau secara epistemologi?
4). Bagaimana bahasa ditinjau secara Aksiologi?

1.3 Tujuan
1). Untuk memenuhi tugas filsafat ilmu
2). Untuk memahami hakikat ilmu secara ontologi, epistimologi dan aksiologi
3). Untuk memahami makna ontologi bahasa
4). Untuk memahami makna epistimologi bahasa
5). Untuk memahami makna Aksiologi bahasa

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ontology, Epistimologi dan Aksiologi


Dalam jurnalnya Rokhmah menyampaikan bahwa secara bahasa ontology
berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya “Ontos” dan “Logos” ontos
memiliki arti “yang ada” sementara Logos memiliki arti “ilmu”, sederhananya
ontology merupakan ilmu tentang yang berbicara tentang yang ada. Secara istilah,
ontology adalah cabang ilmu filsafat yang berhubungan (Rokhmah, 2021).
Ontologi merupakan cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan hakikat apa
yang terjadi. Ontologi menjadi pembahasan utama dalam filsafat karena
membahas tentang realitas atau kenyataan.
Bagaimana ilmu pengetahuan ditinjau secara antologi, maka
pembahasannya adalah ontology melakukan pemeriksaan, melakukan analitis
terhadap ilmu pengetahuan itu benar-benar ada atau tidak ada.
Secara bahasa, epistemology berasal dari bahasa Yunani yang asal katanya
episteme artinya “pengetahuan” dan “Logos” artinya “teori” (Rokhmah, 2021).
Secara istilah epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam segenap
proses penyusunan pengetahuan yang benar. Objek telah epistemology adalah
mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya,
bagaimana kita membedakan dengan yang lainnya. Jadi yang menjadi landasan
dalam tataran epistemologi adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan
sebuah pengetahuan. Bagaimana cara dan proses memperoleh ilmu pengetahuan
dan kebenaran ilmiah.
Aksiologi berasal dari bahas Yunani yaitu “axion” yang berarti nilai dan
“logos” yang berarti “ilmu”. Sederhananya aksiologi adalah ilmu tentang nilai
(Rokhmah, 2021). Aksiologis dasarnya berbicara tentang hubungan ilmu
dengan nilai, apakah ilmu bebas nilai dan apakah ilmu terikat nilai. Karena
berhubungan dengan nilai maka aksiologi berhubungan dengan baik dan
buruk, berhubungan dengan layak atau pantas, tidak layak atau tidak pantas.

6
Ketika para ilmuwan dulu ingin membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka
sebenarnya dia harus atau telah melakukan uji aksiologis.
Jadi pada hakikatnya aktifitas ilmu digerakan oleh pernyaan pada tiga
masalah poko yakni : apakah yang ingin diketahui (ontology), bagaimana cara
memperoleh pengetahuan (epistemology) dan apakah nilai dari pengetahuan
tersebut ? (aksiologi).

2.2 Tinjauana Ontologi Bahasa


Dalam Jurnalnya Warami menyampaikan pendapat warsono mengenai
Filsafat bahasa. Filsafat bahasa mengandung upaya untuk menganalisis unsur-
unsur umum dalam bahasa seperti makna, acuan (referensi), kebenaran, verifikasi,
tindak tutur, dan ketidaknalaran (warami, 2017, p.38).
Fiska mengutip pendapat Keraf (2001) tentang bahasa dalam dalam
blognya yaitu bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Fiska, 2017) Sebagai
mahluk sosial maka manusia membutuhkan adanya kemampuan komunikasi
bahasa dengan sesamanya untuk menyampaikan sebuah pesan. Selanjutnya Fiska
mengutip pendapat Chaer (2009) yang berpendapat bahwa adalah proses
penyampaian informasi dalam berkomunikasi (Fiska, 2017).
Berdasarkan penjelasan di atas secara onkologis bahasa dapat disimpulkan
sebagai sebuah alat komunikasi verbal yang digunakan manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari dan mempunyai system dengan pola tertentu.
Hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa senantiasa
memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan kompleks
(Warami, 2017, p.39). Bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki
suatu aturan permainan tersendiri. Untuk itu, terdapat banyak permainan bahasa
dalam kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas, dan antara tata
permainan satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan dengan suatu aturan yang
bersifat umum. Namun demikian, walaupun terdapat perbedaan adakalanya
terdapat suatu kemiripan, dan hal ini sulit ditentukan secara definitif dan pasti.

7
2.3 Tinjauan Epistemologi Bahasa
Secara istilah epistemologi adalah ilmu yang membahas secara mendalam
segenap proses penyusunan pengetahuan yang benar. Objek telah epistemology
adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita
mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lainnya. Jadi yang
menjadi landasan dalam tataran epistemologi adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan sebuah pengetahuan. Bagaimana cara dan proses
memperoleh ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah.
Bagaimana manusia memperoleh bahasa?. Dalam artikelnya di Kompasiana
tahun 2015 Taher mengutip pendapat ahli psikologi B. F. Skinner (1904 –1990),
manusia pertama kali memperoleh bahasanya melalui 3 hal, yaitu Stimulus-
Response-Rewards. Dalam hal ini, orang tua memberikan stimulus dengan
memancing si anak agar berucap sesuatu Pemikiran ini lantas ditantang oleh ahli
linguistik lainnya, Chomsky (1959). Beliau berpendapat bahwa manusia terlahir
dengan dikaruniai sebuah perangkat di dalam otak yang disebut Language
Aqcuisition System (LAD), bisa juga disebut Universal Grammar (Taher, 2015).
Menurut beliau, perangkat inilah yang membuat manusia mampu menyimpan
sistem sebuah bahasa ke dalam otak sehingga manusia bisa belajar bahasa apapun
sejak dilahirkan ke dunia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan secara
epistemology manusia memperoleh bahasanya karena karena memiliki
keistimewaan akal budi sebagai karunia Tuhan. Dengan akal dan budinya manusia
memiliki kemampuan berfikir, mencipta dan berkarya dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Daya fikir dan daya cipta manusia menuntun kemampuan
bersuara menjadi bahasa sebagai alat komunikasi. Kemampuan berbahasa ini
terjadi karena manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan bunyi-bunyian
yang memiliki makna atau maksud tertentu dan hasil interaksinya dengan sesame
manusia dan lingkungan sekitar.

2.3 Tinjauan Aksiologi Bahasa

8
Aksiologi berhubungan dengan nilai, artinya aksiologi berhubungan
dengan baik dan buruk, berhubungan dengan layak atau pantas, tidak layak
atau tidak. Dalam beberapa literatur aksiologi juga diartikan sebagai kegunaan
ilmu pengetahuan yang didapat.
Jika dikaji secara aksiologis, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
berainteraksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta menyalurkan arti
kepercayaan di masyarakat (Gisca, 2020). Selain itu bahasa juga berfungsi sebagai
sarana menunjukan ekspresi, memahami diri sendiri dan orang lain, sebagai alat
untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sebagai sarana membangun kecerdasan
dan karakter.

9
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan makalah ini adalah :


1. Ontologi, epistemology dan aksiologi adalah cabang filsafat yang memiliki
keterkaitan dalam membangun suatu pengetahuan. Ontologi mengkaji
keberadaan sesuatu yang ingin diketahui. Epistemologi membahas bagaimana
cara mendapatkan pengetahuan dan Aksiologi membahas mengenai nilai yang
berkaitan dengan kegunaan atau manfaat dari pengetahuan yang diperoleh.
2. Bahasa ditinjau dari segi onkologis merupakan sebuah alat komunikasi verbal
yang digunakan manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan
mempunyai system dengan pola tertentu
3. Ditinjau secara epistemology manusia memperoleh bahasanya karena karena
memiliki keistimewaan akal budi sebagai karunia Tuhan. Dengan akal dan
budinya manusia memiliki kemampuan berfikir, mencipta dan berkarya dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Daya fikir dan daya cipta manusia
menuntun kemampuan bersuara menjadi bahasa sebagai alat komunikasi.
Kemampuan berbahasa ini terjadi karena manusia memiliki kemampuan untuk
menciptakan bunyi-bunyian yang memiliki makna atau maksud tertentu dan
hasil interaksinya dengan sesame manusia dan lingkungan sekitar
4. Secara aksiologis, fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berainteraksi
dengan manusia, alat untuk berfikir, serta menyalurkan arti kepercayaan di
masyarakat (Gisca, 2020). Selain itu bahasa juga berfungsi sebagai sarana
menunjukan ekspresi, memahami diri sendiri dan orang lain, sebagai alat untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan sebagai sarana membangun kecerdasan dan
karakter.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar, F (2020). Kajian Bahasa Perspektif Filsafat :


https://miftahulkhairahanwar.id/2020/03/23/kajian-bahasa-
perspektif-filsafat/. Diakses 12 September 2023
2. Fiska, Rahma (2017) .Hakikat Bahasa. https://gramedia.comliterasi. Diakses
12 September 2023
3. Giska, S (2020). Bahasa Pengertian, Fungsi dan Manfaatnya.
https://media.neliti.com/media/publications/236326-bahasa-dalam-
gerbang-filsafat-pendidikan-dc8e7ec4.pdf. Diakses 12 September
4. Rokhmah, D (2021). Ilmu dalam tinjauan filsafat Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi. Cendekia : Jurnal Studi Keislaman. Diakses 12
September 2023
5. Taher, A (2015). Bagaimana Manusia Memeroleh Bahasanya.
https://www.kompasiana.com/arditaher/
561332d94123bd51048b4569. Diakses 12 September 2023
6. Warami, H. (2016). Bahasa Dalam gerbang Filsafat Pendidikan : Perspektif
Ontologi Bahasa dan Budaya.
https://media.neliti.com/media/publications/236326-bahasa-
dalam-gerbang-filsafat-pendidikan-dc8e7ec4.pdf. Diakses 12
September 2023

11

Anda mungkin juga menyukai