Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kulliah


Gangguan Sistem Reproduksi
Dosen Mata Kuliah : Dhini W.N, S.S.T, M.Tr.Keb

Disusun Oleh :
Nama : Ryan Alini
NPM : F422269
Kelas :E

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
Gangguan kontrasepsi akibat pengunaan kontrasepsi
dan penanganan sistem reproduksi akibat KB (IUD)

IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang dapat digunakan hingga
waktu 8 tahun dan memiliki tingkat efektivitas tinggi (97 – 99 %) sebagai salah satu metode
antisipasi laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Namun pada tahun 2011 prosentase
penggunaan IUD masih menempati peringkat ketiga di Indonesia.

Efek samping dan kegagalan merupakan beberapa faktor yang menyebabkan akseptor
mengalami drop-out dari metoda KB yang digunakan. Efek samping umum yang mungkin
terjadi adalah perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spooting) antar menstruasi, dan
saat haid lebih sakit (Saefuddin dkk, 2004). Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi
diantaranya perforasi uterus dan aborsi, infeksi panggul, kehamilan dengan AKDR in Utero,
dan kehamilan ektopik (Leveno et al, 2009). Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh
akseptor IUD pada saat memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan diantaranya 10% akseptor
IUD melaporkan gangguan menstruasi, 4% per tahun akseptor IUD melepas IUD akibat
peningkatan jumlah darah menstruasi, nyeri, dan spooting di antara menstruasi. 3% – 10%
terjadi ekpulsi secara spontan di tahun pertama penggunaan IUD, dan 1 dalam 1000
pemasangan terjadi perforasi uterus (Glasier dan Gebbie, 2005).

Perubahan Siklus Menstruasi

Tindakan kolaborasi yang dapat diberikan apabila terjadi perubahan siklus haid yang
lebih lama dengan perdarahan yang banyak maka terapi yang memberikan hasil baik terhadap
perdarahan dari uterus ialah dengan pemberian zat antifibtinolytik secara oral, misalnya
proteinase inhibitor, seperti EACA (Epsiolon aminocaproic acid) dan AMCA (Tranexamic
acid) (Saefuddin, dkk, 2004). Peran bidan sebagai konseler dan health educator disini yaitu
apabila seorang akseptor mengalami amenore maka akseptor dianjurkan untuk datang ke
tempat pelayanan kesehatan untuk memeriksa apakah sedang hamil atau tidak. Apabila
tidak, jangan lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki penyebab amenorea. Apabila
hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan kehamilan
kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat dan kehamilan lebih dari 13 minggu,
AKDR jangan dilepaskan. Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan
kehamilannya tanpa melepas AKDR, jelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya
kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan (Saefuddin dkk, 2004).

Perubahan Jumlah Darah Menstruasi

Bidan harus melakukan pengkajian terlebih dahulu kepada klien, apabila terjadi
perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur maka pastikan dan tegaskan ada atau
tidaknya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
pemantauan.Tindakan kolaboratif yang dapat dilakukan adalah pemberian ibuprofen (800
mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi (1
tablet setiap hari selama 1 sampai 3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan diketahui
menderita anemia (Hb> 7g/%) anjurkan untuk melepas AKDR dan bantulah memilih
metode lain yang sesuai (Saefuddin, 2003). Terapi yang memberikan hasil baik terhadap
perdarahan dari uterus ialah dengan pemberian zat antifibtinolytik secara oral, misalnya
proteinase inhibitor, seperti EACA (Epsiolon aminocaproic acid) dan AMCA
(Tranexamic acid) (Saefuddin, dkk, 2004).

Dismenore

Dismenore yakni nyeri menstruasi, dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum


awitan atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari
selama menstruasi (Reeder, et all, 2011). Hal ini terjadi akibat dipostulasikan bahwa iritasi
dinding uterus oleh lengan transversal AKDR berangka dianggap dapat memperparah
dismenore.

Leukorea
Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari
alat-alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005). Leukorea tersebut dirasakan tidak
nyaman dan sering dikeluhkan oleh pasangan akseptor sebagai gangguan kenyamanan
dalam hubungan seksual. Sebagai health educator perawat harus memberikan informasi
mengenai beberapa cara pencegahan infeksi pada wanita, yaitu jagalah kebersihan daerah
kelamin, buang air kencing setelah melakukan hubungan kelamin (tindakan ini membantu
mencegah infeksi air kencing), bersihkan diri anda sebaik – baiknya setiap kali buang air
besar (ceboklah dari arah muka kemaluan ke belakang anus) (Oxorn, 2010). Salah satu
pencegahannya yaitu dengan cara menjaga kebersihan vulva atau yang dinamakan vulva
hygiene (Alimul, 2008).

Spooting
Spooting adalah bercak darah diantara dua masa menstruasi baik pra- maupun post-
menstruasi. Spooting terjadi akibat adanya kerusakan – kerusakan mekanis pada
endometrium menyebabkan adanya becak darah inter- menstrual yang akan menyembuh
dengan sendirinya seiring dengan waktu. Peran bidan apabila terjadi keluhan spooting pada
akseptor IUD adalah jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada
tahun pertama. Bila tidak ada masalah dank lien tidak hamil, tidak diperlukan tindakan
apapun. Bila klien tetap mengeluh masalah perdarahan dan ingin melanjutkan pemakaian
kontrasepsi dapat dilakukan tindakan kolaboratif dengan pemberian pil kombinasi satu
siklus, atau ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien bahwa akan terjadi
perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa,
berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu
siklus pil kombinasi, atau dapat juga diberikan 50 μg etinilestradiol, atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk 14- 21 hari (Saefuddin, 2003).

Sumber:
Zannah IR. Gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD
di wilayah kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung. Students E-Journals 2012;
1(1).

Anda mungkin juga menyukai